Monday, November 07, 2011

7 Keajaiban Dunia (Yang Sesungguhnya)

Murid-murid sebuah sekolah mengah pertama di Chicago sedang belajar tentang 7 Keajaiban Dunia. Di akhir pelajaran, para murid diminta untuk membuat daftar apa saja yang mereka anggap sebagai 7 Keajaiban Dunia. Meskipun ada beberapa pendapat yang berbeda, hasil yang paling banyak menunjukkan bahwa 7 Keajaiban Dunia adalah: 1. Piramida terbesar di Mesir 2. Taj Mahal di India 3. Grand Canyon di Arizona 4. Terusan Panama 5. The Empire State di New York 6. Basilika Santo Petrus 7. Tembok besar China Sambil mengumpulkan daftar tentang 7 Keajaiban Dunia tersebut, sang guru memperhatikan seorang siswa, seorang gadis yang pendiam. Gadis ini masih sibuk dengan daftarnya, jadi sang guru bertanya apakah dia mempunyai masalah dengan tugasnya. Si gadis pendiam ini menjawab, "Iya, ada sedikit masalah. Saya bingung menentukan 7 Keajaiban Dunia karena ada begitu banyak keajaiban di dunia ini." Gurunya menjawab, "Baik, katakan pada kita daftar yang kamu punya, dan mungkin kita dapat membantu." Si gadis sedikit ragu, lalu membaca daftar yang ia punya, "Saya rasa 7 Keajaiban Dunia adalah: 1. Bisa menyentuh 2. Bisa berbicara 3. Bisa melihat 4. Bisa mendengar (Dia kembali ragu, lalu kembali berbicara..) 5. Bisa merasa 6. Bisa tertawa 7. Dan bisa mencintai" Ruang kelas itu sunyi seketika, bahkan semua orang bisa mendengar bila ada koin yang terjatuh di ruangan tersebut. Kisah ini sedikit mengingatkan kita bahwa kadang hal-hal kecil dan terlihat biasa adalah hal terindah yang kita miliki. Kita lupa untuk bersyukur akan apa yang kita punya, sedangkan di luar sana banyak orang yang tidak dapat mendengar, buta, tidak dapat tertawa karena dirundung duka, serta perang yang terjadi di mana-manapun menunjukkan kurangnya kita mencintai sesama. Bersyukur pada hal-hal kecil akan membuat kita menghargai apa yang kita miliki. Membuat dunia terasa indah dengan cinta dan kedamaian adalah keajaiban yang tidak pernah kita sadari. So, be thankful to God for everything He has given for us! SUMBER:kapanlagi.com

Ya Atau Tidak Sama Sekali!

"Do or Do Not, There Is No Try" quote by Yoda - tokoh fiksi dalam dunia film Star Wars. Lakukan dengan baik, jangan anggap ini coba-coba. Kira-kira itulah terjemahan bebas dari kata-kata tadi. Ada beberapa hal yang dapat kita ambil dari kalimat sederhana tersebut. Jangan pernah ragu. Keraguan adalah salah satu faktor utama yang membuat kita tidak berani dalam melangkah, membuat kita selalu berpikir tanpa pernah berani bergerak dan mengambil resiko yang ada. Hasilnya? Kita tidak akan pernah bergerak. Waktu dan pikiran kita habis membuat strategi dan strategi berikutnya, tanpa pernah menjalani strategi yang ada. Jangan pernah mundur lagi. Ini bukan coba-coba! Tidak ada lagi bagi Anda kemungkinan untuk mengatakan, ini kan hanya iseng, kalo gagal ya sudah! Bayangkan jika serangan Kamikaze di jaman Perang Dunia II masih ragu-ragu, mungkin serangan Pearl Harbour tidak akan banyak membawa sejarah. Keteguhan hati untuk maju, akan banyak membawa hasil karena keteguhan inilah yang akan mendorong kita meraih apa yang kita cita-citakan. Perjuangkan sepenuh hati. Anda sudah meninggalkan keraguan, dan sudah siap bertempur. Apa senjata Anda? Kemampuan Anda. Tidak ada alasan bagi Anda mengatakan hanya memberikan 10% atau 50% atau 70% dari kemampuan anda. Berikan segenap jiwa, hati, pikiran dan kemampuan Anda. Seringkali karena perhatian Anda terpecah, Anda tidak lagi memberikan 100% apa yang Anda punya. Sedangkan kita tahu, keberhasilan menuntut semua perhatian dan kemampuan kita, jadi jika Anda tidak memberikan sepenuhnya apa yang Anda punya, apakah keberhasilan dapat Anda raih? Lakukan, jangan sekedar coba-coba! Beri semua apa yang Anda punya, tinggalkan keraguan, dan jangan menyerah atau mundur! Keberhasilan sedang menanti Anda di sana! SUMBER:kapanlagi.com

Masak Iya Cicak Lebih Pintar?

Cicak tidak bersekolah. Mereka juga tak pernah belajar ilmu bela diri, namun seringkali saat menghadapi bahaya mereka terbukti jauh lebih pandai daripada kita. Saat bahaya menghadang, seekor cicak akan melepas ekornya untuk mengecoh pihak pemangsa. Mungkin banyak dari kita yang sudah mengetahui kenyataan ini. Namun, seringkali kita tak melakukan tindakan yang cerdik saat diintai bahaya. Apakah bahaya itu? Mungkin bukan predator seperti yang ditakuti oleh si cicak, namun bahaya itu bisa saja berupa kebakaran rumah, status sebagai selingkuhan, pacar yang tak lagi menunjukkan cintanya, dan lain sebagainya. Saat rumah dilanda api, banyak orang lebih menyayangkan 'ekor'nya daripada melepasnya. Ekor itu bisa berarti uang, TV, kalung emas, HP, panci baru beli, hingga surat-surat berharga. Bukannya tak penting, saya percaya itu semua berharga. Namun saat keadaan sedemikian genting, manakah yang lebih penting, nyawa atau harta? Lain lagi dengan status sebagai selingkuhan. Sudah ketahuan pihak istri, masih saja enggan putus dengan kekasih terlarang. Apa bukan nekat dan cari perkara itu namanya. Belum lagi dengan pacar yang sudah nyata-nyata tak memperlihatkan sikap sayang, apakah masih ingin bertahan hanya karena "aku masih sayang dia"? Capek deh! Kan masih banyak pria lain yang mau perhatian dan sayang, ngapain bertahan dengan yang jelas-jelas sudah ogah. Belajar dari beberapa contoh di atas, kita semua diajak untuk peka saat 'bahaya mengancam'. Haruskah kita melepas atau mempertahankan? Jika melepas adalah hal terbaik yang memang harus dilakukan maka lepaskan saja. Setuju? SUMBER: Mega Aprilianti - KapanLagi.com

Sekantong kue

Suatu malam ada seorang wanita cantik yang menunggu pesawatnya datang di bandara. Terdengar pengumuman bahwa pesawat yang akan ditumpanginya akan datang terlambat, maka ia segera berjalan menuju sebuah toko dan membeli sekantong kue dan menemukan sebuah tempat untuk duduk. Ketika sedang asyik membaca buku, dia melihat bahwa pria yang duduk di sampingnya, dengan begitu berani meraih satu atau dua kue dari kantung. Karena dia tidak ingin ada keributan, maka ia mencoba mengabaikan pria itu. Jadi dia mengunyah kue dan melihat jam, agar pria itu menyadari kesalahannya. Beberapa menit telah berlalu, tetapi pria disampingnya tetap saja memakan kuenya. Wanita itu lalu berpikir, “Jika saya tidak begitu baik, saya akan kutonjok dia.” Jika si wanita mengambil satu kue dari kantong, maka si pria juga mengambil satu. Hingga yang tersisa satu buah kue. Si wanita bertanya-tanya dalam hati apa yang akan si pria lakukan. Dengan senyum di wajahnya,dan tawa gugup, si pria mengambil kue terakhir dan membaginya menjadi dua. Dia menawarkan si wanita setengah kue itu. Disaat si pria memakan kue bagiannya, si wanita menyambar kue tersebut dan berpikir “oooh, lelaki ini berani sekali dan kasar. Dia bahkan tidak menunjukkan rasa terima kasih!!” Si wanita begitu lega ketika pengeras suara mengumumkan bahwa pesawat yang akan ditumpanginya telah datang. Ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang, menolak untuk melihat kembali pencuri yang tak tahu terima kasih. Dia naik pesawat, dan duduk di kursinya, lalu ia mencari bukunya. Saat ia merogoh tas, ia menahan napas dengan kaget, karena didalam tas tersebut ada kantung kuenya. Jika kantung kuenya ada didalam tas, maka punya siapa yang dari tadi ia makan? Terlambat sudah untuk minta maaf. Dengan amat menyesal, ia menyadari bahwa dia adalah orang yang kasar dan tak tahu terima kasih itu karena telah memakan kue orang lain tanpa meminta ijin. SUMBER: gemintang.com

Adilkah Tuhan?

Tuhan memberikan kebebasan kepada manusia untuk mengubah keadaan yang ada pada dirinya. Yang membedakan hasilnya adalah CARA tiap manusia untuk mengubahnya. Ada yg memilih bekerja keras dengan penghasilan yang pas-pasan dan ada yang memilih cara kerja cerdas dengan penghasilan yang besar. Keadaan kita hari ini adalah hasil dari tindakan kita di masa yang lalu. Untuk mengubahnya, diperlukan suatu CARA yang sesuai dengan tujuan hidup kita. Einstein, seorang ilmuwan yang sangat tersohor, berkata: "Orang yang ingin mengubah keadaan dirinya tetapi melakukan hal yang sama adalah orang GILA!" Seharusnya, apabila menginginkan perubahan dalam hidupnya maka ia harus mengubah CARA yang selama ini dilakukannya. Untuk menjadi sukses, tidak mutlak perlu pendidikan yang tinggi. Yang amat diperlukan adalah sebuah keinginan yang kuat, cara yang tepat, serta selalu belajar tiap menghadapi masalah. Siapa bilang lulusan SD tidak bisa kaya? Jika si lulusan SD mau belajar untuk mengembangkan caranya maka ia akan sukses. Misal ia adalah seorang pedagang bakso ketika berusia 15 tahun, selama berjualan bakso ia mengalami berbagai masalah yang menghadang. Namun karena keinginan yang kuat maka ia belajar untuk memperbaiki cara berjualannya, ia mulai melakukan perbaikan terhadap warung baksonya dan melakukan inovasi-inovasi sederhana namun berkesan terhadap usahanya. Alhasil, usaha yang dilakukannya dengan penuh pembelajaran selama 10 tahun membuahkan hasil yang luar biasa; ia mampu memiliki cabang dari warung bakso dimana-mana dalam usia 25 tahun. Sedangkan yang melanjutkan kuliah hingga S-1 di usia 25 tahun baru saja wisuda dan belum mendapatkan pekerjaan yang sesuai. CARA mencari rezeki inilah yang menyebabkan perbedaan; jangan menyalahkan takdir. Karena Tuhan menyerahkan itu kepada manusia. Perhatikan CARAnya dan perbaiki selalu CARAnya. Mereka yang kaya adalah yang mengetahui cara untuk menjadi kaya. Kita harus segera belajar untuk mengetahui caranya. Kaya bukan sebuah keinginan melainkan keHARUSan, agar kita bisa memberikan manfaat lebih banyak kepada orang lain. Dan apabila kita yang lebih dulu mengetahui CARA untuk menjemput rezeki, maka kita harus membantu orang lain (yang belum mengetahui cara untuk menjemput rezeki) dengan menjemputkannya melalui CARA kita dan menyalurkan hak mereka melalui zakat kita. SUMBER:Firman Erry Probo - andriewongso.com

Aku Tahu, Setidaknya Aku Pernah Mencoba...

Berapa kali Anda menyesal di dalam hidup? Satu kali? Dua kali? Atau bahkan ada yang menjawabnya sering? Lantas apa yang menyebabkan Anda seringkali menyesal? Ah, jawabannya pasti karena gagal atau tak sesuai dengan harapan Anda, bukan? Tetapi pikirkan kembali, lebih menyesal mana saat Anda mengalami kegagalan atau Anda tak pernah mencobanya? Kami berani bertaruh, penyesalan terdalam adalah saat Anda tak berani mencoba sesuatu... Aku adalah siswi SMU yang menurutku biasa-biasa saja, tetapi aku tahu benar bahwa sejak aku duduk di bangku SMU ini setiap hari selalu ada pria yang berusaha mengambil hatiku, menyatakan bahwa ia mencintaiku. Awalnya hal itu menyenangkan, sampai tiba di tahun ke-3 dan semua hal itu berubah menjadi hal yang menjengkelkan dan membosankan. Terlebih lagi ada seorang pria dari kelasku. Ia orang yang paling membosankan menurutku. Sejak tahun pertama, kami selalu sekelas. Ia memang murid terpandai, tetapi lihat saja penampilannya. Oh, sama sekali tak rapi. Setidaknya aku masih bisa menikmati perlakukan pria-pria lain yang manis dan selalu tampil keren. Tapi yang ini? He is like a disaster to me! Hingga suatu hari, menjelang perpisahan. Ia memberanikan diri naik ke panggung di malam pensi. Hah, apa pula ini? Bila pria lain yang melakukannya mungkin aku masih bisa tersenyum dan bangga, tetapi si kutu buku ini yang melakukannya. Oh tidak, tamatlah riwayatku! Kataku dalam hati. Namun, hari itu juga, hidupku berubah! Setelah dipermalukan di depan panggung dan ditertawakan seluruh isi sekolah, aku menariknya turun dan membawanya ke sebuah ruang kelas yang sepi. Aku memarahinya habis-habisan dan memprotes semua ulahnya. Rasanya semua emosiku selama tiga tahun tumpah saat itu juga. Aku tahu kata-kataku tak enak didengar olehnya, bahkan mungkin teman-teman tak menduga bahwa aku bisa menjadi sosok yang kasar dan kejam seperti itu. Ia hanya terdiam di depanku. Memandang dan mencermati setiap kata-kataku hingga akupun canggung sendiri. "Lihat apa kamu?" "Apa sih sebenarnya maumu? Mengapa kamu melakukan hal yang kamu sudah tahu bahwa kamu akan gagal?" tanyaku. "Aku tahu, aku mungkin tak pantas untukmu. Tetapi setidaknya aku berani mencoba..." katanya. Aku terdiam. Terdiam cukup lama untuk menelan dan memahami setiap kata-katanya. Sebenarnya memang ia yang paling konsisten untuk menunjukkan rasa sukanya padaku. Tiga tahun. Bukan waktu yang singkat untuk seseorang bertahan menyatakan perasaan pada orang yang disukainya. Kebanyakan pria yang menyatakan cintanya padaku telah menemukan kekasih setelah kutolak. Tak ada yang kekeuh mengejar sekian lama seperti si kutu buku ini. Kemudian aku tahu, bahwa ia akan lebih menyesal menyimpan perasaannya seorang diri dan tak melakukan apapun untuk menyatakan perasaannya padaku. Ia berpikir, lebih baik ia ditolak ketimbang harus diam saja. Dan, sebenarnya diam-diam aku cukup kagum terhadapnya. Ia sudah kutolak berkali-kali, namun ia tetap berusaha. "Kupikir ini adalah kesempatan terakhirku. Aku memberikan diriku sebuah tenggat waktu. Bila toh memang pada akhirnya kau tetap menolakku, aku tak akan menyesal karena aku telah mencobanya..." katanya lagi. Dan aku pun memeluknya. Memeluknya erat dan mengatakan "Yes, I do!" Memang tak semua usaha selalu diakhiri dengan hal yang manis dan membahagiakan. Seringkali bahkan diakhiri dengan kekecewaan dan kepedihan. Tetapi, apalah arti sebuah kecewa dibanding penyesalan seumur hidup, kawan? SUMBER: Agatha Yunita

Ori

Belum lama ini, di status Blackberry seorang kawan tertulis: "You were born an original. Don't die a copy - John Mason". Anda dilahirkan sebagai pribadi unik yang original, jangan meninggal sebagai seorang peniru belaka. Wow! Sebuah kutipan yang inspiratif. Segera saja pikiran saya terbang ke judul buku Semuel Lusi, berjudul "The Real Success is The Real You". Sukses yang sejati adalah dengan menjadi diri Anda yang sejati. Di luar kesejatian diri, bukan sukses yang Anda peroleh, melainkan kepalsuan dan keterasingan diri. Kisah populer tentang anak rajawali di kandang ayam menggambarkan inti pesan Mason dan Lusi. Seperti pernah dikisahkan Anthony de Mello, seorang petani menemukan telur rajawali dalam perjalanan pulang ke rumah. Telur itu kemudian diletakkannya di kandang ayam dan dierami induk ayam bersama dengan telur ayam lainnya. Setelah menetas, maka anak rajawali itu tinggal bersama dengan anak-anak ayam lainnya. Ia berada dalam lingkungan ayam. Ia berpikir dan berperilaku sebagaimana layaknya ayam-ayam yang lain. Ia belajar dengan meniru sikap dan perilaku lingkungannya. Hanya saja, ia sering merasa lain sendiri. Ukuran tubuh dan suaranya tidak mirip saudara-saudaranya. Bagaimana pun ia tak punya referensi lain kecuali melihat dirinya sebagai ayam. Lingkungan di mana Anda bergaul mendefinisikan siapa Anda, bukan? Suatu hari, ketika ia sedang bercengkerama dengan kawan-kawannya, seekor burung besar yang gagah melintas di angkasa. Melayang dengan anggun dan berwibawa, burung besar itu tampak perkasa. Matanya tajam menatap ke bawah. Sayapnya terbentang diterpa angin dan seolah tak bergerak. Ia sedang mengincar mangsa untuk sarapan hari itu. Kawan-kawannya segera menarik anak rajawali itu untuk bersembunyi. "Itu burung rajawali, raja segala burung. Ia bisa menyambar kita dan memakan kita. Ayo lari dan bersembunyi," ujar kawan-kawannya mengingatkan. Mereka terbirit-birit mencari tempat berlindung yang aman. Banyak orang senang mencari comfort zone, kan? Cerita anak rajawali di kandang ayam itu bisa berakhir dengan dua versi. Versi pertama, ia tetap tinggal dan hidup sebagai ayam sampai akhir hayatnya. Ia mati sebagai ayam yang berbadan besar. Tidak lebih dan tidak kurang. Begitulah kehidupan yang disia-siakan untuk sekadar memperoleh rasa nyaman. Kehidupan yang dikungkung oleh rasa takut, tak berani mencoba, dan penuh kekhawatiran sepanjang waktu. Kehidupan yang berujung pada penyesalan. Versi kedua lebih menarik. Anak rajawali itu kemudian penasaran dan mulai belajar meloncat-loncat lebih tinggi untuk terbang. Ia naik ke pohon dan terjun sambil mengepakkan sayapnya. Demikianlah perlahan-lahan ia mulai terbang lebih tinggi, lebih tinggi, dan semakin tinggi. Akhirnya ia menyadari keberadaannya sebagai rajawali. Ia bukan ayam. Ia tidak pantas tinggal di kandang ayam. Ia adalah rajawali. Tempatnya adalah di angkasa raya. Ia tak harus hidup bergerombol di kandang-kandang. Ia bisa berkelana sendiri. Ia telah menemukan kesejatian dirinya, dan itu membebaskannya dari kungkungan "suara" mayoritas yang merendahkan potensinya selama ini. Perumpamaan anak rajawali di kandang ayam menawarkan sebuah konsep sukses, yang disimpulkan Semuel Lusi dalam empat proses. Pertama, discovering the real you. Kedua, being the real you. Ketiga, doing the real you. Dan akhirnya, building the real you habitat. Keempat proses itu berporos pada "the real you" yang disingkat menjadi TRY (The Real You). Dengan demikian, kegagalan menemukan TRY adalah kegagalan eksistensial. Sementara keberhasilan menemukan TRY bukanlah akhir, melainkan awal sebuah perjuangan mewujudkan diri melayani suatu maksud yang mulia. Asumsi utama konsep sukses ini adalah bahwa tiap insan memiliki potensi, bakat, talenta, kekuatan, keunggulan, atau apa pun istilahnya, yang unik dan khas serta subyektif. Tiap insan dikaruniai sesuatu dalam dirinya, the power within, the true self, innate image. Inilah yang pertama-tama perlu ditemukan, perlu disadari, perlu dikenali. Seperti anak rajawali yang besar di kandang ayam, ia perlu menggugat diri, mencari jati diri, melakukan refleksi, mencari jawaban yang lebih baik mengenai "siapakah aku?". Selanjutnya, penemuan diri dan kesadaran baru perlu ditindaklanjuti dengan usaha mengaktualisasikan potensi itu, menyalurkan bakat-bakat terbaik itu, dengan menjadi dan melakukan apa-apa yang mencerminkan diri terbaik kita, yang terkait dengan suatu tugas mulia, suatu panggilan. Seperti anak rajawali yang "penasaran" dan mulai belajar untuk meloncat-loncat, belajar terbang lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Kesuksesan kecil dan berbagai kegagalan memperkaya usaha penemuan jati diri sejati. Hidup adalah perjuangan menemukan diri kita yang terbaik lewat tindakan-tinndakan yang bermanfaat bagi sesama. Dengan lain perkataan, tiap orang memiliki tugas mulianya di bumi, dan untuk tugas mulia itulah ia telah diberi bakat-potensi-kemampuan unik oleh "langit". Sepanjang kita menemukan bakat-potensi-kemampuan kita itu dan mengabdikannya untuk tugas mulia di bumi, maka kita telah berhasil menjadi diri kita yang terbaik, yang orisinal. Kita ada untuk melayani suatu maksud yang mulia dan bukan untuk membesar-besarkan diri kita sendiri. Di luar itu, kita hanyalah kepalsuan. Konsep sukses ini "didukung" ratu talkshow Oprah Winfrey. Dalam sebuah pidato wisuda di Rooselvelt University, Oprah mengatakan, antara lain, "Ada panggilan suci dalam hidup kita masing-masing yang melampaui gelar yang akan Anda terima (hari ini). Ada kontrak suci yang Anda buat, yang saya buat dengan Sang Pencipta, ketika kita menjadi ada. Bukan hanya satu sperma dan satu sel telur bertemu ketika kita menjadi esensi diri kita sebagaimana dimaksudkan. Anda membuat perjanjian, Anda memiliki panggilan. Dan entah Anda mengetahuinya atau tidak, adalah tugas Anda untuk menemukan panggilan itu dan terjun untuk melakukannya". You were born an original. Don't die a copy. SUMBER: ANDRIAS HAREFA - andriewongso.com

Cinta Lewat Sepotong Cokelat

Terbangun dengan kepala berat usai tangis semalam membuatku tak ingin melakukan apapun hari itu. Segera kupungut ponsel yang tampaknya jatuh dari tempat tidur. Kutekan tombol nomor yang kuhafal di luar kepala. "Aku sakit, dan aku tak bisa masuk," kataku kepada sahabat sekaligus atasanku. Dia pun berkata, "Ok, aku mengerti. You need two days off, darling," katanya memutuskan. Ah... leganya hatiku, setidaknya aku masih dapat melanjutkan tidur tak lelapku. Samar-samar kusadari, bahwa cermin yang kupukul hingga retak semalam masih jauh lebih beruntung ketimbang hatiku. Serpihan. Begitulah aku menerjemahkan perasaanku hari itu. Baiklah, aku tak bisa kembali tidur dan menghisap kembali kesedihan di atas tempat tidurku itu. Kurapikan dan mengganti sprei dengan harapan pedihku dapat kubuang. Agak konyol memang, tetapi entah mengapa perasaanku selalu lebih baik setelah merapikannya. Beberapa menit kemudian, kusadari diriku berada di bawah guyuran shower air dingin. Diam beberapa saat, kemudian menghela nafas panjang. Aku tak bisa seperti ini terus. Semua sudah usai dalam semalam, ya... semalam. Dan aku harus segera move on, melanjutkan hidup seperti nasehat orang-orang terhadap makhluk yang patah hati sepertiku. PING!!! Kuraih ponselku dan sebuah nama yang kukenal menyapa. Dia bertanya, mengapa tak melihatku pagi ini. Tanpa menutupi apapun kuceritakan kejadian semalam padanya. Aku sudah biasa menceritakan beberapa hal pribadi tentangku padanya, demikian pula ia. Katakan saja memang beberapa waktu ini ia menjadi salah satu sahabat yang mendukungku. He is cute anyway! Astaga, apa yang sedang kupikirkan. Mendadak pedihku hilang dan diganti perasaan hangat dan nyaman. Segera kuakhiri perbincangan dengannya, aku tahu aku sedang rapuh dan bisa jadi aku melampiaskan kekecewaanku padanya. Dan, aku tak mau itu... Sepotong cokelat... Diam-diam sudah sebulan aku menyandang status single. Ternyata tak jauh berbeda juga rasanya. Nyatanya aku terlalu berlebihan menilai perasaanku yang kupikir tinggal serpihan itu. I am more than OK! Sekotak cokelat disodorkan di mejaku. "Buatmu..." katanya. Ia kemudian duduk di atas mejaku dengan santai. "Hei, kamu nggak sopan!" hardikku. Ia pun tertawa renyah. Katanya ia suka saat melihatku marah, ia memang sangat suka menggodaku sampai aku berteriak atau mencubitnya. Dan begitulah, sebulan ini ia menemani hari-hariku. Sekedar berbincang tentang lagu atau isu di televisi. Namun, ada yang spesial. Cokelat! Hari itu ia sedang membuka luka lama demi menghiburku. Diceritakannya bagaimana ia patah hati dan terluka karena seseorang yang pernah dicintainya. Hingga saat ini sebenarnya ia tak berani mengaku kalau sudah move on. Nyatanya, ia tak juga menyandang status in relationship dengan seseorang. Sudah 2 tahun lebih katanya. Wah, aku termasuk beruntung. Saat putus tak pernah lama menjomblo dan menunggu. Aku selalu mendapatkan seseorang yang baru setelah aku kecewa. Sayangnya, hingga saat ini hatiku belum menetap pada seseorang. Rasanya seperti setelah terluka, diobati, terluka lagi, dilempar, diobati, dan seterusnya... Dalam perbincangan itu, ia bercerita banyak tentang cokelat, hmm... salah satu makanan kegemaranku. Kekasihnya yang dulu pandai membuat makanan, kalau tak salah mengingat, mantan kekasihnya memang sengaja mendalami bidang kuliner. Ia tahu benar bagaimana membuat praline cantik dengan isi yang unik. Yang membuat cokelat itu berbeda dengan cokelat lainnya. Bahkan, ia memadukan minuman beralkohol, yang aku tahu caranya tak semudah yang dibayangkan. Kami pun bercanda, bercerita, menikmati setiap potongan cokelat sembari menyisipkan cerita kebahagiaan dan pedihnya kami. Sejak hari itu, aku jadi lebih sering berbincang dengannya, eumm... kupikir lagi ternyata hampir 24 jam kami selalu berkomunikasi. Sejak hari itu pula, kedekatan kami tak hanya sekedar bercerita tentang kisah patah hati. Kami saling mengobati, merawat, memperhatikan, dan mencintai... Oya, hatiku saat ini telah berlabuh. Aku tak ingin berpindah ke lain hati lagi. Aku nyaman di sini dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Karena ia telah membuatku tetap percaya, bahwa cinta itu ada, di dalam kekecewaan maupun kebahagiaan. Jangan takut untuk mencintai... SUMBER:Agatha Yunita - kapanlagi.com

Hutang Anak terhadap Ibunya

Seorang anak kecil menghampiri ibunya di dapur pada suatu malam sementara ibunya sedang menyiapkan makan malam. Lalu anak itu menyerahkan selembar kertas yang ia telah tulis. Setelah Ibu mengeringkan tangannya pada serbet, ia membacanya, dan inilah isi kertas tersebut: Biaya saya membantu ibu potong rumput: Rp. 5000 Biaya saya membersihkan kamar saya sendiri: Rp 3000 Biaya pergi ke pasar : Rp 1000 Menjaga adik selama ibu pergi: Rp. 5000 Membuang sampah: Rp. 2000 Jumlah ibu berhutang sama saya adalah: Rp 11000 Nah, ibunya memandang anak itu sejenak dan sang ibu mengambil pena, membalikkan kertasnya lalu dia menulis, dan ini adalah apa yang ibu telah lakukan: Untuk sembilan bulan ketika Mama mengandung kamu selama kamu tumbuh dalam dirik ibu: Gratis Untuk mengobati kamu dan mendoakan kamu saat kamu sakit: Gratis Untuk semua saat susah, dan semua air mata yang kamu sebabkan selama ini: Gratis Untuk semua malam yang dipenuhi rasa takut dan untuk rasa cemas di waktu yang akan datang: Gratis Untuk mainan, makanan, pakaian, untuk kamu: Gratis Biaya cinta saya untuk kamu adalah: Gratis. Ketika anak itu selesai membaca apa yang telah ditulis ibunya, air mata jatuh dari matanya, dan dia menatap langsung pada ibunya lalu berkata, “Bu, Maafkan aku, aku sangat sayang ibu.” Dan kemudian ia mengambil pena dan dalam huruf besar besar ia menulis: “SEMUA HUTANG SUDAH DIBAYAR LUNAS! “. SUMBER:gemintang.com

Filosofi Anak Panah

Ibarat anak panah. Mundur selangkah untuk maju, melesat seribu langkah. Bila Anda seorang Muslim, Anda tentu memahami kerasnya larangan agama bila seorang prajurit lari dari perang. Haditsnya jelas. Tetapi bila dalam keadaan genting, terdesak, maka mundur untuk memasang dan mengatur strategi menjadi hal yang sangat dianjurkan. Saya mengibaratkannya anak panah. Bila ingin dilepas, Anda harus menariknya mundur. Setelah itu lepaskan genggaman tangan Anda dan lihatlah hasilnya.. Betapa jauh anak panah itu melesat. Walaupun mungkin tidak mengenai sasaran yang dibidik, tetapi ia lebih dekat dari mangsanya. Contoh yang lain. Bila seorang siswa ingin bertarung dengan ujian sekolahnya, maka ia harus mempersiapkan amunisinya jauh hari sebelumnya. Ya, belajar. Hasil belajar adalah amunisi yang paling diandalkan untuk memerangi soal-soal ujiannya. Kita memang perlu bahkan sangat butuh mempersiapkan segala sesuatu; fisik mental, dan sebagainya untuk menghadapi kejadian-kejadian yang tidak terduga di depan mata kelak. Bila mendung, langit gelap, awan tebal, bersiaplah basah kuyup bila tidak memakai paying atau menggunakan mantel untuk melindungi tubuh dari kerasnya hujan yang mengguyur. Mundur selangkah... Ada banyak rintangan pada semua fokus mimpi-mimpi kita. Rintangan itu akan senantiasa menghambat laju langkah kita. Pasti. Hanya para pecundanglah, dan orang-orang yang kerdil jiwanya dan bermental plastik yang akan menyerah pada keadaannya. Kalah. Angkat tangan. Bahkan mungkin angkat kaki. Para petarung sejati menatapnya dengan optimis. Bila bercita-cita, mereka melakukan persiapan yang matang untuk menghalau hambatan-hambatannya. Bila kalah, bila jatuh… mereka bangkit lagi. Mereka mundur untuk mengevaluasi kekeliruan-kekeliruan sikap dan tindakannya. Ada repetisi. Ada semangat kompetisi yang membakar jiwanya. Anda tentu mengenal Albert Einstein, J.K. Rowling, Kolinel Sanders, dan orang-orang populer lainnya. Mereka adalah manusia-manusia bermental baja. Kesuksesan yang diraihnya tidaklah digapai dengan mudah. Mereka terjatuh dan bangkit kembali. Mereka tidak pernah menyerah pada musuhnya yang digelari kemalasan. Mereka menatap masa depan penuh optimis. Penolakan, sifat acuh, cacian, gelar-gelar tak terhormat, bukan lagi hal baru dalam hidup mereka. Mereka tumbang dan bangkit lagi. Pada prinsipnya, mari kita melangkahkan kaki selama masih hidup. Bila terjatuh, bangkit kembali. Karena mimpi-mimpi itu hanya diraih oleh orang yang bangun dari tidur lelapnya. Bekali diri, bangun sikap optimis, dan tingkatkan antusiasme berkompetisi positif dalam kehidupan ini. SUMBER:Aswar - kulinet.com

Biola Dengan Dua Dawai

Di sebuah panggung, duduklah seorang violist yang tak dapat melihat. Matanya buta sejak masih kecil, namun ia punya semangat yang luar biasa. Malam itu, ia diberi kesempatan yang langka untuk tampil di depan orang banyak. Tentu saja ia gugup dan takut. Setiap hari, ia selalu berlatih dengan keras untuk konser malam tersebut. Tak sedetik waktupun ia buang untuk melupakan latihan. Ia pernah berkata pada ibunya, bahwa konser itu adalah impiannya. Ia akan sangat bahagia dapat menyuguhkan alunan lagu merdu bagi penonton, hanya itulah keinginannya. Ia pun mulai duduk, memegang biolanya dengan sangat terampil dan segera memainkan sebuah komposisi lagu. Para penonton ada yang memperhatikan, namun tak sedikit pula yang sibuk dengan ponsel atau berbincang dengan teman di sebelahnya. Sampai di pertengahan lagu, tiba-tiba dua dawai biolanya putus. Lagupun terhenti. Suasana menjadi hening... pandangan semua penonton ada padanya. Ia kemudian berdiri. Perlahan, diletakkannya kembali biola di antara bahu dan dagunya. Kemudian, dengan sisa dawai yang ia miliki, dimainkannya lagu indah improvisasi dari nada yang ada. Tentu saja kedengarannya tak seperti komposisi aslinya. Namun, justru lagunya kini membuat semua penonton terdiam, terpaku dan terpukau oleh lagu yang dibawakannya. Violist itu telah kehilangan dua dawai penting pada konsernya, tetapi ia tak mau impiannya hancur hanya karena hal tersebut. Ia berusaha keras menyelesaikan penampilan dengan sisa dawai yang dimilikinya, dan ia berhasil dengan sebuah keajaiban di dalamnya. Banyak kehilangan yang juga kita alami, seperti halnya sang violist. Namun, apakah kemudian kita akan membiarkan kehilangan tersebut menghentikan langkah Anda meraih impian? SUMBER:Agatha Yunita - kapanlagi.com

Nilai Sepuluh Bagi Tina

Tina, cewek berusia 17 tahun, Ia ramah, dan selalu menebar senyum ceriahnya. Tapi, Tina adalah seorang penderita “cerebral palsy”, sejenis kelainan tubuh, dimana beberapa bagian otot-otot tubuhnya kaku dan lumpuh. Karena kelainan ini pula, ia mengalami kesulitan untuk berbicara. Ia harus menggunakan alat bantu untuk menerobos hiruk-pikunya lorong sekolah. Orang-orang agak enggan berbicara dengannya, mengapa ? Entahlah, mungkin karena ia kelihatan ‘berbeda’ dan siswa-siswa tidak tahu atau canggung untuk mendekatinya. Tetapi Tina adalah orang yang ramah. Ia tidak pernah bosan berkata “Hai” dengan orang-orang yang ditemuinya di lorong. Tugas hari ini ialah menghafal puisi yang berjudul “Jangan Putus Asa”. Bobot nilai tugas ini hanya 10, berbeda dengan tugas-tugas lain seperti Quis- yang biasanya aku beri bobot 100 di kurikulum sekolah. Aku jadi ingat sewaktu sekolah dulu, jika ada guru yang memberi tugas dengan bobot nilai 10, pasti aku menganggapnya remeh ..yah karena itu tidak begitu penting, dan tidak berpengaruh banyak pada nilai indeks akhir semesterku. Hari ini aku – seorang guru di sekolah ini – melihat Tina di kelasku untuk mengikuti tugas yang aku berikan pada murid-muridku. Aku menemukan ada yang lain pada dia.. ya ! dibalik senyum cerahnya itu ia seperti menyimpan kekhawatiran.. “Tidak usah cemas Tina” Kataku pada diri sendiri, “Bobot nilainya cuma 10.” Aku mulai melaksanakan tugas yang aku berikan pada murid-muridku. Satu-per-satu mereka maju ke depan kelas – untuk mengucapkan puisi tanpa teks. Dan dapat kuduga, sebagian besar dari mereka ‘lupa’ atau hanya bisa menghapal sepotong dua potong kata dari puisi tersebut. Yah..mereka juga tahu bahwa bobot nilai tugas ini hanya sedikit, dan aku tahu, mereka tidak begitu serius mempelajarinya. Aku mulai bergurau pada mereka, “Jika ada yang masih tidak hapal, Bapak akan langsung suruh kalian push up 10 kali !”. Ya, ini hanya gurauan, dan seisi kelas pun tertawa karena ‘kekesalanku’ ini. Aku tidak sadar, ternyata yang mendapatkan giliran maju ke depan kelas berikutnya adalah Tina. Sepatah demi sepatah Tina mulai mengucapkan bait-bait puisi tersebut. Dan belum sampai akhir bait kedua… Ia mulai lupa. Sebelum aku mulai berkata, tiba-tiba Tina melempar alat bantu jalannya dan mulai mengambil posisi push up. Aku terkejut setengah mati, dan spontan berkata, “Tina, aku hanya bercanda !” Tina pun merangkak mengambil alat bantunya, kemudian – dengan bantuanku ia berdiri lagi, meneruskan puisinya. Dan, Tina berhasil mengucapkan puisi itu secara sempurna ! tidak lupa sama sekali. Dia adalah salah satu diantara 3 muridku yang bisa mengucapkan puisi itu secara sempurna. Ketika selesai berpuisi, salah satu murid bertanya padanya, “Tina,mengapa engkau bersikeras melakukannya ? Bukankah bobot nilainya cuma 10?” Tina memerlukan sedikit waktu sebelum menjawab, “Karena aku ingin seperti kalian, normal !” Keheningan mulai menyelimuti seluruh kelas. Semua tiba-tiba diam – termasuk aku. Kesunyian ini pecah saat ketika seorang siswa berkata, “Tina, sejujurnya kami juga tidak normal, kami hanya anak-anak biasa,sering sekali berbuat kesalahan.” “Aku tahu, ” Jawab Tina dengan senyum lebar menghias wajahnya. Tina memperoleh nilai maksimal saat itu, Sepuluh ! dari bobot nilai yang sebesar 10 juga. Ia juga mendapatkan rasa sayang dan hormat dari teman-teman sekelasnya. Aku tahu betul, baginya, itu jauh lebih berharga dibandingkan nilai yang cuma berbobot sepuluh itu. SUMBER:ceritainspirasi.net

Seperti Apakah Wajah Malaikat Itu?

Saat sedang duduk di pangkuan ibu dan dipeluknya, aku bertanya, "seperti apa sih wajah malaikat itu, bu?" Dan, beginilah jawaban ibuku... Wajah malaikat itu seperti... Seseorang asing yang tiba-tiba menolongmu di jalan Seseorang yang berbagi makanan denganmu, sekalipun ia juga sedang kelaparan Seseorang yang memberikanmu segelas susu, saat kau meminta air putih Seseorang yang tak melihat warna kulitmu, juga berapa uang di sakumu saat mengajakmu bermain Seseorang yang mungkin tubuhnya gemuk, kurus, rambutnya panjang atau pendek, atau bahkan tak memiliki rambut sebatang pun Seseorang yang selalu memberikan senyuman manisnya, di saat kau marah dan berteriak padanya Seseorang yang memberikan jaketnya saat melihat kau kedinginan, dan menyelimutimu agar kau tetap hangat Seseorang yang memberikan separuh tempat duduknya, agar kau bisa duduk bersamanya Seseorang yang terkadang hadir di hidupmu, melalui sosok seorang musuh, teman, kekasih, keluarga, bahkan orang yang membuatmu kecewa Sulit sekali melihat mereka dengan mata tertutup. Tetapi percayalah mereka ada di tempat di mana kau ingin melihatnya. SUMBER:kapanlagi.com

Kekayaan dan Kebahagiaan

Dikisahkan, ada seorang karyawan yang masih muda usia, rajin, dan pekerja keras. Selama bekerja, pantang bagi dia tiba terlambat dan pulang lebih awal. Setiap hari dia berangkat pagi-pagi sekali dan tiba di rumah hingga larut malam. Hal itu dilakukan enam hari dalam seminggu selama bekerja di perusahaan itu. Suatu hari, karena lelah dan ngantuk luar biasa, dia mengalami kecelakaan yang mengharuskannya beristirahat di rumah sakit. Di sana dia bersebelahan ranjang dengan seorang pria paruh baya. Setelah saling bersapa, tidak berapa lama, mereka pun terlibat obrolan seru. "Anak muda, dari ceritamu, bapak tahu kamu serorang pekerja keras dan bersemangat. Apa yang membuatmu begitu?" tanya pria tersebut pada si pemuda. "Saya termotivasi oleh bos saya. Dia orang yang sangat sukses. Kelak saya pun ingin sukses seperti dia, maka saya meneladani sikap dan perilaku bos, agar suatu hari saya bisa sesukses beliau." Si anak muda menjawab dengan penuh semangat. "Darimana kamu menilai kesuksesan bosmu?" "Bosku di usia yang sangat muda sudah menghasilkan harta yang berlimpah, memiliki beberapa perusahaan, dan banyak karyawan. Punya relasi orang-orang hebat. Penampilannya juga sangat menawan, dia selalu berpakaian indah. Pokoknya aku sangat mengagumi dan mengidolakan dia." Lalu, pria itu pun bertanya "Apakah bosmu adalah orang yang bahagia?" Setelah terdiam sesaat, si pemuda menjawab "Eh...saya kira tidak! Saya jarang sekali melihat atau mendengarnya tertawa. Bahkan tersenyum pun bukan hal yang mudah baginya. Dia menderita sakit maag akut. Keluarganya juga berantakan, istrinya pergi meninggalkan dia. Beberapa kali saya pernah ke rumah bos untuk mengantarkan dokumen dan lainnya. Biarpun rumahnya besar, megah dan mewah, tetapi terasa kosong, sepi, dan tampak suram." Pemuda itu melanjutkan berbicara, "Pak, jujur saja, selama ini saya tidak pernah memikirkan tentang kebahagiaan. Bagi saya, sukses adalah kaya, hebat, dan keren. Tetapi, sekarang saya tahu, memiliki rumah dan uang yang banyak, ternyata tidak menjamin kebahagiaan." "Lihatlah anak muda, Tuhan begitu sayang kepadamu. Kecelakaan kecil hari ini, memberimu waktu untuk berpikir dan membenahi diri. Kerja kerasmu selama ini adalah sikap yang baik dan positif, asalkan kamu tahu untuk apa itu semua. Ingin kaya tidaklah salah, tapi usahakan menjadi orang kaya yang bahagia!" Kerabat Imelda...Memiliki kekayaan sebanyak apapun tidak menjamin kebahagiaan orang. Apalagi bila memperolehnya dengan jalan yang tidak halal atau melanggar hukum alam, hukum negara, serta mengorbankan nama baik dan kehormatan diri sendiri dan keluaga. Rasanya, semua nantinya akan sia-sia. Mari tetap semangat dalam berkarya & berikhtiar dengan cara yang positif, baik, dan halal! Bangun kesuksesan dengan seimbang tanpa mengesampingkan kebahagiaan diri sendiri apalagi keluarga. SUMBER: Andrie Wongso - andriewongso.com

Hewan Ciptaan Tuhan Yang Menginspirasi

Apakah Anda pernah mendengar ungkapan 'kelakuanmu seperti binatang!'? Dalam kebanyakan kasus, ketika seseorang berkata seperti itu ke orang lain, mereka ingin hanya sekedar mengejek atau dia tidak suka dengan kelakuan orang tersebut. Tetapi kita tidak pernah berpikir bahwa binatang tidak hanya makhluk bodoh tanpa intelektualitas, mereka juga dapat mengajarkan kita banyak hal.Apa yang dapat kita pelajari dari hewan? Kita dapat mempelajari beberapa hal dari hewan berikut ini. Yang pertama : Singa Sesuatu yang dapat kita pelajari dari singa adalah: apa pun yang kita lakukan, kita harus melakukannya dengan sepenuh hati dan dengan segenap kekuatan kita. Seperti yang kita tahu, singa selalu mengejar hewan buruannya dengan sekuat tenaga dan tidak akan berhenti mengejar sampai hewan buruannya lemah tak berdaya dalam cengkramannya. Dalam kehidupan kita sebagai manusia, hewan buruan ini adalah ibarat dari cita-cita. Contohlah singa, jangan pernah berhenti sebelum apa yang Anda cita-citakan dapat Anda raih. Semangat! Yang kedua : Ayam jantan Ayam jantan dapat mengajarkan empat hal penting pada manusia. Contohnya bangun tidur tepat waktu. Seperti yang kita tahu, setiap pagi ayam jantan tidak pernah melewatkan waktunya untuk berkokok. Hal ini dapat Anda jadikan contoh dalam kehidupan Anda, yaitu untuk membiasakan diri bangun pagi dan tepat waktu sebelum ayam jantan berkokok.Hal lainnya yang dapat kita pelajari adalah keberanian. Ayam jantan selalu membusungkan dadanya ketika berkokok dan itu dianggap sebagai simbol kepercayaan diri yang erat dengan keberanian. Seekor ayam jantan pun selalu berusaha adil dalam membagikan jatah cacing pada pasangan atau anak-anaknya. Dari sini dapat kita contoh bahwa Anda dapat berlaku adil bagi keluarga dan pasangan Anda, mungkin dalam hal pembagian warisan pun Anda dapat meniru sikap adil ayam jantan. Sikap terakhir yang dapat kita sontek dari ayam jantan adalah kemandirian. Ayam jantan selalu berusaha sendiri dan gigih untuk mendapatkan makanannya. Kemandirian dan bahkan kegigihan inilah yang dapat Anda terapkan dalam kehidupan Anda sehari-hari. Yang ketiga : Anjing Seperti yang Anda ketahui, anjing adalah binatang yang setia bahkan berani membela tuannya ketika tuannya itu berada dalam bahaya. Kesetiaan seekor anjing ini yang dapat jadikan contoh, setialah pada Tuhan atau bahkan pasangan Anda. Anjing juga bukan tipe hewan yang serakah, meskipun memiliki nafsu makan yang sangat besar, setelah merasa kenyang dia akan berhenti makan. Tidak seperti manusia yang tidak pernah puas akan apa yang dimiliki, dalam suatu hal, sifat ini dapat menjadi sifat positif. Tetapi dalam hal lain, manusia yang tidak pernah puas akan menjadi orang yang serakah dan tidak pernah bersyukur akan apa yang telah ia miliki. Yang keempat : Keledai Bahkan keledai yang sering menjadi lambang kedunguan juga memiliki sesuatu yang dapat Anda tiru. Katakan saja tidak mudah putus asa. Meskipun seekor keledai merasa lelah, dia tetap membawa beban pada punggungnya, tanpa peduli cuaca panas atau dingin, dan dia selalu gembira melakukan itu. Andai saja kita sebagai manusia memiliki sikap itu, pasti apa yang Anda impikan dapat segera untuk diraih. Tetapi jangan lupa, tetap peduli pada kesehatan. Karena bisa jadi, bukan impian yang Anda raih, tapi malah penyakit karena kelelahan yang Anda dapat. Kerabat Imelda....Ternyata hewan juga mempunyai sifat-sifat positif yang dapat kita tiru ya. Mungkin dengan meniru sifat-sifat hewan yang terpuji ini, Anda dapat menjadi manusia yang lebih baik lagi. Be better Ladies! SUMBER: kapanlagi.com

Gadis dan Rumah Emas

Ada seorang gadis kecil tinggal di sebuah rumah kecil yang sangat sederhana, miskin yang berada di kaki bukit dan saat ia tumbuh besar ia pun bermain di kebun yang kecil dan saat itu ia melihat melewati pagar kebun nya dan melintasi lembah melihat pada rumah indah yang tinggi diatas bukit. Rumah ini memiliki jendela emas. Meskipun ia sangat sayang pada kedua orang tuanya akan tetapi dia sangat ingin tinggal di rumah emas yang berada di atas bukit tersebut. Ketika dia beranjak dewasa dan sudah memiliki akal dan keterampilan seperti layaknya anak remaja saat itu maka dia meminta ijin pada Ibunya untuk bersepeda keluar dari kebun tersebut. Setelah memohon berkali kali kepada ibunya akhirnya sang ibu pun luluh hatinya dan mengizinkan anak nya itu untuk bersepeda asalkan tidak terlalu jauh dari kebun nya dan tetap di perkarangan rumah nya. Akhirnya gadis itu pun pergi ke arah tempat di mana rumah berjendela emas tersebut. Setelah melewati lembah dan naik ke atas bukit, dia bertemu dengan seorang kakek tua yang menyadarkan nya. Kakek tersebut berkata ” Materi di atas dunia ini tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan kasih sayang keluarga” Gadis itu pun langsung memutar arah dan berbalik menuju ke arah rumahnya, meninggalkan rumah emas yang dia sangat dambakannya. Saat menuruni bukit dia melihat dari kejauhan, ada rumah kecil yang atapnya, jendelanya, pintunya, semuanya terbuat dari emas, dan di perkarangan rumah tersebut ada dua orang yang terlihat sedang menunggu. Gadis itu pun kaget, ternyata dua orang tersebut adalah kedua orang tuanya yang khawatir akan keselematan anak gadisnya. Dan ternyata rumah yang dia tinggali adalah rumah yang kesemuanya terbuat dari emas. Kerabat Imelda...Materi bukanlah segalanya, kasih sayang adalah yang paling berharga dalam hidup kita. SUMBER:gemintang.com

Iseng yang Positif

Banyak karya besar diawali dari pekerjaan iseng yang tidak begitu diharapkan hasilnya tetapi dilakukan dengan keterampilan sepenuhnya. Istilahnya, jika berhasil disyukuri, seandainya gagal pun tidak diratapi. Mark Zuckerberg, tidak menyangka Facebook akan seperti sekarang. Perbuatan isengnya memindahkan buku data mahasiswa Harvard University ke bentuk online interaktif membuahkan hasil yang luar biasa. Setelah beberapa lama ia kemudian mencium peluang bisnis di sana dan kemudian memfokuskan segenap kemampuannya untuk mengembangkan Facebook hingga menjadi satu fenomena internet seperti sekarang. Facebook pun jadi perusahaan yang menguntungkan dan menjadikan Mark Zuckerberg sebagai anak muda terkaya di dunia. Kerabat Imelda..Siapa pun pernah melakukan pekerjaan iseng, baik iseng yang positif maupun iseng yang negatif. Kita mencandai teman karena iseng. Namun kerap kali perbuatan itu menyebabkan kecelakaan atau pengaruh negatif yang tak terpikirkan. Ini tentu saja iseng negatif. Saya membuat perumpamaan lain yang tadi pagi dibahas di program talkshow rutin saya di Jaringan Radio Sonora dengan membawakan cerita klasik "Kaca Mata Guru", suatu cermin iseng negatif yang fatal. Sekelompok murid menyembunyikan kaca mata gurunya. Tak diduga, ketika pulang dengan mengendarai sepedanya, sang guru mendapat kecelakaan akibat penglihatannya yang kurang jelas karena tidak mengenakan kaca mata. Yang mengenaskan guru itu kemudian meninggal. Murid-murid hanya bisa menyesali perbuatan isengnya. Karena itu, mari hindari perbuatan iseng negatif, dan coba perbuatan iseng positif. Awali dengan melihat apa potensi yang kita miliki. Misalnya, ketika menyadari ada bakat akting, kita iseng-iseng ikutan audisi program televisi. Eh, ternyata diterima. Atau bisa juga, iseng-iseng jualan barang, lama-lama jadi keterusan dan setelah beberapa tahun kemudian sukses menjadi pedagang besar. Jika sudah menemukan iseng positif yang tampak akan membuahkan hasil, coba fokus, pelihara momentumnya, kembangkan, dan tekuni sebaik-baiknya. Setelah itu sukses besar siap menyambut. SUMBER:andriewongso.com

Bercermin Dari Gugurnya Daun

"Bisa nggak ya?", "Kalau gagal gimana ya?" Pertanyaan-pertanyaan itu mungkin saja timbul di benak Anda. Perasaan ragu membayangi semakin lama keraguan menjadi semakin besar. Dan Anda mulai mengambil langkah mundur. Ketika ada kesempatan menunggu Anda untuk meraihnya apa yang biasanya Anda lakukan? Diam atau nekat mengambil kesempatan itu dengan resiko gagal. Setiap orang memang takut gagal, takut kecewa dan itu wajar saja. Namun pernahkah Anda berpikir untuk meraih kesempatan tersebut dan menghadapi segala resikonya? Memang kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di masa depan. Bayangkan saja betapa menyesalnya kita jika satu kesempatan telah terlewat. Setidaknya saat kita ambil kesempatan itu dan gagal, kita masih bisa tersenyum bangga karena pernah mencobanya. Seperti pohon di musim kemarau, ia akan mengugurkan daunnya demi bertahan hidup. Namun kemudian ketika sang hujan datang ia akan bangkit dan membuat daun-daunnya kembali bersemi. Demikian juga Anda akan mencoba bangkit saat Anda jatuh. Lakukan apa yang paling takut Anda lakukan. Jika Anda gagal, jangan ragu untuk mencobanya lagi. Lakukan yang terbaik di kesempatan berikutnya. Nikmati setiap proses dan momennya. Dengan begitu, hidup memang untuk Anda. Ada rencana besar dari-NYA yang sedang menunggu Anda. SUMBER:kapanlagi.com