Saturday, August 29, 2009

Meraih Kemenangan

Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis dengan memilukan selama berjam-jam sementara si petani memikirkan apa yang harus dilakukannya. Kemudian petani itu berpikir bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun karena dianggapnya berbahaya, jadi tidak berguna untuk menolong keledai. Petani itu mengajak tetangga-tetanggany a untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur.

Ketika keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian.Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya. Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang- guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu.

Sementara tetangga-tetangga si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga menguncangkan badannya dan melangkah naik. Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan keluar dari sumur.

Begitulah kehidupan senantiasa menuangkan masalah, problem, dan kesedihan agar kita mampu menjadi kuat dan dewasa. Mengguncangkan segala macam problem, masalah, kesedihan dari pikiran kita agar tetap jernih dengan menggunakannya sebagai pijakan melangkah naik keluar dari sumur ‘penderitaan’ dan melahirkan sikap kearifan dalam hidup kita.

Dari milis motivasi

Hidup Itu Di Hati

Hidup Itu Di Hati

Manusia hidup dari hatinya. Manusia bertempat tinggal dihatinya. Hati adalah
sebuah perjalanan panjang. Manusia menyusurinya, menuju kepuasannya,
kesejahteraannya, kebahagiannya, & Tuhannya. Berbagai
makhluk menghalanginya, terkadang, atau sering kali, dirinya sendirilah yang
merintanginya.

Hati adalah pusat kehendak yang membuat manusia tertawa dan menangis, sedih
dan gembira, suka ria atau berputus asa. Manusia mengembara dihatinya:
pikiran membantunya, maka pikiran harus bekerja sekeras-kerasnya, pikiran
bisa perlu ber-revolusi, pikiran tak boleh tidur, pikiran harus dipacu lebih
cepat dari waktu cahaya.

Hati tidak selalu mengerti persis apa yang dikehendakinya. Ia hanya bisa
berkiblat ke Tuhannya untuk memperoleh kejernihan dan ketepatan kemauannya.

Pikiran ikut menolongnya mendapatkan kejernihan dan ketetapan itu, tapi
pikiran tidak bisa menerangkan apa-apa tentang Tuhannya. Pikiran mengabdi
kepada hatinya, hati selalu bertanya kepada Tuhannya. Di
hadapan Tuhan, pikiran adalah kegelapan dan kebodohan. Jika pikiran ingin
mencapai Tuhannya, ia menyesuaikan diri dengan hukum dimensi hatinya. Jika
tidak, pikiran akan menawarkan kerusakan, keterjebakan dan bumerang.

Jika pikiran hanya mampu mempersembahkan benda-benda kepada hatinya, maka
hati akan tercampak ke ruang hampa, dan pikiran sendiri memperlebar jarak
dari Tuhannya.

Badan akan lebur ke tanah. Pikiran akan lebur diruang dan waktu. Hati akan
lebur di Tuhan. Jika derajat hati diturunkan ke tanah, jika tingkat pikiran
bersibuk dengan bongkahan logam, maka dalam keniscayaan lebur ke Tuhan,
mereka akan hanya siap menjadi onggokan kayu, yang terbakar tidak oleh cinta
kasih Tuhan, melainkan oleh api.

Jika hati hanya berpedoman kepada badan, maka ia hanya akan ketakutan oleh
batas usia, oleh mati, oleh kemelaratan, oleh ketidakpunyaan. Jika pikiran
hanya mengurusi badan, jika pikiran tak kenal ujung maka ia akan rakus
kepada alam, akan membusung dengan keangkuhan, kemudian kaget dan kecewa
oleh segala yang dihasilkan.

Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib diambil dari buku "Dari Pojok Sejarah" penerbit Mizan
dari milis motivasi

Proses Sukses

Seorang pemuda suatu hari bercita menjadi seorang ahli pidato yang
handal. Cita-citanya ini membuat ia menjadi sangat bersemangat dalam
belajar. Meski ia bukan termasuk orang yang banyak menerima
pendidikan formal, ia tetap rajin membaca buku-buku bermutu dan
bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih ahli. Ia juga sangat
gemar berkunjung ke berbagai perpustakaan di kotanya untuk meminjam
buku dan membacanya.

Cita-cita untuk menjadi ahli pidato handal juga membuatnya rajin
mendengarkan pidato orang lain. Dikisahkan pada suatu malam ia pernah
berjalan kaki sekitar 30 kilometer hanya untuk mendengarkan sebuah
pidato. Saat tengah malam, dalam perjalanan pulang, ia menyusun
kembali intisari pidato tadi. Intisati ini kemudian dijadikannya
bahan untuk berlatih.

Untuk mengembangkan teknik dan daya tarik pidatonya, pemuda ini juga
mengikuti sejumlah kursus dan seminar. Dia juga tekun dalam berlatih
dan senantiasa berupaya memperbaiki kesalahan-kesalahan nya. Bertahun-
tahun kemudian ia menjadi seorang negarawan sekaligus ahli pidato
yang terkenal. Tahukah Anda siapa orangnya? Ia adalah Abraham
Lincoln, seorang presiden Amerika yang luar biasa dan namanya
dikenang sepanjang masa.

Dari kisah sederhana ini, kita setidaknya bisa menarik beberapa
pelajaran berharga. Pertama, kesuksesan bukanlah suatu kebetulan.
Kita tidak bisa tiba-tiba bangun di pagi hari dengan keadaan yang
tiba-tiba saja sesuai dengan cita-cita kita. Hidup bukanlah sebuah
pertunjukan sulap!
Pelajaran kedua, kesuksesan membutuhkan sebuah proses. Sayangnya,
banyak orang yang ingin menggapai kesuksesan namun tidak mau
menjalani proses yang ada. Kehidupan modern yang serba instant
terkadang membuat kita lupa bahwa segala sesuatu membutuhkan proses.

Pelajaran ketiga yang dapat kita tarik dari kisah di atas adalah
sukses membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Pepatah mengatakan,
tidak ada kesuksesan tanpa pengorbanan. Itu tepat! Tetapi, berapa
banyak dari kita yang sungguh menerapkan prinsip ini dalam hidup kita?

Ditulis oleh Paulus Winarto.
dari milis motivsi

Tengoklah Ke Dalam

Setelah sekian lama hidup berkeluarga suami istri dihadapkan kepada masalah. Suaminya mengira masalah kehidupan rumah tangganya terletak pada istrinya. Sang suami mengira bahwa istrinya tuli. Akhirnya suami pergi berkonsultasi kepada seorang dokter. Dokter menyarankan ketika dirumah agar memanggil istrinya dalam jarak empat meter.

'Nanti kalo istri saya tidak menjawab, apa dia benar-benar tuli, dok?' tanya sang suami.

'oo..belum tentu..kalo jarak empat meter tidak menjawab, cobalah mendekat dengan jarak dua meter,' jawab dokter.

'Kalo masih tidak menjawab dok?" tanya lagi sang suami.

'Panggillah yang lebih dekat lagi, kalo masih tidak menjawab berarti istri anda tuli.' kata dokter.

Begitu sampai di rumah sang suami melihat istrinya sedang menyirami bunga di halaman rumahnya. Dari jarak empat meter suaminya menyapa, 'Hai, sayang sedang ngapain?' Pertanyaannya tidak dijawab, suaminya jadi khawatir, istrinya benar-benar tuli. Kemudian suaminya mendekat dengan jarak dua meter memanggil istrinya. 'Sayang, bunganya indah sekali ya..' Ternyata masih juga tidak mendengar jawaban istrinya. Dengan gagahnya suaminya berdiri mendekat disamping istrinya yang sedang menyiram bunga dan mengatakan dengan suara keras, 'Sayang, Sibuk ya? Lagi ngapain sih?'

Sang istri menoleh dengan wajah memerah menahan amarah dan mengatakan kepada suaminya. 'Kamu ini ada apa sih? sudah tiga kali aku bilang, sedang menyirami bunga, masih aja bertanya.'

begitulah kita, seringkali kita beranggapan orang lain yang salah. Padahal sebenarnya kesalahan itu ada pada diri kita sendiri, terkadang kita tidak menyadari bahwa kesalahan itu terletak pada diri kita sendiri.

Friday, August 28, 2009

"Cukup Itu Berapa?"

Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia,
barangkali adalah kata "cukup".

Kapan kita bisa berkata cukup?

Hampir semua pegawai merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya.

Pengusaha hampir selalu merasa pendapatan perusahaannya masih dibawah target.

Istri mengeluh suaminya kurang perhatian.
Suami berpendapat istrinya kurang pengertian.
Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati.
Semua merasa kurang dan kurang.

Lalu… Kapankah kita bisa berkata cukup?

Cukup bukanlah soal berapa jumlahnya.
Cukup adalah persoalan kepuasan hati.

Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa mensyukuri.

Tak perlu takut berkata cukup.
Mengucapkan kata cukup bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya.

"Cukup" / jangan diartikan sebagai kondisi stagnasi, mandeg dan berpuas diri.

Mengucapkan kata cukup membuat kita melihat apa yang telah kita terima/ bukan apa yan belum kita dapatkan//

Jangan biarkan kerakusan manusia membuat kita sulit´berkata cukup.

Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia.


Belajarlah untuk berkata "Cukup"

Saturday, August 22, 2009

Bunga Teratai

Anda tahu dan pernah lihat bunga teratai?

Itu bunga yang hidupnya di atas air yang tenang dan kotor, dimana banyak serangga dan sumber penyakit hidup. Daunnya yang besar terapung di atas air dan dijadikan tempat loncatan kodok.

Dengan kondisi yang sedemikian kotornya, orang akan menganggapnya sebagai yang tidak berharga dan kotor, yang tidak pantas untuk diraih karena demikian kotornya tempat ia hidup.

Tapi tahukah Anda, bunga teratai mempunyai bunga yang sangat indah dan bersih, bertolak belakang dengan lingkungannya yang kotor. Dia tampil dengan keindahan bunganya yang sangat menawan bagi yang melihatnya. Dia hidup dengan keindahan dan kebersihan yang demikian tanpa dipengaruhi oleh lingkungannya yang kotor. Betatapun kotornya tempat dia hidup, tapi keindahannya tetap terjaga dengan baik. Bahkan lingkungannya yang ingin merusak dirinya, bunga teratai tetap tumbuh dengan indahnya tanpa merusak lingkungannya.

Kehidupan kita juga ibaratkan bunga teratai, yang hidup di lingkungan yang terkadang dan bahkan tidak bersahabat dengan kita. Tidak jarang, alam sekitar memaksa kita untuk menerima dan menyesuaikan dengan lingkungannya.

Manusia dilahirkan sebagai makhluk dengan keindahan dan kesempurnaan yang akan membawa kebaikan bagi lingkungan dan alam sekitarnya. Keindahan manusia akan terlihat dari seberapa besar pengaruh lingkungan terhadap dirinya.

Banyak orang yang tidak menyadari, bahwa dirinya yang indah dipengaruhi oleh lingkungan yang menjadikannya tidak lagi indah dan bersahaja. Banyak orang yang tadinya merupakan panutan bagi orang lain, tapi menjadi parasit kemudian.

Seberapa besarkah Anda bisa bertahan di lingkungan Anda yang demikian kotornya. Apakah Anda akan membiarkan diri Anda kotor untuk bisa diterima oleh lingkungan Anda, atau Anda akan memeprlihatkan kepada lingkungan Anda bahwa Anda adalah orang yang bersahaja walaupun Anda berada dilingkungan yang kotor.

Jadilah Anda sebagai bunga teratai, walaupun Anda hidup di lingkungan yang kotor. Jadilah Anda yang anggun walaupun lignkungan ingin merusak Anda, dan jadikanlah Anda sebagai yang akan menentukan kualitas lingkungan Anda.

dari milis motivasi

Daftar Orang Penting

Kalau kita ditanya "untuk apa kita bekerja", maka jawabannya pasti untuk kesejahtaraan dan kebahagiaan keluarga.

Sekarang pertanyaannya; apakah selama ini kita telah mensejahterakan dan membahagiakan keluarga kita?

Setiap orang yang bekerja keras siang dan malam tidak lain adalah untuk memberikan kebahagian kepada orang-orang dekat dan lingkungannya. Mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani setiap anggota keluarga yang menjadi tanggung jawabnya.

Tidak jarang mereka mengorbankan waktu dan pikirannya hanya untuk mendapatkan sesuatu yang dapat membahagiakan dirinya maupun keluarganya. Mereka sibuk mengatur waktu untuk melakukan hubungan bisnis dengan orang-orang yang mereka anggap penting yang dapat memberikan kebahagiaan buat mereka.

Tapi pada kenyataan, banyak para orang tua yang terlalu sibuk dengan urusan dan bisnis mereka sehingga mereka melupakan tujuan mereka untuk membahagiakan keluarganya. Mereka beranggapan, dengan kerja keras mereka selama ini dengan materi yang berkecukupan bisa memberikan kebahagiaan buat mereka. Mereka sibuk melakukan hubungan dengan orang-orang yang mereka anggap penting, tapi mereka lupa bahwa keluarga juga merupakan orang-orang penting yang akan mendorongkan mereka untuk lebih maju.

Karena mereka mengaggap orang lain lebih penting dari keluarga, sehingga mereka sering lupa untuk memberikan sentuhan komunikasi dan kebersamaan dalam keluarga. Yang ada dalam pikirannya; bahwa dia telah mencukupi kebutuhan materi keluarga, sehingga dengan demikian kebutuhan keluarga sudah terpenuhi lahir bathin.

Sebagai ilustrasi sederhana mungkin bisa disimak cerita dibawah ini:

Seorang ayahnya yang super sibuk, yang bekerja setiap hari dengan waktu yang sangat padat. Sehingga demikian sibuknya, dia tidak punya waktu untuk berkumpul dengan keluarganya.

Pada satu hari, sang ayah dikunjungi oleh sang anak di ruang kerjanya. Sang anak memperhatikan sang ayah bekerja; mengetik di komputer, menulis di buku dan sebagainya. Tapi sang ayah tetap fokus dengan pekerjaannya atau mungkin tidak menyadari kehadiran sang anak.

Melihat kesibukan ayahnya, maka sang anak bertanya kepada sang ayah:

Anak: "Ayah, sedang ngapaian?"
Ayah: "Ayah sedang membuat dafar orang penting yang ingin ayah kunjungi hari ini"
Anak: "Apakah nama saya ada dalam daftar ayah?"

dari milis motivasi

Friday, August 14, 2009

Kisah Cinta Jenderal Cagular

Pada jaman dahulu hiduplah dua orang jendral perang besar, Cyrus dan
Cagular. Cyrus adalah raja Persia yang terkenal. Sedangkan Cagular adalah
kepala suku yang terus-menerus melakukan perlawanan terhadap serbuan
pasukan Cyrus.

Pasukan Cagular mampu merobek-robek kekuatan tentara Persia sehingga
membuat berang Cyrus karena ambisinya untuk menguasai perbatasan daerah
selatan menjadi gagal. Akhirnya, Cyrus mengumpulkan seluruh kekuatan
pasukannya, mengepung daerah kekuasaan Cagular dan berhasil menangkap
Cagular beserta keluarganya. Mereka lalu dibawa ke ibu kota kerajaan Persia
untuk diadili dan dijatuhi hukuman.

Pada hari pengadilan, Cagular dan istrinya dibawa ke sebuah ruangan
pengadilan. Kepala suku itu berdiri menghadapi singgasana tempat Cyrus
duduk dengan perkasanya. Cyrus tampak terkesan dengan Cagular. Ia tentu
telah mendengar banyak tentang kegigihan Cagular.

"Apa yang akan kau lakukan bila aku menyelamatkan hidupmu?" tanya sang
kaisar. "Yang mulia," jawab Cagular, "Bila Yang Mulia menyelamatkan hidup
hamba, hamba akan kembali pulang dan tunduk patuh pada Yang Mulia sepanjang
umur hamba."

"Apa yang akan kau lakukan bila aku menyelamatkan hidup istrimu?" tanya
Cyrus lagi. "Yang mulia, bila Yang Mulia menyelamatkan hidup istri
hamba, hamba bersedia mati untuk Yang Mulia," jawab Cagular.

Cyrus amat terkesan dengan jawaban dari Cagular. Lalu ia membebaskan
Cagular dan istrinya. Bahkan ia mengangkat Cagular menjadi gubernur yang
memerintah di propinsi sebelah selatan.

Pada perjalanan pulang, Cagular dengan penuh antusias bertanya pada
istrinya, "Istriku, tidakkah kau lihat pintu gerbang kerajaan tadi?
Tidakkah kau lihat koridor ruang pengadilan tadi? Tidakkah kau lihat kursi
singgasana tadi? Itu semuanya terbuat dari emas murni!"

Istri Cagular terkejut mendengar pertanyaan suaminya, tetapi ia menyatakan, "Aku
benar-benar tidak memperhatikan semua itu."
"Oh begitu!" tanya Cagular terheran-heran, "Lalu apa yang kau lihat tadi?"
Istri Cagular menatap mata suaminya dalam-dalam. Lalu ia berkata, "Aku
hanya melihat wajah seorang pria yang mengatakan bahwa ia bersedia mati demi
hidupku."

Apakah anda tahu demi apa anda mati? Demi kekasih anda? Rumah? Negara?
Keyakinan? Kebebasan? Cinta? Tentukan demi apa anda bersedia untuk mati, dan
anda pun akan menemukan demi apa anda hidup. Hiduplah demi sesuatu yang anda
bersedia untuk berkorban, bahkan mati pun rela, maka anda akan hidup dengan
penuh. Anda pun akan menemukan bagaimana anda bisa berbahagia. (Steve Goodier)

dari milis motivasi

Tuesday, August 04, 2009

Ungkapan Sederhana Untuk Istri Tercinta

Bila malam sudah beranjak mendapati Subuh, bangunlah sejenak. Lihatlah istri
Anda yang sedang terbaring letih menemani bayi Anda. Tataplah wajahnya yang
masih dipenuhi oleh gurat-gurat kepenatan karena seharian ini badannya
tak menemukan kesempatan untuk istirah barang sekejap, Kalau saja tak ada
air
wudhu yang membasahi wajah itu setiap hari, barangkali sisa-sisa
kecantikannya sudah tak ada
lagi.


Sesudahnya, bayangkanlah tentang esok hari. Di saat Anda sudah bisa
merasakan betapa segar
udara pagi, Tubuh letih istri Anda barangkali belum benar benar menemukan
kesegarannya.
Sementara anak-anak sebentar lagi akan meminta perhatian bundanya,
membisingkan telinganya
dengan tangis serta membasahi pakaiannya dengan pipis tak habis-habis. Baru
berganti pakaian,
sudah dibasahi pipis lagi. Padahal tangan istri Anda pula yang harus
mencucinya.


Di saat seperti itu, apakah yang Anda pikirkan tenang dia? Masihkah Anda
memimpikan tentang
seorang yang akan senantiasa berbicara lembut kepada anak-anaknya seperti
kisah dari negeri
dongeng sementara di saat yang sama. Anda menuntut dia untuk nenjadi istri
yang penuh
perhatian, santun dalam bicara, lulus dalam memilih kata serta tulus dalam
menjalani tugasnya
sebagai istri, termasuk dalam menjalani apa yang sesungguhnya bukan
kewajiban istri tetapi
dianggap sebagai kewajibannya.


Sekali lagi, masihkah Anda sampai hati mendambakan tentang seorang perempuan
yang sempurna,
yang selalu berlaku halus dan lembut? Tentu saja saya tidak tengah mengajak
Anda membiarkan
istri kita membentak anak-anak dengan mata membelalak. Tidak. Saya hanya
ingin mengajak Anda
melihat bahwa tatkala tubuhnya amat letih, sementara kita tak pernah menyapa
jiwanya, maka
amat wajar kalau ia tidak sabar.
begitu pula manakala matanya yang mengantuk tak kunjung memperoleh
kesempatan untuk
tidur nyenyak sejenak, maka ketegangan emosinya akan menanjak. Disaat itulah
jarinya yang
lentik bisa tiba-tiba membuat anak kita menjerit karena cubitannva yanq
bikin sakit.


Apa artinya? Benar, seorang istri shalihah memang tak boleh bermanja-manja
secara
kekanak-kanakan, apalagi sampai cengeng. Tetapi istri shalihah tetaplah
manusia yang
membutuhkan penerimaan. Ia juga butuh diakui, meski tak pernah meminta
kepada Anda.

Sementara gejolak-gejolak jiwa yang memenuhi dada, butuh telinga yang mau
mendengar.
Kalau kegelisahan jiwanya tak pernah menemukan muaranya berupa kesediaan
untuk mendengar,
atau ia tak pernah Anda akui keberadaannya, maka jangan pernah menyalahkan
siapa-siapa
kecuali dirimu sendiri jika ia tiba-tiba meledak. Jangankan istri kita yang
suaminya tidak
terlalu istimewa, istri Nabi pun pernah mengalami situasi-situasi yang penuh
ledakan, meski
yang membuatnya meledak-ledak bukan karena Nabi Saw. tak mau mendengar
melainkan
semata karena dibakar api kecemburuan. Ketika itu, Nabi Saw. hanya diam
menghadapi 'Aisyah
yang sedang cemburu seraya memintanya untuk mengganti mangkok yang
dipecahkan.


Alhasil, ada yang harus kita benahi dalam jiwa kita.

Ketika kita menginginkan ibu anak-anak kita selalu lembut dalam mengasuh,
maka bukan
hanya nasehat yang perlu kita berikan. Ada yang lain.

Ada kehangatan yang perlu kita berikan agar hatinya tidak dingin, apalagi
beku, dalam
menghadapi anak-anak setiap hari, Ada penerimaan yang perlu kita tunjukkan
agar anak-anak itu
tetap menemukan bundanya sebagai tempat untuk memperoleh kedamaian, cinta
dan kasih-sayang.

Ada ketulusan yang harus kita usapkan kepada perasaan dan pikirannya, agar
ia masih tetap
memiliki energi untuk tersenyum kepada anak-anak kita.
Sepenat apa pun ia.


Ada lagi yang lain: pengakuan. Meski ia tidak pernah menuntut, tetapi
mestikah kita menunggu
sampai mukanya berkerut-kerut.
Karenanya, marilah kita kembali ke bagian awal tulisan ini. Ketika
perjalanan waktu telah
melewati tengah malam, pandanglah istri Anda yang terbaring letih itu.
lalu pikirkankah sejenak, tak adakah yang bisa kita lakukan sekedar Untuk
menqucap terima kasih atau menyatakan sayang? Bisa dengan kata yang
berbunga-bunga, bisa
tanpa kata.Dan sungguh, lihatlah betapa banyak cara untuk menyatakannya.
Tubuh yang letih
itu, alangkah bersemangatnya jikadi saat bangun nanti ada secangkir minuman
hangat yang
diseduh dengan dua sendok teh gula dan satu cangkir cinta.

Sampaikan kepadanya ketika matanya telah terbuka, "Ada secangkir minuman
hangat untuk
istriku. Perlukah aku hantarkan untuk itu?"


Sulit melakukan ini? Ada cara lain yang bisa Anda lakukan. Mungkin sekedar
membantunya
menyiapkan sarapan pagi untuk anak-anak, mungkin juga dengan
tindakan-tindakan lain, asal tak
salah niat kita. Kalau kita terlibat dengan pekerjaan di dapur, rnemandikan
anak,
atau menyuapi si mungil sebelum mengantarkannya ke TK, itu bukan karena
gender-friendly;
tetapi semata karena mencari ridha Allah. Sebab selain niat ikhlas karena
Allah, tak
ada artinya apa yang kila lakukan. Kita tidak akan mendapati amal-amal kita
saat berjumpa
dengan Allah di yaumil-kiyamah.

Alaakullihal, apa yang ingin Anda lakukan, terserah Anda. Yang jelas, ada
pengakuan untuknya,
baik lewat ucapan terima kasih atau tindakan yang menunjukkan bahwa dialah
yang terkasih.

Semoga dengan kerelaan kita untuk menyatakan terima-kasih, tak ada airmata
duka yang menetes
dari kedua kelopaknya. Semoga dengan kesediaan kita untuk membuka telinga
baginya, tak ada
lagi istri yang berlari menelungkupkan wajah di atas bantal karena merasa
tak didengar. Dan
semoga pula dengan perhatian yang kita berikan kepadanya, kelak istri kita
akan
berkata tentang kita sebagaimana Bunda 'Aisyah radhiyallahu anha berucap
tentang suaminya,
Rasulullah Saw., "Ah, semua perilakunya menakjubkan bagiku."


Sesudah engkau puas memandangi istrimu yang terbaring letih, sesudah engkau
perhatikan gurat-gurat penat di wajahnya, maka biarkanlah ia sejenak
untuk meneruskan istirahnya. Hembusan udara dingin yang mungkin bisa
mengusik tidurnya,
tahanlah dengan sehelai selimut untuknya.

Hamparkanlah ke tubuh istrimu dengan kasih-sayang dan cinta yang tak lekang
oleh perubahan,
Semoga engkau termasuk laki-laki yang mulia, sebab tidak memuliakan wanita
kecuali laki-laki
yang mulia.

Sesudahnya, kembalilah ke munajat dan tafakkurmu.

Marilah kita ingat kembali ketika Rasulullah Saw. berpesan tentang istri
kita. "Wahai
manusia,sesungguhnya istri kalian mempunyai hak atas kalian sebagaimana
kalian
mempunyai hak atas mereka. Ketahuilah,"kata Rasulullah Saw. melanjutkan,
'kalian mengambil
wanita itu sebagai amanah dari Allah, dan kalian halalkan kehormatan mereka
dengan kitab Allah.

Takutlah lepada Allah dalam mengurus istri kalian. Aku wasiatkan atas kalian
untuk selalu
berbuat baik. "

dari milis motivasi

Telur Columbus

Sepulang Columbus dari perjalanannya yang fenomenal "menemukan" benua Amerika,
berbagai penghargaan dan penghormatan datang melimpahinya. Namanya tenar dan
perjalanannya menjadi pembicaraan di mana-mana. Walaupun banyak orang yang
mengakui pekerjaannya sebagai sebuah prestasi, ternyata tidak semua orang dapat
mengapresiasi dan menerima penghargaan yang diberikan atas kepeloporan Columbus.
Apapun motif yang ada di benaknya, mereka senantiasa mencela Columbus.

"Ah, kalau cuma melakukan perjalanan seperti itu aku juga bisa, cuma aku saja
yang nggak mau," kata mereka.

Mendengar kata-kata miring yang ditujukan kepadanya, Columbus mendatangi mereka
sambil membawa sebutir telur. Katanya, "Kalau kamu memang bisa melakukan seperti
yang aku lakukan, sekarang tolong kamu buat supaya telur ini dapat berdiri tegak
pada ujungnya."

Mendapat tantangan Columbus, orang-orang itu satu persatu mencoba memberdirikan
telur itu. Semua mencoba dan semua gagal karena telur itu selalu terguling
setiap dicoba untuk diletakkan pada posisi berdiri. Setelah berulang-ulang
mencoba dan gagal, akhirnya mereka menyerah.

"Kalau kalian menyerah, maka aku akan tunjukkan kepada kalian bagaimana membuat
telur itu dapat berdiri di meja, " kata Columbus. Maka diambilnya telur itu,
lalu diletakkannya dengan keras di meja sehingga bagian bawahnya retak. Dan
telur itupun dapat berdiri di atas meja.

Melihat telur dapat berdiri di meja tapi dilakukan dengan cara seperti itu,
orang-orang kemudian protes. "Kalau caranya seperti itu, kami semua juga dapat
membuat telur itu berdiri di atas meja."

"Kalau kamu dapat melakukan seperti yang aku lakukan, mengapa kamu tidak
melakukannya sejak tadi..?"


Oleh: Sumardiono
dari milis motivasi

MUMMY.

My mom only had one eye. I hated her... she was such an embarrassment.
She cooked for students & teachers to support the family.

There was this one day during elementary school where my mom came to
say hello to me. I was so embarrassed. How could she do this to me?
I ignored her, threw her a hateful look and ran out.

The next day at school one of my classmates said, "EEEE, your mom only has one
eye!"
I wanted to bury myself. I also wanted my mom to just disappear.

I confronted her that day and said, "If you're only gonna make me a laughing
stock, why don't you just die?" My mom did not respond...

I didn't even stop to think for a second about what I had said, because I was
full of anger. I was oblivious to her feelings. I wanted out of that house, and
have nothing to do with her.
So I studied real hard, got a chance to go abroad to study. Then,I got married.
I bought a house of my own. I had kids of my own. I was happy with my life, my
kids and the comforts, Then one day, my mother came to visit me. She hadn't seen
me in years and she didn't even meet her grandchildren. When she stood by the
door, my children laughed at her, and I
yelled at her for coming over uninvited.

I screamed at her, "How dare you come to my house and scare my children!"

GET OUT OF HERE! NOW!!!"
And to this, my mother quietly answered, "Oh, I'm so sorry. I may have gotten
the wrong address," and she disappeared out of sight.

One day,a letter regarding a school reunion came to my house. So I lied to my
wife that I was going on a business trip. After the reunion, I went to the old
shack just out of curiosity.
My neighbors said that she died. I did not shed a single tear. They handed me a
letter that she had wanted me to have.

"My dearest son,

I think of you all the time. I'm sorry that I came to your house and scared
your children.
I was so glad when I heard you were coming for the reunion. But I may not be
able to even get out of bed to see you.

I'm sorry that I was a constant embarrassment to you when you were growing up.
You see........when you were very little, you got into an accident, and lost
your eye.
As a mother, I couldn't stand watching you having to grow up with one eye. So I
gave you mine.

I was so proud of my son who was seeing a whole new world for me, in my place,
with that eye.

With all my love to you,
Your mother."

If you don't then it shows you have no heart Always tell someone that you love
them because you never know what day will be their last, or your own.

Always seek to resolve your problems or disagreements with loved ones because if
either of you should pass on before, the one who is left alive will have the
rest of their life to ponder those unresolved feelings but will never find
closure. And closure usually brings peace...

Source: unknown

ISYARAT

Suatu malam di sebuah rumah, seorang anak usia tiga tahun sedang
menyimak sebuah suara.

Tiba tiba.. "Ting...ting...ting! Ting...ting...ting!"
Pikiran dan matanya menerawang ke isi rumah. Tapi, tak satu pun yang
pas jadi jawaban.
"Itu suara pedagang bakso keliling, Nak!" suara sang ibu menangkap
kebingungan anaknya. "Kenapa ia melakukan itu, Bu?" tanya sang anak
polos. Sambil senyum, ibu itu menghampiri. "Itulah isyarat. Tukang
bakso cuma ingin bilang, 'Aku ada di sekitar sini!" jawab si ibu lembut.
Beberapa jam setelah itu, anak kecil tadi lagi-lagi menyimak suara
asing. Kali ini berbunyi beda. Persis seperti klakson kendaraan.
"Teeet...teeet....teeet!"

Ia melongok lewat jendela. Sebuah gerobak dengan lampu petromak
tampak didorong seseorang melewati jalan depan rumahnya. Lagi-lagi,
anak kecil itu bingung. Apa maksud suara itu, padahal tak sesuatu pun
yang menghalangi jalan. Kenapa mesti membunyikan klakson. Sember lagi!
"Anakku. Itu tukang sate ayam. Suara klakson itu isyarat. Ia pun
cuma ingin mengatakan, 'Aku ada di dekatmu! Hampirilah!" ungkap sang
ibu lagi-lagi menangkap kebingungan anaknya. "Kok ibu tahu?" kilah si
anak lebih serius. Tangan sang ibu membelai lembut rambut anaknya.
"Nak, bukan cuma ibu yang tahu. Semua orang dewasa pun paham itu.
Simak dan pahamilah. Kelak, kamu akan tahu isyarat-isyarat itu!" ucap
si ibu penuh perhatian. **

Di antara kedewasaan melakoni hidup adalah kemampuan menangkap dan
memahami isyarat, tanda, simbol, dan sejenisnya. Mungkin, itulah bahasa
tingkat tinggi yang dianugerahi Allah buat makhluk yang bernama manusia.
Begitu efesien, begitu efektif. Tak perlu berteriak, tak perlu
menerabas batas-batas etika; orang bisa paham maksud si pembicara.
Cukup dengan berdehem 'ehm' misalnya, orang pun paham kalau di ruang
yang tampak kosong itu masih ada yang tinggal.
Di pentas dunia ini, alam kerap menampakkan seribu satu isyarat.
Gelombang laut yang tiba-tiba naik ke daratan, tanah yang bergetar
kuat, cuaca yang tak lagi mau teratur, angin yang tiba-tiba mampu
menerbangkan rumah, dan virus mematikan yang entah darimana
sekonyong-konyong hinggap di kehidupan manusia.
Itulah bahasa tingkat tinggi yang cuma bisa dimengerti oleh mereka
yang dewasa. Itulah isyarat Tuhan: "Aku selalu di dekatmu, kemana pun
kau menjauh!"

Simak dan pahamilah. Agar, kita tidak seperti anak kecil yang cuma
bisa bingung dan gelisah dengan kentingan tukang bakso dan klakson
pedagang sate ayam


dari milis motivasi

Dasar Anak-anak!

Berada di tengah-tengah anak-anak kita di waktu luang adalah suatu kebahagiaan
yang tak ternilai oleh apapun (kalau memang kita benar-benar menikmatinya),
Karena ada saja yang membuat kita tertawa...


Episode I
Suatu hari..karena ada tetangga yang terkena DB, maka RT kami mengadakan
penyemprotan di rumah-rumah warga. Walupun asapnya menyesakkan dada, tapi ada
hal yang membuat saya tertawa terpingkal-pingkal...
Kata anak saya yang kecil:"ma, kenapa sih kok rumah kita pakai disemprot
segala?". belum sempat saya jawab, anak saya yang besar jawab.."ya, kalau adik
ga mau digigit nyamuk, tidurnya di becak aja". "Lho, emang kenapa, bang?".
Sambil berlalu, anak saya yang besar bilang "kan, nyamuk takutnya sama tiga
roda?.

Episode II
Suatu kali, anak saya yang kecil minta saya menggambar sesuatu...
Tiba-tiba datang anak saya yang besar "Sini dik, abang gambarin naga"...dengan
senang hati adiknya memberikan buku gambarnya....Lalu si abang gambar bulatan
aja sebesar telur..."Nih, udah gambarnya"...Kata adiknya:"lho, naganya mana,
bang?". Dengan entheng si abang berlalu sambil menjawab "ya, tungguin aja dik
telurnya...nanti juga pecah keluar naganya".

Episode III
Si adik sepulang sekolah suka cerita dan senang berandai-andai (karena seusia
dia memang suka berimajinasi teruama kalau dia punya keinginan.......)
Kata si adik pada saya:"Ma,.seandainya nih...hari ini kita punya uang 1 miliar.
Mama mau beli apa aja?. Saya diam sambil tersenyum..masih nebak-nebak arah
impian dia sebenarnya....Lalu dia melanjutkan:"pasti mama beli mobil baru yang
kaya punya tante anu,..mama juga...pasti beli hp baru....dst, Kalau aku
nih...mau beli beedos, beli komputer-komputeran...wah, banyak deh". Eh, datang
abangnya nyeletuk: "Wah, kalau abang nih punya uang 1 miliar...abang mo bagiin
semua orang, semua tetangga, lalu abang obral semuanya dengan pesawat....". Kata
adiknya:"Lho, kok gitu, bang?Nanti kalau uangnya habis, gimana?....Jawab si
abang dengan santainya...."Ya...kita ngelamun aja lagiii..."

Nikmatnya bersama anak-anak! Anak cerdas bukan hanya yang super
pintar...tapi, anak yang mudah merespon sesuatu dengan baik terutama bisa
merespon kondisi lingkungannya dengan baik, apa bukan juga anak cerdas?Jadi,
apapun dan bagaimanapun anak kita pasti mereka adalah kebanggaan kita yang
membuat kita selalu bahagia dan santai di dekat mereka.


dari milis motivasi

Rumah Jiwa

INI satu kisah tentang sembilan bersaudara yang telah berhasil dalam
meraih karir dan cita-cita yang diimpikan. Dari kesembilan
bersaudara tersebut, hanya seseorang yang memiliki rumah sangat
sederhana. Delapan bersaudara yang lain, rumahnya tergolong mewah
dan lapang. Bahkan berlantai dua. Lantas, ada apa dengan rumah
sederhana itu?

Rumah itu tak luas. Tergolong rumah mungil dengan nama generik: tipe
36. Namun kok anehnya, orang yang tinggal di sana selalu berwajah
ceria, senang, dan hampir tak ada cekcok.

Tidak hanya itu. Di waktu-waktu tertentu, saat liburan sekolah tiba,
rumah sederhana itu tiba-tiba penuh sesak dengan anak-anak. Usut
punya usut, mereka adalah keponakan si empunya rumah, Pak Joko,
itulah nama pemilik rumah sederhana itu. Mereka datang ke sana, dari
berbagai tempat. Dalam setiap acara dan kegiatan, para saudara dekat
dan jauh mereka, lebih senang memilih dan menginap di rumah
tersebut. Bukan semata karena mereka tak punya uang untuk sekadar
menginap di rumah yang sempit itu. Dengar-dengar, ayah mereka hidup
berkecukupan.

Pernah beberapa kali, ketika kakak dan adiknya Pak Joko mengadakan
hajatan dan menyediakan lantai duanya yang lebih lapang dengan
beberapa kamar untuk menginap, mereka malah memilih untuk menginap
di rumah Pak Joko. Mereka pun diantar ke rumah itu dengan mobil yang
masih mengilap dan baru modelnya.

Tapi memang begitulah faktanya. Mereka justeru lebih senang jika
bertandang dan bertamu ke rumah Pak Joko walau rumahnya tergolong
sederhana. Itulah yang dirasakan saudara-saudara Pak Joko. Ya, tapi
kenapa mereka mau berdesakan di sana?

Pakde Joko, begitulah mereka memanggilnya. Pria berambut keriting
dengan kacamata yang selalu nangkring di hidungnya itu punya cara
asoy untuk menjadikan rumahnya selalu membuat betah pengunjungnya.

Pak Joko tak pernah menyuguhkan kemewahan dan fasilitas layaknya
hotel berbintang lima. Keluarga Pak Joko hidup secara sederhana.
Jika tamu-tamu datang, Pak Joko beserta isterinya hanya menyuguhkan
minuman teh dan kopi panas ditambah makanan khas daerah.

Tetapi yang paling penting yang diberikan Pak Joko kepada tamu-
tamunya ialah sikapnya yang justru membentuk rumahnya yang sederhana
menjadi rumah jiwa. Rumah jiwa, rumah yang diisi oleh keramahan,
ketulusan, kesederhanaan, kenyamanan, dan keikhlasan yang
ditampilkan oleh Pak Joko beserta keluarganya.

Keramahan. Itulah yang dilakukan Pak Joko setiap kali menerima
saudara dan tamunya. Pak Joko selalu menyambut dengan penuh
kehangatan. Dengan tawa dan senyum yang tak pernah lepas setiap kali
ia berjumpa dengan orang lain. Pak Joko sendiri memang pandai
bergaul kepada setiap orang. Berbicara dengan penuh canda dan
persahabatan kepada setiap orang tanpa kecuali.

Ketulusan. Pak Joko tak pernah menolak bahkan mengeluh sedikitpun
kepada siapa saja yang bertandang ke rumahnya. Ia tak pernah
membedakan status seseorang yang hadir di rumahnya. Semua ia layani
dengan penuh ketulusan.

Kesederhanaan. Itu jugalah yang ada pada keseharian Pak Joko.
Hidupnya betul-betul sederhana, jauh dari kemewahan. Ia melayani
saudara dan tamunya apa adanya. Pak Joko tak pernah membuat sesuatu
menjadi ada kalau memang tidak ada, atau istilahnya, mengada-ada
yang tidak ada. Begitu juga sebaliknya, Pak Joko tak pernah
menyembunyikan yang ada menjadi tidak ada. Malah, saudaranya yang
selalu membawakan oleh-oleh dan panganan ringan untuk disantap
bersama.

Kenyamanan. Setiap orang yang berkunjung ke rumahnya selalu merasa
nyaman. Kalau orang seberang bilang, feel like at home. Merasakan
seperti rumah sendiri.

Dan ini yang paling penting, keikhlasan. Pak Joko selalu menerima
siapa saja yang hadir di rumahnya dengan penuh keikhlasan. Tanpa
pamrih sekalipun.

Dengan kata lain, rumah Pak Joko merupakan pantulan jiwa Pak Joko
sendiri. Memang begitulah sejatinya sebuah konsep rumah. Bukan dalam
pengertian fisik rumah itu sendiri. Rumah bukanlah sebuah tempat tinggal biasa,
tetapi lebih dari itu.

Rumah yang baik adalah rumah yang diisi oleh jiwa-jiwa yang baik.
Jiwa-jiwa yang penuh dengan ketenangan. Penuh ketulusan, keikhlasan,
dan memiliki kedamaian

Bagaimana dengan Anda? Sudahkah Anda membangun rumah jiwa disana?

ditulis oleh Sonny Wibisono,