Saturday, June 26, 2010

Mengapa Lari dari Cinta?

Wanita itu menatap sang pria yang baru saja mengajaknya kenalan. Ia hampir saja mengucapkan namanya seperti yang diminta oleh si pria. Tapi kemudian dia melontarkan sebuah ide, “Bagaimana bila kita tak perlu tahu nama kita masing-masing?”

“Mengapa?” Tanya pria itu keheranan

“Karena aku ingin malam ini jadi malam yang indah. Coba lihat, kita ketemu di pesta pernikahan teman kita. Kita tidak saling kenal, tapi kita saling tertarik. Mungkin lebih baik malam ini kita berbicara santai, menikmati dinner bersama dan dansa bersama pada saat acara dansa dimulai, kemudian setelah selesai, kita pulang ke rumah masing-masing tetap tanpa tahu siapa diri kita masing-masing. Pulang ke rumah dengan perasaan bahagia….”

Pria itu menatap heran pada si wanita, “Mengapa harus begitu?”

“Agar kenangan indah ini berlangsung abadi! Coba bayangkan, saat kita tua nanti dengan rambut putih memenuhi kepala, dan beragam masalah kita hadapi, kita akan memiliki suatu kenangan indah untuk menghibur diri. Kenangan akan malam ini. Kenangan yang tak akan pernah rusak. Karena telah tersimpan abadi di masa lalu dengan tanpa cacat sedikitpun. Karena memang kita tak merusaknya dengan berantem satu sama lain, dengan perbedaan pendapat, dengan rasa cemburu, dengan kekecewaan….”

Pria itu memandang takjub pada si wanita yang didapannya. Ide itu sungguh-sungguh terdengar gila. Karena sesungguhnya ia begitu ingin kenal lebih jauh. Tapi kemudian ia malah mengangguk perlahan. Dan malam itu, mereka berbicara, menyantap makan malam dan berdansa dengan indahnya. Menciptakan kenangan indahnya sendiri. Dan kemudian berpisah, tetap tanpa mengenal siapa nama asli satu sama lainnya…

Akhirnya si pria keesokan harinya terus kepikiran wanita tersebut. Hidupnya menjadi gelisah. Ia pun kemudian memutuskan untuk mencari tahu siapa wanita itu. Ia tak lagi peduli apabila dengan pertemuan berikutnya, mungkin memang akan menimbulkan kekecewaan dan akhirnya merusak kenangan indah abadi yang sudah mereka simpan untuk masa tua kelak. Ia tak peduli, ia ingin lebih mengenal lagi pujaan hatinya tersebut. Ia siap kecewa karena cinta daripada tidak bisa mengekspresikan apa yang ia rasa. Rasa cinta yang kini begitu bergemuruh di dadanya. Ia tidak bisa lari dari cinta…

(cuplikan film seri “When I met your mother – session 1” yang ditayangkan oleh Star World)
ditulis oleh Ruli Amirullah
dari milis motivasi

Berikan Cintamu Kepada orang Tua

"Cinta orang tua sepanjang masa, cinta anak sepanjang galah."

Master Cheng Yen pernah berkata,"2 hal yang tidak bisa ditunda adalah
beramal dan berbakti kepada orang tua Anda."

Konon ada sepasang suami istri lansia hidup di pedesaan di daerah terpencil.
Sang suami adalah seorang profesor dan mantan dosen yang sudah pensiun 10
tahun lalu. Sejak 10 tahun pula pasangan tersebut hidup di desa, menjalankan
aktifitas berkebun, membaca, jalan-jalan, dan seterusnya selalu
bersama-sama.

Suatu hari, sang istri tiba-tiba meninggal dunia saat istirahat. Kenyataan
tersebut sangat memukul sang profesor. Ia tak pernah menduga akan kehilangan
satu-satunya teman hidup yang mencintai dan setia menemani di usia senjanya.

Dua minggu berlalu, tetapi sang profesor mulai bertingkah aneh. Ia
membagi-bagikan bunga kepada para tetangga dan mengembalikan semua buku yang
pernah ia pinjam. Ia bahkan menemui seorang notaris dan menitipkan surat
wasiatnya.

Pada suatu malam, ia menulis surat wasiat lagi. Di hadapannya sudah tersedia
sebotol racun yang akan segera ia tenggak agar dapat menyusul cintanya yang
sudah pergi mendahului. Belum sempat ia meraih botol racun tersebut,
tiba-tiba telponnya berdering.

Dengan terpaksa ia bangun dari tempat duduk dan meraih gagang telpon. Di
seberang telpon ia mendengar suara yang sangat ia kenal. "Ayah, saya
sekarang ada di bandara. Saya ingin pulang ke rumah dan mendampingi ayah,"
ujar putri satu-satunya.

Profesor tersebut sangat bahagia mendengar kabar tersebut. Ia merasa masih
disayangi dan dicintai. Serta merta ia mengurungkan niat minum racun. Suatu
ketika ia bercerita kepada salah seorang temannya, "Sesuatu yang paling
berkesan sehingga saya urung bunuh diri, bukanlah ilmu pengetahuan, dokter
jiwa, atau kekayaan, melainkan perasaan dicintai."

Suatu ketika nanti akan tiba saat kehadiran kita sangat dibutuhkan oleh
orang tua, nenek dan kakek, atau siapapun yang telah merawat dan membesarkan
kita. Bila saat tersebut tiba, mungkin mereka tak pernah mengaku atau
berterus terang bahwa mereka sangat membutuhkan kehadiran kita.

Keadaan mereka mungkin mirip dengan keadaan kita sewaktu masih bayi dan
sangat membutuhkan kasih sayang and perlindungan mereka. Sekarang mereka
membutuhkan kita seperti kita dulu membutuhkan mereka untuk dapat bertahan
hidup; mandi, makan, berpakaian dengan layak, dan lain sebagainya. Mungkin
kita tak pernah ingat semua kebaikan mereka, tetapi kita harus pahami bahwa
mereka telah mencurahkan kasih sayang dan perhatian terbaik untuk kita.

Seiring berjalannya waktu, orang-orang yang telah berjasa itu akan memasuki
usia senja. Lalu apakah kita sudah mempersiapkan segala hal untuk
membahagiakan dan memberikan rasa nyaman kepada mereka? Tentu saja kita akan
memerlukan sejumlah dana, kesabaran atau kemampuan selalu bersikap baik
kepada mereka. Mungkin akan terasa berat memberikan perhatian lagi kepada
mereka, tetapi cobalah menyimak beberapa hal berikut ini agar kita selalu
dapat mengingat perhatian dan kasih sayang mereka yang luar biasa.

1. Ingatlah bahwa merekalah yang menjadikan diri Anda seperti sekarang ini.
Mereka memperhatikan semua kebutuhan Anda, setidaknya sampai usia Anda 10
tahun. Ketika kita masih bayi, mereka tak segan mengganti popok, memandikan,
menimang, dan kurang tidur karena harus menjaga Anda. Pikirkan bahwa sangat
banyak yang telah mereka lakukan untuk Anda.

2. Mereka selalu memberikan yang terbaik untuk Anda. Mereka memilih Anda
hadir ke dunia dengan memberi Anda segala yang terbaik dengan sekuat tenaga
dan seluruh kemampuan mereka. Adakah tanda cinta lain yang lebih penting
dari semua itu?

3. Mereka telah banyak berkorban agar Anda mendapatkan kehidupan yang lebih
baik dibandingkan dengan kehidupan mereka sendiri. Apakah Anda sudah
mengetahui dan menghargai hal itu? Tidakkah Anda ingin melakukan hal yang
sama untuk mereka?

Saya hanya ingin menyampaikan bahwa mereka telah berjuang dan berkorban
lebih banyak dari yang pernah Anda dengar atau ketahui. Mereka berusaha
keras agar kehidupan Anda relatif lebih mudah. Tidakkah Anda ingin membalas
segala yang telah mereka berikan? Sebab mereka berhak mendapatkan kehidupan
yang layak, setidaknya kehidupan yang sama seperti yang telah mereka
usahakan untuk Anda.

Banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai bentuk cinta kita kepada orang tua
atau orang-orang yang telah membesarkan kita. Salah satunya adalah dengan
mengajak mereka berkomunikasi. Gunakanlah kata-kata yang baik, dan jangan
pernah menggunakan kata-kata negatif atau kasar karena pasti hal itu akan
membuat hati mereka terluka.

Berikan yang terbaik untuk mereka dengan sepenuh hati. Luangkan waktu
bersama, bersikap menyenangkan serta menentramkan hati mereka. Jangan segan
jika harus mengagendakan waktu atau biaya ekstra untuk menyenangkan atau
untuk perawatan kesehatan ketika mereka sakit.

Mulailah memberikan yang terbaik untuk mereka sekuat tenaga, sebagai bentuk
cinta kita terhadap mereka. Sebab jika mereka sudah tidak ada, Anda tidak
akan pernah lagi mendapatkan kesempatan membalas cinta kasih mereka. Sekali
lagi, jika bukan dari sekarang, belum tentu esok masih ada kesempatan!


Oleh: Andrew Ho *
* Andrew Ho adalah seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku
best-seller.

Doa Tahu Diri Seorang ‘Mantan’ Atheis

Sebagai seorang yang berlatar belakang pendidikan Sarjana Komputer, dan sempat bekerja selama delapan tahun lebih di dunia IT, tentunya dulu aku lebih mengakrabi ‘benda mati’ dibandingkan manusia. Server, PC, Networking, dan kumpulan code-code bahasa pemrograman, menjejali pengalaman ku selama bertahun-tahun. Baru setelah sebuah sentuhan dari hobby motret yang kemudian menjadi salah satu profesi, manusialah yang kemudian menjadi objek utama yang harus selalu –mau tidak mau- mendominasi kepala dan hati.

Sejauh ini pengalaman bertutur betapa objek manusia yang luar biasa unik ini, begitu kaya baik akan misteri maupun pencerahan. Sehingga sampailah aku pada sebuah kesimpulan, bahwa manusia adalah guru sekaligus murid bagi manusia lain.
Tersebutlah seorang wanita yang bagiku demikian unik. Bukan karena ia adalah adalah client ku, tetapi lebih karena wanita itu adalah seorang atheis.

“Saya atheis”, akunya ketika pertama kali bertemu, sembari menunggu reaksi dari ku. Merasa yang ditunggu tak kunjung muncul, wanita itupun berkata, “eergh…tak ber-TUHAN”.
Ia menatapku penuh selidik. Aku tersenyum.
“Terus kenapa ? Apakah itu masalah bagi orang yang terdaftar sebagai anggota dalam milis Atheis ?”, tanyaku.
Kini ganti ia yang tersenyum.
“Tapi saya tahu Anda bukan Atheis”, katanya kepadaku.
“Ya memang saya bukanlah seorang Atheis. Pikiran dan hati saya tidak mampu menafikan keberadaan NYA”, aku menatapnya dalam-dalam,” Tetapi sebagaimana TUHAN memberikan kebebasan bagi siapapun untuk mengasihi atau membenci, mengakui ataupun mengabaikan Nya, sayapun akan melakukan hal yang sama kepada Anda atau siapapun itu berkaitan dengan sikap mereka terhadap TUHAN”.

Itu pertemuan pertama kami. Dalam pertemuan selanjutnya tersingkaplah bahwa sebenarnya ia kini berstatus sebagai ‘mantan’ atheis. Rupanya baru saja ia mendapat pencerahan tentang keberadaan TUHAN.

Sebagaimana dunia korporasi yang seringkali mempekerjakan para pimpinan diluar bidang / kompetensi perusahaan tersebut. Tujuannya ? mendapatkan wawasan yang fresh dan sudut pandang yang sama sekali lain. Begitu juga dengan mantan atheis ini. Berbicara tentang TUHAN dengan seorang ulama, pendeta atau pandita memang merupakan sumber yang benar untuk mengenal TUHAN lebih dalam. Namun ternyata berbicara tentang TUHAN dengan seorang mantan atheis, justru menjadi tak kalah lebih mencerahkan.

“Kallo persoalan rejeki saya nggak neko-neko”, sambungnya,”sepengas ihan-NYA saja”
(sepengasihan = seberapa dikasih oleh TUHAN)
“Saya juga tak pernah meminta panjang umur”, katanya, “saya hanya meminta kesehatan. Saya tidak mau panjang umur, tapi ujung-ujungnya menyusahkan orang lain. Baik karena perbuatan yang merugikan ataupun karena menjadi beban bagi orang lain”

Sederhana tapi menarik, sementara banyak dari kita yang berdoa membabi-buta demi panjang umur, hanya karena kita takut mati dan merasa selalu kurang dalam mereguk kenikmatan hidup ?

Tanpa pernah sedikit berpikir tentang ‘apakah kita memang layak hidup’ atau ‘apakah hidup kita ini berguna untuk orang lain’ sehingga kita berhak meminta bonus panjang umur dari TUHAN.

Kalau boleh jujur, jangankan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam, jangan-jangan bagi orang-orang terdekat kita, suami, istri, anak, orang tua ataupun teman, kita lebih dari sekedar persoalan, bahkan sebuah musibah !

Sementara identitas : menjadi rahmat bagi semesta alam -yang merupakan takdir kita- hanya sekedar slogan cantik, yang pada prakteknya ternyata sangat jauh panggang dari api. Kita mengambil, merampas, memperkosa apa saja dan siapa saja demi kepentingan diri kita sendiri. Hanya supaya kita menang, puas dan sukses, persetan dengan apakah itu ternyata merugikan orang lain (semesta alam).

Jika itu benar, sepertinya kita harus lebih punya malu untuk berdoa, pada saat ingin berangkat tidur, bekerja atau doa-doa jenis apapun, terutama ketika kita berulang tahun. Supaya jangan pertambahan hari-hari kita tidak membawa rahmat bagi siapapun, namun justru membawa bencana bagi orang lain (semesta alam).

Kalau seorang mantan atheis saja, cukup tahu diri untuk meminta pertambahan umur, seharusnya kita-kita yang mengaku dan merasa beragama sejak dari kandungan ini jauh lebih tahu diri dari mereka. Itupun jika keagamaan kita tidak hanya tersimpan dalam dompet pada selembar kertas keras berlapis laminating bernama KTP

ditulis oleh Made Teddy Artiana, S. Kom
dari milis motivasi

Friday, June 25, 2010

Sikap

Semakin lama saya hidup, semakin saya sadar
Akan pengaruh sikap dalam kehidupan

Sikap lebih penting daripada ilmu,
daripada uang, daripada kesempatan,
daripada kegagalan, daripada keberhasilan,
daripada apapun yang mungkin dikatakan
atau dilakukan seseorang.

Sikap lebih penting
daripada penampilan, karunia, atau keahlian.
Hal yang paling menakjubkan adalah
Kita memiliki pilihan untuk menghasilkan
sikap yang kita miliki pada hari itu.

Kita tidak dapat mengubah masa lalu
Kita tidak dapat mengubah tingkah laku orang
Kita tidak dapat mengubah apa yang pasti terjadi

Satu hal yang dapat kita ubah
adalah satu hal yang dapat kita kontrol,
dan itu adalah sikap kita.

Saya semakin yakin bahwa hidup adalah
10 persen dari apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita,
dan 90 persen adalah bagaimana sikap kita menghadapinya

ditulis oleh Rama Valliant
dari milis motivasi

Wednesday, June 23, 2010

Putri Yang Pergi Karena Cinta

Anak perempuan Kaisar Jepang kawin dengan rakyat jelata. Dia harus
meninggalkan istana dan kehilangan gelar kebangsawanan.

Putri yang Pergi karena Cinta

Untuk terakhir kalinya Putri Nori menatap lekat-lekat Istana
Amaterasu Omikami, yang telah didiaminya selama 36 tahun. Dia
melambai kepada staf istana dari jendela mobil limusin hitam yang
dikawal iringan motor polisi. Putri satu-satunya pasangan Kaisar
Akihito dan Permaisuri Michiko itu meninggalkan Istana Kekaisaran
Jepang pada Selasa pekan lalu. Nori, yang dikenal dengan panggilan
Putri Sayako, akan menjadi Nyonya Sayako Kuroda. Dia menikah dengan
Yoshiki Kuroda, 40 tahun, seorang pegawai kantor gubernur Tokyo.

Di sepanjang jalan menuju Hotel Imperial, tempat akad nikah, rakyat
melambaikan bendera Jepang, Hinomaru. Rasa bahagia bercampur haru
terpancar saat mereka melafalkan ucapan selamat: "Banzai…." Seorang
perempuan tua, Ranko Shibuya, menghapus air mata setelah melambai
kepada Nori. "Saya bisa merasakan Permaisuri Michiko mengucapkan
selamat tinggal kepada anak perempuan satu-satunya," ujar Shibuya,
63 tahun.

Perkawinan ini bukan peristiwa biasa. Inilah pertama kali dalam 45
tahun, seorang putri kerajaan menikahi laki-laki biasa. Pada 1960
Takako Shimazu, anak perempuan kelima almarhum Kaisar Showa, kawin
dengan seorang pegawai bank. Dan, geger. Sebab, berdasarkan Undang-
Undang Kerumahtanggaan Kaisar, setiap putri kerajaan yang menikah
dengan rakyat biasa harus menanggalkan seluruh gelar kerajaannya.
Nasib itu kini dihadapi Putri Nori, yang memilih cinta ketimbang
istana.

Tak ada pesta gemerlap mengiringi pernikahannya. Upacara
perkawinannya sederhana saja untuk ukuran keluarga kaisar. Yang
hadir sekitar seratus orang. Di hadapan pendeta Shinto, Putri Nori
dan Yoshiki Kuroda saling berikrar. Nori mengenakan gaun sutra putih
serta kalung mutiara. Mempelai pria mengenakan jas hitam. Tak ada
prosesi tukar cincin, tak ada acara potong kue. Di saat perhelatan,
Nori bersalin kimono juni hitoe lawas koleksi ibunya.

Toh, sang Putri masih bernasib baik. Ayah dan ibunya sudi menghadiri
perhelatan. Pada masa lalu, kaisar dan permaisuri tak berkenan
menghadiri pernikahan anak gadisnya. Itulah "hukuman" bagi anak
perempuan kaisar yang mementingkan cinta ketimbang keluarga.

Nori juga beruntung karena Permaisuri Michiko menyokongnya dengan
menyiapkan Nori menghadapi dunia di luar tembok istana. Michiko
memang berasal dari luar istana, dia bukan berdarah biru. Setelah
kawin dengan Pangeran Akihito—kini Kaisar Jepang—Michiko menangani
sendiri pekerjaan rumah tangga. Kebiasaan itu ia tularkan kepada
Nori. Michiko membiasakan Nori memasak dan mencuci. "Putri Nori
membawa makan siang masakan permaisuri ke sekolah setiap hari,"
kenang Yoko Imai, teman Nori di SMP. Setelah pacaran dengan Kuroda,
teman abangnya (Pangeran Akishino), ia membawakan Kuroda makan siang
masakannya.

Kini Nori siap menjadi ibu rumah tangga dari kalangan biasa. Dia
memasak, membersihkan kondominium sewaan, mencuci, menyetrika,
berbelanja di supermarket, membuang sampah, dan menyetir mobil.
Surat izin mengemudinya baru ia peroleh dua bulan lalu. "Dalam
kehidupan barumu kelak, hendaklah kamu menjadi anggota masyarakat
yang baik sembari mengurus rumah tangga," pesan Michiko kepada
putrinya.

Nori sendiri tak menyesal keluar dari istana. "Saya akan terus
memelihara kenangan dengan keluarga saya sembari menghadapi hidup
baru sebagai anggota keluarga Kuroda," ujarnya. Rabu pekan lalu,
Jawatan Rumah Tangga Kekaisaran secara resmi mencatat kepergiannya
dari lingkaran keluarga kerajaan.

Tak akan ada lagi hak dan kewajibannya sebagai bangsawan. Tapi
pemerintah memberinya "pesangon" sebesar 152,5 juta yen (Rp 1,3
triliun) tunai.

dari milis motivasi

Tuesday, June 22, 2010

Hal Yang Penting Dalam Hidup

Tak banyak orang yang peduli,bahkan sadar dengan hal penting dalam hidup.Terutama yang telah merasa sukses dan tak perlu ngapa-ngapain lagi.

apasih sebenarnya hal essensial yang penting dalam hidup?
terserah apa jawaban anda.Tapi,menurut saya bidang apapun itu,hal terpenting dalam hidup adalah MEMPELAJARI KESALAHAN.

Memang.merayakan keberhasilan adalah hal penting.Tapi,MEMPELAJARI KESALAHAN/KEGAGALAN adalah lebih penting.mengingat,bahwa kehidupan ini bukanlah keadaan yang konstan dan mudah diperkirakan.
Dan jika berhubungan dengan tujuan anda,apakah tujuan anda sama(standarnya)dari waktu ke waktu,tahun ke tahun?
nggak,kan?

lalu mengapa mengapa yang ditekankan adalah mempelajari kesalahan/atau kegagalan?

karena mempelajari kegagalan memberi manfaat yang jauh lebih besar untuk dipelajari,dari pada keberhasilan.
pada kenyataannya keberhasilan lebih sering melenakan.terutama karena organisasi/orang tidak merayakannya secara edukatif.mereka dengan bangga gembar-gembor sana-sini,memamerkan pencapaian ini-itu. apa yang kita peroleh dari merayakan seperti itu?


dari milis motivasi

Siapa yang Salah?

Apakah Anda mencintai anak-anak Anda betapa pun nakalnya mereka? Pasti semua
menjawab, "Ya! Saya amat mencintai mereka. Saya akan melakukan apa saja asal
hidup mereka bahagia nanti." Sekilas tidak ada yang salah dari jawaban di
atas. Akan tetapi bagaimana dengan kisah di bawah ini?

Suatu hari sepasang suami-istri berkonsultasi dengan psikiater. Mereka
mengeluh putus asa menghadapi kenakalan anaknya yang semata wayang.

Masalahnya cukup sederhana, anak itu suka sekali main kuda-kudaan kayu milik
anak tetangga sebelah. Ia tidak mau berhenti meski sudah berkali-kali di
suruh. Padahal ia sendiri sudah dibelikan tiga buah kuda-kudaan kayu di
rumah. Inilah yang membuat orang tuanya kesal. Betapa tidak? Setiap kali
ingin naik kuda-kudaan, si anak segera pergi ke rumah sebelah dan mengganggu
anak tetangga dengan merebut mainan kayu ini.

Usaha kedua orang tuanya untuk memaksanya turun malah membuat si anak
berteriak menjerit-jerit. Keributan semakin menjadi-jadi lantaran si pemilik
mainan tak mau mengalah.

Pertama-tama, sang ahli jiwa merundingkan bayarannya. Setelah itu ia
mendekati anak itu, mengelus rambutnya dengan halus, menunduk, sambil
tersenyum membisikkan sesuatu ke telinganya. Aneh bin ajaib! Segera anak
nakal itu turun dari kuda-kudaan dan dengan manis mengikuti orang tuanya
pulang.

Tentu saja si orang tua gembira melihat semuanya bisa diselesaikan dengan
cepat. "Mantera apa yang Anda gunakan untuk membujuk anak saya?" tanya orang
tua itu terheran-heran.

"Saya hanya berbisik, kalau engkau tidak turun dari kuda-kudaan kayu saat
ini juga, engkau saya pukuli sampai tidak bisa lagi duduk selama satu
minggu. Ketahuilah, saya dibayar untuk tugas ini maka saya
bersungguh-sungguh!"

Nah Kerabat Imelda, sebelum Anda menghukum seorang anak, tanyalah diri sendiri apakah bukan Anda sendiri yang menjadi sebab kesalahan. (Anthony de Mello/Djs)

Sumber: Majalah Intisari

Saturday, June 19, 2010

Batu dan Bisikan

Suatu ketika, tersebutlah seorang pengusaha muda dan kaya. Ia baru saja membeli
mobil mewah, sebuah Jaguar yang mengkilap. Kini, sang pengusaha, sedang
menikmati perjalanannya dengan mobil baru itu. Dengan kecepatan penuh, dipacunya
kendaraan itu mengelilingi jalanan tetangga sekitar.

Di pinggir jalan, tampak beberapa anak yang sedang bermain sambil melempar
sesuatu. Namun, karena berjalan terlalu kencang, tak terlalu diperhatikannya
anak-anak itu. Tiba-tiba, dia melihat sesuatu yang melintas dari arah
mobil-mobil yang di parkir di jalan. Tapi, bukan anak-anak itu yang tampak
melintas. Aah…, ternyata, ada sebuah batu yang menimpa Jaguar itu. Sisi pintu
mobil itupun koyak, tergores batu yang dilontarkan seseorang.

Cittt….ditekannya rem mobil kuat-kuat. Dengan geram, di mundurkannya mobil itu
menuju tempat arah batu itu di lemparkan. Jaguar yang tergores, bukanlah perkara
sepele. Apalagi, kecelakaan itu dilakukan oleh orang lain, begitu pikir sang
pengusaha dalam hati. Amarahnya memuncak. Dia pun keluar mobil dengan
tergesa-gesa. Di tariknya seorang anak yang paling dekat, dan di pojokkannya
anak itu pada sebuah mobil yang diparkir.

“Apa yang telah kau lakukan!!! Lihat perbuatanmu pada mobil kesayanganku!!”
Lihat goresan itu”, teriaknya sambil menunjuk goresan di sisi pintu. “Kamu tentu
paham, mobil baru semacam itu akan butuh banyak ongkos di bengkel kalau sampai
tergores.” Ujarnya lagi dengan geram, tampak ingin memukul anak itu.

Sang anak tampak ketakutan, dan berusaha meminta maaf. “Maaf Pak, Maaf. Saya
benar-benar minta maaf. Sebab, saya tidak tahu lagi harus melakukan apa.” Air
mukanya tampak ngeri, dan tangannya bermohon ampun. “Maaf Pak, aku melemparkan
batu itu, karena tak ada seorang pun yang mau berhenti….”

Dengan air mata yang mulai berjatuhan di pipi dan leher, anak tadi menunjuk ke
suatu arah, di dekat mobil-mobil parkir tadi. “Itu disana ada kakakku. Dia
tergelincir, dan terjatuh dari kursi roda. Aku tak kuat mengangkatnya, dia
terlalu berat. Badannya tak mampu kupapah, dan sekarang dia sedang kesakitan..”

Kini, ia mulai terisak. Dipandanginya pengusaha tadi. Matanya berharap pada
wajah yang mulai tercenung itu. “Maukah Bapak membantuku mengangkatnya ke kursi
roda? Tolonglah, kakakku terluka, tapi dia terlalu berat untukku.”

Tak mampu berkata-kata lagi, pengusaha muda itu terdiam. Kerongkongannya
tercekat. Ia hanya mampu menelan ludah. Segera, di angkatnya anak yang cacat
itu menuju kursi rodanya. Kemudian, diambilnya sapu tangan mahal miliknya, untuk
mengusap luka di lutut anak itu. Memar dan tergores, sama seperti sisi pintu
Jaguar kesayangannya.

Setelah beberapa saat, kedua anak itu pun berterima kasih, dan mengatakan bahwa
mereka akan baik-baik saja. “Terima kasih, dan semoga Tuhan akan membalas
perbuatanmu.” Keduanya berjalan beriringan, meninggalkan pengusaha yang masih
nanar menatap kepergian mereka. Matanya terus mengikuti langkah sang anak yang
mendorong kursi roda itu, melintasi sisi jalan menuju rumah mereka.

Berbalik arah, pengusaha tadi berjalan sangat perlahan menuju Jaguar miliknya.
Disusurinya jalan itu dengan lambat, sambil merenungkan kejadian yang baru saja
di lewatinya. Kerusakan yang dialaminya bisa jadi bukanlah hal sepele. Namun, ia
memilih untuk tak menghapus goresan itu. Ia memilih untuk membiarkan goresan
itu, agar tetap mengingatkannya pada hikmah ini. Ia menginginkan agar pesan itu
tetap nyata terlihat

“Janganlah melaju dalam hidupmu terlalu cepat, karena, seseorang akan
melemparkan batu untuk menarik perhatianmu.”


milis motivasi

Seporsi Sate Pak Yadi

SELESAI meeting, Ratno pun berpamitan. Hasil yang menggembirakan. Klien
setuju dengan proposal yang diajukan timnya. Jabat tangan erat menghangatkan
malam yang basah. Pertemuan di restoran itu pun usai. Semua tersenyum
senang. Ratno ingin segera pulang, dia teramat letih.

Namun kemana Yadi? Sopir kantor yang sedianya siap di halaman parkir. Lagi
pula restoran ini tidak memiliki area parkir yang luas. Hanya muat enam
hingga delapan mobil. Semestinya, Avanza hitam ada di sana. Ratno menengok
ke kiri dan ke kanan. Tak kelihatan. Sampai akhirnya dia pun memencet tuts
ponselnya. Yadi, sopir kantornya pun menjawab akan segera kembali dalam
waktu lima menit.

Lima belas menit berlalu, tak terlihat lampu mobilnya masuk. Ratno kian
gelisah. Sempat terpikir untuk naik taksi saja ke kantor. Tapi niat itu
urung karena mobil Avanza hitam sudah masuk ke halaman parkir. Ratno yang
kesal langsung masuk mobil, dan hampir menumpahkan kekesalannya, bila Yadi
tak segera menyambut dengan senyum dan permintaan maaf.

Mata Ratno menoleh sesuatu. Di kursi depan teronggok satu bungkus plastik
berwarna hitam. Rupanya itu yang membuatnya datang terlambat. Tercium bau
sate menusuk hidung dari bungkus plastik tersebut. Sepuluh tusuk sate daging
ayam masih terasa hangat. "Buat ibu saya pak, tapi ngantrinya lama banget,
maaf ya pak," kata Yadi sekali lagi.

Yadi pun berkisah tentang ibunya yang sudah tua dan susah menemukan selera
makannya. Nah, biasanya dengan menu sate ayam seperti ini dia mau makan. "Biasanya
lahap," kata Yadi lagi. Si Ibu yang kini tersisa. Ayahnya sudah lama wafat.
Ibu dan ayah mertuanya pun demikian.

Ratno tak mau bertanya banyak lagi. Pikirannya berkelana ke mana-mana. Kalau
saja sate yang dibelikan Yadi untuk ibundanya ditaruh di mobil, sudah pasti
akan dingin begitu sampai di rumah. Pertama, dia harus mengantarkannya
pulang ke rumah. Lalu Yadi kembali ke kantor untuk mengembalikan mobil.
Setelah itu Yadi masih harus menempuh perjalanan belasan kilometer dengan
sepeda motornya. Sudah pasti jadi anyep nasib sepuluh sate itu. Di mobil ini
saja, sate itu sudah ditiup pendingin udara.

"Pak Yadi, AC-nya dimatikan saja. Dingin banget, saya juga pengen merokok."
Sebenarnya dia ingin agar sate yang dibawa Yadi tak begitu dingin. Begitu AC
di matikan, Ratno membakar rokoknya.

Dalam asap yang tersembur, pikirannya tiba-tiba melayang pada ibunya yang
sudah sepuh di sudut kota Jakarta. Sudah lama dia tidak menyambangi ibunya
itu. Kesibukan pekerjaan dan berbagai problema yang harus dihadapinya sering
kali membuatnya lupa untuk sekadar meneleponnya.

Tiba-tiba sebungkus sate daging ayam Yadi menohoknya. Yadi, yang
penghasilannya tak seberapa bila dibandingkan dirinya, berusaha mati-matian
menyisihkan uangnya untuk membeli seporsi sate ayam. Sedangkan dirinya? Dia
nyaris melupakan semuanya tentang ibunya, perempuan yang melahirkan dan
membesarkannya dengan segala suka dan dukanya. Dia tahu ibunya sangat
menyukai roti bakar yang katanya selalu menjadi makanan romantis bersama
suaminya yang telah wafat beberapa tahun silam.

Ratno membatin. Dia mengambil ponselnya untuk menelepon rumah ibunya. Sayang
tak ada jawab. Bik Ummi, wanita yang setia menemani ibunya juga pasti telah
terlelap. Tak lama setelah melewati pertigaan, Ratno pun menyuruh Yadi
menghentikan mobilnya. Padahal jarak ke kantor masih jauh.

Ratno menyuruh sopirnya langsung ke kantor. "Nanti Pak Yadi kemalaman sampai
di rumah." Dia sendiri memilih meneruskan perjalanan dengan menggunakan
taksi. Betapa indahnya hidup Yadi, yang teramat menyayangi ibunya.

Tak lama kemudian, Ratno menyetop taksi. Di kursi belakang taksi berwarna
biru itu, dia menahan haru dan perasaaan bersalah. Sebuah janji dicatat
dalam hatinya, akhir pekan ini dia akan mengunjungi ibunya. Bersama dengan
anak dan istrinya.

ditulis oleh Sonny Wibisono
dari milis motivasi

Tuesday, June 15, 2010

Berbicara dengan Hati, Bukan Jari



ADIL jengkel betul dengan istrinya. Sepanjang liburan akhir pekan keduanya
sepakat memilih beristirahat di rumah. Lima hari bekerja membuat mereka ingin
melemaskan otot-otot. Sekaligus tentu saja mempererat tali cinta diantara mereka
berdua. Maklum, mereka belum lagi genap dua tahun menikah. Buah hati yang
menjadi dambaan mereka tak kunjung datang. Mungkin Yang Di Atas belum memberikan
mereka kepercayaan. Begitu keduanya menghibur diri.

Tapi akhir pekan yang seharusnya indah justeru berubah menyebalkan. Seharian
Anita, sang istri, hanya berada di kamar. Mungkin saja letih. Dia ingin
istirahat penuh. Namun yang membuatnya jengkel, Anita terus menggenggam gadget
kesayangannya. Anita kadang tertawa sendiri. Sampai kadang dia tak ingin jauh
dari colokan listriknya. Gadget kesayangannya itu sering kehilangan tenaga,
sehingga terpaksa harus dicharge.

Adil geleng-geleng kepala. Namun Anita cuek bebek. Katanya, dia sedang asyik
mengobrol dengan teman yang lama tak dijumpainya. Bertemu di jejaring sosial
facebook, mereka kemudian bertukar nomor PIN. Lalu itulah yang terjadi, mereka
mengobrol ngalor-ngidul sesuka hati. Adil pun memilih untuk keluar rumah dan
mengobrol dengan tetangga.

Ponsel cerdas itu menjadi booming di dunia, termasuk Indonesia. Apalagi setelah
beberapa tokoh dunia dan seleb memakainya juga. Kelebihan menggunakan gadget ini
dibandingkan dengan ponsel biasa memang beragam, Kedekatan seseorang di dunia maya seakan-akan tidak lagi terpisahkan oleh ruang dan waktu. Tak aneh bila kemudian muncul istilah,
'mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat.'

Namun memakai gadget ini bukan tak ada kekurangannya sama sekali. Contohnya, ya
itu, interaksi antara Adil dan Anita menjadi tak nyaman. Ketika seseorang
berasyik masyuk dengan dirinya dan dunianya sendiri, serta tidak memperdulikan
lingkungan sekitar, apalagi menjadikannya sebagai ketergantungan yang sangat,

Tapi nyatanya memang, menurut penelitian, ketergantungan akan gadget menyebabkan
seseorang menjadi tak fokus. Bahkan para uskup senior di Liverpool, Inggris
menantang umatnya untuk berpuasa teknologi selama 40 hari. Mereka mendorong
masing-masing orang untuk memangkas penggunaan karbon dengan tidak memakai
sejumlah gadget.

Gadget dibuat dengan tujuan membantu si pemakainya. Untuk menjadikan urusan
berjalan dengan efektif dan efisien. Ambil satu contoh, misalnya saja ketika
diadakan rapat penting. Saat dalam rapat membutuhkan komunikasi rahasia di
antara peserta rapat, tentu saja cara yang cerdas dengan menggunakan gadget yang
tersedia.

Tetapi pada kenyataannya, yang kerap kita jumpai, teknologi yang awalnya
dirancang untuk membantu kehidupan manusia, malah justeru membuat kita semakin
menjauh satu dengan lainnya. Menjauh dari orang-orang yang kita kasihi, dan
menjauh pula dari Tuhan yang sesungguhnya dekat dengan kita.

Dengarlah apa yang dikatakan Eric Schmidt, CEO Google, dalam pidatonya di
University of Pennsylvania, Amerika Serikat, pada 18 Mei 2009 lalu dihadapan
enam ribu wisudawan. Schmidt berujar, "Matikan komputermu. Matikan juga
ponselmu. Dan perhatikan manusia di sekelilingmu." Schmidt mengatakan demikian
setelah melihat banyaknya kaum muda yang hanya terpaku pada dunia virtual di
internet. Seakan tak peduli untuk berelasi dengan orang lain.

Itulah yang dirasakan Adil sekarang. Ia merasa jauh sekali dari istrinya. Adil
sesungguhnya tak menuntut lebih dari Anita. Adil hanya ingin Anita menghentikan
sekali saja pada saat mereka berada di rumah. Apalagi disaat-saat mereka sedang
berdua atau liburan. Baginya komunikasi yang baik bukan lagi semata dengan
jari-jari, walau teknologi sudah maju. Berbicara dengan tatap muka, ekspresi
wajah, dan bahasa tubuh tentu lebih memanusiakan diri.

Kita seharusnya memang dapat berhenti sejenak dari kegaduhan dunia virtual dan
kembali pada 'habitatnya' sebagai makhluk sosial.

diyulis oleh Sonny Wibisono,

Friday, June 11, 2010

Tujuh dosa sosial menurut Mahatma Gandhi


Mahatma Gandhi, inilah tujuh dosa sosial yang meluluh lantakkan banyak sendi kehidupan:
1.Kekayaan tanpa kerja
2.Kenikmatan tanpa nurani
3.Ilmu tanpa kemanusiaan
4.Pengetahuan tanpa karakter
5.Politik tanpa prinsip
6.Bisnis tanpa moralitas
7.Ibadah tanpa pengorbanan.
dari note Ferry Zanzad

dari milis motivasi

Lepaskan Tali Penambat Perahu Anda dan Berlayarlah


Hidup kita diibaratkan sebuah perahu, yang terbuat dari kayu terbaik, dilengkapi dengan alat-alat komunikasi yang lengkap, layar yang gagah dan dengan kompas penunjuk arah. Nah, demikian juga diri kita diciptakan dengan sangat baik oleh Allah, dilengkapi dengan bakat, talenta serta kemampuan yang luar biasa oleh Allah dan diberi hati nurani dan akal budi serta kebebasan untuk menjalani perahu kehidupan kita secara baik dan benar. Kesejatian hidup kita adalah berlayar mengarungi samudra, menembus badai, menghalau gelombang dan menemukan pantai harapan kebahagiaan kita dan keselamatan hidup abadi.

Namun sehebat apapun perahu, yang dbuat dari kayu yang bermutu tinggi, dilengkapi layar yang bagus dan peralatan yang canggih, tidak ada gunanya bila hanya di tambat di dermaga. Artinya, kita sudah diberi akal budi/otak, hati nurani, kemampuan, talenta yang khas oleh Tuhan bagi setiap orang, tapi itu tidak pernah dikembangkan, diberdayakan, malas untuk melakukan sesuatu, dan tidak menggunakannya dengan baik untuk kebahagaiaan diri dan sesama, maka kita seperti perahu yang ditambat, tidak bisa berkembang, jalan di tempat. Dermaga adalah tempat Anda memulai hidup Anda, dan bisa juga diartikan sebagai masa lalu Anda. Tali penambat itu adalah kemalasan, ketakutan, dan penyesalan Anda, kecemasan-kecemasan, kekecewaan-kekecewaan, luka-luka batin yang belum disembuhkan, yang sering menghambat kita untuk memulai melakukan sesuatu dan berjuang untuk keluar dari masa lalu kita.

Saudara-saudariku, jangan buang waktu dan energi untuk selalu memikirkan masa lalu Anda, kekuatiran hidup Anda. Jangan menyia-nyiakan segala kemampuan, kesempatan yang telah dianugerahkan oleh Tuhan. Lepaskan tali kemalasan Anda, lepaskan ikatan kekuatiran dan ketakutan yang membelenggu Anda, lepaskan segala pikiran-pikiran yang menghambat Anda untuk maju. Jangan biarkan diri Anda tertambat dalam kecemasan, kekuatiran dan penyesalan masa lalu Anda. Berlayarlah, lakukan sesuatu yang berguna bagi hidup Anda dan keluarga Anda, serta apa yang Anda impikan dalam hidup ini. Aktifkanlah segala kemampuan dan talenta dalam diri Anda, gunakanlah segala potensi diri dan bantuan orang-orang di sekitar Anda dan ciptakanlah segala yang baik dalam hidup Anda demi kebahagiaan Anda dan sesama.

Ingat bahwa, yang memisahkan perahu dan pantai impian Anda, adalah angin badai, gelombang dan batu karang. Yang memisahkan Anda dengan kebahagiaan dan keselamatan adalah tantangan, cobaan/godaan yang Anda hadapi dalam hidup ini, masalah-masalah yang selalu menggerogoti pikiran Anda, tawaran-tawaran duniawi yang bisa memisahkan Anda dari Sang Tujuan hidup Anda. Sebenarnya, di sinilah kemampuan, martabat/harga diri dan kesejatian hidup Anda diuji oleh Tuhan.

Hakekat perahu adalah terus berlayar menembus rintangan mencapai pulau yang dituju. Dan hakekat hidup kita adalah berkarya, dan melakukan kebaikan agar kita bisa menemukan kebahagiaan. Jangan lupa sertakan Tuhan selalu dalam pelayaran hidup Anda, karena bersama DIA, dan melalui DIA, kita akan mendapat pertolongan, diarahkan pada yang tujuan yag benar, serta dibawa kepada jalan kebahagiaan dan keselamatan. Tuhan mencintai Anda dan DIA mau agar Anda mengembangkan diri Anda secara baik demi kehabagiaan hidup Anda dan sesama. Cintailah dan hargailah hidup Anda.

dari milis motivasi

Jangan pernah berhenti bermain karena tua


Jangan pernah berhenti bermain karena Tua, justru akan menjadi tua karena berhenti bermain. Rahasia agar tetap awet muda adalah tetap menemukan humor setiap hari dan mempunyai mimpi. jika kehilangan mimpi, kamu akan mati. Ada banyak sekali orang yang berjalan disekitar kita yang mati namun mereka tak menyadarinya.
Sungguh jauh berbeda antara menjadi tua dan menjadi dewasa. Seseorang berumur sembilan belas tahun dan berbaring ditempat tidur selama satu tahun penuh, tidak melakukan apa-apa, orang tersebut tetap akan akan berubah menjadi dua puluh tahun. Bila anda berusia delapan puluh lima tahun dan tinggal ditempat tidur selama satu tahun, tidak melakukan apa-apa, anda tetap akan menjadi delapan puluh enam tahun.
Setiap orang pasti menjadi tua, hal itu tidak membutuhkan suatu keahlian atau bakat. Tumbuhlah dewasa dengan selalu mencari kesempatan dalam perubahan dan jangan pernah menyesal, karena orang yang sudah tua usianya biasanya tidak menyesali apa yang telah diperbuatnya, tetapi lebih menyesali apa yang tidak diperbuatnya. Dan orang yang takut mati adalah mereka yang hidup dengan penyesalan.
Sadarilah….
Tidak ada yang terlambat untuk apapun yang bisa kita lakukan.
Ingatlah ….
Menjadi tua adalah kepastian, tetapi menjadi dewasa adalah pilihan.
Sediakanlah waktu untuk….
Berpikir, karena itulah sumber kekuatan
Bermain, itulah rahasia awet muda
Membaca, menjadi landasan kebijaksanaan
Berteman, jalan menuju kebahagiaan
Bermimpi, itulah yang akan membawa anda ke bintang
Mencintai dan dicintai, itulah hak istimewa Tuhan
Lihat sekeliling anda, hari anda terlalu singkat untuk mementingkan diri sendiri.
Dan sediakan waktu untuk tertawa, karena itulah musik jiwa.

dari milis motivasi

Wednesday, June 02, 2010

Indahnya Bekerja

Pagi hari motor sudah berbunyi. Hana putri saya menyapa, 'Ayah mau berangkat kerja ya?' saya menjawab dengan menganggukkan kepala. "Hana bareng ya yah..berangkat sekolah.' Pagi hari berangkat sekolah sambil mengantar Hana sekolah. Lambaian tangan istri saya turut menyertai disaat motor melaju. Menikmati indahnya matahari pagi, bertegur sapa dengan tetangga adalah kebahagiaan tersendiri buat saya.

Bekerja itu pada dasarnya menyenangkan sebab letih karena bekerja terasa lebih nikmat daripada lebih karena tidak mengerjakan apapun. Itulah sebabnya bekerja keras berapapun hasilnya yang penting halal akan membawa keberkahan di dalam hidup kita, di dalam keberkahan itulah yang mendatangkan kebahagiaan dan ketenteraman dihati bagi kita dan keluarga kita.

Apabila kita dalam kesendirian, tidak ada aktifitas pekerjaan akan membuat tubuh kita terasa letih dan mudah lelah. Keletihan itu menyerap segala energi yang ada dipikiran, hati dan tubuh kita. Apalagi sudah tidak ada aktifitas ditambah dengan keinginan bermacam-macam akan membuat hati dan pikiran menjadi tidak jernih sehingga mudah marah dan tersinggung karena hal-hal yang sepele.

Berbeda jika kita bekerja dan ada aktifitas produktif, dengan bekerja kita mempunyai kesempatan untuk berbagi kebahagiaan dengan orang lain sehingga pekerjaan dan profesi yang kita jalani membawa ketenteraman di dalam hati. Maka nikmatilah pekerjaan kita, karena memang bekerja adalah ibadah, pengabdian kita kepada Tuhan dan sudah menjadi tanggungjawab kita sebagai seorang umatNya. Sekalipun letih dan lelah dengan cepat membuat tubuh dan pikiran kita menjadi bugar kembali. Apalagi disaat menerima hasilnya atau gajian tiba.. ya kan? :)

ditulis oleh Agus Syafii
dari milis motivasi

Tuesday, June 01, 2010

Berkah Sahabat

Ini kisah persahabatan dua anak manusia. Yang seorang adalah putra presiden, yang lain pemuda rakyat jelata bernama Pono. Persahabatan ini sudah terjalin sejak mereka masih di bangku sekolah. Pono punya kebiasaan yang kadang menjengkelkan. Apa pun peristiwa yang terjadi di depannya selalu dianggap positif. “Itu Baik!” katanya senantiasa.
Hari itu seperti yang sering mereka lakukan, Pono menemani sahabatnya berburu. Tugasnya membawa senapan dan mengisi peluru agar selalu siap digunakan. Entah kenapa, barangkali belum terkunci secara sempurna, setelah diserahkan kepada sahabatnya senapan itu meletus. Akibatnya cukup fatal.Ibu jari putra presiden terkena terjangan peluru dan putus. Melihat itu Tanpa sadar dengan kalemnya Pono berkomentar. “Itu Baik!” Kontan sahabatnya naik pitam. “Bagaimana Kau ini! Jempolku putus tertembak, malah dibilang Baik. Brengsek!” Agaknya, kali ini kelakuan Pono tak termaafkan. Ia dijebloskan ke penjara.
Beberapa bulan kemudian, sang putra presiden kembali pergi berburu ke Afrika. Malang, ia tersesat di hutan lebat dan ditangkap suku primitif yang masih kanibal. Malam harinya, dalam keadaan terikat ia akan dibakar untuk disantap ramai-ramai. Anehnya, mendadak ia dibebaskan. Belakangan ketahuan, suku tersebut pantang memangsa makhluk yang organ tubuhnya tidak lengkap.
Nasib baik itu membuat sang putra presiden termenung. Ia teringat kembali peristiwa ketika jempolnya putus tertembak lantaran ulah Pono. Ia kemudian menemui Pono di penjara.
“Ternyata Kau benar. Ada baiknya jempolku tertembak,” katanya sambil menceritakan peristiwa yang baru saja dialaminya di Afrika. “Aku menyesal telah memenjarakanmu.”
“Oh, tidak!’ Bagiku, ini Baik!”
“Bagaimana kau ini? Memenjarakan teman kau bilang baik?”
“Kalau aku tidak dipenjara, pasti saat itu aku bersamamu.”

Kerabat Imelda/ Kisah satir ini mengingatkan pada pernyataan Randolph Bourne, intelektual Amerika yang juga anak didik John Dewey. Katanya, seorang teman itu memang dipilih untuk kita berdasarkan hukum perasaan yang tersembunyi, bukan oleh kehendak sadar kita si manusia.

dari milis motivasi

PUISI CINTA

Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,
dan kematian adalah sesuatu yang pasti,
dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,
adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang,
sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati,
hatiku seperti tak di tempatnya,
dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.

Kau tahu sayang,
rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,
pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada,
aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.

Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.
mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua,
tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia,
kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.

Selamat jalan,
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.
selamat jalan sayang,
cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
selamat jalan,
calon bidadari surgaku ….

dari milis motivasi