Thursday, March 26, 2009

Perbedaan Persepsi

Ada seorang ayah yang menjelang ajalnya di hadapan sang Istri berpesan DUA hal kepada 2 anak laki-lakinya :
- Pertama : Jangan pernah menagih hutang kepada orang yg berhutang kepadamu.
- Kedua : Jika pergi ke toko jangan sampai mukanya terkena sinar matahari.

Waktu berjalan terus. Dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun setelah ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu menjadi semakin miskin.

Pada suatu hari sang Ibu menanyakan hal itu kepada mereka.

Jawab anak yang bungsu :
“Ini karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih”.

“Juga Ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus naik becak atau andong, padahal sebetulnya saya bisa berjalan kaki saja, tetapi karena pesan ayah itu, akibatnya pengeluaranku bertambah banyak”.

Kepada anak yang sulung yang bertambah kaya, sang Ibu pun bertanya hal yang sama.
Jawab anak sulung :
“Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah. Karena Ayah berpesan supaya saya tidak menagih kepada orang yang berhutang kepada saya, maka saya tidak pernah menghutangkan sehingga dengan demikian modal tidak susut”.

“Juga Ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam.
Karenanya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup jauh sesudah toko yang lain tutup.”

“Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku menjadi laris, karena mempunyai jam kerja lebih lama”.

MORAL CERITA :
Kisah diatas menunjukkan bagaimana sebuah kalimat di tanggapi dengan presepsi yang berbeda.
Jika kita melihat dengan positive attitude maka segala kesulitan sebenarnya adalah sebuah perjalanan membuat kita sukses tetapi kita bisa juga terhanyut dengan adanya kesulitan karena rutinitas kita… pilihan ada di tangan anda.

‘Berusahalah melakukan hal biasa dengan cara yang luar biasa’

dari milis motivasi

Cerita dari India

Sebuah keluarga mapan dengan dua orang anak hidup di India, Laksmi perempuan berusia 8 tahun dan anak kedua lelaki persis di bawah Laksmi. Pada hari minggu pagi, Laksmi menangis berat dengan air mata menganak suangi, dengan sangat berat hati sambil menangis tersedu-sedu membolak balik sendok di piring yang berisi Yogurt dicampur nasi. Sang ayah, Rahul, dari meja tempat kerjanya sambil memijit-mijit tuts-tuts komputernya, berusaha membujuk Laksmi agar segera menghabiskan Nasi Yogurt – nya. Di India Yogurt campur nasi adalah sarapan pagi yang lazim, karena rasanya asam lidah anak-anak kadang kelu dibuatnya.

Sang Ibu yang sedang memandikan anak bungsunya, turut serta menbujuk rayu Laksmi agar segera menghabiskan sarapanya. Tetapi Laksmi tetap saja menangis sambil membanting-banting sendok ke piring yang masih penuh berisi yogurt dengan nasi. Dengan terpaksa dia berusaha menelan sarapan yang tidak disukainya.

Tetapi tiba-tba Laksmi angkat bicara,; “Saya akan makan sarapan ini sampai habis’’, asalkan papa mami berjanji satu hal pada ku”. Sang ayah melirik istrinya sambil mengerdipkan mata dan menganggukkan kepala kepada suaminya tanda mereka setuju. Tetapi sang ayah berkata, “tapi jangan minta yang bukan-bukan ya!”, “juga jangan minta yang mahal-mahal”. Pikir sang ayah, paling-paling anak ini minta dibelikan mainan baru, atau baju baru, atau sepatu baru. Laksmi menjawab, “ya papi!”. Dengan berat hati laksmi memakan semua Yogurt bercampur nasi yang ada di hadapannya.

Setelah selesai makan Yogurt dan menghapus sisa air mata yang hampir mengering di pipinya, Laksmi menagih janji kedua orang tuanya. Iapun berujar: “Pa aku ingin kepalaku dibotaki”, sang ayah terperanjat setengah tidak percaya dengan permintaan putrinya, tidak menyangka permintaan Laksmi membotaki kepalanya yang ditumbuhi rambut sebahu, yang indah itu. Sang ayahpun bingung dan berusaha mengelak dengan menawarkan Ps baru, pikirnya biarpun mahal asalkan kecantikan putrinya tidak berkurang, bagaimana jadinya kalau putrinya yang imut itu dibotaki kepalanya.

Begitu melihat orang tuanya akan mengelak, Laksmi pun mulai menangis. Sang ayah berpikir, kalau saya tidak menepati janji, berarti saya telah mengajar anak ini menjadi pendusta kelak, pada hal setiap hari saya selalu mengajarkan kepada anak ini untuk menepati janji, tidak berbohong.

Dengan berat hati sang Ayah dan Ibu sepakat menggunduli kepala Laksmi sampai licin. Esok harinya karena kuatir anaknya akan ditertawai teman-teman sekelasnya sang ayah membelikan topi dan bersama Istrinya mengantarkan sang anak ke sekolah. Begitu sampai digerbang pintu sekolah Rahul melihat seorang anak keluar dari mobil, dengan kepala Botak licin bersih persis seperti kepala baru Laksmi. Sang ayah terkejut melihat anak itu, pikirnya cuma Laksmi yang berkepala botak. Diapun lega melihat bahwa bukan hanya putrinya yang berkepala botak, diapun berguman dalam hati, “mungkin ini kebijakan dari sekolah”. Laksmi turun dari mobil dan berlari menghampiri Vijai, bocah lelaki yang baru saja turun dari mobil ayahnya yang berkepala botak itu, sambil bergandengan tangan berlari menuju kelas.

Ayah Vijai menghapiri Rahul, dan berkata, “ Putri anda sungguh berhati mulia tuan’ anda sungguh keluarga yang diberkati Tuhan”. “Anak saya, Vijai sejak kecil kena kanker leukimia dan harus menjalani terapi setiap hari, hingga rambutnya rontok, kemarin dia datang kerumah dan berjanji kepada Vijai bahwa ia akan membotaki rambutnya, karena Vijai tidak mau masuk sekolah lagi karena diejek teman-temanya.”
Di dalam mobil menuju pulang kerumah, sang ayah dan Ibu menangis, air matanya tumpah, tidak menyangka anaknya yang masih kecil itu berkorban sedemikian besar dengan menangis sambil memakan yogurt dengan susah payah. Apakah Tuhan yang sudah ku korbankan padanya?. Sambil menangis ia mengucapap syukur pada Tuhan.

dari milis motivasi

Cerita dari India

Sebuah keluarga mapan dengan dua orang anak hidup di India, Laksmi perempuan berusia 8 tahun dan anak kedua lelaki persis di bawah Laksmi. Pada hari minggu pagi, Laksmi menangis berat dengan air mata menganak suangi, dengan sangat berat hati sambil menangis tersedu-sedu membolak balik sendok di piring yang berisi Yogurt dicampur nasi. Sang ayah, Rahul, dari meja tempat kerjanya sambil memijit-mijit tuts-tuts komputernya, berusaha membujuk Laksmi agar segera menghabiskan Nasi Yogurt – nya. Di India Yogurt campur nasi adalah sarapan pagi yang lazim, karena rasanya asam lidah anak-anak kadang kelu dibuatnya.

Sang Ibu yang sedang memandikan anak bungsunya, turut serta menbujuk rayu Laksmi agar segera menghabiskan sarapanya. Tetapi Laksmi tetap saja menangis sambil membanting-banting sendok ke piring yang masih penuh berisi yogurt dengan nasi. Dengan terpaksa dia berusaha menelan sarapan yang tidak disukainya.

Tetapi tiba-tba Laksmi angkat bicara,; “Saya akan makan sarapan ini sampai habis’’, asalkan papa mami berjanji satu hal pada ku”. Sang ayah melirik istrinya sambil mengerdipkan mata dan menganggukkan kepala kepada suaminya tanda mereka setuju. Tetapi sang ayah berkata, “tapi jangan minta yang bukan-bukan ya!”, “juga jangan minta yang mahal-mahal”. Pikir sang ayah, paling-paling anak ini minta dibelikan mainan baru, atau baju baru, atau sepatu baru. Laksmi menjawab, “ya papi!”. Dengan berat hati laksmi memakan semua Yogurt bercampur nasi yang ada di hadapannya.

Setelah selesai makan Yogurt dan menghapus sisa air mata yang hampir mengering di pipinya, Laksmi menagih janji kedua orang tuanya. Iapun berujar: “Pa aku ingin kepalaku dibotaki”, sang ayah terperanjat setengah tidak percaya dengan permintaan putrinya, tidak menyangka permintaan Laksmi membotaki kepalanya yang ditumbuhi rambut sebahu, yang indah itu. Sang ayahpun bingung dan berusaha mengelak dengan menawarkan Ps baru, pikirnya biarpun mahal asalkan kecantikan putrinya tidak berkurang, bagaimana jadinya kalau putrinya yang imut itu dibotaki kepalanya.

Begitu melihat orang tuanya akan mengelak, Laksmi pun mulai menangis. Sang ayah berpikir, kalau saya tidak menepati janji, berarti saya telah mengajar anak ini menjadi pendusta kelak, pada hal setiap hari saya selalu mengajarkan kepada anak ini untuk menepati janji, tidak berbohong.

Dengan berat hati sang Ayah dan Ibu sepakat menggunduli kepala Laksmi sampai licin. Esok harinya karena kuatir anaknya akan ditertawai teman-teman sekelasnya sang ayah membelikan topi dan bersama Istrinya mengantarkan sang anak ke sekolah. Begitu sampai digerbang pintu sekolah Rahul melihat seorang anak keluar dari mobil, dengan kepala Botak licin bersih persis seperti kepala baru Laksmi. Sang ayah terkejut melihat anak itu, pikirnya cuma Laksmi yang berkepala botak. Diapun lega melihat bahwa bukan hanya putrinya yang berkepala botak, diapun berguman dalam hati, “mungkin ini kebijakan dari sekolah”. Laksmi turun dari mobil dan berlari menghampiri Vijai, bocah lelaki yang baru saja turun dari mobil ayahnya yang berkepala botak itu, sambil bergandengan tangan berlari menuju kelas.

Ayah Vijai menghapiri Rahul, dan berkata, “ Putri anda sungguh berhati mulia tuan’ anda sungguh keluarga yang diberkati Tuhan”. “Anak saya, Vijai sejak kecil kena kanker leukimia dan harus menjalani terapi setiap hari, hingga rambutnya rontok, kemarin dia datang kerumah dan berjanji kepada Vijai bahwa ia akan membotaki rambutnya, karena Vijai tidak mau masuk sekolah lagi karena diejek teman-temanya.”
Di dalam mobil menuju pulang kerumah, sang ayah dan Ibu menangis, air matanya tumpah, tidak menyangka anaknya yang masih kecil itu berkorban sedemikian besar dengan menangis sambil memakan yogurt dengan susah payah. Apakah Tuhan yang sudah ku korbankan padanya?. Sambil menangis ia mengucapap syukur pada Tuhan.

dari milis motivasi

Wednesday, March 18, 2009

Harimau dan Serigala

Di sebuah hutan, tinggallah seekor serigala pincang. Hewan itu hidup bersama
seekor harimau yang besar berbadan coklat keemasan. Luka yang di derita
serigala, terjadi ketika ia berusaha menolong harimau yang di kejar pemburu.
Sang serigala berusaha menyelamatkan kawannya. Namun sayang, sebuah panah yang
telah di bidik malah mengenai kaki belakangnya. Kini, hewan bermata liar itu tak
bisa berburu lagi bersama harimau, dan tinggal di sebuah gua, jauh dari
perkampungan penduduk.

Sang harimau pun tahu bagaimana membalas budi. Setiap selesai berburu, di
mulutnya selalu tersisa sepotong daging untuk dibawa pulang. Walaupun sedikit,
sang serigala selalu mendapat bagian daging hewan buruan. Sang harimau paham,
bahwa tanpa bantuan sang kawan, ia pasti sudah mati terpanah si pemburu. Sebagai
balasannya, sang serigala selalu berusaha menjaga keluarga sang harimau dari
gangguan hewan-hewan lainnya. Lolongan serigala selalu tampak mengerikan bagi
siapapun yang mendengar. Walaupun sebenarnya ia tak bisa berjalan dan hanya
duduk teronggok di pojok gua.

Rupanya, peristiwa itu telah sampai pula ke telinga seorang pertapa. Sang
pertapa, tergerak hatinya untuk datang, bersama beberapa orang muridnya. Ia
ingin memberikan pelajaran tentang berbagi dan persahabatan, kepada anak
didiknya. Ia juga ingin menguji keberanian mereka, sebelum mereka dapat lulus
dari semua pelajaran yang diberikan olehnya. Pada awalnya banyak yang takut,
namun setelah di tantang, mereka semua mau untuk ikut.

Di pagi hari, berangkatlah mereka semua. Semuanya tampak beriringan, dipandu
sang pertapa yang berjalan di depan rombongan. Setelah seharian berjalan,
sampailah mereka di mulut gua, tempat sang harimau dan serigala itu menetap.
Kebetulan, sang harimau baru saja pulang dari berburu, dan sedang memberikan
sebongkah daging kepada serigala. Melihat kejadian itu, sang pertapa bertanya
bertanya kepada murid-muridnya, "Pelajaran apa yang dapat kalian lihat dari
sana..?".Seorang murid tampak angkat bicara, "Guru, aku melihat kekuasaan dan
kebaikan Tuhan. Tuhan pasti akan memenuhi kebutuhan setiap hamba-Nya. Karena
itu, lebih baik aku berdiam saja, karena toh Tuhan akan selalu memberikan
rezekinya kepada ku lewat berbagai cara."

Sang pertapa tampak tersenyum. Sang murid melanjutkan ucapannya, "Lihatlah
serigala itu. Tanpa bersusah payah, dia bisa tetap hidup, dan mendapat makanan."
Selesai bicara, murid itu kini memandang sang guru. Ia menanti jawaban darinya.
"Ya, kamu tidak salah. Kamu memang memperhatikan, tapi sesungguhnya kamu buta.
Walaupun mata lahirmu bisa melihat, tapi mata batinmu lumpuh. Berhentilah
berharap menjadi serigala, dan mulailah berlaku seperti harimau."

***

Adalah benar bahwa Tuhan ciptakan ikan kepada umat manusia. Adalah benar pula,
Tuhan menghamparkan gandum di tanah-tanah petani. Tapi apakah Tuhan ciptakan
ikan-ikan itu dalam kaleng-kaleng sardin? Atau, adakah Dia berikan kepada kita
gandum-gandum itu hadir dalam bentuk seplastik roti manis? Saya percaya,
ikan-ikan itu dihadirkan kepada kita lewat peluh dan kerja keras dari nelayan.
Saya juga pun percaya, bahwa gandum-gandum terhidang di meja makan kita, lewat
usaha dari para petani, dan kepandaian mereka mengolah alat panggang roti.

Begitulah, acapkali memang dalam kehidupan kita, ada fragmen tentang serigala
yang lumpuh dan harimau yang ingin membalas budi. Memang tak salah jika disana
kita akan dapat menyaksikan kebesaran dan kasih sayang dari Tuhan. Dari sana
pula kita akan mendapatkan pelajaran tentang persahabatan dan kerjasama. Namun,
ada satu hal kecil yang patut diingat disana, bahwa: berbagi, menolong, membantu
sudah selayaknya menjadi prioritas dalam kehidupan kita. Bukan karena hal itu
adalah suatu keterpaksaan, bukan pula karena di dorong rasa kasihan dan ingin
membalas budi.

Berbagi dan menolong, memang sepatutnya mengalir dalam darah kita. Disana akan
ditemukan nilai-nilai dan percikan cahaya Tuhan. Sebab disana, akan terpantul
bahwa kebesaran Tuhan hadir dalam tindak dan perilaku yang kita lakukan. Di
dalam berbagi akan bersemayan keluhuran budi, keindahan hati dan keagungan
kalbu. Teman, jika kita bisa memilih, berhentilah berharap menjadi serigala
lumpuh, dan mulailah meniru teladan harimau.

dari milis motivasi

Tuesday, March 17, 2009

Segitiga Cinta

Ada banyak alasan orang untuk menikah. Ada yang bilang bahwa pasangannya enak diajak bicara. Ada yang bilang pasangannya sangat perhatian. Ada yang bilang merasa aman dekat dengan pasangannya. Ada yang bilang pasangannya macho atau sexy. Ada yang bilang pasangannya pandai melucu. Ada yang bilang pasangannya pandai memasak. Ada yang bilang pasangannya pandai menyenangkan orang tua. Pendek kata kebanyakan orang bilang dia COCOK dengan pasangannya.

Ada banyak alasan pula untuk bercerai. Ada yang bilang pasangannya judes, bila diajak bicara cenderung emosional. Ada yang bilang pasangannya sangat memperhatikan pekerjaannya saja, lupa kepada orang-orang di rumah yang setia menunggu. Ada yang bilang pasangannya sangat pendiam, tidak dapat bertindak cepat dalam situasi darurat, sehingga merasa kurang terlindungi. Ada yang bilang pasangannya kurang menggairahkan. Ada yang bilang pasangannya gak nyambung kalau bicara. Ada yang bilang masakan pasangannya terlalu asing atau terlalu manis. Ada yang bilang pasangannya tidak dapat mengambil hati mertuanya. Pendek kata kebanyakan orang bilang bahwa dia TIDAK COCOK LAGI dengan pasangannya.

Kebanyakan orang sebetulnya menikah dalam ketidakcocokan. Bukan dalam kecocokan. Ahli psikologi menyebut kecocokan-kecocokan diatas sebagai sebuah ilusi pernikahan. Dua orang yang pada waktu pacaran merasa cocok tidak akan serta merta berubah menjadi tidak cocok setelah mereka menikah.

Ada hal-hal yang hilang setelah mereka menikah, yang sebelumnya mereka pertahankan benar-benar selama pacaran. Sebagai contoh, pada waktu pacaran dua sejoli akan saling memperhatikan, saling mendahulukan satu dengan yang lain, saling menghargai, saling mencintai. Lalu/ apa yang dapat menjadi pengikat yang mampu terus mempertahankan sebuah pernikahan, bila kecocokan-kecocokan itu tidak ada lagi? Jawabannya adalah KOMITMEN.

Seorang kawan saya di Surabaya membuat sebuah penelitian, perilaku selingkuh kaum adam pada waktu mereka dinas luar kota dan jauh dari anak/isterinya. Apa yang membuat pria-pria tersebut selingkuh tidak perlu dijabarkan lagi. Tetapi apa yang membuat pria-pria tersebut bertahan untuk tidak selingkuh? Jawaban dari penelitian tersebut sama dengan diatas yaitu : KOMITMEN.

Hanya komitmen yang kuat mampu menahan gelombang godaan dunia modern pada waktu seorang pria berada jauh dari keluarganya. Begitu pula sebaliknya, pada kasus wanita yang berselingkuh.

Komitmen adalah sebagian dari cinta dalam definisi seorang psikolog kenamaan bernama Sternberg. Dia menyebutnya sebagai “triangular love” atau segitiga cinta dimana ketiga sudutnya berisi: Intimacy (keintiman), Passion (gairah) dan Commitment (komitmen). Sebuah cinta yang lengkap dalam sebuah rumah tangga selayaknya memiliki ketiga hal diatas.

Intimacy atau keintiman adalah perasaan dekat, enak, nyaman, ada ikatan satu dengan yang lainnya.

Passion atau gairah adalah perasaan romantis, ketertarikan secara fisik dan seksual dan berbagai macam perasaan hangat antar pasangan.

Commitment atau komitmen adalah sebuah keputusan final bahwa seseorang akan mencintai pasangannya dan akan terus memelihara cinta tersebut “until the death do us apart”.

Itulah segitiga cinta karya Sternberg yang cukup masuk akal untuk dipelihara dalam kehidupan rumah tangga. Bila sebuat relasi kehilangan salah satu atau lebih dari 3 unsur diatas, maka relasi itu tidak dapat dikatakan sebagai cinta yang lengkap dalam konteks hubungan suami dan isteri, melainkan akan menjadi bentuk-bentuk cinta yang berbeda.

Sebagai contoh :

Bila sebuah relasi hanya berisi intimacy dan commitment saja, maka relasi seperti ini biasa disebut sebagai persahabatan.

Bila sebuah relasi hanya bersisi passion dan intimacy saja tanpa commitment, maka ia biasa disebut sebagai kumpul kebo. Bila sebuah relasi hanya mengandung passion saja tanpa intimacy dan commitment, maka ia biasa disebut sebagai infatuation (tergila-gila)

Intinya adalah.... jika ingin membuat hubungan menjadi lebih baik tanamkan dalam hati tentang arti commitment yang sebenarnya. Itulah arti cinta yang sebenarnya................


dari milis motivasi

Monday, March 16, 2009

Small Things with Great Love

Kita mungkin tidak bisa melakukan hal besar, Tapi kita bisa melakukan hal kecil dengan Cinta yang Besar. ( Da Ai )

Inilah cerita dari ibu Teresa sebelum kematiannya :
” Kalau saya memungut seseorang yang lapar dari jalan, saya beri
dia sepiring nasi, sepotong roti. Tetapi seseorang yang hatinya
tertutup, yang merasa tidak dibutuhkan, tidak dikasihi, dalam
ketakutan, seseorang yang telah dibuang dari masyarakat - kemiskinan
spiritual seperti itu jauh lebih sulit untuk diatasi.”


Mereka yang miskin secara materi bisa menjadi orang yang indah.
Pada suatu petang kami pergi keluar, dan memungut empat orang dari
jalan dan salah satu dari mereka ada dalam kondisi yang sangat buruk.
Saya memberitahu para suster : “Kalian merawat yang tiga; saya akan
merawat orang itu yang kelihatan paling buruk.”

Maka saya melakukan untuk dia segala sesuatu yang dapat dilakukan,
dengan kasih tentunya. Saya taruh dia di tempat tidur dan ia memegang
tangan saya sementara ia hanya mengatakan satu kata : ” Terima kasih “,
lalu ia meninggal.

Saya tidak bisa tidak, harus memeriksa hati nurani saya sendiri.
Dan saya bertanya : ” Apa yang akan saya katakan, seandainya saya
menjadi dia ?” dan jawaban saya sederhana sekali. Saya mungkin berusaha
mencari sedikit perhatian untuk diriku sendiri. Mungkin saya berkata :
” Saya lapar, saya hampir mati, saya kedinginan, saya kesakitan, atau
lainnya”.

Tetapi ia memberi saya jauh lebih banyak, ia memberi saya
ucapan syukur atas dasar kasih. Dan ia meninggal dengan senyum di wajahnya.
Lalu ada seorang laki -laki yang kami pungut dari selokan, sebagian
badannya sudah dimakan ulat, dan setelah kami bawa dia ke rumah
perawatan ia hanya berkata : “Saya telah hidup seperti hewan di jalan,
tetapi saya akan mati seperti malaikat, dikasihi dan dipedulikan.”
Lalu, setelah kami selesai membuang semua ulat dari tubuhnya, yang
ia katakan dengan senyum ialah : ” Ibu, saya akan pulang kepada Tuhan”
lalu ia meninggal.

Begitu indah melihat orang yang dengan jiwa besar tidak mempersalahkan
siapapun, tidak membandingkan dirinya dengan orang lain.
Seperti malaikat, inilah jiwa yang besar dari orang-orang yang kaya
secara rohani sedangkan miskin secara materi.

* Hidup adalah kesempatan, gunakan itu.
* Hidup adalah keindahan, kagumi itu.
* Hidup adalah mimpi, wujudkan itu.
* Hidup adalah tantangan, hadapi itu.
* Hidup adalah kewajiban, penuhi itu.
* Hidup adalah mahal, jaga itu.
* Hidup adalah kekayaan, simpan itu.
* Hidup adalah kasih, nikmati itu.
* Hidup adalah janji, genapi itu.
* Hidup adalah kesusahan, atasi itu.
* Hidup adalah nyanyian, nyanyikan itu.
* Hidup adalah perjuangan, perjuangkanlah itu
* Hidup adalah tragedi, hadapi itu.
* Hidup adalah petualangan, lewati itu.
* Hidup adalah keberuntungan, laksanakan itu.
* Hidup adalah terlalu berharga, jangan rusakkan itu.
* Hidup adalah hidup, berjuanglah untuk itu.

” We can do no great things, only small things with great love. ”
Mother Teresa

dari milis motivasi

Tuesday, March 10, 2009

Belajar Pada Air

Belajarlah pada sifat air…
1. Tidak mengalah
2. Tidak mengalahkan
3. Sampai tujuan

Tujuan air adalah laut.. Dari mata air di puncak gunung, air mengalir lewat sungai menuju laut.
Ketika jalannya terhalang oleh batu batu sungai, ia tidak mengalah, tapi ia juga tidak perlu mengalahkan batu itu. Ia lewat disampingnya.
Ketika dibendung oleh manusia dan tak dapat lagi mengalir, ia tidak mengalah. Ia tidak perlu mengalahkan bendungan itu, tapi ia meresap menjadi mata air di tempat yang lain atau menjadi uap air lalu menjadi hujan di tempat yang lain dan menjadi mata air di tempat yang lain.
Yang pasti, ia tetap pada tujuannya yaitu laut, tanpa mengalahkan batu batu sungai, bendungan, dll. Tidak pernah ia menyerah pada apa yang telah menjadi tujuannya yaitu laut. Semua itu dicapainya tanpa mengalah dan mengalahkan perintangnya.
Belajarlah darinya.

dari milis motivasi

Monday, March 09, 2009

BALADA WANITA RENTA, SEBATANG KARA YANG BUTA MATA

Jika Anda tinggal di Madiun, dan tinggal di dekat wanita ini, Anda akan mengenal Wanita malang ini. Mbah Lasinem Namanya. Usianya sudah sangat lanjut. Kalau kita mengamati dengan seksama raut wajahnya, keriput diseluruh wajah selain mencerminkan usia yang renta juga menyiratkan penderitaan hidup yang beliau alami. Ketika semua saudara kandungnya sudah tiada dipanggil menghadap Sang Kuasa, beliau harus menjalani hidup dalam keadaan buta. Suami yang biasa menjadi tempat berbagi duka dan sukapun telah tiada. Sementara anak yang jadi penghias keindahan rumah tangga, yang diharapkan bisa menjadi teman juga tiada pernah diberikan oleh Sang Pemilik Jagat Raya.

Susah dan papa sudah menjadi bagian hidupnya, kemana mau cerita jika semua kerabatnya nasibnya juga tidak jauh berbeda. Tetap saja simbah kita yang satu ini setiap hari hanya merenung dan menghitung sisa hari. Jika hujan turun, rintik hujanlah yang menemani. Atap rumah yang bocor selalu menjadi bagian hidup di musim hujan yang selalu membasahi lantai rumahnya yang terbuat dari tanah dan masih alami.

Ya inilah rumah yang menjadi bagian Mbah Lasinem . Rumah yang selalu menaunginya dikala sang surya menebar cahaya garangnya. Tapi jangan dibayangkan apa yang ada di dalam rumah itu adalah barang-barang berharga. Hanya ada sebuah kursi usang yang cukup untuk duduk sendiri perempuan renta yang buta ini. Jangan berharap ada kitchen set di rumah ini. Meja makan yang reyot. Jika Anda bersandar di meja itu baru benar-benar yakin kalau meja itu sudah sangat usang. Itupun jika Anda tidak percaya dengan penglihatan Anda bahwa meja itu sudah begitu usang dan saatnya diganti.

Siapapun, jika dalam kondisi sangat renta dan lagi buta, pasti akan berharap akan tersedia makanan barang sedikit di mejanya. Tapi Anda harus yakin bahwa di rumah Mbah Lasinem itu tidak ada. Ketika LMI datang menjelang sore, yang tampak diatas meja hanyalah nasi beberapa sendok yang tertutup tempat makan transparan bukan keluaran Tupperware. Ya. Hanya itu yang terlihat. Sisa nasi tadi pagi. Nasi pemberian tetangga sebelah. Tanpa terlihat ada sayur dan lauknya, mungkin sudah habis untuk makan tadi pagi. Kalaupun Mbah Lasinem mau makan, mungkin juga terasa kurang enak. Bukan hanya karena tak ada lagi sayur dan lauknya, melainkan karena sudah banyak semut yang mendahuluinya memakan nasi itu.

Tidur adalah saat yang paling nyaman bagi Mbah Lasinem. Tapi kalau Anda yang tidur di tempat tidur Mbah Lasinem, mungkin Anda tak pernah berharap untuk mengulanginya. Bagaimana tidak, spring bed Mbah lasinem hanyalah PRING BED. Sebuah dipan bambu tanpa kasur. Dipan bambu itu hanya beralaskan tikar plastik. Jangan Anda mencari selimut disana, karena mbah Lasinem memang tak pernah memiliki atau memakainya.

Tak usah Anda mencari Air Conditioner atau sekedar kipas angin, karena rumah Mbah Lasinem tidak ada aliran listrik. Jika Anda menginginkan hembusan angin, dinding rumah Mbah lasinem akan memberikan cukup angin untuk mendinginkan badan dan mengeringkan keringat yang bercucuran. Angin akan sangat mudah masuk menerobos dinding anyaman bambu, tak peduli siang atau malam, tak peduli hari yang panas maupun malam yang dingin.

Kita tidak usah sombong menutup hidung jika malam hari bertandang, asap dari obat nyamuk bakar akan memenuhi ruangan rumah yang hanya terdiri satu ruangan itu. Itulah cara Mbah Lasinem mengusir nyamuk-nyamuk nakal yang ada di rumahnya.

Saudara, banyak diantara kita yang bergelimangan harta, yang halal maupun yang haram. Apapun itu. Dari mulai gaji, honor kegiatan, Uang makan, tunjangan jabatan. Belum lagi hasil usaha di luar, bunga tabungan, saham, kontrakan, rental atau hanya sekedar bisnis pulsa. Kita akan buang-buang dan kita belanjakan sesuka kita.

Kita banyak lupa saudaraku, Mbah Lasinem juga memiliki hak atas harta kita. Ingat saudara, 2,5% setiap harta Anda adalah milik mereka-mereka yang tidak mampu, fakir miskin, anak-anak yatim dan orang-orang yang membutuhkan. Apakah kita akan menjadi orang yang serakah dengan memakan 100% penghasilan kita? 2,5% yang menjadi hak fakir miskin jika tidak kita keluarkan, suatu saat akan diambil oleh Allah. Jika Allah mengambil, maka Dia akan mengambil dalam bentuk musibah, Kehilangan, kerugian, penyakit dan bahkan kematian.

Untuk itu, jangan biarkan 2,5% bagian harta fakir miskin merusak harta Anda yang 97,5%.

dari milis motivasi

Menjadi Yang Terbaik Itu Urusan Pribadi

'Be the best!' begitu kata para pakar pemberi semangat. Jadilah yang terbaik. Kita meyakini bahwa dengan menjadi yang terbaik, kita akan berhasil meraih kesuksesan. Kemudian, kita menengok ke kiri dan ke kanan. Menyaksikan betapa teman-teman kita telah berprestasi tinggi sehingga semangat untuk menjadi yang terbaik mendorong kita untuk melampaui pencapaian-pencapai an mereka. Dengan begitu, kita menjadi manusia yang sangat kompetitif. Permasalahan yang muncul kemudian adalah; kita sering lupa bahwa untuk melampaui kinerja orang lain, kita perlu mengindahkan etika. Bahwa dalam berkompetisi ada rambu-rambu yang perlu kita ikuti. Jika tidak, maka kita akan melakukan 'cara apa saja' demi meraih gelar manusia terbaik itu. Mengapa manusia seperti kita sering terjebak pada situasi seperti itu?

Itu karena kita cenderung menganggap konsepsi menjadi yang terbaik itu sebagai sebuah gagasan untuk membanding-bandingk an diri kita dengan orang lain. Kita merasa berkewajiban untuk menjadi 'lebih' dari orang lain. Jika teman-teman kita di kantor pada rajin, maka 'be the best' secara salah kaprah berarti; 'lebih rajin daripada orang lain'. Jika orang lain pintar, maka kita mesti 'lebih' pintar dari orang itu. Jika orang lain hebat, maka kita harus 'lebih' hebat darinya. Maka, akhirnya kita terjebak pada proses pengejaran orang lain, atau berlari meninggalkan mereka dibelakang. Tetapi, apakah salah jika kita mempunyai sifat kompetitif seperti itu? Mungkin tidak salah. Namun, kita sering menjadi tidak sadar bahwa hidup kita menjadi sekedar berkutat pada perlombaan tak berkesudahan itu.

Memangnya apa pasal jika demikian? Kelihatannya memang tidak ada persoalan. Namun, jika kita tilik lebih dekat, semangat kompetitif itu merupakan salah satu sumber kecemasan manusia modern. Orang bisa tidak tidur nyenyak hanya gara-gara temannya dikantor mendapatkan rating appraisal lebih baik dari dirinya. Orang bisa gelisah hanya gara-gara orang lain hampir menyaingi dirinya dalam suatu tugas tertentu. Pendek kata, para mediocre berpusing ria untuk bisa melampaui orang-orang hebat. Sedangkan orang-orang hebat berdebar jantung karena tiba-tiba saja mereka mendapati para pendatang baru menunjukkan potensi untuk menjadi pesaing handal dimasa depan.

Itulah sebabnya, dijaman ini kita sering menemukan orang yang berusaha mati-matian menghambat pertumbuhan dan perkembangan orang lain. Ada pula yang begitu protektif kepada kedudukannya. Atau, mereka yang begitu pelit untuk sekedar berbagi ilmu kepada koleganya. Karena, mereka tahu bahwa orang-orang disekitarnya mempelajari sesuatu untuk menjadi ancaman dikemudian hari. Dan kita tahu bahwa semua itu dibahanbakari oleh sebuah konsepsi yang keliru tentang 'being the best'. Mengapa saya harus menolong orang lain untuk menjadi 'the best'? Bukankah jika dia menjadi 'the best' maka itu berarti bahwa mungkin saya sudah tidak the best lagi?

Sesungguhnya menjadi 'the best' itu adalah sebuah perjalanan pribadi. Bukan perjalanan yang melibatkan orang lain. Dan itu berarti bahwa sama sekali tidak ada hubungan antara 'menjadi yang terbaik' dengan melampaui orang lain. Lho, kok begitu? Ya memang begitu. Sebab, menjadi yang terbaik itu seharusnya diletakkan pada konteks 'menjadi manusia terbaik sesuai dengan kapasitas diri sesungguhnya' . Dengan begitu, kita tidak akan terlampau pusing apakah orang lain lebih baik dari kita atau tidak. Sebab, jika kita sudah menjadi yang terbaik sesuai dengan kapasitas diri kita, maka kekhawatiran itu mesti tidak ada lagi.

Teman anda mengatakan bahwa dia bisa melakukan ini dan itu, sedangkan anda tidak. Jika anda menempatkan konsep 'be the best' secara keliru, maka Anda akan panas mendengarnya. Lalu anda mati-matian berusaha agar bisa melakukan hal yang sama, atau mungkin juga anda melakukan sesuatu agar saingan anda tidak lagi bisa melakukan hal itu. Sebaliknya, dengan konsepsi yang benar; anda akan menerima kenyataan bahwa memang orang itu bisa melakukan ini dan itu. Tetapi, anda sendiripun sadar bahwa ada banyak hal lain yang anda bisa lakukan tetapi orang itu tidak. Benarkah? Tentu benar. Karena, kita percaya bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Dan itu berarti, kita mengakui kalau orang lain memiliki kelebihan dari kita. Jadi, kita tidak akan panas hati ketika ada orang mengkalim diri lebih baik dari kita. Dan itu juga berarti kita menyadari bahwa kita memiliki kelebihan dari orang lain. Jadi, meskipun mereka lebih dalam hal-hal tertentu, kita juga pasti lebih dalam hal lain. Juga berarti bahwa meskipun anda hebat dalam hal-hal tertentu, anda bersedia menerima kenyataan bahwa orang lain lebih baik dari anda dalam hal lain.

Dengan konsepsi itu juga, kita bisa membebaskan diri dari sebuah persaingan penuh kecemasan seperti itu. Persaingan yang sering menjebak kita untuk melakukan tindakan-tindakan tidak sportif, atau memaksakan diri melakukan sesuatu yang sesungguhnya diluar kemampuan kita. Sebaliknya, konsepsi itulah yang bisa membawa kita kepada dua hal, yaitu; (1) ikut senang atas kehebatan dan keunggulan orang lain, dan (2) bersemangat untuk menemukan 'hal terbaik' apa yang bisa kita temukan dalam hidup kita. Sehingga, kita berkesempatan untuk mengakui fitrah Tuhan tentang kenyataan bahwa; setiap manusia itu dilahirkan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dan kita bisa mengikuti apa yang Tuhan inginkan, yaitu; saling melengkapi satu sama lain.

ditulis :Dadang Kadarusman
dari milis motivasi

Sunday, March 08, 2009

Aku Sakit Kau Tak Menjengukku

Pada saat heningnya malam itu, kawan saya tiba-tiba bertemu dengan Nabi
Muhammad. Ia kaget setengah mati. Bahkan sangat canggung sikapnya.
Barangkali takut, atau, lebih tepat, ia dihinggapi semacam rasa pekewuh yang
amat merepotkan hatinya.

“Nah, sahabatku,” berkata Nabi. “Kamu sebenarnya sayang sama aku atau tidak,
sih?”

Agak gelagapan kawan saya menjawab pertanyaan Nabi.

“Sayang sih, sayang wahai Nabi….”

“Kenapa kamu tidak pernah ingat aku? Kenapa kamu tidak pernah menyebut
namaku?”

“Aduh, Nabi, gimana yaaa, …”
Ia gemetar, “bukannya tidak cinta. Tapi mana sempat, ya, Nabi. Waktuku
terkuras habis, bahkan kurang, untuk mengingat-ingat Allah. Juga tak ada
lagi ruang bagi yang selain Ia. Mulutku, darah dan urat syarafku, hati dan
jiwaku seakan sudah hilang lenyap. Tinggal Allah. Allaaah melulu….”

Sungguh tidak enak rasanya. Kawan saya merasa posisinya sangat ruwet.
Sebetulnya ia ingin menjelaskan lebih panjang lebar lagi, tapi mungkinkah
Kanjeng Nabi Muhammad, Rasul Sakti pamungkas segala derajat ilmu itu, tak
mengetahui apa yang ia ketahui? Misalnya, bukankah Muhammad sendiri yang
menganjurkan kita umat manusia tidak menumpahkan seluruh hidup mati ini
kepada yang selain Allah. Kalau bocor sedikit saja, syirik namanya. Wajah
Muhammad tidak boleh kita gambar. Bukankah itu berarti segala apa pun sirna
di hadapan Allah? Memangnya apa yang sungguh-sungguh ada selain Ia?

Pada masa mudanya kawan saya itu selalu bertanya: Mengapa orang-orang tua
selalu menganjurkan agar kita membaca shalawat Nabi dalam situasi-situasi
bahaya? Kok aneh. Kalau pesawat oleng, kalau ada dar-der-dor di sana-sini,
kalau ada bahaya mengancam, kok malah disuruh membaca shalawat yang
mendoakan keselamatan Muhammad. Padahal justru kita yang perlu selamat.
Sedangkan Muhammad sendiri sudah jelas selamat, terjaga, terpelihara,
terpilih di singgasana paling karib di sisi Allah. Akhirnya kawan saya
memperoleh penjelasan bahwa konteks bersalawat adalah keseimbangan jual beli
kita semua dengan Muhammad. Semacam take and give. Kita mendoakan Muhammad,
berarti kita “pasang radar” untuk memperoleh getaran doa Muhammad bagi
keselamatan seluruh umat-Nya. Muhammad itu agung hatinya, amat kasih kepada
semua “anak buah”-Nya di muka bumi, amat merasakan segala situasi hati kita,
duka derita kita semua.

Kawan saya itu bingung: Tuhan menciptakan seluruh alam semesta ini
seolah-olah hanya untuk suatu permainan birokrasi. Sudah jelas semua
manusia, bebatuan, pepohonan, angin, langit, jin druhun prayangan, tidak
bisa tidak kembali kepada-Nya, tetapi itu harus ditempuh melalui berbagai
aturan permainan sandiwara dan kode etik pengembaraan yang dahsyat di satu
pihak dan sepele di lain pihak. Maka, di tengah kegalauan rasa pusing
filosofis, permainan bahaya politik, ekonomi dan budaya, serta di tengah
simpang siur rahasia hidup yang maha tak terduga, kawan saya itu akhirnya
memutuskan untuk memusatkan diri pada Allah saja, Allah, Allaah, Allaaah
terus sampai melewati liang lahad, alam barzakh, dan seterusnya nanti.

Tiba-tiba Kanjeng Nabi Muhammad nongol… menagih cinta. Alangkah tak enak
posisi macam ini! Apa yang terjadi! Ternyata Beliau malah tertawa, “Kamu kok
kelihatan takut, sahabatku. Mengapa?”
“Aku merasa pekewuh, Nabi….”

Nabi tertawa lagi. “Mengapa pakai pekewuh segala? Mungkin kamu orang Jawa,
ya? Kamu pikir aku bakal marah atau tersinggung, ya, karena kamu tidak ada
waktu lagi untuk ingat aku?”
Kawan saya tersipu-sipu.
“Coba, apa sih bedanya kamu ingat Allah dengan ingat aku?” berkata Nabi.
“Kalau kau menumpahkan seluruh hidupmu untuk Allah, cukuplah itu, sama
saja….”

Mendadak Muhammad lenyap dari hadapannya. Kawan saya menarik napas lega.
Haihaaata! Ini pertemuan agung, pertemuan agung! Sebenarnya sudah bisa
diduga bahwa nabi anggun dari Timur Tengah itu bukan tipe manusia cerewet
atau pencemburu yang membabi buta. Ia empan papan, dan mengerti inti jagat.
Tapi diam-diam ada yang tetap mengganjal di hati kawan saya. Itu berkaitan
dengan rahasia hati yang amat diyakininya, namun belum pernah satu kali pun
ia ungkapkan, apalagi kepada manusia, baik di pasar maupun di mesjid.

Pintu rahasia itu pada akhirnya jebol, pada suatu hari, tatkala Allah
bertanya kepadanya, “Hai, sebenarnya kamu itu sayang Aku atau tidak, sih?”
Modarlah kawan saya.
Ketika ia menjawab,”Sayang sih, ya sayang….”

Tuhan terus mengejarnya, persis seperti yang dilakukan oleh Muhammad,
“Mengapa kamu tidak pernah ingat Aku?

Kenapa kamu tidak pernah menyebut nama-Ku?”
Dalam rasa takut yang amat puncak, kawan saya nekad.
“Begini, ya, Tuhan. Aku ini orang melarat. Sekolah saja tidak pernah
rampung. Kalah terus-menerus di segala persaingan, terutama dalam bidang
cari pekerjaan. Makan minumku tak menentu.

Bahkan tempat tinggalku juga selalu darurat. Padahal, aku juga tahu amat
banyak saudaraku yang sama melaratnya dengan aku, bahkan banyak yang jauh
lebih melarat. Aku juga melihat banyak hal yang tidak benar yang dilakukan
oleh penguasa-penguasa manusia dalam manajemen alam semesta ini. Dalam
persoalan ini Tuhan ‘kan jauh lebih mengerti dibandingkan dengan aku. Jadi,
aku tidak perlu omong soal kemiskinan struktural, monopoli ekonomi, atau
kebudayaan jahiliyah modern. Seandainya bisa, aku ini maunya sih, punya
tangan yang besar, panjang, dan kuat, sehingga mampu mengatasi semua problem
ketidakadilan dan ketidakbijaksanaan itu.Tapi aku, Tuhan ‘kan tahu, tidak
punya tangan.

Aku tak memiliki kaki. Darahku tak begitu merah lagi. Tulang-belulangku
tidak lebih dari hanya kayu-kayu kering. Mulutku terbungkam. Aku hanya
tinggal memiliki hati untuk menangis Tapi aku tidak boleh menangis, bukan?
Seluruh waktuku, tenagaku, hidupku, ruang usiaku terkuras habis oleh hal-hal
yang kusebutkan itu. Lalu bagaimana mungkin aku sanggup melunasi utang
cintaku kepada-Mu?

Apakah Engkau masih butuh untuk kuingat dan kusebut nama-Mu?

Aku ini lapar, kau tidak memberiku makan. Aku ini sakit, Kau tidak
menjengukku.

Aku ini kesepian, Kau tidak menyapaku…"



Allah tersenyum. Kalimat-kalimat terakhir itu adalah kata-kata-Nya sendiri.

oleh : Emha Ainun Nadjib

Dari Buku "Slilit Sang Kiai"

Thursday, March 05, 2009

Too Good To Be True

Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acaranya pernikahannya sungguh megah. Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan.

Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria dalam tuxedo hitam yang gagah. Setiap pasang mata yang memandang setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.

Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya, "Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan" katanya sambil menyodorkan majalah tersebut.

"Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita. Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia..."

Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikkan mereka bersama. Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing.

Besok pagi ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya.

"Aku akan mulai duluan ya", kata sang istri.

Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3 halaman... Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa airmata suaminya mulai mengalir...

"Maaf, apakah aku harus berhenti ?" tanyanya.

"Oh tidak, lanjutkan..." jawab suaminya.

Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan bahagia.

"Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu".

Dengan suara perlahan suaminya berkata "Aku tidak mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku. Tidak satupun dari pribadimu yang kudapatkan kurang..."

Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya. Bahwa suaminya menerimanya apa adanya... Ia menunduk dan menangis...

Dalam hidup ini, banyak kali kita merasa dikecewakan, depressi, dan sakit hati. Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut. Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan pengharapan.

Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal yang indah di sekeliling kita?
Saya percaya kita akan menjadi orang yang berbahagia jika kita mampu melihat dan
bersyukur untuk hal-hal yang baik dan mencoba melupakan yang buruk...

dari milis motivasi

Monday, March 02, 2009

Belajar Mendapat Kepercayaan Tuhan

Hakikat kaya...
Ada yang bilang harta itu titipan, benar? kalau begitu bisa dibilang kekayan itu hakekatnya adalah kepercayaan. .? Yupz!
Kepercayaan Tuhan pada kita. Tuhan mengumpulkan rezeki orang lain di tangan kita. Sehinggga seolah rezeki kita lebih banyak dari orang lain. Aku pengen kaya. Mungkin kamu juga. Atau bahkan semua orang..
Dengan menjadi kaya, ladang amal kita diluaskan oleh Tuhan..
Tapi,,
Semudah itukah menjadi kaya?
"Tuhan hanya akan menitipkan sesuatu pada manusia yang Ia percayai"
Sudah terpercaya kah kita?
Sudah terujikah ke'amanah'an kita?
Sudah pantaskah kita mendapat kepercayaan Tuhan?
Jika belum,
Yuks..
Kita mulai belajar..
Untuk mendapatkan kepercayaan Tuhan..
Harta itu amanah
Anak itu amanah
Pasangn hidup itu amanah
Amanah Tuhan yang hanya Tuhan amanahkan pada orang orang yang Ia percaya mampu menjalankan amanah itn..
Kita kah????
Insyaallah. Amin

dari milis motivasi