Tuesday, June 27, 2006

Ayam dan Bebek

INSPIRASI PAGI/ IMELDA FM

Sepasang pengantin baru tengah berjalan bergandengan tangan di sebuah hutan pada suatu malam musim panas yang indah, seusai makan malam. Mereka sedang menikmati kebersamaan yang menakjubkan tatkala mereka mendengar suara di kejauhan: "Kuek! Kuek!" "Dengar," kata si istri, "Itu pasti suara ayam." "Bukan, bukan. Itu suara bebek," kata si suami. "Nggak, aku yakin itu ayam," si istri bersikeras. "Mustahil. Suara ayam itu 'kukuruyuuuk!', bebek itu 'kuek! kuek!' Itu bebek, Sayang," kata si suami dengan disertai gejala-gejala awal kejengkelan.

"Kuek! Kuek!" terdengar lagi. "Nah, tuh! Itu suara bebek," kata si suami."Bukan, Sayang. Itu ayam. Aku yakin betul," tandas si istri, sembari menghentakkan kaki."Dengar ya! Itu a... da... lah... be... bek, B-E-B-E-K. Bebek! Mengerti?" si suami berkata dengan gusar.
"Tapi itu ayam," masih saja si istri bersikeras. "Itu jelas-jelas bue... bek, kamu... kamu...."

Terdengar lagi suara, "Kuek! Kuek!" sebelum si suami mengatakan sesuatu yang sebaiknya tak dikatakannya. Si istri sudah hampir menangis, "Tapi itu ayam...." Si suami melihat air mata yang mengambang di pelupuk mata istrinya, dan akhirnya, ingat kenapa dia menikahinya.

Wajahnya melembut dan katanya dengan mesra,"Maafkan aku, Sayang. Kurasa kamu benar. Itu memang suara ayam kok." "Terima kasih, Sayang," kata si istri sambil menggenggam tangan suaminya. "Kuek! Kuek!" terdengar lagi suara di hutan, mengiringi mereka berjalan bersama dalam cinta.

Maksud dari cerita bahwa si suami akhirnya sadar adalah: siapa sih yang peduli itu ayam atau bebek? Yang lebih penting adalah keharmonisan mereka, yang membuat mereka dapat menikmati kebersamaan pada malam yang indah itu.

Berapa banyak pernikahan yang hancur hanya gara-gara persoalan sepele? Berapa banyak perceraian terjadi karena hal-hal "ayam atau bebek"? Ketika kita memahami cerita tersebut, kita akan ingat apa yang menjadi prioritas kita. Pernikahan jauh lebih penting ketimbang mencari siapa yang benar tentang apakah itu ayam atau bebek. Lagi pula, betapa sering kita merasa yakin, amat sangat mantap, mutlak bahwa kita benar, namun belakangan ternyata kita salah? Lho, siapa tahu? Mungkin saja itu adalah ayam yang direkayasa genetik sehingga bersuara seperti bebek!

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)

Menanam Watak

INSPIRASI PAGI/ IMELDA FM
Seorang Raja yang sudah tua memakai cara unik untuk mencari calon penggantinya. Suatu hari pemuda dari seluruh pelosok negeri dikumpulkan di balai pertemuan istana, masing-masing diberi sebutir benih tanaman. "Anak-anakku sekalian, aku akan memilh penggantiku dari antara kalian. Benih yang sudah kalian terima akan menentukan masa depan kalian. Sekarang pulanglah, semaikan-lah benih tersebut. Tahun depan, kembalilah kesini dan tunjukkan hasilnya".
Joni bergegas pulang. Benih tersebut disemaikan dalam sebuah pot. Setiap hari ia rajin menyiram dan memberi pupuk. Hari demi hari berlalu. Bulan demi bulan lewat sudah. Namun, benih tersebut tak kunjung bersemi. Keadaan ini membuat Joni frustrasi. Sementara tenggang waktu setahun sudah habis. Kalau tidak dibujuk oleh Ibunya, ia nyaris tak mau kembali ke istana, "Nak, kau tidak perlu malu.Kamu sudah melakukan apa yang diperintahkan kepadamu. Laporkan kepada raja dan bilang secara jujur hasilnya".
Kekhawatiran Joni benar terjadi. Ketika sampai istana, ia kaget melihat begitu banyak tumbuhan hasil persemaian teman-temannya. Joni minder dan sedih. Raja berkeliling me-meriksa satu demi satu tanaman yang dibawa para pemuda. "Hei, kamu yang bersembunyi dibelakang, kemarilah". Sambil menenteng pot kosong, Joni maju ke depan diiringi cemooh pemuda pemuda lain. Tak dinyana Sang Raja membungkuk memberi hormat kepada Joni seraya berkata, "
Setahun yang lalu saya memberi kalian masing-masing sebutir benih kering yang sama sekali takkan bisa tumbuh. Kini berbagai jenis tanaman berkumpul disini. Diantara kalian hanya Joni satu-satunya yang dengan jujur berani membawa potnya yang kosong dan siap menerima cemooh dan celaan. Integritas semacam inilah yang menunjukkan kemuliaan hati seseorang. Dialah yang terpilih jadi RajaBaru!".
dari milis motivasi

Pilihan Cinta

INSPIRASI PAGI/ IMELDA FM
Terkadang kita mendapatkan cinta yang terduga, dengan cara mencintai orang yang sangat berbeda satu sama lain.. ada yang ingin memiliki, ada yg cukup hanya melihat dari jauh, ada pula yang ingin membuat cintanya bahagia... apapun itu, memang itulah cinta....
Bagaimanapun kau mencintai, memang itulah hak yang kau miliki... Hanya satu hal yang perlu diingat...renungkan dan pikirkanlah..
Apakah caramu mencintai, adalah yang terbaik bagi yang kau cintai? Sebelum kau berkata "inilah yang terbaik yang bisa kulakukan." atau kau berpikir "aku melakukan semua ini untuk dan demi dia ?"
Jangan kau pertaruhkan cinta dan perasaanmu Untuk suatu pikiran yang sombong dan sok tau Dimana terkadang kau akan mendapatkan akibat penyesalan Yang menyakitkan dan menyesakkan dada
Bila kau bicara tentang perjuangan cinta Jangan pernah membandingkan perjuanganmu dengan yang lain.. Boleh saja kau melihatnya sebagai contoh Namun jangan melihatnya sebagai patokan. Karena perjuanganmu, adalah perjuanganmu.. Ceritamu adalah ceritamu...
Kau akan merasa lebih berharga Ketika kau telah menyelesaikan satu bab lagi dalam buku kehidupanmu Apapun hasil cintamu, Anggaplah sebagai satu lagi pengalaman hidup yang kau punya Entah yang mengalir air mata bahagia, atau tetesan penderitaan, Paling tidak, kau mendapat satu warna lagi di kehidupanmu..
Jangan pernah ragu untul menangis, nikmatilah penyesalan, Karena hidup ini memang hasil dari pilihanmu sendiri... Air mata, bagaimanapun bentuknya...Mencerminkan ketulusan jiwa yang sangat berharga... Tiap tetesan seharusnya mencerminkan kejujuran yang tiada tara...
Maka jangan pernah kau remehkan air mata.. Karena ada saatnya dia kau butuhkan untuk melanjutkan hidup...
Indahnya hidup, Bukan didasarkan pada berapa banyak kebahagiaan yang kau raih Atau berapa banyaknya pengalaman mencengangkan yang kau punya Indahnya hidup, Adalah dimana kau merasakan dan bisa menghargai apa yang ada...Mencoba meraih apa yang bisa dan ingin kau raih...
Melangkah di tiap-tiap cobaan dengan tabah Dan bila kau beruntung, Mendapatkan apa yang dinamakan cinta dan ketulusan sejati dalan hidup....
dari milis motivasi

Saatnya Berubah

INSPIRASI PAGI/ IMELDA FM
Pemain ski Jean Killy selalu siap melakukan apapun yang akan menjadikan dia terbaik saat bergabung dengan tim nasional Prancis pada tahun 1960-an. Tetapi setelah beberapa bulan latihan yang melelahkan, dia mengakui bahwa pesaingnya juga sudah berusaha melakukan latihan serupa. Dia kemudian memutuskan untuk melangkah lebih maju dan mencari cara berbeda untuk bisa bermain ski yang lebih cepat, daripada hanya bekerja keras.
Dia mulai melatih setiap bagian tehnik skinya, seperti mengubah posisi kaki, selama masih bisa dibenarkan, dan menggunakan tongkat-tongkat nya dengancara yang tidak orthodox. Dengan cepat, percobaannya menghasilkan sebuah gaya baru yang menghebohkan, yang bisa memper- cepat waktunya dalam perlombaan ski secara dramatis. Dalam beberapa tahun, Killy memenangkan tropi kejuaraan ski besar, dan 3 medali emas pada olimpiade musim dingin1968.
Killy mengambil pelajaran penting dalam sebuah kreativitas: inovasi tidak memerlukan kejeniusan - hanya memerlukan kemauan untuk menguasai peraturannya, dan mencoba sesuatu yang berbeda.Pernah dikatakan bahwa salah satu alasan mengapa orang gagal dalam latihan adalah tidak berani mengambil resiko untuk mencoba gagasan atau pengalaman baru. Perubahan mungkin sulit, dan tidak menyenangkan.
Tetapi jika ambisi kita hanya untuk menghindari kesulitan hidup, kita akan segera menyadari bahwa kita hanya memiliki kehidupan yang sangat terbatas.Tuhan menginginkan kita memperoleh kebahagiaan yang besar, mendapatkan hidup yang sebaik mungkin, dan kadang-kadang hal itu memerlukan kita untukmelangkah ke dalam sesuatu yang belum kita ketahui. Adakah engkau ragu untuk melakuan suatu gagasan atau terobosan baru? Engkau tidak akan mengerti sebelum mencobanya.
dari milis motivasi

Thursday, June 22, 2006

Tuhan Menyertai Kita

Ada sebuah suku pada bangsa Indian yang memiliki cara yang unik untuk mendewasakan anak laki-laki dari suku mereka. Jika seorang anak laki-laki tersebut dianggap sudah cukup umur untuk di dewasakan, maka anak laki-laki tersebut akan di bawa pergi oleh seorang pria dewasa yang bukan sanak saudaranya, dengan mata tertutup. Anak laki-laki tersebut di bawa jauh menuju hutan yang paling dalam.

Ketika hari sudah menjadi sangat gelap, tutup mata anak tersebut akan di buka, dan orang yang menghantarnya akan meninggalkannya sendirian. Ia akan dinyatakan lulus dan diterima sebagai pria dewasa dalam suku tersebut jika, ia tidak berteriak atau menangis hingga malam berlalu.

Malam begitu pekat, bahkan sang anak itu tidak dapat meilhat telapak tangannya sendiri, begitu gelap dan ia begitu ketakutan. Hutan tersebut mengeluarkan suara-suara yang begitu menyeramkan, auman serigala, bunyi dahan bergemerisik, dan ia semakin ketakutan, tetapi ia harus diam, ia tidak boleh berteriak atau menagis, ia harus berusaha agar ia lulus dalam ujian tersebut. Satu detik bagaikan berjam-jam, satu jam bagaikan bertahun-tahun, ia tidak dapat melelapkan matanya sedetikpun, keringat ketakutan mnegucur deras dari tubuhnya.

Cahaya pagi mulai tampak sedikit, ia begitu gembira, ia meilhat sekelilingnya, dan kemudian ia menjadi begitu kaget, ketika ia mengetahui bahwa ayahnya berdiri tidak jauh dibelakang dirinya, dengan posisi siap menembakan anak panah, dengan golok terselip dipinggang, menjagai anaknya sepanjang malam, jikalau ada ular atau binatang buas lainnya, maka ia dengan segera akan melepaskan anak panahnya, sebelum binatang buas itu mendekati anaknya. sambil berdoa agar anaknya tidak berteriak atau menangis.

Dalam mengarungi kehidupan ini, sepertinya Tuhan "begitu kejam" melepaskan anak-anakNYa kedalam dunia yang jahat ini. Terkadang kita tidak dapat melihat penyertaanNya, namun satu hal yang pasti Ia setia, Ia mengasihi kita, dan Ia selalu berjaga-jaga bagi kita seperti yang terdapat dalam Mazmur 23: 4 "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. "
God is Too wise to be mistaken.
God is too good to be unkind
So, When you don't understand And
When you can't see His plan And
When you can't trace His hand
TRUST HIS HEART

"The LORD bless you and keep you;
the LORD make his face shine upon you
and be gracious to you;
the LORD turn his face toward you
and give you peace."

dari milis motivasi

Anatomy of a Friend

INSPIRASI PAGI/ IMELDA FM

EYES To see you for your true self and always see the best in you...

EARS To always be open to listen and hear what you are really saying!

MOUTH To always tell you the truth and talk you through the tough times in life.

SHOULDER To offer strength when you need support and to be there when you need one to cry on.

ARMS To give you hugs, of course!

HANDS To hold when you need someone and to help you get up when you fall.

HEART To always hold a place for you inside it...

FEET To always walk by your side!

Thanks for being a Great Friend!

dari milis motivasi

Tuesday, June 13, 2006

Sepasang Sepatu Sports

INSPIRASI PAGI/ IMELDA FM

Menjadi "sama dan serupa" dengan remaja lain merupakan keinginan dari semua remaja. Saya ingat benar bagaimana sebagai seorang remaja dalam tahun 1963 saya merasa harus memiliki sepasang sepatu sport mutakhir yang sedang "in". Persoalannya, bulan lalu saya baru saja membeli sepasang sepatu kulit. Tapi, sepatu sport benar benar sedang mode, oleh sebab itu saya datang kepada ayah minta bantuannya. "Saya perlu sedikit uang untuk sepatu sport", ujar saya suatu petang di bengkel di mana ayah saya bekerja sebagai montir. "Willie" ayah kelihatannya terkejut. "Sepatumu baru berumur satu bulan, tapi Mengapa kini kau perlukan sepatu baru?""Setiap orang memakai sepatu sport yah!" "Sangat boleh jadi nak, Namun hal tersebut tidak menjadikan ayah mudah membayar sepatu sport " Gaji ayah kecil dan sering tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. "Ayah, saya tampak seperti bloon memakai sepatu jenis ini " kataku sambil menunjuk kepada sepasang sepatu oxford baru. Ayah memandang dalam dalam ke mataku.

Kemudian ia menjawab, "Begini saja, Kau pakai sepatu ini satu hari lagi.Besok, di sekolah, perhatikan semua sepatu dari kawan-kawanmu. Bila seusai sekolah kau masih berkeyakinan bahwa sepatumu paling butut dibandingkan sepatu kawan kawanmu, ayah akan memotong uang belanja ibumu dan membelikanmu sepasang sepatu sports" Dengan gembira saya pergi ke sekolah, keesokan paginya, penuh keyakinan bahwa hari itu merupakan hari terakhir bagiku mamakai sepatu oxford yang ketinggalan jaman ini. Saya lakukan apa yang ayah perintahkan saya lakukan, namun tidak, saya ceritakan apa yang saya lihat secara teliti. Sepatu coklat, sepatu hitam, sepatu tennis yang sudah kusam, semua menjadi pusat perhatianku. Pada petang hari, saya memiliki perbendaharaan dalam ingatanku betapa banyaknya teman teman di sekolah yang juga memakai sepatu bukan sport, bahkan sepatu - sepatu rusak, berlobang, menganga dan lain lain bentuk yang sudah mendekati kepunahan sebagai alat pelindung kaki.

Namun banyak juga yang memakai sepatu sport yang gagah, yang senantiasa berdetak detik penuh gaya bila si pemiliknya menghentakkannya dengan gagah perkasa. Setelah sekolah usai, saya berjalan cepat ke bengkel di mana ayah bekerja. Saya hampir yakin bahwa Senin depan saya juga akan masuk kelompok yang sedang "in" Setiap saya menghentakkan tumit saya di jalan, saya membayangkan telah memakai sepatu sport idaman saya. Bengkel sepi sekali saat itu. Suara yang terdengar hanya denting-denting metal dari kolong sebuah chevy tua buatan tahun 1956. Udara berbau oli, namun pada hemat penciuman saya, asyik sekali. Hanya seorang langganan sedang menunggu ayah yang sedang bergulat di kolong chevy tua itu. "Pak Alva" tanya saya kepada langganan yang sedang menunggu, "masih lamakah?" "Entah Will. Kau tahu sifat ayahmu. Ia sedang membongkar persneling, namun bila ia mendapatkan adanya bagian lain yang tidak beres, ia akan menyelesaikannya juga."

Saya bersandar pada mobil abu abu itu. Apa yang bisa saya lihat hanyalah sepasang kaki ayah yang menjulur keluar dari kolong mobil. Sambil menjentik jentik lampu belakang chevy, secara tidak sadar saya menatap kepada kaki ayah. Celana kerjanya berwarna biru tua, kusam dan lengket terkena oli, lusuh pula. Sepatunya, berwarna putih tua.... ah ....bukan hitam muda......, dan sungguh sungguh butut, sebagaimana mestinya sepatu seorang montir. Sepatu kirinya sudah tidak bersol, dan bagian kanan masih memiliki sepotong kecil kulit tipis, yang dahulu bernama sol. Di ujungnya, sebaris staples menggigit kedua belah kulit kencang kencang, mencegah jempol kakinya mengintip keluar. Tali sepatunya beriap riap, dan sebuah lubang memperlihatkan sebagian dari jari kelingkingnya yang terbalut kaus katun. "Sudah pulang nak? "ayah keluar dari kolong mobil. "Yes sir" kataku. "Kau lakukan apa yang kuperintahkan hari ini?" "Yes sir" "Nah, apa jawabmu ?" la memandangku, seolah olah tahu apa yang akan saya ucapkan. "Saya tetap ingin sepatu sport " Saya berkata tegas, dan berusaha setengah mati untuk tidak memandang kepada sepatu ayah. "Kalau begitu, ayah harus potong uang belanja ibumu....." "Mengapa tidak pergi dan membelinya sekarang?" lalu ayah mengeluarkan selembar $ 10. dan memancing uang receh untuk mencari 30 sen guna membayar 3% pajak penjualannya.

Saya menerima uang itu dan segera berangkat ke pusat pertokoan, dua blok dari bengkel di mana ayah bekerja. Di depan sebuah etalase, saya berhenti untuk melihat apakah sepatu sportku masih dipajang disana. Ternyata masih! $9.95. Namun uang saya tidak akan cukup bila saya harus membeli paku paku yang akan dipakukan pada solnya dan menimbulkan suara klak klik yang gagah. Saya pikir, untuk lari ke rumah dan minta bantuan dana dari mama, sebab tidak mungkin kembali kepada ayah dan minta kekurangannya. Pada saat saya teringat kepada ayah, sepatu tuanya tampak membayang melintasi kedua mataku. Jelas tampak kebututannya, sisinya yang compang camping, paku paku yang telah mengintip keluar dan sebaris staples yang umumnya dipakai untuk menjepit kertas. Sepatu kulit usang yang dipakainya untuk menghidupi keluarganya. Pada waktu musim dingin yang menggigit, sepatu yang sama dipakainya melintasi jalan jalan yang dingin, menuju kepada mobil mobil yang mogok. Namun ayah tidak pernah mengeluh.

Terpikir olehku, betapa banyaknya benda benda yang seharusnya dibutuhkan ayah, namun tidak dimilikinya, semata mata agar saya mendapatkan apa yang saya ingini. Dan kementerengan sepatu sport yang ada di balik kaca etelase di hadapanku mulai memudar. Apa jadinya bila ayah bersikap sepertiku. Sepatu jenis apa yang saat ini kupakai, bila ayahku bersikap seperti saya bersikap. Saya masuk ke dalam toko sepatu itu. Sebuah rak besar terpampang megah, penuh berisikan sepatu sport yang sungguh keren. Di sampingnya, terdapat sebuah rak lain, dengan sebingkai tulisan "obral besar. 50% discount". Dibawah bingkai itu tergeletak sepatu sepatu semodel sepatu ayah, beberapa generasi lebih muda, tentunya. Otakku bermain ping pong. Mula mula sepatu ayah yang butut. Dan sekarang sepatu baru. Pikiran tentang: menjadi "in" dan seirama dengan remaja lain di sekolah. Dan kemudian pikiran tentang ayah,.... telah mengalahkannya. Saya mengambil sepatu ukuran 42 dari rak yang berdiscount. Dengan segera berjalan ke arah meja kasir, ditambah pajak, jadilah bilangan $ 6.13. Saya kembali ke bengkel dan meletakkan sepatu baru ayah di atas kursi di mobilnya. Saya mendapatkan ayah dan mengembalikan uang kembalian yang masih tersisa. "Saya pikir harganya $ 9.95" kata ayah. "Obral" kataku pendek. Saya mengambil sapu, dan mulai membantu ayah membersihkan bengkel. Pukul lima sore, ia memberi tanda bahwa bengkel harus ditutup dan kami harus pulang.

Ayah mengangkat kotak sepatu ketika kami masuk ke dalam mobilnya. Ketika ia membuka kotak itu, ia hanya dapat memandang tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ia memandang kepada sepatu itu lama-lama, kemudian kepadaku. "Saya pikir kau membeli sepatu sport", katanya pelan. "Sebetulnya ayah, ... tapi .... Saya tak sanggup meneruskannya. Bagaimana saya harus menjelaskannya bahwa saya sungguh ingin menjadi seperti ayah? Dan bila saya tumbuh menjadi dewasa, saya sungguh ingin menjadi seperti orang baik ini, yang Tuhan berikan kepada saya sebagai ayah saya. Ayah meletakkan tangannya pada bahu saya, dan kami saling memandang untuk waktu sesaat. Tidak ada kata kata yang perlu dikatakan. Ayah menstarter mobil, dan kami pulang. Terima kasih Tuhan, karena engkau telah memberiku seorang ayah yang baik dan bertanggung jawab.

dari milis motivasi

Laut Galilea dan Laut MatiDi

INSPIRASI PAGI/ IMELDA FM
Palestina ada dua laut. Keduanya sangat berbeda. Yang satu dinamakan Laut Galilea, yaitu sebuah danau yang luas dengan air yang jernih dan bisa di minum. Ikan dan manusia berenang dalam laut tersebut. Danau itu juga dikelilingi oleh ladang dan kebun hijau, banyak orang mendirikan rumah di sekitarnya. Laut yang lain dinamakan Laut Mati, dan sungguh sesuai dgn namanya. Segala sesuatu yg ada didalamnya mati. Airnya sungguh asin sehingga kita bisa sakit jika meminumnya. Danau itu tidak ada ikannya dan tidak ada sesuatupun yg sanggup tumbuh di tepiannya. Tak juga ada orang yg ingin tinggal di sekitarnya, sebab baunya sangat tak sedap. Jadi yang menarik tentang kedua laut itu adalah bahwa sungai yang mengalir ke keduanya adalah satu sungai. Trus, apa yang membuatnya kemudian jadi beda? Bedanya, laut yang satu menerima dan memberi (Galilea), sedang laut lainnya menerima dan menyimpannya saja (Laut mati). Sungai Yordan mengalir ke Laut Galilea dan mengalir keluar dari dasar danau itu. Danau tersebut memanfaatkan air sungai Yordan dan kemudian meneruskannya kepada danau lain yg juga memanfaatkannya. Sungai Yordan kemudian mengalir ke Laut Mati namun tdk pernah keluar lagi. Laut Mati menyimpan air Sungai Yordan bagi dirinya sendiri. Hal itulah yang membuatnya mati : hanya menerima dan tidak mau memberi.
dari milis motivasi

Saturday, June 03, 2006

Ia Hadir untuk Dicinta

INSPIRASI PAGI/ IMELDA FM
Jika masih tertahan kelopak mata ini untuk tetap terbuka hingga larut, atau saat terjaga di pertengahan malam selalu saya sempatkan untuk menyambangi kamar anak-anak. Saya hampiri dan tatap wajah mereka bergantian sambil menghalau nyamuk yang hinggap ditubuh mereka. Wajah indah yang terlelap itu menyibakkan kejujuran dalam hati, bahwa mereka hadir sebagai amanah yang harus dijaga sebaik-baiknya. Mereka ada untuk dicinta.Terbayanglah kekesalan yang hampir tercipta akibat perbuatan dan tingkah nakal mau pun pembangkangan mereka siang tadi. Terlintaslah amarah yang nyaris meluap saat mereka tak mendengar perintah mau pun ketika peraturan terlanggar. Beruntung kekesalan itu hanya sempat mampir di kepala dan tak sampai keluar makian kasar yang pasti akan melukai telinga mereka.Bersyukur amarah ini tak sekali pun sempat membuat mereka melihat saya seperti monster yang menakutkan.
Mereka hanya anak-anak yang sangat pantas dan bisa sangat dimaafkan ketika berbuat kesalahan. Jiwa mereka masih sangat rapuh untuk menerima kalimat dan perilaku kasar orang tua hanya karena kesalahan kecil yang mereka pun mungkin tak sadar kalau itu benar-benar sebuah kesalahan.Bisa jadi letak kesalahan justru terletak pada orang tua yang terlalu kaku membuat peraturan, mengekang kebebasan mereka sebagai individu yang meski masih kecil tetap saja seorang manusia yang berhak dan bebas memilih untuk melakukan yang terbaik menurut mereka. Tugas orang tua bukan melarang atau memerintah, tapi lebih kepada mengarahkan agar mereka tetap berada pada jalur yang sebenarnya. Menatap kembali wajah-wajah bersih itu dalam tidur mereka yang mungkin sedang memimpikan Ayah dan Ibu yang tengah menimang dan membuai penuh kasih, tergambar jelas tak sedikit pun ada dosa di diri mereka. Kalau mau menghitung-hitung, jangan-jangan justru kita lah yang lebih banyak berbuat kesalahan terhadap mereka dibanding jumlah kesalahan kecil mereka.Saya teringat banyak kejadian di luar. Misalnya ketika di sebuah angkot seorang ibu memaki anaknya yang masih berusia empat tahun -dari posturnya seukuran anak saya- dengan kalimat yang sangat belum waktunya anak sekecil itu mendapatkannya. Belum lagi tempelengan yang sempat mampir di kepalanya. "goblok lu ya, kalau jatuh mampus luh," hanya karena ia sempat melongok kearah pintu angkot.
Sebuah kesalahan kecil yang mestinya bisa disikapi lebih bijak dengan sebuah nasihat lembut. Atau ketika isteri saya bercerita tentang seorang ibu dari teman sekolah anak kami di TK. Anaknya terjatuh saat berlari, "Nyungsep sekalian biar bonyok tuh muka. Udah dibilangin jangan lari," itu pun masih ditambah satu tamparan di kepala. Yang pasti itu tak meredakan tangis si anak, bahkan membuat memar di lututnya semakin perih terasa hingga ke hati.Mengusap bulir keringat di kening mereka dan membelai rambutnya saat tidur membuahkan pertanyaan di benak ini, haruskah bintang-bintang sejernih ini mendapatkan perlakuan sekasar itu? Lihat saja senyum mereka saat terlelap, dan dengarkan hati mereka bernyanyi dalam mimpi. Anda akan mendengarkan nyanyian riangnya jika Anda memperlakukannya sepanjang hari seperti halnya Anda tengah menciptakan sebuah mimpi indah untuknya. Namun jangan terperanjat ketika tengah malam tidur Anda terusik saat ia mengigau dan berteriak ketakutan. Hanya rintihan yang bisa terdengar dari mimpinya karena sepanjang hari ia hanya mendapatkan kecemasandan ketakutan dari kalimat kasar, delikkan mata dan ayunan keras tangan Anda ke tubuh mereka.Tak seekor nyamuk pun pernah saya persilahkan untuk menyentuh setiap inci kulit mereka. Lalu kenapa masih ada yang tega mencederai anak-anak, padahal dalam berbagai dongeng mereka selalu mendengar bahwa yang kasih dan cintanya tak terbanding itulah Ayah dan Ibu.
Coba sentuh dengan lembut wajah halusnya saat tidur, itu akan membuatnya bermimpi indah seolah tengah terbaring di pangkuan bidadari. Anak-anak tak pernah membenci orang tuanya, bahkan saat mereka mendapatkan perlakukan kasar dari orang tua pun, tetap saja nama Ayah atau Ibu yang mereka panggil saat menangis. Anak-anak tak pernah berdosa terhadap orang tuanya, justru kebanyakan orang tua yang berdosa kepada mereka dengan makian kasar dan pukulan menyakitkan. Anak-anak tak pernah benar-benar membuat orang tua kesal, orang tua lah yang teramat sering membuat mereka kecewa mendapati Ayah dan Ibunya tak seindah syair lagu yang selalu diajarkan guru di sekolah.Ah, kadang orang tua baru menyadari bahwa anak-anak hadir untuk dicinta saat ia terbaring lemah di salah satu tempat tidur di bangsal anak-anak. Atau ketika Tuhan mencabut amanah itu dari kita. Menangiskah kita?

dari milis motivasi

Bintang Laut

INSPIRASI PAGI/ IMELDA FM

Ketika fajar menyingsing, seorang lelaki tua berjalan-jalan di pinggir pantai sambil menikmati angin laut yang segar menerpa bibir pantai. Di kejauhan dilihatnya seorang anak sedang memungut bintang laut dan melemparkannya kembali ke dalam air. Setelah mendekati anak itu, lelaki tua itu bertanya heran; 'Mengapa engkau mengumpulkan dan melemparkan kembali bintang laut itu ke dalam air?', Tanyanya. 'Karena bila dibiarkan hingga matahari pagi datang menyengat, bintang laut yang terdampar itu akan segera mati kekeringan.' Jawab si kecil itu. 'Tapi pantai ini luas dan bermil-mil panjangnya.' Kata lelaki tua itu sambil menunjukkan jarinya yang mulai keriput ke arah pantai pasir yang luas itu. 'Lagi pula ada jutaan bintang laut yang terdampar. Aku ragu apakah usahamu itu sungguh mempunyai arti yang besar.' Lanjutnya penuh ragu. Anak itu lama memandang bintang laut yang ada di tangannya tanpa berkata sepatahpun. Lalu dengan perlahan ia melemparkannya ke dalam laut agar selamat dan hidup. 'Saya yakin usahaku sungguh memiliki arti yang besar, sekurang-kurangnya... bagi yang satu ini.' Kata si kecil itu.

Teman, kita sering kali mendambakan untuk melakukan sesuatu yang besar, namun sering kali kita lupa bahwa yang besar itu sering dimulai dengan sesuatu yang kecil
dari milis motivasi

Pelajaran Satu Juta Dolar Oleh Petey Parker

INSPIRASI PAGI/ IMELDA FM

Seorang sopir taxi telah mengajarkan pada saya bagaimana memenuhi harapan dan kepuasan pelanggan. Sebuah pelajaran berharga satu juta Dollar. Mungkin anda harus mengeluarkan ribuan Dollar untuk membayar seorang pembicara profesional dalam sebuah seminar atau pelatihan motivasi bagi karyawan perusahaan. Tapi kali ini saya hanya cukup mengeluarkan ongkos taxi seharga 12 Dollar saja.

Ceritanya begini: Suatu hari saya terbang ke Dallas untuk menemui seorang klien. Waktu itu sangat sempit, karena saya harus segera kembali ke airport. Saya menyetop sebuah taxi. Begitu tiba, dengan segera sopir taxi membuka pintu mobil untuk saya, dan memastikan bahwa saya telah duduk dengan nyaman di dalamnya.Begitu ia duduk di belakang kemudi, ia menunjuk sebuah koran Wall Street Journal yang terlipat rapi di samping saya untuk dibaca. Lalu ia menawarkan beberapa kaset, dan menanyakan jenis musik apa yang saya sukai. "Wow," saya cukup terperanjat dengan pelayanan yang diberikannya. Saya menoleh ke sekeliling. Jangan-jangan ada program "Candid Camera" yang ingin menjebak dan mengolok-olok saya. Dengan penuh penasaran saya memberanikan bertanya pada sopir taxi itu, "Wah, kelihatannya anda sangat senang sekali dengan pekerjaan anda ini. Tentu anda punya cerita yang panjang mengenai pekerjaan anda ini"

"Anda salah," jawabnya, "Dulu saya bekerja di Corporate America. Tetapi saya merasa lelah karena berapa pun kerasnya usaha untuk menjadi yang terbaik dalam perusahaan itu, ternyata tidak pernah memuaskan hati saya. Kemudian saya memutuskan untuk menemukan sebuah ceruk dalam kehidupan saya dimana saya bisa merasa bangga dan puas karena mampu menjadi diri saya yang terbaik.""Saya tahu," lanjutnya, "Saya takkan pernah bisa menjadi seorang ilmuwan roket, tetapi saya suka sekali mengendarai mobil dan memberikan pelayanan pada orang lain. Saya ingin merasa bahwa saya telah melakukan pekerjaan yang terbaik setiap harinya. Lalu, saya merenungi apa yang jadi kelebihan diri saya, dan wham.. saya menjadi seorang sopir taxi."

"Satu hal yang saya yakini, supaya saya meraih keberhasilan dalam usaha saya ini, saya hanya perlu memenuhi kebutuhan penumpang saya. Tetapi agar bisnis saya ini menjadi luar biasa, saya harus melebihi harapan penumpang saya. Tentu saja saya ingin meraih hasil yang luar biasa, ketimbang yang biasa-biasa saja." Waw, sebuah pelajaran nyata yang luar biasa. Menurut anda, apakah saya memberinya tip besar atas pelayanan yang diberikannya? Anda salah! Dia adalah kerugian bagi Corporate America, tetapi teman perjalanan yang baik.

Disadur dari: Petey Parker, A Million Dollar Lesson

dari milis motivasi

Thursday, June 01, 2006

Kebahagiaan

INSPIRASI PAGI/ IMELDA FM

Seorang lelaki berumur 92 tahun yang mempunyai selera tinggi,percaya diri, dan bangga akan dirinya sendiri,yang selalu berpakaian rapi setiap hari sejak jam 8 pagi,dengan rambutnya yang teratur rapi meskipun dia buta,masuk ke panti jompo hari ini.Istrinya yang berumur 70 tahun baru-baru ini meninggal,sehingga dia harus masuk ke panti jompo. Setelah menunggu dengan sabar selama beberapa jam di lobi, Dia tersenyum manis ketika diberi tahu bahwa kamarnya telah siap. Ketika dia berjalan mengikuti penunjuk jalan ke elevator,aku menggambarkan keadaan kamarnya yang kecil,termasuk gorden yang ada di jendela kamarnya.Saya menyukainya, katanya dengan antusias seperti seorang anak kecil berumur 8 tahun yang baru saja mendapatkan seekor anjing. Pak, Anda belum melihat kamarnya, tahan dulu perkataan tersebut. Hal itu tidak ada hubungannya, dia menjawab. Kebahagiaan adalah sesuatu yang kamu putuskan di awal. Apakah aku akan menyukai kamarku atau tidak,tidak tergantung dari bagaimana perabotannya diatur tapi bagaimana aku mengatur pikiranku.Aku sudah memutuskan menyukainya. Itu adalah keputusan yang kubuat setiap pagi ketika aku bangun tidur. Aku punya sebuah pilihan; aku bisa menghabiskan waktu di tempat tidur menceritakan kesulitan- kesulitan yang terjadi padaku karena ada bagian tubuhnya yang tidak bisa berfungsi lagi, atau turun dari tempat tidur dan berterima kasih atas bagian- bagian yang masih berfungsi.Setiap hari adalah hadiah, dan selama mataku terbuka,aku akan memusatkan perhatian pada hari yang baru dan semua kenangan indah dan bahagia yang pernah kualami dan kusimpan. Hanya untuk kali ini dalam hidupku. Umur yang sudah tua adalah seperti simpanan dibank. Kita akan mengambil dari yang telah kita simpan. Jadi, nasehatku padamu adalah untuk menyimpan sebanyak-banyaknya kebahagiaan di bank kenangan kita. Terima kasih padamu yang telah mengisi bank kenanganku. Aku sedang menyimpannya.
Ingat-ingatlah lima aturan sederhana untuk menjadi bahagia:
1. Bebaskan hatimu dari rasa benci.
2. Bebaskan pikiranmu dari segala kekuatiran.
3. Hiduplah dengan sederhana.
4. Berikan lebih banyak (give more)
5. Jangan terlalu banyak mengharap (expect less)
dari milis motivasi

Jadilah Pelita

INSPIRASI PAGI/ IMELDA FM

Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita. Orang buta itu terbahak berkata: "Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok." Dengan lembut sahabatnya menjawab, "Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu." Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta. Dalam kagetnya, ia mengomel, "Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!" Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.

Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta. Kali ini si buta bertambah marah, "Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!" Pejalan itu menukas, "Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!" Si buta tertegun.. Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, "Oh, maaf, sayalah yang 'buta', saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta." Si buta tersipu menjawab, "Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya." Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.

Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta kita. Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, "Maaf, apakah pelita saya padam?" Penabraknya menjawab, "Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama." Senyap sejenak. secara berbarengan mereka bertanya, "Apakah Anda orang buta?" Secara serempak pun mereka menjawab, "Iya.," sembari meledak dalam tawa. Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.

Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta. Timbul pikiran dalam benak orang ini, "Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka." Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan (tabrakan!).

Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan "pulang", ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf. Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk "membuta" walaupun mereka bisa melihat.
Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu. Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana.

Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan. Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam? JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita. Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan: Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama tidak akan meredup. Pelita kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi. Bila mata tanpa penghalang, hasilnya adalah penglihatan. Jika telinga tanpa penghalang, hasilnya adalah pendengaran. Hidung yang tanpa penghalang membuahkan penciuman. Fikiran yang tanpa penghalang hasilnya adalah kebijaksanaan.

dari milis motivasi

Seekor Burung

INSPIRASI PAGI/ IMELDA FM

KETIKA musim kemarau baru saja mulai. Seekor burung pipit mulai merasakan tubuhnya kepanasan, lalu mengumpat pada lingkungan yang dituduhnya tidak bersahabat. Dia lalu memutuskan untuk meninggalkan tempat yang sejak dahulu menjadi habitatnya, terbang jauh ke utara, mencari udara yang selalu dingin dan sejuk. Benar, pelan pelan dia merasakan kesejukan udara, makin ke utara makin sejuk, dia semakin bersemangat memacu terbangnya lebih ke utara lagi.

Terbawa oleh nafsu, dia tak merasakan sayapnya yang mulai tertempel salju, makin lama makin tebal, dan akhirnya dia jatuh ke tanah karena tubuhnya terbungkus salju. Sampai ke tanah, salju yang menempel di sayapnya justru bertambah tebal. Si burung pipit tak mampu berbuat apa apa, menyangka bahwa riwayatnya telah tamat. Dia merintih menyesali nasibnya. Mendengar suara rintihan, seekor kerbau yang kebetulan lewat menghampirinya. Namun si burung kecewa mengapa yang datang hanya seekor kerbau. Dia menghardik si kerbau agar menjauh dan mengatakan bahwa makhluk yang tolol tak mungkin mampu berbuat sesuatu untuk menolongnya.Si kerbau tidak banyak bicara, dia hanya berdiri, kemudian kencing tepat di atas burung tersebut. Si burung pipit semakin marah dan memaki maki si kerbau. Lagi-lagi si kerbau tidak bicara, dia maju satu langkah lagi, dan mengeluarkan kotoran ke atas tubuh si burung.

Seketika itu si burung tidak dapat bicara karena tertimbun kotoran kerbau. Si Burung mengira bahwa ia akan mati tak bisa bernapas. Namun perlahan lahan, dia merasakan kehangatan, salju yang membeku pada bulunya pelan-pelan meleleh oleh hangatnya tahi kerbau, dia dapat bernapas lega dan melihat kembali langit yang cerah. Si burung pipit berteriak kegirangan, bernyanyi keras sepuas puasnya.Mendengar ada suara burung bernyanyi, seekor anak kucing menghampiri sumber suara, mengulurkan tangannya, mengais tubuh si burung dan kemudian menimang nimang, menjilati, mengelus dan membersihkan sisa- sisa salju yang masih menempel pada bulu si burung. Begitu bulunya bersih, si burung bernyanyi dan menari kegirangan, dia mengira telah mendapatkan teman yang ramah dan baik hati. Namun apa yang terjadi kemudian, seketika itu juga dunia terasa gelap gulita bagi si burung, dan tamatlah riwayat si burung pipit ditelan oleh si kucing.

Hmm... tak sulit untuk menarik garis terang dari kisah ini, sesuatu yang acap terjadi dalam kehidupan kita: halaman tetangga tampak selalu lebih hijau; penampilan acap menjadi ukuran; yang buruk acap dianggap bencana dan tak melihat hikmah yang bermain di sebaliknya; dan merasa bangga dengan nikmat yang sekejap. Burung pipit itu adalah cermin yang memantulkan wajah kita...

dari milis motivasi