Thursday, June 30, 2011

Nilai Sebuah Senyuman Kita

Dia tidak meminta bayaran, namun menciptakan banyak
Dia memperkaya meraka yang menerimanya, tanpa membuat melarat mereka yang memberinya.

Dia terjadi hanya sekejap namun kenangan tentangnya kadang-kadang bertahan selamanya.

Tak seorangpun yang meskipun kaya mampu bertahan tanpa dia, dan tak seorangpun yang begitu miskin tetap menjadi lebih kaya daripada manfaatnya.

Dia menciptakan kebahagian di rumah, mendukung niat baik dalam bisnis dan merupakan tanda balasan dari kawan-kawan.

Dia memberi istirahat untuk rasa lelah, sinar terang untuk rasa putus asa, sinar mentari bagi kesediahan dan penangkal alam bagi kesulitan.

Namun dia tidak bisa di beli, dimohon dipinjam atau dicuri karena dia adalah sesuatu yang tidak berguna sebelum di berikan pada orang lain.

Dan apabila pada menit terakhir kesibukan ... di mana sebagian pelayan penjual kami menjadi terlalu lelah untuk memberi Anda senyuman, bolehkah kami meminta Anda meninggalkan seulas senyuman Anda?

Karena tak seorangpun yang begitu yang lebih membutuhkan senyuman daripada mereka yang tidak punya lagi yang tersisa untuk diberikan!

Senyum merupakan aktivitas dan ekspresi wajah. Kelihatannya mudah tapi sebagian orang susah. Susahnya di mana? pada saat senyum yang ikhlas. Dalam Islam senyum itu di nilai ibadah, d sisi sosial, dengan senyum , maka kita mampu membahagiakan orang lain. MArilah senyum seikhlasnya agar kita tidak tergolong manusia yang pelit

SUMBER: Abdul Karim Ismail - kulinet.com

Air Mata dan Doa Untuk Adikku Tersayang

Sebut saja namaku Mira (bukan nama sebenarnya), aku dilahirkan di sebuah desa terpencil di pulau S. aku memiliki adik laki-laki bernama Dudi (bukan nama sebenarnya). Usianya terpaut lima tahun denganku. Untuk mencukupi kebutuhan hidup, bapak dan ibu kami menggarap beberapa petak sawah yang mereka miliki. Maka tak jarang kami mengalami kesulitan dalam hal ekonomi.

Hingga suatu ketika aku terpaksa mencuri beberapa rupiah uang bapakku untuk membeli sesuatu yang sangat aku inginkan. Sialnya bapak segera menyadarinya dan kemudian memanggil kami berdua untuk memastikan siapa yang mencuri uang tersebut. Bapak membuat kami sangat ketakutan karena ia membawa sebuah rotan kecil untuk memukul kami, “Siapa yang mencuri uang itu?” Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, sehingga ia siap memukulkan rotannya pada kami berdua.

Namun tiba-tiba adikku berteriak , “Aku yang mencuri uang itu pak,”. Dan selanjutnya rotan itu menghatam tangan adikku hingga beberapa kali, pukulan membuat adikku berteriak kesakitan dan menagis. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, “Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? … Kamu layak dipukul, kamu pencuri tidak tahu malu!”

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. tangannya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, aku tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata,
“Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi.” Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku.

Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 10 tahun Aku berusia 15. Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten, sementara aku diterima masuk perguruan tinggi.

Namun masalah kembali muncul, bapak dan ibu mulai mengeluh dengan biaya yang harus dikeluarkan setiap bulannya. “Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?” Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan bapak dan berkata, “Pak, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, saya telah cukup membaca banyak buku.”

Bapak mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. “Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu lemah? Bahkan jika berarti bapak mesti mengemis di jalanan, bapak akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!”. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, “Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya, kalau tidak kamu tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini.” ucapku lemah.

Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: “Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang.”Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran, sampai akhirnya suaraku hilang.

Sampai akhirnya aku menikah dan suamiku mendapat promosi menjadi seorang pimpinan, ia masih menjadi seorang buruh. Ia juga menolak ketika suamiku mengajaknya bekerja di perusahaan untuk menjadi asistennya, “Kak, aku ini tidak memliki pendidikan yang cukup untuk menjadi asisten, apa jadinya nanti perusahaan yang suami kakak pimpin, aku tak ingin melihat kakak justru menjadi hancur akibat kebodohanku, biarlah aku tetap menjadi seorang buruh,” berlinang air mataku ketika mendengar itu. “Lalu dengan apa aku harus membalas semua kebaikanmu? “Dengan menjaga nama baik suami kakak dan keluarganya,”

Sampai akhirnya aku mendengar kabar bahwa adikku sakit, dan aku bergegas pulang kampung untuk menjenguknya. Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, kaki dan tangannya yang terbungkus gips akibat tertimpa reruntuhan kosntruksi, seratus jarum terasa menusukku dan kembali air mata ini mengalir dengan deras. Tapi adikku masih tetap tersenyum diantara bibirnya yang semakin memucat. “Kakak tak perlu menangis. Jsutru aku yang seharusnya bersedih, karena aku belum berhasil menuntaskan apa yang menjadi keinginanku,”

Aku termangu, selanjutnya dari bibirnnya meluncur sebuah cerita masa kecil yang aku sendiri tak lagi mengingatnya. Saat aku duduk di bangku SMP dan ia di bangku SD, kami selalu berangkat sekolah bersama, karena jarak yang sangat sangat jauh hingga membutuhkan waktu satu jam untuk menempuhnya. Dan ia mengingatkan aku kembali saat aku harus menggendongnya selama satu jam itu untuk sampai di rumah, “Masih ingat kak, ketika kakiku terluka dan kakak harus menggendongku saat pulang, dan kakak sampai tak sanggup lagi berdiri, sejak saat itu aku berjanji, untuk selalu menjaga kakak dan membahagiakan kakak selama aku masih hidup”

Dua hari kemudian, ia menghebuskan nafasnya yang terakhir, aku masih teringat kata-katanya, bahwa ia takut tak akan bisa lagi membahagiakan aku jika ia telah tiada. Dihadapan pusaranya air mata ini kembali mengalir dengan deras, “Aku bahagia Dud, aku bahagia memiliki adik sepertimu, yang begitu banyak berkorban untukku, sementara aku cuma bisa memberikanmu airmata dan doa, semoga engkau berbahagia di sana.”

SUMBER:perempuan.com

Sebuah permenungan singkat berdasarkan kisah nyata…

Jika anda mengenal seorang wanita yang sedang hamil, yang telah mempunyai 8 anak, tiga diantaranya tuli, dua buta, satu mengalami gangguan mental dan wanita itu sendiri mengidap sipilis, apakah anda akan menyarankan untuk menggugurkan kandungannya?

Jika anda menjawab ya, maka anda baru saja membunuh satu komponis masyhur dunia. Karena anak yang dikandung oleh sang ibu tersebut adalah Ludwig Van Beethoven.

dan…..
Sekarang adalah waktunya untuk memilih seorang pemimpin dunia dan keputusan anda berpengaruh besar terhadap siapa yang akan menjadi pemenang. Berikut adalah fakta mengenai ketiga calon tersebut:

Calon A: dihubung-hubungkan dengan politisi jahat dan sering berkonsultasi dengan astrologis, punya dua istri muda, dia juga seorang perokok berat dan minum 8-10 botol martini setiap harinya.
Calon B: dipecat dua kali dari kantor, selalu bangun sore hari, pernah menggunakan narkoba waktu kuliah dan minum wiski tiap sore.
Calon C: dianggap pahlawan perang, vegetarian, tidak merokok, hanya sesekali minum bir, tidak pernah berselingkuh di luar perkawinannya.

Siapa di antara ketiga calon ini yang akan anda pilih? Anda mungkin tidak akan menduga siapa sebenarnya calon-calon ini.
Calon A adalah Franklin D. Roosevelt
Calon B adalah Winston Churchill
Calon C adalah Adolf Hitler
Sekali lagi sejarah mengajarkan untuk tidak menilai orang dari penampilan.

Kerabat Imelda,
Kita tidak selalu tahu apa yang sedang dan masih mungkin terjadi di dalam hati seseorang. Di sanalah (di dalam hati), perjalanan yang sesungguhnya sedang terjadi.

Selama kita belum bisa melihat ke dalam hati seseorang dan belum bisa mengikuti proses-proses yang masih berlangsung di dalamnya (dan memang tidak akan pernah bisa), maka sebenarnya selama itulah kita tidak mempunyai hak apapun untuk menghakimi sesama kita.

Mungkin baik bagi kita membiasakan diri untuk melihat secara imajiner, bahwa di dada setiap orang terpampang sebuah kalimat “Tuhan belum selesai dengan saya”


SUMBER: dari milis motivasi

Jangan Takut Terjatuh

Terkadang kita terlalu mengabaikan potensi diri kita sampai melupakan proses alami yang kita telah lewati; padahal ada nilai mendalam yang dapat kita pelajari di dalamnya. Bagi kebanyakan orang yang dilahirkan sempurna, berjalan sudah menjadi hal biasa bagi kita dalam menggunakan kedua kaki. Namun tidakkah Anda sadari kemampuan Anda berjalan, berlari, melompat, dan aktivitas-aktivitas dengan kaki lainya, tidak diperoleh dengan proses yang instan? Sadar atau tidak Anda sadari, kemampuan Anda meggunakan kaki Anda seperti saat ini diperoleh dengan proses yang panjang dan tidak mudah. Anda tidak langsung dapat menggunakan kaki Anda begitu saja, bahkan Anda harus belajar duduk dan merangkak dulu sebelum Anda berjalan. Ketika tulang kaki Anda sudah mulai kokoh, Anda pun harus belajar berjalan perlahan selangkah demi selangkah, baru lama-kelamaan dapat berjalan dengan lancar, berlari, bahkan melompat. Setelah lancar dengan kedua kaki pun terkadang bahkan Anda masih dapat terjatuh.

Kita sebenarnya hanya dituntut untuk belajar bagaimana menggunakan "organ-organ" yang telah Tuhan berikan kepada kita. Namun ketika kita beranjak dewasa dan berusaha menggapai impian kita, banyak dari kita yang menyerah di awal perjuangan. Mengapa bisa terjadi demikian?Karena waktu kecil, kita terlalu banyak melihat orang yang sudah bisa berjalan. Kita menjadi tidak memikirkan proses yang harus kita jalani.

Sedangkan sewaktu dewasa, kita terlalu banyak melihat orang yang hidupnya tidak seperti tujuan hidup anda tersebut, banyak dari mereka juga malah menasihati anda untuk "mengecilkan" mimpi Anda. "Jangan bermimpi ketinggian, nanti kalau jatuh sakit!" Saya yakin kalimat tersebut sudah sering Anda dengar. Lama-kelamaan kita pun merasa memang kita terlalu biasa untuk menjadi luar biasa. Pada akhirnya banyak dari kita memilih tidak terjatuh sama sekali, daripada terjatuh, bangkit, dan belajar dari kejatuhan tersebut.

Kerabat Imelda...seperti belajar berjalan, kita membutuhkan waktu agar tulang kaki kita menjadi kuat, mulai berani berjalan selangkah demi selangkah, mengalami berbagai kejatuhan, sampai akhirnya bisa berjalan dan belajar untuk berhati-hati agar tidak lengah dan terjatuh lagi.

Seperti itu jugalah kita dalam mencapai kesuksesan kita. Dibutuhkan kesabaran untuk menunggu saat yang tepat untuk memulai langkah kita. Keberanian untuk memulai langkah kita. Kearifan untuk belajar dari kejatuhan. Ketika kita telah mencapai kesuksesan, dibutuhkan karakter, untuk tetap waspada dan tidak terjatuh karena terbuai dengan kesuksesan yang kita raih dengan susah payah.

Dan ketika orang lain menyarankan Anda untuk membumikan mimpi Anda, langitkanlah langkah Anda! Mimpi Anda terlalu berharga untuk dikecilkan. Ketika mimpi dapat hadir di pikiran, ia selalu memiliki ruang untuk diwujudkan dalam kehidupan Anda.


SUMBER: Ivander Wijaya - andriewongso.com

Mana Yang Lebih Penting ?

Confucious (551 BC – 478 BC) bukanlah seorang tokoh agama melainkan seorang moralis atau tokoh moral. Suatu ketika ia pergi ke kota untuk sebuah keperluan. Di tengah aktifitas tersebut ia diberitahu seseorang bahwa kandang kudanya terbakar dan diminta segera pulang.

Confucious bergegas pulang. Sesampainya di rumah ia langsung bertanya, “Apakah ada orang yang cedera?” Ia sama sekali tidak menanyakan bagaimana keadaan kuda-kudanya.

Sikap Confucious menunjukkan bahwa ia lebih menghargai nyawa manusia dibandingkan harta bendanya. Confucious benar-benar mempesona semua orang yang datang membantu meredakan api kebakaran tersebut. Mereka sangat terkesan pada kepribadian Confucious. Sehingga ia dikenal sebagai tokoh moralis yang sangat menghargai keberadaan manusia lainnya.

Kerabat Imelda...Nilai moral kemanusiaan adalah menghargai jiwa manusia. Dalam semua hukum agama maupun negara pasti memiliki hukum yang mengatur perlindungan terhadap jiwa manusia. Hal itu menunjukkan betapa penting peran nilai moral kemanusiaan dalam berbagai aktifitas kehidupan kita.

Memupuk nilai kemanusiaan di dalam diri kita dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran bahwa Tuhan YME telah menciptakan dunia dengan segala isinya hanya untuk kebaikan manusia. Meningkatkan kesadaran bahwa masing-masing diantara kita pada dasarnya saling melengkapi dan membutuhkan. Dengan demikian kita akan berusaha menyayangi dan menghargai orang-orang di sekitar kita bahkan pesaing kita sekalipun.

SUMBER:DR. Andrew Ho - andrewho-uol.com

Hey Wanita Ada Kekuatan di Tangan Anda

Mengapa Anda tiba-tiba ragu saat harus berbicara di depan belasan orang?
Padahal setiap hari Anda bertemu mereka. Mengapa Anda kehilangan suara, ketika Anda harus melakukan negosiasi penting dengan seorang klien? Padahal, Anda sedang membicarakan apa yang Anda miliki. Yang bahkan ia tak tahu sebelah mana celanya.

Mengapa Anda gugup saat harus bertemu calon ibu mertua Anda? Padahal ia adalah wanita yang juga pernah salah memasukkan garam ke dalam tehnya. Bahkan ia dulu kesulitan saat harus membedakan merica dan ketumbar.

Semua kartu As telah ada di tangan Anda. Kemampuan Anda cukup untuk membuat Anda berdiri tegak di depan semua orang yang Anda segani. Hanya masalahnya, Anda perlu keyakinan untuk menunjukkan semua kartu As Anda.

Adalah pilihan Anda untuk mengatasi semua masalah yang ada di sekeliling Anda. Anda sudah punya setiap jawaban dari masalah itu. Selanjutnya, Anda yang memutuskan mana yang terlebih dahulu akan diselesaikan.

hey/ Percayalah, setiap wanita diberikan kekuatan untuk melakukan segala sesuatu melebihi kemampuan mereka. Hanya kepercayaan diri dan keyakinan yang membuat mereka berhasil melakukan segala sesuatu dengan baik. Genggam dan bawalah selalu kepercayaan dan keyakinan itu. Anda mampu melewati hari-hari terberat Anda. Karena Anda memang bisa.

SUMBER: Agatha Yunita - kapanlagi.com

Memilih Hidup Sekali Lagi

Alkisah, Tuhan hampir setiap saat mendengar keluh kesah, ketidakpuasan, dan penderitaan dari manusia ataupun dari makhluk lain ciptaan-Nya. Kemudian, Tuhan ingin sekali tahu bagaimana jika semua makhluk tersebut diberi kesempatan memilih hidup sekali lagi; ingin menjadi apakah masing-masing dari mereka? Maka, Ia membagikan pertanyaan kepada semua makhluk ciptaan-Nya.


Tikus dengan cepat menjawab, "Jika diberi kesempatan memilih, aku ingin menjadi kucing. Enak ya jadi kucing, bisa bebas merdeka berada di dapur bahkan disediakan makanan, susu, dan dielus-elus oleh manusia."


Kucing pun dengan sigap menjawab, "Kalau bisa memilih, aku ingin jadi tikus. Kepandaian tikus mengelilingi lorong-lorong rumah bisa membuat orang serumah kewalahan. Tikus bisa mencuri makanan yang tidak bisa aku santap. Hebat sekali menjadi seekor tikus."


Saat pertanyaan yang sama disampaikan ke ayam, begini jawabnya, "Aku ingin menjadi seekor elang. Lihatlah elang di atas sana! Wah, ia tampak begitu perkasa mengepakkan sayapnya yang indah di angkasa luas, membuat semua makhluk iri dan ingin menjadi seperti dirinya. Tidak seperti diriku, setiap hari mengais makanan, terkurung dan tidak memiliki kebebasan sama sekali."


Sebaliknya, si elang segera menjawab, "Aku mau menjadi seekor ayam. Ayam tidak perlu bersusah payah terbang kesana-kemari untuk mencari mangsa. Setiap hari sudah disediakan makanan oleh petani, diberi suntikan untuk mencegah penyakit, dan ayam begitu terlindung di dalam kandang yang nyaman, bebas dari hujan dan panas."


Beda lagi jawaban yang diberikan oleh manusia. Si perempuan menjawab, "Saya ingin menjadi seorang laki-laki, kemudian menjadi pemimpin besar dan yang hebat! Menjadi perempuan sangatlah menderita. Harus bisa melayani, bertarung nyawa melahirkan anak, kemudian membesarkan mereka. Ini adalah pekerjaan yang sangat melelahkan."


Tapi laki-laki menjawab, "Aku mau jadi perempuan. Betapa indah rupanya dan halus budi bahasanya. Kelihatannya, ia selalu disayang, dilindungi dan dimanjakan. Selain itu, tidak ada pahlawan yang lahir tanpa seorang perempuan. Surga saja ada di telapak kaki ibu atau wanita."


Setelah mendengar semua jawaban para mahluk ciptaan-Nya, Tuhan pun memutuskan tidak memberi kesempatan untuk memilih lagi. Alias, setiap makhluk akan kembali menjadi makhluk yang sama.


Kerabat Imelda...Pepatah mengatakan, "Rumput tetangga selalu lebih hijau dibandingkan dengan rumput di kebun sendiri." Manusia selalu memikirkan kelebihan, kebahagiaan, dan kesuksesan orang lain sehingga mengabaikan apa yang sudah dimilikinya. Membandingkan diri dengan orang lain, secara terus-menerus, bisa membuat hidup kita menderita. Padahal orang yang kita pikirkan mungkin berpikir sebaliknya!


Mampu menerima dan bersyukur apa adanya atas apapun yang kita miliki adalah kebijaksanaan. Bisa ikut berbahagia melihatkebahagiaan dan kesuksesan orang lain adalah kekayaaan mental.


Be your self! Jadilah diri Anda sendiri! Mari mencintai apa yang kita miliki; maka hidup kita pasti akan penuh dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Setuju?

SUMBER: Andrie Wongso - andriewongso.com

Bunga Mawar Dan Durinya

Ada seorang pria menanam mawar. Hari demi hari dia menyirami mawar itu dengan penuh penantian kapan tanaman tersebut akan berbunga. Hingga suatu hari dia menemukan kuncup gembung yang siap merekah beberapa hari lagi, dan hatinya sangat girang.

Namun kemudian dia juga melihat duri-duri di sepanjang tangkai mawar tersebut, dan timbullah dalam pikirannya, 'bagaimana bunga yang sangat cantik ini juga memiliki duri-duri tajam dan kokoh ?'. Kekagumannya pada bunga mawar sedikit berkurang, dan di hari berikutnya dia memutuskan untuk tidak lagi menyiramnya. Dia benci melihat duri-duri mawar itu. Tidak lama kemudian, mawar itu mati sebelum bunganya berkembang.

Demikian pula kita sering memperlakukan orang lain. Setiap orang adalah tanaman mawar dengan kuncup dan durinya, termasuk Anda. Seseorang tidak bisa melihat kuncup bunga miliknya, hanya duri yang bisa dilihat oleh diri sendiri. Oleh karena itu seseorang mudah merasa tidak percaya diri, merasa tidak pantas untuk menjadi baik.

Sedangkan kuncup bunga hanya bisa dilihat oleh orang lain. Hanya dengan keberadaan orang lain kita bisa sadar bahwa ada kuncup bunga, ada sesuatu yang indah dalam diri kita. Oleh karena itu kita harus menghargai keberadaan orang lain, siapa pun itu dan apa pun itu peran mereka dalam hidup kita. Mereka yang jahat membuat Anda sadar bahwa Anda adalah orang baik karena tidak melakukan apa yang mereka perbuat. Sedangkan mereka yang baik memberikan teladan untuk berbuat baik dan memekarkan kuncup bunga yang Anda miliki.

Bagaimana jika kita yang melihat orang lain, apakah Anda akan melihat kuncup bunga atau durinya? Ketika bertemu dengan seseorang, selalu ada dua pilihan yang bisa Anda lakukan yaitu melihat kebaikan atau keburukan dalam diri orang tersebut. Melihat keburukan tidak akan membuahkan sesuatu yang baik, seperti halnya mawar, lama-kelamaan akan kering dan mati. Sementara melihat kebaikan dan hal indah dari seseorang membuat Anda tidak berhenti menyayangi orang tersebut. Terus menyirami hingga kebaikan dalam diri orang tersebut mekar.

Jika semua orang bisa melakukan hal ini, bisa Anda bayangkan betapa indahnya dunia. Lain kali ketika bertemu seseorang, coba ingat hal-hal indah dalam dirinya ketimbang mengingat segala masalah yang didatangkannya pada Anda.


SUMBER: kapanlagi.com

Belajar dan Prasangka Baik untuk Menjadi Pintar

Mengapa di dunia ini banyak orang yang sukses namun banyak juga orang yang selalu gagal dalam hidupnya? Kita semua terlahir dari titik kehidupan yang sama, titik di mana kita tidak mengetahui dan tidak dapat melakukan apapun selain menangis. Titik itu adalah titik dimana kita dilahirkan ke dunia ini. Seharusnya, apabila kita terlahir dari titik yang sama yaitu ketidaktahuan maka di usia dewasa manusia akan memiliki pengetahuan yang sama pula. Namun pada kenyataannya pengetahuan tiap manusia berbeda beda, banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan kehidupan seseorang sehingga menentukan nasibnya di masa depan.

Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam perkembangan hidup adalah proses BELAJAR. Bagaimana seseorang memahami kondisi lingkungan dalam kehidupannya. Proses take and give akan memberikan suatu proses pembelajaran yang lebih baik bagi kita. Dengan membuka wawasaan, indera, pengamatan terhadap semua yang terjadi di lingkungannya, maka seseorang akan memiliki pengetahuan lebih dari yang lainnya. Pengetahuan didapat bukan hanya dari bangku sekolah saja. Pengetahuan yang paling penting adalah pengetahuan dalam kemasyarakatan. Mau belajar terhadap orang lain untuk mendapakan cerita mengenai pengalaman hidupnya akan membuat kita seolah-olah memiliki pengalaman seperti orang itu.

Dalam proses pembelajaran mengenai kehidupan, syarat mutlak yang harus dilakukan adalah berprasangka baik terhadap apapun. Untuk menjadi seorang penjual handal, kita harus mengetahui bagaimana caranya untuk menjual barang dan untuk mengetahui bagaimana cara menjual barang, maka kita harus belajar pada seseorang yang telah menjadi penjual yang handal di lingkungan kita. Namun sebagaimana dirasakan banyak orang, pada tahap tidak mengetahui apapun tentang penjualan seseorang akan merasa minder untuk berbicara kepada orang yang telah ahli dalam penjualan sehingga proses belajar akan terganggu. Kebanyakan orang akan bertanya terhadap dirinya, "Mungkin si penjual handal akan meremehkan saya dan tidak memandang saya." Atau, "Wah, nanti saya pasti ditertawakan oleh si penjual handal!" Prasangka buruk inilah yang harus dilawan menjadi prasangka-prasangka baik.

Kerabat Imelda....Ketahuilah bahwa kemampuan seseorang untuk belajar mengenai kehidupan akan berpengaruh terhadap pengetahuan dan keterampilan seseorang menghadapi masalah.Kemampuan belajar inilah yang akhirnya membuat perbedaan perjalanan tiap manusia. Karena masa depan kita ditentukan oleh siapa saja yang ada di sekeliling kita dan buku apa saja yang kita baca pada hari ini. Perubahan sekecil apapun pada hari ini apabila dilakukan terus menerus akan memberikan perubahan besar di masa depan.


SUMBER; Firman Erry Probo - andriewongso.com

Kisah Katak dan Sumur Tua

Di sebuah kubangan, hiduplah tiga ekor katak muda. Semenjak dilahirkan, katak-katak muda tersebut tidak pernah pergi ke mana-mana. Bagi mereka, kubangan itulah yang menjadi pusat kehidupannya. Mereka makan, tidur dan bermain di kubangan tersebut.

Suatu hari, musim kemarau yang berkepanjangan muncul. Karena tak setetespun hujan turun, dan matahari bersinar terlampau terik, akhirnya kubangan tersebut kering kerontang. Airnya menguap tak bersisa, dan meninggalkan ketiga katak yang hampir lemas.

Salah satu katak kemudian berkata, "kalau kita tidak memberanikan diri pergi dan mencari sumber air lainnya, maka kita akan mati kelaparan dan kering di sini." Katak lainnya pun mengangguk setuju. Dan pergilah para katak mencari sumber air.

Tak jauh dari kubangan tempat tinggal mereka, berdirilah sebuah sumur yang tua. Airnya jernih dan tampak segar. "Hei, lihatlah, kita selamat!" sahut seekor katak. Ia pun mengajak saudara-saudaranya melompat ke dalam sumur tersebut. "Di sini kita akan tinggal, airnya jernih dan berlimpah, tentu kita akan selamat dan tak akan kekurangan lagi."

Seekor katak lainnya menolak, "tidak, aku tak mau lompat ke situ. Bayangkan saja kalau nanti sumur ini juga kering, bagaimana kita keluar dari sumur ini? Mending aku pergi ke danau dan mencari tempat aman di sana," katanya. Sang katak yang pertama kali menemukan sumur angkuh berkata, "buat apa kamu ke danau. Di situ banyak binatang lain dan buaya yang siap menyantap kita. Lebih baik aku mati di sini saja," katanya bersikeras. Ia pun melompat dan berenang-renang bahagia di dalam sumur.

Sementara dua katak lainnya memutuskan pergi ke danau. Di sana mereka berkumpul dengan keluarga katak, yang sudah tinggal lama. Buaya memang menjadi ancaman bagi mereka, namun ada saja cara untuk menghindar dan menemukan persembunyian yang aman.

Sedangkan katak keras kepala yang nekat melompat ke dalam sumur, mati setelah sumur tua juga ikut kekeringan.

Saat melakukan sesuatu, tentu ada saja resiko yang harus kita tempuh. Namun, kita juga harus bijaksana memilih resiko mana yang bisa dijadikan tantangan dan kita hadapi. Kelebihan dan kekurangan, hendaknya dipertimbangkan, agar ke depannya kita bisa sukses dan tidak terjebak pada kegagalan.


SUMBER:Agatha Yunita - kapanlagi.com

Jalan Untuk Kebahagiaan

Setelah beranjak dewasa saya akhirnya memasuki usia perkawinan, dan perlahan-lahan saya pun mengetahui akan jawaban ini. Di masa awal perkawinan, saya juga sama seperti ibu, berusaha menjaga demi keutuhan keluarga, menyikat panci dan membersihkan lantai, dengan sungguh-sungguh berusaha memelihara perkawinan sendiri.

Namun anehnya saya tidak merasa bahagia dan suamiku sendiri sepertinya tidak bahagia.

Saya kemusian duduk merenung, apa mungkin lantai ini kurang bersih, atau masakan tidak enak?. Lalu dengan giat saya membersihkan lantai lagi dan memasak dengan sepenuh hati. Namun rasanya kami berdua tetap saja merasa tidak bahagia.

Suatu hari, ketika saya sedang sibuk membersihkan lantai, suamiku memanggilku.

“Istriku, temani aku sejenak untuk mendengarkan alunan musik…”

Dengan mimik yang tidak senang akupun menjawab ajakannya

“Apa tidak melihat masih ada separuh lantai lagi yang belum dibersihkan..?”

Begitu kata-kata ini terlontar saya pun termenung kembali, kata-kaa yang tidak asing lagi ditelinga, dalam hubungan perkawinan ayah dan ibu saya, ibu juga kerap berkata begitu sama kepada ayah.

Rupanya saya sedang menunjukkan kembali hubungan perkawinan ayah dan ibu, sekaligus mengulang kembali ketidakbahagiaan dalam ikatan perkawinan mereka. kemudian beberapa kesadaran muncul dalam pikiran saya. Yang kamu inginkan?.

Tak banyak bicara, saya pun menghenghentikan pekerjaan saya, lalu memandang kearah suamiku, dan teringat akan ayah saya… Ia selalu tidak mendapatkan pasangan yang dia inginkan dalam perkawinannya.

Waktu ibu menyikat panci lebih lama daripada menemaninya.

Terus menerus mengerjakan urusan rumah tangga, adalah cara ibu dalam mempertahankan perkimpoian, ia memberi ayah sebuah rumah yang bersih, namun, jarang menemaninya, sibuk mengurus rumah, ia berusaha mencintai ayah dengan caranya, dan cara ini adalah mengerjakan urusan rumah tangga.

Dan aku, aku juga menggunakan caraku berusaha mencintai suamiku.

cara saya juga sama seperti ibu, perkimpoian saya sepertinya tengah melangkah ke dalam sebuah cerita, dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkimpoian yang bahagia.

Kesadaran saya membuat saya membuat keputusan (pilihan) yang sama.

Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu duduk di sisi suami, menemaninya mendengar musik, dan dari kejauhan, saat memandangi kain pel di atas lantai seperti menatapi nasib ibu.

Saya bertanya pada suamiku : “Apa yang kau butuhkan?”

Aku membutuhkanmu untuk menemaniku mendengar musik, rumah kotor sedikit tidak apa-apa-lah, nanti saya carikan pembantu untukmu, dengan begitu kau bisa menemaniku! ujar suamiku.

Saya kira kamu perlu rumah yang bersih, ada yang memasak untukmu, ada yang mencuci pakianmu….dan saya mengatakan sekaligus serentetan hal-hal yang dibutuhkannya.

Semua itu tidak penting-lah! ujar suamiku. Yang paling kuharapkan adalah kau bisa lebih sering menemaniku.

Ternyata sia-sia semua pekerjaan yang saya lakukan, hasilnya benar-benar membuat saya terkejut.
Kami meneruskan menikmati kebutuhan masing-masing, dan baru saya sadari ternyata dia juga telah banyak melakukan pekerjaan yang sia-sia, kami memiliki cara masing-masing bagaimana mencintai, namun, bukannya cara pihak kedua.

SUMBER: perempuan.com

Senyum Dua Jari

Siapa sih yang tidak punya masalah dalam hidup ini? Setiap kali ada yang melemparkan pertanyaan, "Yang merasa tidak punya masalah, silakan angkat tangan!" dan setiap kali itu juga saya tidak pernah melihat ada yang mengangkat tangan. Itu berarti, setiap pribadi dari kita, memang mempunyai masalah tersendiri. Entah masalah ringan, berat, kecil, besar; judulnya ya "Masalah". Dan masalah itu membuat kita pusing, bete, kesel atau bahkan bisa marah-marah sendiri.

Parahnya, saat kita sedang mengalami masalah, terkadang kita menjadi manusia yang paling egois. Kenapa saya bisa bilang begitu? Memang kenyataannya begitu kok . Disaat kita sedang mengalami masalah, kita fokus terhadap diri sendiri dan 'memaksa' orang-orang di sekitar kita untuk mengerti permasalahan kita. Kita bahkan sering mengasihani diri sendiri dan berkata, "Saya adalah orang yang paling malang di dunia ini. Kenapa saya mengalami masalah ini? Kenapa tidak ada satupun orang yg mengerti saya?"

See? Kita menjadi egois dan tidak lagi peduli dengan keadaan di sekitar kita karena kita merasa "sedang ada masalah". Tidak seperti itu dan tidak boleh seperti itu. Saya selalu berusaha untuk tidak seperti itu.

Sejak saya membaca buku Ajahn Brahm, renungan Senyum Dua Jari lumayan membantu saya. Bangun tidur, saya merasa berat untuk mengucap syukur mengingat masalah-masalah yang saya hadapi, lalu saya bercermin dan melihat wajah saya seperti nenek lampir. Kemudian, dengan terpaksa pada awalnya saya mencoba senyum dua jari ala Ajahn Brahm; saya meletakkan telunjuk kiri ke ujung kiri bibir saya, telunjuk kanan ke ujung kanan bibir saya, lalu saya menarik ke atas jari saya sehingga terbentuk sebuah senyuman yang konyol. Dan apa yang terjadi, saya tertawa melihat mimik wajah saya yang lucu. Lalu saya terkejut mendengar tawa saya sendiri, dan senyuman konyol berubah menjadi senyuman manis yang saya lihat di cermin. It works!

Saya memilih untuk bangun pagi dan melihat senyum manis yang penuh ucapan syukur dibanding melihat wajah nenek lampir. Saya memilih untuk bangun pagi dan mengucap syukur dibanding mengeluh dan mengaku kalah pada masalah yang saya hadapi.

Pilihan. Ya, apa yang kamu pilih? Saya memilih untuk berbagi resep sederhana ini. Saya tidak mengatakan bahwa dengan senyum dua jari ini masalah yang kita hadapi ini akan selesai begitu saja. Tidak, tetapi dengan senyum dua jari ini kita bisa belajar untuk lebih bersyukur lagi, bersyukur atas masalah yang kita hadapi, karena masalah tersebut menjadi bahan pembelajaran bagi kita, menjadi pribadi yang lebih dewasa, menjadi pribadi yang lebih kuat dan sabat. Dan yang paling penting, masalah yang kita hadapi itu, adalah jaminan bahwa kita masih WARAS. Bersyukurlah untuk itu. =)

Sejak itu, saya selalu ingin berbagi resep senyum dua jari ini ke siapapun. Terlebih untuk teman-teman saya yang sedang sedih atau pusing. Saya katakan, "Saya bukan superhero yang dapat membantu menyelesaikan masalah kalian, tetapi cobalah 'senyum dua jari' ini. Kalian akan melihat wajah yang paling ganteng / cantik di dunia ini! Saya tidak main-main, saya serius." =)

SUMBER:Rosita - andriewongso.com

Kalajengking Pendusta

Alkisah pada suatu hari yang cerah, seekor kalajengking hendak pergi ke negeri seberang sungai. Sang hewan pemilik racun mematikan itu pergi menyusuri sungai untuk mencari sebuah perahu yang bisa dipakai untuk menyeberangi sungai yang dalam ini. Seperti yang kita ketahui, kalajengking adalah hewan gurun yang tidak bisa berenang, apalagi menyelam, sehingga dia butuh bantuan sebuah perahu.

Tidak ada satu pun perahu yang ia temukan, tetapi di tengah perjalanan menyusuri sungai, sang kalajengking bertemu dengan seekor katak yang bisa menyeberang sungai dengan mudah. Kalajengking itu kemudian berpikir untuk meminta bantuan sang katak.

"Hai katak," ujar kalajengking dengan suara manis. "Aku perlu bantuan mu untuk menyeberang sungai. Maukah kau membantu ku?"

Sang katak tampak terkejut lalu memandang kalajengking dengan heran, "Yang benar saja, bisa-bisa kau menyengat ku dengan ekor mu dan aku akan mati saat menyeberang sungai bersama mu,"

Kalajengking tertawa, "Mana mungkin aku akan menyengat mu, aku ada perlu di seberang sungai sana. Jika aku menyengat mu, bagaimana aku bisa sampai di seberang sungai? Lagipula aku bisa mati karena tidak bisa berenang."

Katak tidak puas, lalu kembali bertanya, "Lalu bagaimana jika sudah sampai di daratan seberang sungai, kau bisa saja tiba-tiba menyengat ku kan?"

Sang kalajengking menjawab," Tentu saja tidak, sekalipun aku memang bisa menyengat mu, tetapi itu tidak adil karena kau telah mengantarkan aku menyeberangi sungai. Aku tidak akan sejahat itu sebagai rasa terima kasih ku."

Katak yang tadi tampak ragu akhirnya mengizinkan sang kalajengking untuk naik ke atas punggungnya. Kemudian dia dengan keahlian berenang yang sangat baik menyeberangi sungai yang sangat dalam. Tetapi apa yang terjadi? Belum lagi mereka sampai ke daratan, sang kalajengking menancapkan sengatnya pada punggung katak.

Dengan terbata-bata karena tubuhnya terasa sangat sakit, "Kau--kau pendusta, kau bilang tidak akan menyengat ku,"

"Maafkan aku, katak, tetapi ini adalah caraku!" ujar sang kalajengking tanpa rasa bersalah.

Akhirnya sang katak mati dan tenggelam akibat racun yang menyebar pada seluruh tubuhnya. Sang kalajengking terjatuh ke sungai dan ikut mati di dalam derasnya aliran sungai akibat kebohongan dan kebodohan yang dia lakukan.

Kerabat Imelda, tentunya kisah ini bisa menjadi pelajaran betapa sebuah janji seharusnya ditepati. Melanggar janji pada satu pihak tidak akan menguntungkan siapapun, bahkan bisa merugikan orang lain yang sudah memegang dan percaya pada janji yang terucap. Jangan pernah menjanjikan apapun bila Anda tidak yakin akan menepatinya. Karena tidak hanya Anda yang akan rugi, tetapi juga orang lain. Selalu bijak sebelum memberikan sebuah janji pada orang lain!

SUMBER: KapanLagi.com

Belajar dari Merpati

1. Merpati adalah burung yang tidak pernah mendua hati. Coba perhatikan, apakah ada merpati yang suka berganti pasangan? Jawabannya adalah "tidak"! Pasangannya cukup 1 seumur hidupnya.

2. Merpati adalah burung yang tahu kemana dia harus pulang. Betapapun merpati terbang jauh, dia tidak pernah tersesat untuk pulang. Pernahkah ada merpati yang pulang ke rumah lain? Jawabannya adalah "tidak"!

3. Merpati adalah burung yang romantis. Coba perhatikan ketika sang jantan bertalu-talu memberikan pujian, sementara sang betina tertunduk malu. Pernahkah kita melihat mereka saling mencaci? Jawabannya adalah "tidak"!

4. Burung merpati tahu bagaimana pentingnya bekerja sama. Coba perhatikan ketika mereka bekerja sama membuat sarang. Sang jantan dan betina saling silih berganti membawa ranting untuk sarang anak-anak mereka. Apabila sang betina mengerami, sang jantan berjaga di luar kandang. Dan apabila sang betina kelelahan, sang jantan gantian mengerami. Pernahkah kita melihat mereka saling melempar pekerjaannya? Jawabannya adalah "tidak"!

5. Merpati adalah burung yang tidak mempunyai empedu, ia tidak menyimpan "kepahitan" sehingga tidak menyimpan dendam.

Jika seekor burung merpati bisa melakukan hal-hal di atas, mengapa manusia tidak bisa? Hidup itu indah jika kita saling mengerti, berbagi, dan menghargai!


SUMBER: Tim Andrie Wongso - andriewongso.com

SOMBONG

Pada suatu hari, seorang pria bertamu ke rumah seorang guru yang terkenal bijaksana. Sesampai di sana, ia tertegun keheranan. Dia melihat sang guru sedang sibuk bekerja; beliau mengangkut air dengan ember-ember besar serta menyikat lantai rumahnya sekuat tenaga.

"Guru, apa yang sedang Anda lakukan..?"

Sang guru menjawab, "Tadi saya kedatangan serombongan tamu yang meminta nasihat. Dan saya pun memberikan banyak nasihat yang bermanfaat bagi mereka. Tampaknya, mereka puas sekali! Namun, setelah rombongan itu pulang, tiba-tiba saja saya merasa menjadi orang yang amat hebat. Kesombongan saya mulai muncul. Maka saya melakukan hal ini untuk menghilangkan perasaan sombong itu.

Kerabat Imelda..."Sombong" adalah penyakit hati yang sering menghinggapi kita semua. Benih-benihnya kerap muncul tanpa kita sadari. Di tingkat pertama, sombong disebabkan oleh faktor materi. Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain.

Di tingkat kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan. Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibanding orang lain.

Dan di tingkat ketiga, sombong disebabkan faktor kebaikan. Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan, semakin sulit pula kita mendeteksinya. Sombong karena materi sangat mudah terlihat, namun sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.

Mari setiap hari, kita memeriksa hati kita. Karena hal-hal baik yang terjadi pada diri kita saat ini, sangat mungkin terjadi karena perbuatan baik/amal yang kita lakukan pada masa lampau. Dan masa depan tergantung pada apa yang kita lakukan sekarang. Ada baiknya juga mengingat bahwa kita sebagai manusia punya harkat dan martabat yang sama, juga memiliki nilai sama di mata Sang Pencipta. Kesombongan hanya akan membawa kita pada "kejatuhan".

SUMBER: Tim Andrie Wongso - andriewongso.com

Akhirnya Ku Menemukanmu

Tipe pria seperti apa yang Anda inginkan? Cerdas? Kaya? Baik hati? Tampan? Macho? Pendiam? atau yang sabar dan serius? Atau mungkin pria mapan yang siap menikah dan hidup selamanya dengan Anda? Wajar apabila beberapa hal tersebut merupakan kriteria wajib yang harus dimiliki pria pilihan Anda. Siapa sih yang mau hidup bersama dengan seseorang yang tak memiliki masa depan dan tak mampu membuat Anda bahagia?

Pikiran utama yang muncul saat menjalani hubungan yang serius tak lain adalah kebutuhan materi yang cukup. Bukan bermaksud untuk matre, namun saat ini kekuatan materi bahkan mengalahkan cinta. Materi benar-benar membuat banyak orang buta dan menutup telinga. Egoisme melambung tinggi demi kepuasan diri sendiri.

Yang terjadi kemudian suatu pernikahan disepelekan, dan seorang pria hanya menjadi pendamping dan pelengkap di hidup Anda. Sudah bisa Anda tebak kan apa tindakan selanjutnya? Ya itulah perceraian, sambil tak henti mencari seseorang yang mampu memenuhi kebutuhan secara maksimal. Jika suatu hubungan hanya dilandasi kepuasan saja? Kapan Anda terpuaskan?

Bukan melulu kehadiran seorang pria yang dibutuhkan dalam hidup Anda, namun seorang pria yang membuat Anda merasa hidup. Bagaimana mendapatkan sosok pria seperti itu?

Ada baiknya kita mengubah visi dalam suatu hubungan. Bukan demi diri sendiri tapi demi kita, bukan hanya aku yang berusaha namun kita, sulitkah hal itu? Tidak, Anda tentu bisa melakukannya. Suatu hal mudah dan langkah yang sempurna untuk dapat hidup bahagia selamanya.

Jadi, masihkah materi menjadi syarat nomor satu bagi Anda untuk mencari pasangan hidup?


SUMBER: Agatha Yunita - kapanlagi.com