Saturday, March 26, 2011

Setitik Terang di Balik Setiap Kesulitan

Suatu kala, ada seorang yang cukup terkenal akan kepintarannya dalam membantu orang mengatasi masalah. Meskipun usianya sudah cukup tua, namun kebijaksanaannya luar biasa luas. Karena itulah, orang berbondong-bondong ingin bertemu dengannya dengan harapan agar masalah mereka bisa diselesaikan.

Setiap hari, ada saja orang yang datang bertemu dengannya. Mereka sangat mengharapkan jawaban yang kiranya dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang sedang mereka hadapi. Dan hebatnya, rata-rata dari mereka puas akan jawaban yang diberikan. Tidak heran, kepiawaiannya dalam mengatasi masalah membuat namanya begitu tersohor.

Suatu hari, seorang pemuda mendengar pembicaraan orang-orang di sekitar yang bercerita tentang orang tua tersebut. Ia pun menjadi penasaran dan berusaha mencari tahu keberadaannya. Ia juga ingin bertemu dengannya. Ada sesuatu yang sedang mengganjal di hatinya dan ia masih belum mendapatkan jawaban. Ia berharap mendapatkan jawaban dari orang tua tersebut.

Setelah berhasil mendapatkan lokasi tempat tinggal orang tua itu, ia bergegas menuju ke sana. Tempat tinggal orang tua tersebut dari luar terlihat sangat luas bagai istana.

Setelah masuk ke dalam rumah, ia akhirnya bertemu dengan orang tua bijaksana tersebut. Ia bertanya, "Apakah Anda orang yang terkenal yang sering dibicarakan orang-orang mampu mengatasi berbagai masalah?"

Orang tua itu menjawab dengan rendah hati, "Ah, orang-orang terlalu melebih-lebihkan. Saya hanya berusaha sebaik mungkin membantu mereka. Ada yang bisa saya bantu, anak muda? Kalau memang memungkinkan, saya akan membantu kamu dengan senang hati."

"Mudah saja. Saya hanya ingin tahu apa rahasia hidup bahagia? Sampai saat ini saya masih belum menemukan jawabannya. Jika Anda mampu memberi jawaban yang memuaskan, saya akan memberi hormat dan dua jempol kepada Anda serta menceritakan kehebatan Anda pada orang-orang," balas pemuda itu.

Orang tua itu berkata, "Saya tidak bisa menjawab sekarang."

Pemuda itu merengut, berkata, "Kenapa? Apakah Anda juga tidak tahu jawabannya?"

"Bukan tidak bisa. Saya ada sedikit urusan mendadak," balas orang tua itu. Setelah berpikir sebentar, ia melanjutkan, "Begini saja, kamu tunggu sebentar."

Orang tua itu pergi ke ruangan lain mengambil sesuatu. Sesaat kemudian, ia kembali dengan membawa sebuah sendok dan sebotol tinta. Sambil menuangkan tinta ke sendok, ia berkata, "Saya ada urusan yang harus diselesaikan. Tidak lama, hanya setengah jam. Selagi menunggu, saya ingin kamu berjalan dan melihat-lihat keindahan rumah dan halaman di luar sambil membawa sendok ini."

"Untuk apa?" tanya pemuda itu dengan penasaran.

"Sudah, jangan banyak tanya. Lakukan saja. Saya akan kembali setengah jam lagi," kata orang tua itu seraya menyodorkan sendok pada pemuda itu dan kemudian pergi.

Setengah jam berlalu, dan orang tua bijak itu pun kembali dan segera menemui pemuda itu.

Ia bertanya pada pemuda itu, "Kamu sudah mengelilingi seisi rumah dan halaman di luar?"

Pemuda itu menganggukkan kepala sambil berkata, "Sudah."

Orang tua itu lanjut bertanya, "Kalau begitu, apa yang sudah kamu lihat? Tolong beritahu saya."

Pemuda itu hanya diam tanpa menjawab.

Orang tua itu bertanya lagi, "Kenapa diam? Rumah dan halaman begitu luas, banyak sekali yang bisa dilihat. Apa saja yang telah kamu lihat?"

Pemuda itu mulai bicara, "Saya tidak melihat apa pun. Kalau pun melihat, itu hanya sekilas saja. Saya tidak bisa ingat sepenuhnya."

"Mengapa bisa begitu?" tanya orang tua itu.

Sang pemuda dengan malu menjawab, "Karena saat berjalan, saya terus memperhatikan sendok ini, takut tinta jatuh dan mengotori rumah Anda."

Dengan senyum, orang tua bijak itu berseru, "Nah, itulah jawaban yang kamu cari-cari selama ini. Kamu telah mengorbankan keindahan rumah yang seharusnya bisa kamu nikmati hanya untuk memerhatikan sendok berisi tinta ini. Karena terus mengkhawatirkan tinta ini, kamu tidak sempat melihat rumah dan halaman yang begitu indah. Rumah ini ada begitu banyak patung, ukiran, lukisan, hiasan dan ornamen yang cantik. Begitu juga dengan halaman rumah yang berhiaskan bunga-bunga warna-warni yang bermekaran. Kamu tidak bisa melihatnya karena kamu terus melihat sendok ini."

Ia melanjutkan, "Jika kamu selalu melihat kejelekan di balik tumpukan keindahan, hidup kamu akan dipenuhi penderitaan dan kesengsaraan. Sebaliknya, jika kamu selalu mampu melihat keindahan di balik tumpukan kejelekan, maka hidup kamu akan lebih indah. Itulah rahasia dari kebahagiaan. Apakah sekarang sudah mengerti, anak muda?"

Pemuda itu benar-benar salut atas kebijaksaan dari orang tua itu. Ia sungguh puas dengan jawabannya. Akhirnya ia menemukan jawaban yang selama ini ia cari. Sebelum pergi, ia menepati janjinya dengan memberi hormat dan dua jempol kepada orang tua tersebut.

Kerabat Imelda...Dalam hidup ini, alangkah baiknya kita tidak menjerumuskan diri kita ke dalam keterpurukan. Selalu ada hal positif yang bisa kita ambil. Jangan mengorbankan keindahan hidup hanya untuk melihat sisi jeleknya. Jadilah orang yang senantiasa melihat setitik terang di dalam gelap.


SUMBER: Suhardi - andriewongso.com

Komitmen Yang Membebaskan Anda

Untuk mencapai sebuah tujuan, seseorang dituntut untuk berkomitmen. Menahan diri, tetap fokus pada satu hal dan bertekun dalam melakukan sesuatu adalah bagian dari komitmen. Namun sampai kapan ini semua harus dilakukan? Sampai tujuan kita tercapai? Cerita berikut ini akan menjawabnya untuk Anda.

Seorang lelaki tua tinggal di pinggir sebuah kota. Setiap pagi, lelaki ini akan bangun sangat pagi, lalu naik kereta bawah tanah menuju ke pusat kota. Di sana dia akan duduk di pojok jalan dan mengemis. Dia melakukan ini setiap hari selama hidupnya, dan itu telah berlangsung selama hampir 20 tahun.

Tunggu dulu, dia bukan pengemis gadungan yang marak di negeri kita, yang pura-pura mengemis hanya karena malas. Ini terbukti dari rumahnya yang kumuh dan berbau sangat tidak enak hingga mengganggu tetangga-tetangganya.

Suatu hari, para tetangga tidak tahan lagi dengan bau yang mengganggu ini dan melaporkan rumah pengemis itu ke polisi. Petugas yang berwenang mengetuk pintu rumah pengemis tersebut dan kemudian melakukan pembersihan rumah untuk menghilangkan bau yang tidak enak tersebut.

Dalam pembersihan itu, mereka menemukan kantong-kantong kecil di pojok-pojok rumah berisi uang yang nampaknya dia kumpulkan sepanjang tahun-tahun mengemis. Polisi mengumpulkan kantong-kantong uang itu dan menghitung jumlah uangnya. Segera mereka menyadari bahwa lelaki tua pengemis itu telah menjadi miliarder.

Mereka kemudian menunggu lelaki tua itu pulang untuk memberitahukan kabar gembira ini. Ketika dia pulang, petugas polisi langsung memberitahu bahwa lelaki itu tidak perlu lagi mengemis karena dia sekarang telah menjadi orang kaya. Namun apa yang terjadi, dengan datar lelaki tua itu melewati para petugas, masuk ke rumah dan mengunci pintu. Besoknya dia kembali mengemis seperti biasanya.

Komitmen seharusnya timbul karena Anda menyukainya, karena Anda memiliki semangat dan gairah di bidang tersebut sehingga menjalankan komitmen itu tidak akan ada habis-habisnya untuk Anda. Orang lain bisa berkomentar apa pun tentang komitmen Anda, namun yang terpenting adalah Anda tidak bermasalah dengan komitmen tersebut. Jadi, jangan ragu untuk berkomitmen pada bidang yang Anda senangi.

SUMBER: kapanlagi.com

Analogi Minyak Wangi

Aku ingin jadi penjual minyak wangi. Alhamdulillah sekarang sudah tercapai.
Minyak wangi yang diimpor dari Swedia. Sebuah bisnis yang dilakoni ibu-ibu sepertiku, multilevel marketing,
dengan customer yang beraneka ragam. Ada yang datang memang orangnya sudah memakai. Jadi kalau datang baunya wangi. Terkadang aku bertanya-tanya, parfum apa yang dipakai oleh customerku. Ada pula yang datang baunya mengenaskan!! Motivasi beli parfum pun supaya bau mengenaskan tadi bisa menghilang dari tubuh. Apapun motivasi para costumer-ku, senangnya membuat mereka puas dengan hasil jualanku. Silahkan dipilih minyak wanginya, bu…

Lha kok sudah jadi penjual minyak wangi masih ingin lebih dijelaskan eksistensinya?
Beberapa hari yang lalu ada salah seorang teman di Facebook menulis,
“Kalau mau wangi dekat-dekat dengan penjual minyak wangi . Kalau mau sukses dekat-dekat dengan orang sukses.” Betul lho. Ada yang mengatakan ; 100 % jati diri seseorang ditentukan oleh 10% bakat (bawaan dari lahir) 90% lingkungan. Yang tadinya aku tak peduli dengan aroma tubuh, sekarang sangat sensitif untuk masalah yang satu ini. Pastinya dalam berjualan, aku mengetahui dengan baik produk yang kujual. Tetapi beginilah bisnis, pasang surut. Aku pun pernah diceritakan pengalaman seorang kawan yang mengalami kegagalan.

Kemarin pagi, salah satu leaderku setelah menghilang setengah tahun tiba-tiba telepon.
Rasanya seperti orang menemukan berliannya yang lama telah hilang. Ceritanya leaderku ini ketika sedang jaya jayanya membangun bisnis mundur secara perlahan karena ’salah pergaulan’. Teman yang seharusnya memberi dukungan hanya memberi energi negatif agar leader saya tersebut tidak lagi berlelah-lelah membangun bisnis. Akhirnya leader saya sadar bahwa temannya hanyalah iri akan usaha yang sedang dirintisnya. Jelas perubahan sikap leader saya ini saya sambut dengan tangan terbuka.

Jadi jelas ya tidak semua teman adalah teman. Teman yang baik itu yang bagaimana sih?
Teman yang baik adalah teman yang ketika sahabatnya sedang kesulitan ia membantu dan ketika ia sedang berbahagia ia tidak iri dan ikut merasa senang dengan sahabatnya. So, bergaulah dengan teman yang memang bisa memberi kita spirit dan contoh baik. Bagaimana kalau kita punya teman yang tidak baik? Tetap bersikap baik tetapi jaga jarak karena memutuskan silaturahmi juga sama saja memutuskan rejeki.

Semoga sebagai penjual minyak wangi, saya bertekad tidak hanya menyebarkan wanginya minyak.
Tapi juga kebaikan, persahabatan, nasehat dan rejeki.
Apapun yang kita kerjakan, insya Allah bisa memberikan manfaat untuk orang-orang disekitar kita. Ini analogi yang sangat indah.

I love my job, meski kata orang, MLM adalah bisnis yang sulit walaupun menjanjikan.
Tapi buatku, tak ada bisnis yang tidak sulit. Semua harus dimulai dari nol. Bukankah begitu?

SUMBER: Siska - perempuan.com

Matahari

Mengapa lelaki tetap ingin menjadi matahari? Seorang perempuan bertanya pada seorang lelaki tentang cinta dan harapan. Perempuan berkata ingin menjadi bunga terindah di dunia dan lelaki berkata ingin menjadi matahari. perempuan tidak mengerti kenapa lelaki ingin jadi matahari, bukan kupu kupu atau kumbang yang bisa terus menemani bunga.

Perempuan berkata ingin menjadi rembulan dan lelaki berkata ingin tetap menjadi matahari. Perempuan semakin bingung karena matahari dan bulan tidak bisa bertemu, tetapi lelaki ingin tetap jadi matahari.

Perempuan berkata ingin menjadi Phoenix yang bisa terbang ke langit jauh di atas matahari dan lelaki berkata ia akan selalu menjadi matahari. Perempuan tersenyum pahit dan kecewa. Perempuan sudah berubah 3 kali namun lelaki tetap keras kepala ingin jadi matahari tanpa mau ikut berubah bersama perempuan. Maka perempuan pun pergi dan tak pernah lagi kembali tanpa pernah tahu alasan kenapa lelaki tetap menjadi matahari.

Tinggalah lelaki merenung sendiri dan menatap matahari.

Saat perempuan menjadi bunga, lelaki ingin menjadi matahari agar bunga dapat terus hidup. Matahari akan memberikan semua sinarnya untuk bunga agar ia tumbuh, berkembang dan terus hidup sebagai bunga yang cantik. Walau matahari tahu ia hanya dapat memandang dari jauh dan pada akhirnya kupu kupu yang akan menari bersama bunga. Ini disebut kasihyaitu memberi tanpa pamrih.

Saat perempuan jadi bulan, lelaki tetap menjadi matahari agar bulan dapat terus bersinar indah dan dikagumi. Cahaya bulan yang indah hanyalah pantulan cahaya matahari, tetapi saat semua makhluk mengagumi bulan siapakah yang ingat kepada matahari. Matahari rela memberikan cahayanya untuk bulan walaupun ia sendiri tidak bisa menikmati cahaya bulan, dilupakan jasanya dan kehilangan kemuliaan nya sebagai pemberi cahaya agar bulan mendapatkan kemuliaan tersebut. Ini disebut dengan Pengorbanan, menyakitkan namun sangat layak untuk cinta.

Saat perempuan jadi Phoenix yang dapat terbang tinggi jauh ke langit bahkan di atas matahari, lelaki tetap selalu jadi matahari agar Phoenix bebas untuk pergi kapan pun ia mau dan matahari tidak akan mencegahnya. Matahari rela melepaskan phoenix untuk pergi jauh, namun matahari akan selalu menyimpan cinta yang membara di dalam hatinyahanya untuk phoenix. Matahari selalu ada untuk Phoenix kapan pun ia mau kembali walau phoenix tidak selalu ada untuk matahari. Tidak akan ada makhluk lain selain Phoenix yang bisa masuk ke dalam matahari dan mendapatkan cinta nya.

Ini disebut dengan Kesetiaan, walaupun ditinggal pergi dan dikhianati namun tetap menanti dan mau memaafkan. Lelaki tidak pernah menyesal menjadi matahari bagi Perempuan.

SUMBER:Imam - perempuan.com

Wanita Harus Kuat, Ibarat Sosok Bertangan 4

KEKUATAN wanita disebut-sebut terletak pada kelembutannya. Berada di mana pun, sosok seorang wanita merupakan penyejuk dalam keluarga, maupun lingkungannya. Termasuk juga ibu yang juga pekerja.

Dr Martha Tilaar, Founder & Chairwoman dari Martha Tilaar Group menyarankan, wanita harusnya bisa mengikuti sebuah filosofi legenda kuno di mana wanita diibaratkan sebagai sosok bertangan empat.
Masing-masing tangan memiliki artian tersendiri.

Tangan pertama, memegang tasbih yakni iman kuat, apapun kepercayaan Anda.

Tangan kedua, memegang sitar yang diibaratkan komunikasi yang baik atau memperdengarkan alunan suara yang indah. Berbeda kalau kita selalu bergosip misalnya, jiwa kita juga tidak akan bagus. Mulut harusnya digunakan untuk memotivasi orang lain, jika tidak jiwa kita akan rusak.

Tangan ketiga, yaitu memegang keterampilan, di mana wanita harusnya bisa multitasking menjadi ibu, pengusaha, pekerja dan mengurus kelangsungan keluarga.

Terakhir, tangan keempat, memegang bunga teratai sebagai ungkapan seorang wanita harus tetap terlihat cantik, anggun dimanapun dia berdiri. Pasalnya bunga teratai dapat tumbuh dimana saja, bahkan di selokan sekalipun.

SUMBER: okezone.com

Dua Hari Yang Boleh Anda Abaikan

Manusia tertekan dan stres karena mereka suka berpikir. Semuanya dipikirkan untuk mendapatkan yang terbaik, dengan harapan jika yang terbaik sudah di tangan, maka kehidupan mereka akan bahagia. Namun seseorang seringkali lupa, hal terbaik yang mereka miliki adalah apa yang mereka ada saat ini. Bukan apa yang pernah mereka miliki kemarin, atau apa yang akan dimiliki esok hari.

Dalam satu minggu, ada dua hari yang tidak seharusnya kita khawatirkan. Dua hari yang harus bebas dari ketakutan dan rasa khawatir akan apa yang bakal terjadi.

Hari yang pertama adalah hari kemarin, lengkap dengan kesalahan dan kesusahan, kesialan dan hal buruk yang terjadi saat itu. Hari kemarin telah berlalu selamanya tanpa bisa kita cegah. Semua uang di dunia ini tidak bisa membawa kembali hari kemarin, dan tidak bisa membatalkan apa yang telah terjadi. Bahkan tidak bisa untuk menghapus sebuah kalimat yang telah kita ucapkan. Tidak ada lagi hari kemarin.

Hari berikutnya yang tidak perlu kita takutkan adalah hari esok, lengkap dengan segala kemungkinan, kemalangan, keberuntungan, beban dan janji-janji di hari esok. Hari esok juga berada di luar kendali kita. Besok matahari masih akan terbit, entah diselimuti awan atau terang benderang, namun pasti akan terbit. Hingga matahari terbit kembali esok hari, kita masih belum masuk pada hari esok. Hari esok masih belum ada.

Dengan demikian hanya tertinggal satu hari, yaitu hari ini. Setiap orang bisa melakukan apa saja pada hari ini. Kita bisa melakukan dan mendapatkan yang terbaik pada hari ini, hanya jika kita bisa mengesampingkan beban dan kekhawatiran akan hari kemarin dan hari esok. Jujur saja, bukan pengalaman hari ini yang seringkali membuat orang marah, tapi apa yang terjadi kemarin dan apa yang diperkirakan bakal terjadi esok hari yang membuat seseorang cemas, takut, marah dan gelisah. Jika Anda hanya berusaha maksimal untuk hari ini, maka Anda akan merasakan sebagian besar beban hidup Anda serasa hilang.

SUMBER: Jennifer Kritsch - kapanlagi.com

Kelola Emosi Untuk Sukses

Ada kekuatan yang sangat besar pada diri kita, tetapi kekuatan tersebut tidak serta merta bisa kita manfaatkan sepenuhnya. Kita pernah melihat ada orang yang bisa mematahkan lempengan baja, bisa menarik sebuah kendaraan truk besar seorang diri, ada yang bisa mengangkat ini itu, bahkan bisa menghipnotis sekian banyak audiens; orang-orang tersebut sebelumnya melatih diri mengatur secara teratur untuk memunculkan kekuatanyang ada pada pada dirinya.

Sejatinya kekuatan itu timbul karena kita punya emosi. Jika kita bisa mengelola emosi dengan baik, maka kekuatan fisik maupun non fisik akan muncul dengan sendirinya dan kadang bahkan tanpa kita sadari.

Mungkin kita pernah melakukannya: memecahkan piring atau bahkan menendang koleksi keramik saat marah.

"Ah...kalau cuma banting piring atau memecahkan keramik sih tidak perlu kekuatan!"

Jangan salah, pada keadaan sadar dan tanpa indikasi apapun, tentu kita akan berpikir 100x untuk memecahkan sebuah piring. Untuk apa kita pecahkan, kan piringnya masih bermanfaat? Untuk apa kita tendang koleksi guci keramik kita, kan masih bagus untuk hiasan ruang tamu?

Kita pernah mendengar kisah-kisah heroik: ada orang yang bisa melompati sungai yang lebarnya mencapai 6 m lebih, dan ada orang bisa melompati pagar yang tingginya 4 meter lebih, padahal tidak memakai galah. Hal itu terjadi karena orang tersebut sangat ketakutan, dia harus menyelamatkan dirinya dari ancaman maut. Kalau dipikir pakai logika normal, orang tersebut tidak akan mampu melompati sungai atau pagar selebar dan setinggi itu. Tetapi mengapa ini bisa, hal ini karena adanya kekuatan yang luar biasa yang muncul di saat orang tersebut sangat ketakutan dan sekuat tenaga dia berusaha menghidar dari ancaman yang mengakibatkan ketakutan itu.

Mengorbankan waktu, harta benda bahkan diri kita sendiri di saat kita jatuh cinta, sungguh luar biasa kekuatan yang ditimbulkan oleh perasaan yang satu ini! Kita siap melakukan apa saja di saat kita sedang jatuh cinta demi untuk mendapatkannya. Kekuatan itu akan muncul secara menggebu-gebu dan seakan kita siap dan bisa melakukan apa saja yang dikehendaki olah sesuatu yang kita cintai. Tidak perlu penjelasan yang detail, kita semua pasti setuju jika kita sedang jatuh cinta, apapun akan dilakukan.

Mari kita simpulkan, kekuatan yang ada pada diri kita belum sepenuhnya kita manfaatkan, kita bisa memanfaatkannya dengan baik jika kita mampu mengontrol EMOSI pada diri kita. Emosi yang sangat mempengaruhi tingkah polah kita ada tiga hal. Yaitu MARAH, TAKUT. dan CINTA.

Kerabat Imelda...Jika kita bisa mengelola tiga emosi tersebut, bukan tidak mungkin kita akan mencapai kehidupan yang lebih baik dari sekarang. Kita marah dalam hal yang wajar jika kita tidak melakukan pekerjaan dengan baik, kita marah jika kita tidak sukses, kita ketakutan jika kita tertinggal dengan yang lain, kita takut jika kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan sehingga mendorong kita untuk belajar dengan gigih untuk mencapainya. Cintai apa yang telah kita miliki, cintai apa yang telah kita lakukan, dengan demikian kita akan melakukan dengan iklas untuk menjalankan dan melaksanakan tugas-tugas untuk mencapai sukses.

Jadi marah bukan asal marah, takut bukan bearti pecundang, dan cinta adalah kunci dari kebahagiaan hidup kita.

SUMBER:Sumardi - andriewongso.com

Kisah Anak-Anak Gagak Dan Sebuah Sumur

Tahun ini, musim kemarau sangat panjang. Tumbuhan mulai mengering, sungai-sungai kehilangan aliran airnya, mata air kering dan air sumur menyusut. Beberapa binatang bahkan mati akibat suhu panas dan haus. Semua hewan dan tumbuhan selalu berdoa atas hujan yang hadir dan memberi kehidupan pada mereka.

Keadaan yang tidak menguntungkan ini membuat seorang ibu gagak mengajak anak-anaknya yang berjumlah 8 orang untuk migrasi ke daerah yang lebih sejuk dan memiliki persediaan air yang cukup. Setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya mereka berangkat ke daerah lain bersama-sama.

Rasa lelah dan haus menerpa keluarga gagak ini, akhirnya mereka beristirahat di sebuah rumah petani yang sudah ditinggalkan penghuninya. Mereka semua sangat kehausan. Hal ini menimbulkan pertengkaran akibat emosi, ditambah lagi terpaan matahari yang panas. Bahkan ibu gagak tidak bisa mendiamkan mereka.

Gagak paling kecil menghindari keributan saudara-saudaranya, dia bersedih karena pertengkaran itu. Akhirnya dia terbang mengitari rumah dan mencari siapa tahu ada persediaan air yang tersisa. Si gagak kecil akhirnya berhasil menemukan sebuah kendi di belakang rumah petani. Kendi itu berisi sedikit sekali air di dasarnya.

Si kecil memanggil ibu dan saudara-saudaranya. Rasanya percuma bila ada kendi berisi air yang sangat sedikit. Mereka tidak bisa mencapai dasar kendi, pada gagak perlu tempat berpijak saat minum, jika tidak, mereka bisa tercebur ke air dan mati. Tidak ada satupun yang berani masuk ke dalam kendi untuk minum.

Si gagak kecil tidak kehabisan akal, dia melihat tumpukan kerikil di luar rumah petani. Akhirnya dia terbang dan memasukkan kerikil itu ke dalam kendi. Saudara-saudaranya yang lain tidak tahu apa yang sedang dilakukan si gagak kecil dengan memasukkan kerikil ke dalam kendi.

Akhirnya sang ibu gagak mengerti, anak bungsunya memasukkan kerikil agar air yang ada di dasar kendi naik ke permukaan, sehingga mereka semua bisa minum dengan berpijak pada bibir kendi. Sang ibu meminta agar semua anaknya membantu si bungsu memasukkan kerikil.

Dengan kesabaran dan kerjasama, akhirnya air di dasar kendi naik ke permukaan. Mereka semua bergantian meminum air itu tanpa khawatir tercebur ke dalam air. Semua gagak memuji ide sang gagak kecil. Dan akhirnya, setelah melegakan tenggorokan, keluarga gagak itu terbang dan sampai di daerah yang lebih subur dan banyak hujan.

Anda bisa belajar bahwa masalah tidak akan selesai dengan bertengkar. Yang bisa Anda lakukan adalah berpikir dalam ketenangan bagaimana menyelesaikan masalah itu. Kesabaran dan kerjasama juga menjadi kunci penting akan sebuah keberhasilan.

SUMBER:kapanlagi.com

Belajar dari si Renta Bungkuk yang Tak Meminta

Bagi kita yang mau berpikir, tidak ada yang sia-sia dari apa yang telah diciptakan Tuhan di bumi dan di langit ini. Segala sesuatunya menyimpan "pesan" yang harus kita cari. Bahkan tidak hanya sekadar dicari, melainkan dijadikan cermin bahkan sandaran untuk kita bisa berpijak.

Sama halnya di setiap perjalananku menyusuri keramaian-keramaian jalan, atau meski hanya sekadar nongkrong di pinggiran jalan sembari menikmati jajanan kecil, setidaknya akan ada banyak cerita jika kita mau cermati dari setiap keadaan yang kita lihat, kita dengar, dan kita rasa, apapun itu.

Mencoba membuka kembali ingatan beberapa waktu yang silam. Berturut-turut dipertemukan dengan penjual sayur keliling di ramainya lalu lalang kendaraan. Mungkin biasa saja dengan jenis pekerjaannya, tapi yang menjadi pusat perhatian yang menyebabkan mataku tak berkedip atau memalingkan kepalaku ke arah lain adalah kondisi si penjual sayur.

Di tiga hari pertama, hanya bisa melihatnya saja sepanjang motorku melewatinya sambil sesekali memerhatikan bagaimana kondisinya. Selang beberapa hari berikutnya, ada keinginan hati untuk memberhentikan laju motorku dan diam di pinggir jalan sembari menunggunya lewat ke hadapanku. Setelah dia mendekat, semakin jelas terlihat keadaannya, mengkhawatirkan.

Tergerak seketika, teman kerjaku mengepalkan lembaran uang sepuluh ribuan untuknya, bukan sekedar karena merasa iba atas kondisinya, tapi semangatnya di saat dia renta dan tak lagi tegak untuk berdiri, di saat jalannya yang tak lagi lancar tapi terpapah-papah, tidak lantas menjadikan dia dengan mudahnya menengadahkan tangan hanya untuk meminta belas kasihan orang dengan meminta-minta.

Jalanan panjang dia susuri di teriknya siang, tak mempedulikan bunyi klakson motor karena merasa terhalangi oleh lambatnya dia berjalan. Berjalan terus mencari orang yang mau membeli barang dagangannya sembari sesekali menyeka keringatnya, begitu mengkhawatirkan.

Tapi di sisi lain, ada banyak orang yang begitu mudah meminta-minta belas kasihan orang dengan cara-cara yang tidak baik. Segala cara dilakukan meskipun itu merendahkan dirinya sendiri demi mendapatkan uang, padahal kondisi fisik mereka pun sehat dan kuat.

Kerabat Imelda...Ada banyak "pesan"-Nya yang bisa kita ambil dari pertemuan tak sengaja ini. Boleh jadi kita yang kuat untuk berdiri tegak hanya mempergunakan waktu dengan bermalas-malasan saja, kita yang bekerja di tempat yang nyaman tidak memberikan kotribusi terbaik untuk masyarakat banyak. Kita yang sehat, kuat dan difasilitasi barang-barang yang agak 'wah' terkadang lupa untuk bersyukur, meski sekadar mengingat mereka di luar sana yang kekurangan, pun sekedar ber-perceptual position dengan menjadikan diri kita adalah mereka, agar kita tahu bahwa kita masih hidup dalam kelayakan.

Lihat, dengar dan rasakanlah. Perjalananku mungkin hanya sekedar perjalanan biasa, tapi yakini di setiap perjalanan manusia akan selalu ada "pesan" yang harus kita cari. Semoga tak menjadi sebuah kesalahan ketika ku tulis ulang apa yang aku lihat, aku dengar, dan aku rasa. Bacalah, semoga ada hikmah untuk perjalanan kita selanjutnya.

SUMBER:Ridha Fajarwati Hidayah Sutardi - andriewongso.com

Boneka Cantik yang Tak Sadar Kecantikannya

Di sebuah desa yang aman dan damai, ada seorang pembuat boneka yang sangat terkenal. Dengan sentuhan tangannya, boneka-boneka yang dibuat seolah-olah bisa hidup. Sebab, ia selalu membuat boneka dengan hati dan perasaannya. Tak heran, setiap boneka yang dibuatnya, selalu saja jadi rebutan untuk dibeli orang.

Seiring dengan berjalannya waktu, sang pembuat boneka pun mulai menua. Ia merasa, inilah saatnya membuat karya terakhir sebelum ajal menjemput. Untuk itu, ia pun segera bersiap-siap membuat boneka terbaik yang bisa dibuatnya.

Bahan-bahan terbaik pun dikumpulkannya. Kali ini, ia bertekad membuat boneka perempuan tercantik yang tak ada bandingannya. Maka, setiap hari, setiap waktu, sang pembuat boneka pun hanya berkutat untuk terus memperbaiki karyanya.

Sekian lama membuat boneka yang akan jadi karya terakhir, si pembuat boneka pun akhirnya puas. Ia merasa, sudah membuat boneka sempurna yang akan jadi peninggalan terbaik karyanya. Ditimangnya boneka itu dengan penuh sayang, seperti anaknya sendiri.

Setelah puas menimang, si pembuat boneka membawa boneka itu ke depan cermin untuk semakin melihat kesempurnaannya. Ia pun berkata. "Hai boneka cantik. Lihatlah dirimu. Engkau pasti akan jadi boneka yang bisa membawa senyum dan tawa bahagia karena keelokanmu," ucapnya.

Namun, tiba-tiba, boneka itu seolah-olah berkata. "Ah, aku tidak cantik! Lihatlah, rambutku hitam. Padahal aku ingin punya rambut pirang nan menawan. Mataku gelap. Padahal aku ingin punya mata hijau seperti indahnya pepohonan. Aku juga tak suka bentuk tubuhku yang terlalu kurus. Aku ingin tubuhku lebih berisi sehingga bisa menawan hati!"

Si pembuat boneka pun jadi sedih mendengar keluhan ciptaannya. Maka, ia pun mencampakkan begitu saja karya yang tadi sangat dipujanya. Sehingga, boneka itu pun teronggok begitu saja dan lama-kelamaan dilupakan oleh pembuatnya. Boneka yang tadinya ingin dijadikan karya terbaik, kini telah jadi benda yang tak berarti apa-apa.

Kerabat Imelda...kadang kita tak pernah puas dengan apa yang sudah kita dapat. Sibuk memikirkan apa yang belum dimiliki, dan lupa bersyukur dengan apa yang sudah didapatkan. Sehingga, tanpa sadar, apa yang sudah didapat, lama-lama justru akan berkurang atau bahkan hilang.

Padahal, Tuhan sebagai Sang Maha pencipta, telah memberikan kesempurnaan yang tiada tara bagi kita. Hanya saja, sering kali kita justru terfokus pada kekurangan yang dimiliki. Tak jarang, kita mengutuki mengapa tercipta begini, mengapa kurang begitu. Sehingga, kita lupa, bahwa kita bisa hidup saja sudah merupakan anugerah tak ternilai yang diberikan Ilahi.

Tak salah memang, jika ingin mendapat sesuatu yang lebih baik. Tak salah juga jika kita ingin mencapai sukses yang lebih tinggi. Hanya saja, jangan melupakan apa yang sudah diperoleh. Sehingga, saat mengejar yang lebih tinggi, cenderung melakukan apa saja. Akibatnya, sikut sana, sikut sini.

Mari, buka mata dan buka hati. Kita telah diciptakan dengan berjuta kebaikan dan potensi. Sebab, ada banyak hal yang patut disyukuri. Dengan memperbesar rasa syukur, kita akan mendapatkan kebahagiaan sejati. Sehingga, kita akan jadi "boneka" cantik yang bukan hanya cantik di luar, tapi juga dari dalam diri.

SUMBER: Andrie Wongso - andriewongso.com

SEMUA TERJADI KARENA SUATU ALASAN

Semua dimulai dari impianku. Aku ingin menjadi astronot. Aku ingin terbang ke luar angkasa. Tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang tepat. Aku tidak memiliki gelar. Dan aku bukan seorang pilot. Namun, sesuatu pun terjadilah.

Gedung Putih mengumumkan mencari warga biasa untuk ikut dalam penerbangan 51-L pesawat ulang-alik Challanger. Dan warga itu adalah seorang guru. Aku warga biasa, dan aku seorang guru. Hari itu juga aku mengirimkan surat lamaran ke Washington. Setiap hari aku berlari ke kotak pos. Akhirnya datanglah amplop resmi berlogo NASA. Doaku terkabulkan. Aku lolos penyisihan pertama. Ini benar-benar terjadi padaku.

Selama beberapa minggu berikutnya, perwujudan impianku semakin dekat saat NASA mengadakan test fisik dan mental. Begitu test selesai, aku menunggu dan berdoa lagi. Aku tahu aku semakin dekat pada impianku. Beberapa waktu kemudian, aku menerima panggilan untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center .

Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000 orang, dan kini aku menjadi bagian dari 100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir. Ada simulator, uji klaustrofobi , latihan ketangkasan, percobaan mabuk udara. Siapakah di antara kami yang bisa melewati ujian akhir ini ?

Tuhan, biarlah diriku yang terpilih, begitu aku berdoa. Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu. NASA memilih orang lain yaitu Christina McAufliffe. Aku kalah. Impian hidupku hancur. Aku mengalami depresi. Rasa percaya diriku lenyap, dan amarah menggantikan kebahagiaanku. Aku mempertanyakan semuanya. Kenapa Tuhan? Kenapa bukan aku?

Bagian diriku yang mana yang kurang?Mengapa aku diperlakukan kejam ?

Aku berpaling pada ayahku. Dia berkata: "Semua terjadi karena suatu alasan."

Selasa, 28 Januari 1986, aku berkumpul bersama teman-teman untuk melihat peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, aku menantang impianku untuk terakhir kali. Tuhan, aku bersedia melakukan apa saja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku? Tujuh puluh tiga detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaanku dan menghapus semua keraguanku saat Challanger meledak, dan menewaskan semua penumpang.

Aku teringat kata-kata ayahku: "Semua terjadi karena suatu alasan." Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu, walaupun aku sangat menginginkannya karena Tuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku di bumi ini. Aku memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah; aku seorang pemenang.... Aku menang karena aku telah kalah. Aku, Frank Slazak, masih hidup untuk bersyukur pada Tuhan karena tidak semua doaku dikabulkan.

Tuhan mengabulkan doa kita dengan 3 cara:
Apabila Tuhan mengatakan YA. Maka kita akan mendapatkan apa yang kita minta.
Apabila Tuhan mengatakan TIDAK. Maka mungkin kita akan mendapatkan yang lain yang lebih sesuai untuk kita.
Apabila Tuhan mengatakan TUNGGU. Maka mungkin kita akan mendapatkan yang terbaik sesuai dengan kehendakNYA.

Kerabat Imelda....Tuhan tidak pernah terlambat, DIA juga tidak tergesa-gesa, namun DIA tepat waktu....

SUMBER: dari milis motivasi

Kakek, Ada Apa di Balik Jendela Itu?

Seorang bocah berusia tujuh tahun, Ofelia namanya, dia harus mendapat perawatan medis setelah menjalani operasi usus buntu. Karena dia hanya tinggal dengan ibunya, dan ibunya tidak bisa meninggalkan pekerjaannya, maka Ofelia menginap di rumah sakit seorang diri. Ibunya hanya datang setelah pulang dari kantor saat matahari sudah beranjak dari ufuk Barat.

Ofelia gadis yang pemberani, dia tidak keberatan saat harus tinggal di rumah sakit hingga pulih. Lagipula, dia tidak seorang diri, ada pasien lain yang juga dirawat satu kamar dengannya. Gadis kecil itu tidak tahu seperti apa wajah pasien yang satu kamar dengannya, karena mereka berdua dibatasi oleh gorden lebar yang tidak tembus pandang. Para perawat juga tidak pernah memberi tahu Ofelia siapa gerangan pasien yang satu kamar dengannya.

Pada hari yang membosankan, Ofelia menyapa pasien di sampingnya. Ternyata pasien itu adalah seorang pria tua yang juga baru saja menjalani operasi yang sangat panjang. Kakek itu sebatang kara, dia bisa menjalani operasi berkat bantuan dana dari pemerintah. Ofelia senang berbincang dengan kakek itu, karena dia sangat baik dan suka menceritakan masa mudanya sebagai seorang tentara. Hari-hari Ofelia jadi menyenangkan.

Tetapi, ada satu hal yang tidak disukai Ofelia dari kamar perawatannya. Jendela kamar jauh dari tempat tidur, sedangkan Ofelia tidak boleh bangun dari ranjang karena bekas operasinya belum kering. Jendela itu dekat dengan jendela si kakek, sehingga Ofelia berniat untuk meminta bekas tentara itu untuk menceritakan ada apa di balik jendela kamar mereka.

"Kakek, aku ingin tahu ada apa di balik jendela itu. Aku tidak boleh beranjak dari sini. Apakah kakek bisa melihatnya dan menceritakan padaku ada apa di balik jendela itu?"

"Tentu saja sayang, aku bisa melihat dengan jelas apa yang ada di luar melalui jendela ini," ujar si kakek dengan suara yang bersemangat. "Ada taman penuh bunga mawar di sana, banyak kupu-kupu yang terbang, sinar matahari sangat hangat, hari yang sangat cerah Ofelia, semoga kau segera pulih dan bisa melihat semua itu,"

Ofelia tersenyum senang, seolah-olah tubuhnya bisa merasakan hangatnya sinar matahari di luar sana. Gadis kecil itu juga membayangkan betapa bagus bunga mawar di taman rumah sakit. Ditambah lagi, sang kakek setiap hari selalu menceritakan hal-hal menarik di luar jendela sana. Ada burung yang membuat sangkar di sebuah pohon, ada air mancur dan banyak ikan di dalamnya.

Ofelia ingin segera sembuh, ingin melihat langsung pemandangan di luar sana. Dia menuruti semua saran dokter, perawat, dan ibunya. Akhirnya hari itu tiba, Ofelia sudah boleh pulang. Sedangkan sang kakek masih harus tinggal di rumah sakit. Karena selama ini Ofelia tidak pernah melihat wajah sang kakek, dia berniat untuk berterima kasih dengan membesuk sang kakek.

Sungguh tidak diduga, ternyata sang kakek buta. Beliau telah menjalani operasi kornea mata tetapi gagal. Selama ini dia berbohong tentang taman mawar, kupu-kupu, burung, dan air mancur di luar jendela. Di luar jendela, hanya ada deretan kamar lain, tidak ada taman apalagi yang penuh dengan bunga mawar dan kolam. Ofelia menangis, dia tidak menangis karena telah dibohongi, tetapi karena dia sangat berterima kasih kepada kakek itu.

Berkat cerita yang indah tentang ada apa di balik jendela, Ofelia memiliki motivasi untuk segera sembuh. Sejak saat itu, Ofelia selalu membesuk sang kakek hingga dia keluar dari rumah sakit. Mereka tetap berteman dan bertemu di taman kota untuk berbagi cerita, layaknya seorang kakek dan cucunya.

Kerabat Imelda, kadang berbohong tidak selamanya buruk, bahkan kebohongan dari orang yang tidak kita kenal. Jangan selalu berburuk sangka pada seseorang yang pernah membohongi Anda, karena selalu ada pelajaran yang bisa Anda ambil di balik setiap kebohongan yang tercipta.


SUMBER: dari milis motivasi

Bahagia Dengan Hati Yang Rusak

Alkisah, hiduplah seorang kakek dan seorang pemuda. Pada masa itu, semua manusia bisa memamerkan hatinya, setiap hati bisa diperlihatkan pada orang lain, karena tubuh di bagian dada tidak tertutup daging, sehingga bila pakaian dibuka, hati terlihat, tidak seperti sekarang di mana hati tidak tampak dan harus diperlihatkan dengan suara, tulisan, pandangan dan sentuhan.

Sang kakek dan sang pemuda jelas berbeda umur, berbeda pemikiran dan memiliki hati yang sangat berbeda. Sang kakek yang bekerja sebagai penebang kayu sering tidak memakai pakaian atas karena panasnya cuaca, sehingga hatinya terlihat. Hati sang kakek penuh dengan bekas luka dan berlubang. Hati kakek itu lebih mengerikan daripada keriput pada kulitnya.

Sedangkan sang pemuda yang masih gagah dan tampan, dia sering tidak memakai pakaian atas sebagai bentuk pamer dan kesombongan. Pemuda itu memiliki hati yang bersih, mulus, tanpa cacat sedikitpun. Baginya, hal itu adalah hal yang membanggakan. Dia akan memamerkan pada semua orang yang ditemui mengenai hati yang bersih tanpa satu goresan.

Lalu pada suatu hari, mereka bertemu. Si pemuda tertawa terbahak-bahak dengan angkuh. Dia menepuk dadanya dan sesumbar mengatakan, "Hai, kakek yang malang, coba kau lihat hatiku! Tidak ada cacatnya, aku menjaga dengan baik benda berharga ini. Sedangkan milikmu... Astaga, kau pasti tidak bisa menjaganya dengan baik,"

Sang kakek yang sudah renta itu hanya tersenyum, tidak ada guratan marah di dalam matanya. Dia menatap hatinya yang penuh luka, sangat berbeda dengan milik sang pemuda. Lalu kakek itu berkata, "Wahai pemuda, kenapa kau sangat menjaga hatimu?"

Pemuda sombong itu mengangkat sebelah alisnya, "Tentu saja, karena hati adalah benda yang sangat berharga, seharusnya kau tahu itu," Si kakek menjawab, "Tentu saja aku tahu, wahai anak muda. Aku tahu bahwa hati adalah sesuatu yang berharga. Kenapa dia berharga? Karena selama hidup, kau harus membaginya dengan orang lain,"

Sang pemuda terdiam lama, suara sang kakek yang bijaksana membuatnya berniat untuk mendengarkan kalimat sang kakek hingga habis. "Kau boleh saja sangat menjaga hatimu, tetapi apakah kau bahagia hanya dengan memamerkannya dan tidak membaginya dengan orang lain? Wahai pemuda, aku membiarkan hatiku dilukai orang lain, termasuk wanita. Aku juga memberikan beberapa potong hatiku untuk orang lain, bahkan orang-orang yang tidak aku kenal, dan aku bahagia karenanya, karena hatiku bisa membahagiakan orang lain. Sekalipun hatiku penuh luka dan berlubang, itulah hati yang seharusnya kau bagi dengan orang lain,"

Sang pemuda akhirnya menyadari bahwa makna dari hati adalah untuk dibagikan dengan orang lain, sekalipun hatinya harus rusak dan berlubang. Akhirnya dia mencongkel sedikit bagian hatinya dan diberikan untuk sang kakek untuk menambal sedikit bagian yang berlubang. Sang kakek berterima kasih atas pemberian itu. Dan sang pemuda, sejak hari itu mulai membagi hatinya pada orang lain. Tidak hanya itu, ada beberapa orang yang menambal hatinya yang berlubang. Dia berbahagia karena hal itu.

Kerabat Imelda...Tidak selamanya Anda harus meratapi hati Anda yang terluka, patah, atau hancur. Percayalah, akan ada orang lain yang bisa menambal hati Anda. Berbahagialah karena Anda telah berani membagikan hati Anda pada orang lain.

SUMBER: kapanlagi.com

Pasangan Hidup Merupakan Guru Kita yang Sejati

"Dibalik figur yang sukses selalu berdiri ISTRI atau SUAMI yang luar biasa", sebuah ungkapan yang tepat adanya. Namun bila dikaji lebih dalam lagi, ungkapan tersebut akan berubah menjadi, "...dibalik figur yang sukses selalu terdapat PERNIKAHAN yang luar biasa". Pernikahan, hidup berpasangan, memang menyimpan hakikat yang sangat dalam, hingga bahkan Tuhan Semesta Alam pun sangat memuliakan institusi ini.

Pernikahan bukanlah sebuah akhir pencarian, tapi justru merupakan awal dari serangkaian proses pembelajaran. Disebut pembelajaran, karena pernikahan akan melatih suami-istri untuk saling menekan EGO pribadi. Pernikahan akan membimbing kita untuk semakin peka dalam menyelami hikmah kehidupan.

Dalam menjalani pembelajaran tersebut, pasangan hidup selain berperan sebagai sparring partner, ia juga berperan sebagai pembimbing. Suami membimbing istri, demikian pula sebaliknya. TIDAK ADA yang lebih tinggi, equal basis. Bila pria lebih tinggi dari wanita, ataupun sebaliknya, tentunya Tuhan tidak akan menganjurkan hamba-Nya untuk saling berpasangan. Kenapa harus berpasangan kalau toh masing-masing sudah "hebat"?

Berpasangan itu berarti saling membuka diri untuk belajar satu sama lain. Dengan memposisikan diri sebagai mitra sejajar, pria sama sekali tidak berhak untuk meremehkan istri dan memandangnya hanya sebagai "media" kontinuitas keturunan. Karena itu, yang sesungguhnya dibutuhkan bukanlah kampanye emansipasi wanita, namun kampanye mengenai hakikat sejati dari pernikahan, yaitu pembelajaran.

Sukses bukanlah sebuah tujuan, karena kesuksesan adalah KUALITAS dari pembelajaran. Jiwa manusia memang akan terus bertumbuh melalui pembelajaran sepanjang hayat, karena Sang Maha Pemilik Ilmu memang menginginkan kita untuk terus belajar dan "mencapai" kualitas diri yang prima. Beliau menginginkan kita agar selalu melahirkan tindakan-tindakan yang kaya akan manfaat. Dan salah satu anugerah Beliau untuk mempermudah proses pembelajaran ini adalah PERNIKAHAN.

Setidaknya terdapat 4 pembelajaran yang akan dijumpai dalam pernikahan yaitu:

1. Belajar menerima keterbatasan
2. Belajar mengakui kelebihan
3. Belajar mencanangkan target atau harapan
4. Belajar bersyukur

Begitu dalamnya pembelajaran dan hakikat yang terdapat di dalamnya, menjadikan institusi pernikahan sebagai media pembelajaran yang sangat penting dalam kehidupan. Bahkan dikatakan bahwa pernikahan akan "menyempurnakan" keimanan. Ya, karena Tuhan menginginkan kita untuk terus belajar sepanjang hidup kita dan terus memperbaiki diri. Tuhan menginginkan kita semua untuk menebar manfaat, yang artinya, Tuhan menginginkan kita semua untuk SUKSES.

SUMBER: Tommy Setiawan - www.andriewongso.com

Di Balik Kekuranganku, Ada Kelebihan

Adalah Am dan Ma, anak kembar yang bekerja sebagai pembawa air di sebuah keluarga kaya. Setiap pagi mereka akan membawa kaleng-kaleng berisi air ke rumah keluarga tersebut.

Am, adalah kembar tertua, ia punya sifat yang angkuh, tak mau susah dan egois. Am tak pernah mau mengalah dari Ma, adiknya. Apapun yang diingini harus tercapai, dan Am selalu ingin semua benda yang dimilikinya adalah yang terbaik. Sampai-sampai, kaleng timba miliknya yang sudah rusak ditukarnya dengan milik Ma untuk dipakai.

Sedangkan Ma, adalah adik yang baik. Apapun yang diberikan kakaknya, ia terima dengan tersenyum dan tak pernah marah. Dengan kaleng timba bocor milik Am, ia pun pergi bekerja tak kenal lelah. Tak sedikitpun ia mengeluh, walaupun ia harus bolak balik dua kali lebih lama dari kakaknya.

Seorang tetangga pernah bertanya, mengapa Ma tak membeli kaleng timba baru saja. Namun, Ma bilang tak punya uang. Penghasilannya selama ini digunakan sebagai biaya pengobatan ibunya yang sakit keras.

Suatu hari, Am dan Ma berangkat menimba air. Mengirimkannya ke tempat keluarga kaya seperti biasanya. Di tengah jalan, Am bertanya pada Ma, "Mengapa kamu tetap terlihat bahagia padahal kamu harus bekerja keras dengan kaleng yang reyot itu?" Kemudian Ma menjawab dengan senyum dan suara lembut, "Tak apa kakak, aku senang kok. Kaleng ini sangat berharga bagiku, ia banyak membantuku. Dan aku yakin, sebentar lagi ia akan membawa keberuntungan besar," jawab Ma. Sang kakak heran, mengapa adiknya itu begitu bodoh dan mau melakukan hal yang tak masuk akal, ia juga sebal terhadap senyum Ma yang selalu terlihat tak ada beban itu. "Bagaimana bisa kau bilang kaleng rusak itu membawa keberuntungan, kalau aku jadi kamu, sudah kutendang kaleng itu jauh-jauh dan kubuang!" kata Am. Kali ini, Ma berhenti sejenak, "Coba lihat di sekelilingmu, Kak. Apa yang kau lihat?"

Am berhenti dan menikmati pemandangan indah bunga-bunga di sepanjang jalan. Air yang selama ini menetes dari kaleng timba bocor milik Ma lah yang telah menyirami semua bunga itu hingga tumbuh subur dan indah. Esok hari, Ma akan memanen bunga itu dan menjualnya ke kota. "Bukankah aku sangat beruntung, Kak..." kata Ma.

Kerabat Imelda...Ingatlah, tidak semua kekurangan itu buruk. Bisa jadi kekurangan yang Anda miliki adalah sebuah kelebihan yang masih terbungkus rapi dan belum Anda buka...

SUMBER: Agatha Yunita - kapanlagi.com

Tanganmu bergetar Ibu…

Tahun yang lalu, ketika ibu saya berkunjung, ia mengajak saya untuk berbelanja bersamanya karena dia membutuhkan sebuah gaun yang baru. Saya sebenarnya tidak suka pergi berbelanja bersama dengan orang lain, meskipun itu ibu saya. Saya bukanlah orang yang sabar. Tapi, kami putuskan juga berangkat ke pusat perbelanjaan tersebut. Kami mengunjungi setiap toko yang menyediakan gaun wanita. Dan ibu saya mencoba gaun demi gaun dan mengembalikan semuanya. Seiring hari yang berlalu, saya mulai lelah, gelisah, dan ibu mulai frustasi.

Akhirnya pada toko terakhir yang kami kunjungi, ibu mencoba satu stel gaun biru yang cantik, terdiri dari tiga helai. Pada blusnya terdapat sejenis tali di bagian tepi lehernya. Dan karena ketidaksabaran saya, maka untuk kali ini saya ikut masuk dan berdiri bersama ibu saya dalam ruang ganti pakaian. Biar semuanya cepat beres. Saya melihat bagaimana ia mencoba pakaian tersebut, dan dengan susah mencoba untuk mengikat talinya.

Ternyata, Tuhan..., tangan-tangannya sudah mulai dilumpuhkan oleh penyakit radang sendi. Dan ibu...dia tidak dapat menalikan gaun itu. Seketika ketidaksabaran saya digantikan oleh suatu rasa kasihan yang begitu dalam kepadanya. Dada saya sesak, napas saya panas. Saya berbalik pergi dan mencoba menyembunyikan air mata yang keluar tanpa saya sadari. Saya terisak.

Setelah mendapatkan ketenangan, saya kembali masuk ke kamar ganti, dan menahan tangis melihat gemetar tangan ibu, membantunya mengikatkan tali gaun tersebut. Pakaian ini begitu indah, dan ibu membelinya. Perjalanan belanja kami telah berakhir, tetapi kejadian tersebut terukir dan tidak dapat terlupakan dari ingatan saya. Sepanjang sisa hari itu, pikiran saya tetap saja kembali pada saat berada di dalam ruang ganti pakaian tersebut, dan terbayang tangan ibu saya yang sedang berusaha mengikat tali blusnya. Tangan yang gemetar.

Kedua tangan yang penuh dengan kasih, yang pernah menyuapi saya, memandikan saya, memakaikan baju, membelai dan memeluk saya, dan terlebih dari semuanya, berdoa untuk saya, sekarang tangan itu telah menyentuh hati saya dengan cara yang paling membekas dalam hati saya. Kemudian pada sore harinya, saya pergi ke kamar ibu saya, mengambil tangannya, menciumnya. Dan yang membuatnya terkejut. Saya mengatakan pada ibu, kedua tangan tersebut adalah tangan yang paling indah di dunia ini. Saya sangat bersyukur bahwa Tuhan telah membuat saya dapat melihat dengan mata baru, betapa bernilai dan berharganya kasih sayang yang penuh pengorbanan dari seorang ibu. Saya hanya dapat berdoa bahwa suatu hari kelak tangan saya dan hati saya akan memiliki keindahannya tersendiri, keindahan tangan Ibu.


SUMBER: dari milis motivasi

Aktris dan Aktor Jalanan yang Menipu

Jarak tempat tinggalku dengan tempatku bekerja lumayan cukup jauh, waktu kira-kira 50 menit aku tempuh dengan menggunakan sepeda motor. Otomatis, apa yang ada di depanku, samping kanan dan kiriku bisa dengan mudah terlihat. Selain itu, aktivitas-aktivitas di perempatan jalan bisa aku perhatikan dengan seksama.

Berhenti di lampu merah, serta merta membuat mata berkaca mata minus tigaku beredar ke segala penjuru arah. Ada banyak orang yang berlalu lalang menjajakan aktivitasnya, mulai dari tukang makanan, tukang koran, tukang ngamen, tukang membersihkan kaca mobil, penari jalanan, bahkan ‘aktris dan aktor' handal ikut meramaikan panggung pencarian nafkah di jalanan.


Tidak ada yang salah memang dengan macam-macam usaha pencarian nafkah yang mereka jajakan, selagi halal kenapa mesti malu untuk melakukannya. Yang salah adalah ketika sesuatu itu dimanipulasi sedemikian rupa agar banyak orang merasa iba dan akhirnya memberikan kepingan bahkan lembaran uang iba kepada sang penipu atas nama mencari nafkah.
Entah pantas untuk diacungi jempol atau tidak untuk para ‘aktris dan aktor' di jalanan, aktingnya memang luar biasa bagus layaknya sedang berperan di panggung teater dan dihadiri dengan riuh rendahnya tepuk tangan dari para penonton. Sepintas bisa saja mengecoh banyak mata dan perasaan manusia-manusia yang melihatnya. Sadarkah kita??


Dengan tidak bermaksud mengeneralisir keadaan, dari sebagian mereka yang buta ternyata hanya pura-pura buta. Dengan mengenakan kacamata hitam dan dilengkapi tongkat, berjalan dengan agak sradak-sruduk sana-sini, atau dipapah oleh rekan sejawatnya untuk memuluskan aksinya, agar seolah-olah mata kita mempercayai bahwa dia memang buta.


Dari sebagian mereka yang berjalan ngesot ternyata hanya pura-pura tidak memiliki kaki. Dengan satu kaki yang dilipat, diikat dan dimasukkan ke dalam celana yang agak longgar, berjalan dengan menggunakan kedua tangannya menyisir kendaraan-kendaraan yang berhenti di lampu merah, agar seolah-olah penglihatan kita meyakini kalau dia benar-benar tidak memiliki kaki untuk berjalan.



Tidak hanya itu saja, terkadang aksi panggung mereka diwarnai dengan kreativitas yang lebih. Banyak dari mereka yang berkreasi di tubuhnya sendiri. Tangan dan kaki mereka dibalur dengan ramuan-ramuan, entah apa namanya, yang seolah-olah kita menyadari itu adalah borok yang bernanah.


Tangan atau kaki mereka dibalut dengan perban yang di dalamnya di simpan ikan asin, yang secara otomatis lalat pasti akan hinggap di perban itu. Dan sekali lagi, seolah-olah kita mempercayai bahwa tangan atau kaki mereka terluka, karena tidak ada uang luka itu dibiarkan dan akhirnya bernanah dan dikerubuti lalat.
Sungguh usaha yang cerdas bukan?? Otak kreativitasnya benar-benar jalan, dan topeng-topeng wajah dipermak sedemikian rupa menjadi wajah dengan gurat kesedihan yang mendalam, dan pastinya menghasilkan kepingan bahkan lembaran uang atas nama rasa iba orang-orang yang melihatnya.


Tapi kita dan khususnya saya boleh jadi menjadi barisan dari orang-orang yang tertipu karena ‘kecerdasannya' mereka berakting. Setelah dirasa cukup usaha pencarian nafkah di hari itu, mereka bergegas ke pinggiran jalan ke tempat teman-teman yang lainnya berkumpul. Ornamen-ornamen sebagai kelengkapan akting dilepas seketika tanpa menghiraukan kita yang terheran-heran karena perbuatan mereka.


Bukan masalah berapa uang yang sudah kita bayarkan untuk akting mereka, tapi perasaan kita yang sudah ditipu atas nama lapar, atas nama iba, dan atas nama rasa kepedulian kita terhadap sesama. Tuhan Maha Kaya, memberikan kita akal dan fikiran bukan untuk mengelabui setiap pandangan mata, tapi salah satunya untuk mencari rizki-Nya yang halal dengan cara yang baik pula.


Kerabat Imelda...kisah tadi adalah sepenggal dari cerita perjalananku. Semoga tak menjadi sebuah kesalahan ketika kutulis ulang apa yang aku lihat, aku dengar, dan aku rasa. Bacalah, semoga ada hikmah untuk perjalanan kita selanjutnya...

SUMBER: Ridha Fajarwati Hidayah Sutardi - andriewongso.com

Tiga Panci

Seorang anak mengeluh pada ayahnya tentang hidupnya yang sulit. Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa dan ingin menyerah saja. Ia lelah berjuang. Setiap saat satu persoalan terpecahkan, persoalan yang lain muncul. Ayahnya, seorang juru masak, tersenyum dan membawa anak perempuannya ke dapur. Ia lalu mengambil tiga buah panci, mengisinya masing-masing dengan air dan meletakkannya pada kompor yang menyala. Beberapa saat kemudian air dalam panci-panci itu mendidih. Pada panci pertama, ia memasukkan wortel. Lalu, pada panci kedua ia memasukkan telur. Dan, pada panci ketiga ia memasukkan beberapa biji kopi tumbuk.Ia membiarkan masing-masing mendidih.

Selama itu ia terdiam seribu basa. Sang anak menggereget gigi, tak sabar menunggu dan heran dengan apa yang dilakukan oleh ayahnya. Dua puluh menit kemudian, sang ayah mematikan api. Lalu menyiduk wortel dari dalam panci dan meletakkanya pada sebuah piring. Kemudian ia mengambil telur dan meletakkanya pada piring yang sama. Terakhir ia menyaring kopi yang diletakkan pada piring itu juga.

Ia lalu menoleh pada anaknya dan bertanya, "Apa yang kau lihat, nak?" "Wortel, telur, dan kopi, " jawab sang anak. Ia membimbing anaknya mendekat dan memintanya untuk memegang wortel. Anak itu melakukan apa yang diminta dan mengatakan bahwa wortel itu terasa lunak. Kemudian sang ayah meminta anaknya memecah telur. Setelah telur itu dipecah dan dikupas, sang anak mengatakan bahwa telur rebus itu kini terasa keras. Sang anak tersenyum saat mencicipi aroma kopi yang sedap itu. "Apa maksud semua ini, ayah?" tanya sang anak.
Sang ayah menjelaskan bahwa setiap benda tadi telah mengalami hal yang sama, yaitu direbus dalam air mendidih, tetapi selepas perebusan itu mereka berubah menjadi sesuatu yang berbeda-beda. Wortel yang semula kuat dan keras, setelah direbus dalam air mendidih, berubah menjadi lunak dan lemah.
Sedangkan telur, sebaliknya, yang semula mudah pecah, kini setelah direbus menjadi keras dan kokoh. Sedangkan biji kopi tumbuk berubah menjadi sangat unik. Biji kopi, setelah direbus, malah mengubah air yang merebusnya
itu. "Maka, yang manakah dirimu?" tanya sang ayah pada anaknya. "Di saat kesulitan menghadang langkahmu, perubahan apa yang terjadi pada dirimu?
Apakah kau menjadi sebatang wortel, sebutir telur atau biji kopi?"

SUMBER: dari milis motivasi

Sikap Adalah Penentu Segalanya

Anda boleh tidak percaya, tapi begitulah adanya. Apa yang terjadi dalam hidup Anda sangat ditentukan oleh sikap Anda. Tepatnya adalah sikap yang Anda pilih.

Hidup adalah pilihan, tentu kita semua sudah tahu dengan kata-kata ini. Namun mungkin Anda tidak menyadari bahwa sampai bagian terkecil dari hidup, sebenarnya Anda bisa memilih. Bagian terkecil itu adalah bagaimana Anda bereaksi terhadap segala hal yang datang pada Anda.

Orang diam-diam ditampar, tentu saja orang itu akan marah. Seseorang menumpahkan air jus ke atas iPad Anda dengan sengaja, sudah selayaknya Anda menuntut ganti rugi pada orang itu dengan menggamparnya, mungkin. Itulah reaksi umum seseorang. Tapi tidak ada yang mengharuskan Anda demikian bukan? Di sinilah reaksi harus dihadapkan pada kesadaran bahwa hidup adalah pilihan!

Adalah sebuah cerita tentang Josh, seseorang yang berkepribadian menyenangkan. Tidak ada orang yang tidak senang berada di dekatnya dan berbicara dengan dia. Moodnya selalu baik dan setiap kata-katanya selalu positif. Dari dialah setiap orang merasakan pentingnya melihat segala sesuatu dari sisi lain sebelum memutuskan sesuatu.

Mungkin Anda sering mendapati orang yang begitu ceria dan disenangi teman-temannya, tapi ketika tidak bersama orang yang dikenalnya atau saat berada di tempat asing, dia bisa menjadi sosok acuh. Namun tidak demikian dengan Josh, setiap sikapnya selalu positif dan ramah sehingga dia jauh dari masalah. Oleh karena itu, semua orang yang mengenal Josh sangat terkejut ketika mengetahui dia mengalami perampokan dengan luka tembak yang cukup mengerikan. Syukurlah Josh masih sempat dilarikan di rumah sakit.

Ketika operasi telah dilakukan dan Josh sudah dalam tahap pemulihan, teman-temannya menjenguk di ranjang rumah sakitnya. Beberapa orang menanyakan apa yang dirasakannya saat peluru itu bersarang di tubuh Josh dan saat-saat hidupnya bisa berakhir saat itu juga. Josh pun menceritakan dengan senang hati pengalaman buruknya ini, dengan riang.

Awalnya Josh merasa optimis, atau tepatnya meyakinkan dirinya sendiri dengan keras, bahwa dia akan tetap hidup dan luka ini bukan apa-apa. Namun ketika sampai di rumah sakit di mana para perawat dan dokter mengerubutinya, dia bisa mendengar ketegangan di suara dan wajah mereka. Ketakutan mulai menyerang rasa optimis Josh. Untung saja ketika perawat menanyakan apakah dia alergi sesuatu, Josh masih ingat untuk berdiam sejenak dan membuat pilihan, seperti yang biasa dia lakukan. Kemudian dia menjawab 'Ya', dan membiarkan para ahli medis yang menanganinya berhenti sejenak untuk mendengarkan apa alergi yang dimiliki Josh.

Secepat kilat Josh memutuskan untuk mencairkan ketegangan ini, maka dia pun menyahut "saya alergi bullet peluru itu!" dengan ekspresi menyenangkan yang masih bisa dia berikan. Meledaklah tawa di ruang medis itu, kemudian Josh melanjutkan, "saya alergi itu, maka cepatlah operasi dan ambil bullet itu karena saya masih ingin hidup". Bisakah Anda membayangkan jika Josh memilih untuk bersikap apatis atau malah sarkastis pada tim medis itu, mungkin operasinya akan mengalami kegagalan karena ketegangan saat operasi.

Coba perhatikan setiap reaksi kecil dalam hidup Anda, tunda dulu seper sekian detik untuk memutuskan sikap apa yang harus diambil. Membuat diri sendiri dan orang lain bahagia adalah pilihan Anda sendiri, so.. jangan biarkan orang lain memilihkannya untuk Anda.

SUMBER:kapanlagi.com

Arti Dari Sekedar Duduk Diam

Jika Anda harus menghadapi seseorang yang sedang hancur, ketika mengetahui sahabat Anda sedang sangat bersedih, apa yang harus Anda lakukan? Atau sebaliknya, ketika Anda sedang hancur dan bersedih, apakah yang Anda harapkan dari orang lain? Cerita berikut akan menjawabnya.

Seorang anak kecil bernama Martin, yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak, memiliki tetangga seorang kakek tua yang tidak pernah ramah padanya. Kabarnya kakek ini tidak begitu suka dengan anak kecil karena bagi dia anak kecil itu merepotkan. Alhasil, dia juga tidak memiliki anak dan tinggal berdua saja dengan istrinya.

Suatu hari, istri kakek ini meninggal. Dari awal tidak menginginkan anak, kakek ini telah memprediksi bagaimana jika salah satu dari mereka telah berpulang, pasti akan merasa kesepian. Namun dengan kekerasan hatinya, dia merasa pasti bisa mengatasi ini semua.

Satu minggu telah berlalu, kakek tersebut masih terlihat sedih namun dia bisa mengatasi semuanya dengan baik. Masih terlihat di toko sekitar untuk berbelanja, masih berolahraga pagi dan masih terlihat membaca koran di beranda. Hingga suatu hari ketika Martin hendak bermain di kebun belakang rumahnya, Martin melihat kakek tetangganya duduk di serambi belakang rumah tertunduk menutupi mukanya.

Terdorong rasa penasaran, Martin mulai berjinjit melongok melewati pagar rumahnya untuk melihat tetangganya dengan lebih jelas. Martin semakin penasaran karena kakek yang biasanya jahat itu nampak aneh sekali. Dia pun mulai memanjat pagar kemudian berjalan mendekati kakek itu.

"Oh, apa yang kau lakukan di sini?", ujar kakek itu seakan berusaha jahat seperti biasanya, namun rona kesedihan pada wajahnya mengalahkan kejahatannya. Dengan takut-takut, Martin berdiri diam di depan kakek. Tak disangka kakek itu mulai tersedu-sedu, dan Martin kemudian duduk di dekatnya. Tangisnya tak terbendung lagi.

Beberapa saat lamanya hingga ibu Martin menyadari tidak ada suara anaknya bermain di halaman belakang. Dengan tergopoh-gopoh dia membuka pintu belakang dan memutar pandangannya. Ibu Martin terkejut melihat tetangganya menangis, namun juga tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Kemudian dia memutuskan untuk ikut duduk diam di dekat pintu itu untuk mengamati putranya dari jauh.

Menit demi menit berlalu hingga kakek itu bisa menguasai dirinya lagi. Dia menepuk lembut pundak Martin dan berkata, "Terima kasih". Kemudian dia bangkit dan mengantar Martin pulang lewat pintu depan rumahnya.

Ibu Martin membuka pintu dan berpura-pura tidak tahu apa-apa, namun setelah Martin masuk ke dalam rumah, dia memberanikan diri untuk bertanya, "Apa kamu tidak apa-apa?". Kakek itu menjawab, "tidak apa-apa" kemudian tersenyum. "Jika yang kau khawatirkan apakah Martin menggangguku, jawabannya tidak. Dia justru membantuku untuk melepaskan ini semua."

Sementara kakek itu pulang, Martin sudah terlihat bersemangat untuk makan malam. Ibunya pun tertarik untuk bertanya pada Martin, "apa yang kau lakukan bersama kakek sebelah rumah?". Martin menjawab, "tidak melakukan apa-apa", kemudian dia kembali asyik membantu menyiapkan makan malam.

Kerabat Imelda...Peduli, hadir, membuat orang lain nyaman untuk menangis di depanmu, tidak menjadikannya bahan cerita untuk orang lain dan tetap bahagia. Bisakah Anda seperti Martin?
Tidak ada yang dilakukannya di sana. Dia hanya duduk diam.

SUMBER:KapanLagi.com

Air Sungai yang Kotor

Suatu kala, seorang pemuda sedang berkelana bersama dengan gurunya ke suatu tempat yang cukup jauh. Perjalanan tersebut membutuhkan waktu berhari-hari. Karena mereka hanya berjalan kaki, mereka harus beristirahat jika sedang lelah atau mencari tempat menginap jika hari sudah menjelang malam.


Suatu hari, di tengah perjalanan, mereka berhenti untuk beristirahat dan melepas lelah. Mereka saat itu sedang berada di sebuah hutan. Sang guru meminta muridnya untuk mencari air minum.


Pemuda itu kemudian pergi. Setelah mencari ke sana kemari, akhirnya ia berhasil menemukan sebuah sungai yang airnya cukup jernih. Maka ia pun menuju ke sungai tersebut untuk mengambil air minum.


Tapi sayang, ternyata ada beberapa wanita yang sedang mencuci pakaian di sungai tersebut. Tentu saja air sungai tersebut menjadi kotor dan tidak bisa di minum. Dalam hati ia berkata, "Airnya begitu kotor. Bagaimana mungkin saya memberi air ini pada guru?" Pemuda itu pun bergegas kembali menemui gurunya.


Pemuda itu berkata, "Guru, sebenarnya saya sudah menemukan sungai. Sayang, airnya tidak bisa diambil. Ada orang yang mencuci di sana sehingga airnya menjadi kotor."


Gurunya memberitahu pemuda itu, "Oh, begitu ya. Coba tunggu sebentar dan kemudian pergi ke sana lagi."


Tanpa bertanya, pemuda itu menuruti perintah gurunya yang terkenal bijaksana. Setelah beberapa saat, ia kembali ke sungai tersebut. Setelah tiba, ia memang tidak melihat wanita-wanita yang tadi karena mungkin sudah selesai mencuci. Yang ada hanyalah sekumpulan anak-anak yang sedang mandi. Melihat hal ini, ia segera kembali menemui gurunya.


Ia berkata, "Guru. Tadi saya sudah kembali ke sungai itu. Tapi, anak-anak sedang mandi. Sudah pasti airnya tidak bisa diambil untuk minum. Bagaimana baiknya? Apakah kita melanjutkan perjalanan saja dan mencari air di tempat lain?"


Gurunya tersenyum dan menjawab, "Oh, begitu ya. Coba tunggu sebentar dan kemudian pergi ke sana lagi."


Pemuda itu bingung dan bertanya-tanya mengapa gurunya terus memintanya pergi ke sungai itu padahal jelas-jelas ia tidak akan bisa mendapatkan air untuk diminum.


Namun ia turuti juga apa kata gurunya dan setelah beberapa saat, ia kembali ke sungai tersebut.


Sesampainya di sana, ternyata di sungai itu sudah tidak ada orang. Anak-anak sudah selesai mandi. Ia mendekat ke tepi sungai dan melihat air sungai sudah menjadi jernih. Dengan senyum, ia minum air tersebut dan kemudian memasukkan air ke dalam tempat minum.


Pemuda itu segera kembali dan memberitahu gurunya. Ia berkata, "Guru, ternyata setelah saya kembali ke sungai itu, airnya sudah jernih. Jadi, kita bisa mendapat air minum."


Dengan senyum gurunya bertanya, "Airnya menjadi jernih karena air sungai senantiasa mengalir. Airnya mungkin saja kotor, tapi itu hanya sementara. Setelah beberapa saat air akan kembali jernih karena air terus mengalir. Air kotor mengalir jauh dan digantikan air jernih. Semua ini terjadi dengan sendirinya."


Gurunya melanjutkan, "Begitu juga dengan dirimu. Kamu bisa belajar dari air yang mengalir ini. Setiap kali kamu terganggu oleh banyak pikiran yang rumit penuh masalah, biarkan saja mengalir. Sabar dan beri waktu, maka pikiran tersebut akan hilang dan digantikan dengan pikiran yang lebih jernih. Ini akan terjadi dengan sendirinya."


Pemuda itu berkata, "Terima kasih guru telah memberi saya sebuah pelajaran yang amat berharga."


Kerabat Imelda...sebagai manusia kita selalu tidak terlepas dari berbagai beban dan masalah. Kadang kala masalah yang sedang kita hadapi cukup rumit sehingga membuat pikiran kita seakan-akan mau 'meledak'.


Semakin dipikir, semakin rumit masalah tersebut. Kadang-kadang kita pasti mengalami hal seperti ini. Namun, pikiran yang kusut tidak akan banyak membantu, malah akan semakin memperumit keadaan. Pikiran yang tenang dan jernih akan membuat Anda lebih bijaksana dalam mengambil keputusan maupun solusi atas penyelesaian masalah tersebut.


Ketenangan pikiran tidak sulit diraih jika kita bersedia membiarkan pikiran kita yang sedang kusut untuk pergi menjauh. Relakan pikiran tersebut lenyap. Sama seperti air yang senantiasa mengalir, pikiran kita juga senantiasa mengalir.


Mungkin saat ini, pikiran kita sedang kacau dan tidak bisa berpikir jernih. Beri sedikit waktu untuk menenangkan diri. semua akan mengalir dengan sendirinya. Pikiran yang sedang kacau akan digantikan pikiran yang jernih.


Saat pikiran sudah jernih, mungkin akan timbul ide atau bahkan solusi yang sebelumnya tidak terbayangkan. Dengan munculnya ide atau solusi, masalah kita akan bisa diselesaikan dengan bijaksana.


Ketahuilah juga bahwa masalah selalu datang dan pergi silih berganti layaknya air yang senantiasa mengalir. Hari ini masalah datang, esoknya beres. Esoknya datang masalah baru dan esoknya beres. Semuanya mengalir. Jika pikiran Anda bisa mengalir bebas seperti air, maka seberat apa pun masalah yang muncul, tidak akan berarti apa-apa. Anda sudah tahu masalah akan mengalir jauh digantikan dengan datangnya solusi.

SUMBER: Suhardi - andriewongso.com

Pilih Mana, Masa Lalu Atau Masa Depan?

Seandainya ditanya manakah yang akan dipilih, kembali ke masa lalu atau melompat ke masa depan, mana yang akan Anda pilih?

Masa lalu...

Apa sih sebenarnya alasan Anda ingin kembali ke masa lalu?

Kebanyakan memilih masa lalu karena pernah merasa kecewa, ingin mewujudkan keinginan yang belum terwujud, ingin memperbaiki kesalahan, ingin mengulang keadaan atau bahkan mengubah keputusan, benar tidak?

Kita jadi berpikir, seandainya di masa lalu tidak begini, seandainya bukan keputusan itu yang diambil, seandainya dan seandainya...

Tanpa disadari, hidup ini akhirnya dipenuhi dengan penyesalan, rasa takut, tidak percaya diri, dan ragu-ragu. Apakah yang nanti akan terjadi jika begini, bagaimana jika ternyata ini bukan keputusan terbaik? Bisa ditebak bahwa kebahagiaan itu tidak akan pernah ada selama Anda menempatkan masa lalu hanya sebagai penyesalan, bukan?

Masa depan...

Dan apabila bisa melompat ke masa depan, mungkin akan ada banyak tips-tips yang bisa diambil, agar di masa sekarang tidak melakukan kesalahan. Dan mungkin, dengan 'keserakahan' bisa bermain sedikit curang agar bisa meraih keuntungan, kemudian kembali ke masa sekarang.

Namun begitu Anda tahu bahwa masa depan Anda tak terlalu baik, apa dampaknya bagi diri? Ya, seperti halnya saat memilih masa lalu, kepercayaan diri berkurang dan lambat laun hilang, hanya ada rasa takut dan khawatir, selalu ragu-ragu, dan takut menyesal.

Lantas apa enaknya mengetahui masa depan jika tak bisa bahagia?

Kerabat Imelda...Bersyukurlah karena Anda hidup di masa kini, masa di mana Anda bebas melakukan semua hal sesuai dengan keinginan Anda. Tak perlu terbebani dengan perasaan takut, khawatir yang berlebihan, penyesalan, rasa bersalah, dan semua rasa yang tidak menyenangkan. Anda hanya perlu menjalani kehidupan dengan penuh semangat, disiplin, rasa cinta, dan bekal pengalaman agar di masa depan bisa lebih berbahagia.

Tidak susah kan?

SUMBER: Agatha Yunita - KapanLagi.com

6 Pertanyaan yang Menyadarkan

Suatu hari seorang Guru berkumpul bersama dengan para muridnya. Guru itu mengajukan 6 pertanyaan pada mereka. Dengan penuh khidmad para muridpun mendengar pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan oleh sang guru.

Sang guru mengawali sesi tanya jawab itu dengan sebuah pertanyaan yang cukup membuat mereka antusias. Sang gurupun memulai dengan pertanyaan Pertama
“Anak-anakku taukah kalian Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ?”
Murid-muridnya ada yang menjawab…”orang tua”, “guru”, “teman”, dan “kerabatnya”. Sang Guru menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah “kematian”. Sebab kematian adalah PASTI adanya. Kita tidak bisa lepas dari kematian ini barang sedetikpun. Karena kedatangnnya bisa terjadi kapanpun dan dimanapun. Namun bukan ketakutan yang harus kita rasakan tapi yang harus menjadi fokus kita adalah bagaimana kita bisa mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk menghadapi datangnya kematian itu. Smoga kita semua termasuk hamba2 yang mendapat khusnul Khatimah..Amin

Lalu Sang Guru meneruskan pertanyaan kedua.
“Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini ?”
Dengan tetap antusia beberapa murid ada yang menjawab…”negara Cina”, “bulan”, “matahari”, dan “bintang-bintang”. Lalu Sang Guru menjelaskan bahwa semua jawaban yang diberikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah “masa lalu”. Siapapun kita, bagaimana pun kita, dan betapa kayanya kita, tetap kita TIDAK bisa kembali ke masa lalu. Sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang. Jadikan masa lalu sebagai guru dan penasehat terbaik yang akan mengajarkan kita tentang hikmah2 kehidupan. Sehinggan kita tidak akan pernah mengulang kesalahan yang terjadi di masa lalu. Dan kita juga tidak perlu meratapi kesedihan yang terjadi pada masa lalu. Karena meratapi apa yang sudah terjadi tidak akan memperbaiki kondisi karena bagaimanapun yang sudah terjadi biarlah terjadi yang akan menjadi sejarah yang penuh dengan hikmah. Bekerja keraslah merangkai hidup yang penuh makna sebagai ladang amalan untuk hidup yang kekal nantinya.

Sang Guru meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga.
“Apa yang paling besar di dunia ini ?”
Murid-muridnya ada yang menjawab…”gunung”, “bumi”, dan “matahari”. Semua jawaban itu benar kata Sang Guru. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah “nafsu”. Banyak manusia menjadi celaka karena memperturutkan hawa nafsunya. Banyak manusia yang masuk ke lembah kenistaan karena tidak mampu menjadi pengendali hawa nafsunya buruknya. Segala cara dihalalkan, semua jalan dilegalkan untuk memuaskan kehausan syahwatnya. Karena itu, kita harus hati-hati dengan hawa nafsu ini,karena saat kita sudah ditunggangi oleh hawa nafsu ini maka tidak hanya sengsara di dunia tapi kita juga akan menderita di akhirat. Na’udzubillah. Smoga kita dikumpulkan kedalam golongan hamba-hamba yang pandai mengendalikan hawa nafsu ini. Amin

Pertanyaan keempat adalah:
“Apa yang paling berat di dunia ini ?”
Di antara muridnya ada yang menjawab…”baja”, “besi”, dan “gajah”. “Semua jawaban hampir benar”, kata Sang Guru, tapi yang paling berat adalah “memegang amanah”. Jadi saat lihat sekarang ini begitu banyak manusia yang mengejar jabatan, sebenanya mereka sama saja dengan sedang mengejar amanah yang sangat besar dan pastinya akan dimintai pertanggungjawaban nantinya di akherat.

Pertanyaan yang kelima adalah:
“Apa yang paling ringan di dunia ini ?”
Ada yang menjawab “kapas”, “angin”, “debu”, dan “daun-daunan”. “Semua itu benar…”, kata Sang Guru, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah “meninggalkan ibadah”.

Lalu pertanyaan keenam adalah:
“Apakah yang paling tajam di dunia ini ?”
Murid-muridnya menjawab dengan serentak… “PEDANG…!! !”. “(hampir) Benar…”, kata Sang Guru , tetapi yang paling tajam adalah “lidah manusia”. Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri. Jadi mulai sekarang kita harus berusaha sekuat hati kita untuk menghindari dari berkata yang sia-sia apalagi yang bisa menyakiti saudara kita. BERKATA BAIK ATAU DIAM.

Kerabat Imelda, mari kita merenung sejenak..Sudahkah kita menjadi insan yang selalu ingat akan KEMATIAN…?
Sudahkah kita senantiasa belajar dari MASA LALU…?
dan tidak memperturutkan NAFSU ?
Sudahkah kita mampu MENGEMBAN AMANAH sekecil apapun…
dengan tidak MENINGGALKAN IBADAH
serta senantiasa MENJAGA LIDAH kita ?
Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Sebelum nafas masih berhembus mari kita manfaatkan kesempatan yang Allah beri ini untuk melakukan yang terbaik. Smoga kita tidak tertipu oleh fatamorgana dunia yang melenakan. Amin

SUMBER: dari milis motivasi