Wednesday, February 29, 2012

Si Bijak dan Si Angkuh di Rumah Pohon

Si bijak: "Aku telah membuat sebuah rumah pohon dari kayu-kayu kuat yang kudapat kemarin. Mari singgah ke rumahku..." Si angkuh: "Hah, hanya begini saja rumah pohon buatanmu? Buatanku pasti lebih bagus dari ini," saat berkunjung ke rumah pohon si bijak. Si angkuh: "Di dalamnya akan kubuat nyaman dengan AC di sebuah sudut sehingga saat tidur di sana tak akan merasa sepanas ini." Si bijak: "Ah benar kawan, memang itulah yang kita butuhkan. Sebuah jendela, agar udara tidak pengap dan terasa sejuk." Maka si bijak membuat beberapa buah jendela agar udara bisa berganti, dan di dalam terasa sejuk. Keesokan harinya, si angkuh kembali berkunjung ke rumah pohon si bijak. Si angkuh: "Rumah pohonku tak akan sesunyi ini. Di sana pasti ramai dan menyenangkan, banyak hiburan yang akan kubuat agar tidak bosan." Si bijak: "Ah benar, hiburan apa yang bisa kuhadirkan di sini ya?" Si bijak merenung sebentar. Membawa peralatannya kembali, memasang sebuah meja dan mengatur beberapa buku di atasnya. "Rumah pohon ini tentu akan memberikan kenyamanan saat membaca, didukung angin semilir dan suasana yang tenang," pikir si bijak. Si angkuh: "Akan kubangun lift agar tak lelah saat memanjat di rumah pohonku nanti. Lihat saja, betapa sulitnya kita memanjat tadi..." Si bijak: "Terima kasih saudaraku. Kau memang punya banyak ide." Si bijak kemudian mengambil beberapa kayu dan dibuatnyalah anak tangga. Dengan sedikit keterampilannya, ia membuat anak-anak tangga tersimpul kuat dengan tali tambang. Jadilah sebuah tangga yang mempermudah orang yang ingin pergi ke rumah pohon. Si angkuh: "Tentunya aku tak akan sesembrono kamu membiarkan sebuah rumah tak punya pintu. Aku akan membangun sebuah pintu yang terbuat dari emas, indah dengan tatahan permata..." Si bijak: "Wah benar juga, bagaimana jika cuaca hujan, tentunya air akan mudah masuk jika tak ada pintu." Segeralah dibuat sebuah pintu agar semua orang dapat terlindungi di dalam rumah pohon tersebut, tidak panas dan tidak basah jika cuaca berubah..." Suatu hari, si bijak mengundang orang-orang untuk singgah ke rumah pohonnya. Banyak orang yang mengagumi rumah pohon buatan si bijak. Tak sedikit pula orang yang memesan dibuatkan rumah pohon. Sementara si angkuh hanya bisa berkoar, mengoreksi semua pekerjaan si bijak namun tak pernah menunjukkan di mana sebenarnya rumah pohon buatannya. Ingatlah, bahwa sesumbar tak akan menghasilkan apapun. Sebuah kesuksesan diawali dari ide yang digabungkan melalui sebuah usaha. Belajar dari kesalahan dan pengalaman, dan membuat semuanya menjadi lebih baik setiap harinya. Berhentilah berbicara dan sesumbar saja, mulailah semuanya dengan aksi yang paling sederhana. SUMBER: Agatha Yunita - kapanlagi.com

Tapi Itu Terlalu Tinggi...

Melihat para pemain basket NBA itu, seperti melihat tiang-tiang yang sedang berlarian mengejar bola dan mencetak skor. Tetapi, pernahkah Anda menyadari bahwa tak semua pemain basket NBA itu tingginya lebih dari 180 cm? Adalah Tyrone Curtis 'Muggsy' Bogues, mantan pemain basket profesional yang sempat bermain di NBA dan dikenal sebagai pemain terpendek sepanjang sejarah. Tingginya hanya 160 cm saja. Bisa dibilang sebagai pria ia tergolong pendek. Namun, dalam kariernya ia pernah mencetak sebanyak 6.858 poin, 6.727 assists, dan 1.369 steals, sebuah catatan yang mengagumkan untuk pria sependek Curtis. Apalagi bila dibandingkan dengan ring basket yang tingginya 305 cm itu, rasanya tak mungkin apabila ia dapat mencetak skor hingga ribuan kan? Seorang anak pernah bertanya kepada ayahnya, "ayah, bila ring basket dibuat setinggi itu, bagaimana kita bisa mencetak skor dan memasukkan bola? Bukankah itu tinggi sekali, ayah?" Dan ayahnyapun hanya tersenyum, mengajaknya pergi ke lapangan basket dan melihat pertandingan seru yang tengah berlangsung. "Kamu lihat, di antara semua pemain basket itu, adakah yang tingginya sama dengan ring?" tanya sang ayah. Si anakpun hanya menggeleng. Pikirnya, "iya juga ya, tak ada yang setinggi tiang itu, tapi kenapa mereka bisa memasukkan bola itu dengan tepat?" Terdorong oleh rasa penasarannya, si anak mengajak ayahnya turun ke lapangan seusai pertandingan. Diamatinya tiang itu baik-baik. Kemudian pandangannya beralih pada sepatu sang pemain basket. Tak ada apa-apa di balik sepatu tersebut, tak ada jet turbo, tak ada peer, atau apapun yang membuat si pemain bisa melompat ke atas setinggi itu sampai dapat memasukkan bola. Dan tiang yang dilihatnya dari luar lapangan, memang nyata tingginya, bukan hanya fatamorgana. Tetapi mengapa? apakah tiang itu tidak terlalu tinggi? Sang ayah kemudian menjelaskan dengan sangat detail, mengapa para pemain basket itu bisa memasukkan bola ke dalam ring. Rahasianya ada di dalam lompatan dan kekuatan tangan para pemain, dengan gerakan yang tepat, maka shoot! bola pun masuk ke dalam ring. Curtis, pria kelahiran Baltimore ini pernah diragukan, apakah ia dapat berhasil mencetak skor dengan tinggi tubuhnya yang hanya 160 cm. Bisa dilihat, buktinya ia bisa. Target yang ia bidik saat menembak bola memang jauh lebih tinggi dari tubuhnya, tetapi Curtis melompat penuh kepercayaan diri, dengan tambahan teknik tangannya, ribuan bola masuk tepat ke dalam ring dan menghasilkan angka-angka pembawa kemenangan teamnya. Jadi, apakah 'tiang' itu masih terlihat terlalu tinggi untuk Anda? Terlalu tinggi untuk dicapai oleh Anda? Terkadang memang kita berpikir bahwa target yang kita hadapi di dalam hidup ini terlalu tinggi, bahkan hampir mustahil untuk mencapainya. Tetapi, justru target memang dibuat tinggi agar kita dapat mencapainya. Setidaknya apabila memang tidak tepat tercapai sesuai angka yang dipasang, kita bisa mendekati angka tersebut. Itulah yang disebut dengan USAHA. SUMBER: Agatha Yunita - kapanlagi.com

Jangan Menjadi Batu Sandungan

Dikisahkan, ada seorang anak muda yang mempunyai temperamen tinggi. Seringkali karena hal-hal sepele, dia mudah tersinggung dan marah, bahkan bila perlu berkelahi dengan orang lain yang dianggap telah menghinanya. Orangtuanya berkali-kalimenasihati agar belajar bersabar dan mau mengerti orang lain, tetapi si anak tidak menggubris dan menganggapnya sebagai angin lalu. Suatu hari saat berkendara di jalan raya, sepeda motor yang dikendarai bersama temannya dilanggar oleh orang lain. Sifat pemarahnya pun muncul. Dengan perasaan jengkel, segera saja motor itu dikejar dan dipepet dengan tingkah sok jagoan. Merasa dirinya menang, saat menyaksikan orang tadi meminggirkan motornya, dia pun tancap gas sambil tertawa terbahak-bahak. Tidak lama kemudian terdengar teriakan nyaring disertai bunyi benda terjatuh keras. Rupanya karena tidak konsentrasi pada jalanan, terjadilah kecelakaan yang melukai dirinya sendiri serta teman yang dibonceng. Akibat kecelakaan itu, teman yang dibonceng terpental dan mengalami luka yang cukup parah. Dia sendiri hanya mengalami luka ringan, sedangkan motornya rusak tidak karuan. Saat menengok teman yang dirawat di rumah sakit, dia berjumpa dengan orangtua temannya. Dengan tersipu malu dia berkata, "Maafkan saya Pak, Bu. Saya yang mengendarai dan merusakkan motornya, serta mencelakai Anto. Semua salah saya. Saya akan berusaha meminta orangtua saya untuk membantu biaya perbaikan motor dan biaya perawatan di rumah sakit ini." Ayah si teman menjawab dengan sabar, "Anak muda. Bapak tidak mempermasalahkan biaya rumah sakit dan perbaikan motor. Walaupun harus mengeluarkan uang, itu semua bisa diselesaikan. Yang penting, kita harus bersyukur karena kalian selamat dan hanya mengalami luka-luka yang tidak membahayakan nyawa. Bapak hanya ingin mengingatkan kepada kalian, bahwa hidup ini adalah berkat! Berkat yang tidak boleh disia-siakan oleh siapapun. Maka paling sedikit, berusahalah bermanfaat bagi dirimu sendiri. Jika kalian merasa belum bisa menjadi berkat bagi orang lain, ya setidaknya cobalah jangan menjadi batu sandungan untuk orang lain. Dengan berkendaraan ugal-ugalan, bukan hanya tidak menghargai berkat yang diberikan Yang Maha Kuasa, kalian juga telah menjadi batu sandungan bagi kehidupan orang lain. Itu sungguh hidup yang sia-sia. Bapak tidak ingin kalian menjadi orang seperti itu. Harap kalian mengerti." Kerabat Imelda...Himpitan beban kehidupan, sering kali membuat manusia sekarang ini mudah tersinggung dan sibuk mengumbar emosi. Semakin arogan terasa semakin hebat. Apalagi jika bisa menindas orang lain, akan merasa dirinya jagoan. Hal ini sungguh "penyakit mental" yang tidak perlu dipelihara alias harus segera dibuang! Perlu diingat, bila belum mampu menjadi berkat bagi orang lain, setidaknya jangan menjadi batu sandungan bagi sesama. SUMBER: Andrie Wongso - andriewongso.com

Biji Sawi dan Kesedihan

Pernah ada seorang wanita yang baru saja kehilangan anaknya karena kecelakaan. Dalam kesedihannya dia datang untuk meminta pendapat orang suci yang bijaksana tentang cara untuk menghidupkan anaknya kembali. “Coba bawakan kepadaku biji sawi dari sebuah rumah yang tidak pernah mengenal kesedihan. Saya akan menggunakannya untuk membawa anak Anda kembali ke kehidupan.”. Segera saja wanita itu pergi untuk mencari biji sawi yang diminta oleh orang suci tersebut. Tempat pertama yang ia datangi adalah sebuah rumah besar bergaya modern. Ia mengetuk pintu, dan bertanya “Saya mencari rumah yang tidak pernah mengenal penderitaan. Apakah ini tempatnya? Hal ini sangat penting bagi saya.”. “Anda datang ke tempat yang salah” kata mereka padanya. Mereka mulai mencurahkan semua hal yang tragis yang telah mereka alami. “Saya dapat mengerti apa yang mereka rasakan, karena saya juga sedang mengalami kesedihan yang sama dengan mereka. Dengan pengalaman dan kesedihan ini, maka saya harus membantu mereka melewati masa-masa buruk ini.” Pikirnya. Oleh karena itu ia tetap tinggal dan menghibur mereka sebelum pergi kerumah lain yang belum pernah dikenal kesedihan sebelumnya. Namun kemana pun dia pergi, dari gubuk ke istana, tidak pernah ada satupun rumah tanpa cerita tentang kesedihan dan kemalangan. Selang beberapa waktu, ia menjadi begitu terlibat dalam mendengarkan kisah-kisah sedih orang lain sehingga ia lupa tentang pencariannya untuk itu biji sawi sulit dipahami. Dengan mendengarkan orang lain, ia benar-benar mendorong duka yang ia rasakan keluar dari hidupnya. SUMBER:gemintang.com

Ekor yang Terputus

Alkisah, suatu hari di tepian parit sebuah desa, tampak seekor cicak kecil berusaha berlari menghidari sergapan ular yang sedang kelaparan. Rimbunnya rumput di sekitar situ membantu cicak menyelamatkan diri, tetapi usaha si cicak tidak bertahan lama... Hup, ekor cicak pun tertangkap sang ular. Dengan kekuatan seadanya, cicak berupaya dan terus berjuang untuk meloloskan diri dari ular itu. Demi menyelamatkan nyawanya, cicak menggunakan upaya terakhir dengan memutuskan ekornya dan segera melarikan diri dengan berlari sekuat tenaganya. Kebetulan kejadian itu dilihat oleh seorang petani. Karena merasa kasihan, berkatalah si petani kepada si cicak. "Hai cicak kecil, sungguh beruntung kamu bisa menyelamatkan diri dari santapan si ular. Namun sayang sekali ekormu harus terputus. Apakah kamu merasa sangat kesakitan?" Dengan mata kecilnya, si cicak kecil menatap ke mata simpati si petani sambil menganggukkan kepalanya. Terlihat samar matanya berkaca-kaca. Si petani tersentuh hatinya dan menawarkan bantuannya kepada cicak itu. "Kemarilah cicak, aku akan membantu membalut lukamu. Aku punya obat luka yang mujarab untuk menyembuhkan lukamu." Si petani lalu mengeluarkan sebungkus obat. "Terima kasih, Pak Petani. Kami kaum cicak, biarpun kecil dan lemah tetapi telah dibekali oleh Yang Maha Kuasa kemampuan menyelamatkan diri dari bahaya dengan memutuskan ekor di saat yang genting. Walaupun kami merasakan kesakitan saat melakukan itu, tetapi secara alami, alam akan membantu menyembuhkan dan menumbuhkan ekor seperti semula. Kebaikan hari Pak Tani membalut lukaku, justru akan menghambat pertumbuhan ekor baruku. Terima kasih atas kebaikan hatimu. Aku sendiri sangat bersyukur atas rasa sakit ini. Itu menyadarkan kepadaku bahwa aku harus lebih menghargai kehidupan ini dengan berjuang dan mensyukuri setiap hari yang masih tersisa untukku. Sekali lagi terima kasih dan sampai jumpa pak Tani," si cicak merangkak menjauh sambil memikul rasa sakit yang sangat. Jauh di dalam hatinya, cicak tahu, semua penderitaan ini hanyalah sebuah proses pendewasaan yang harus dilalui. Kerabat Imelda....Kalau menghadapi kesulitan, cobaan, kita hanya bisa merengek, mengeluh minta dikasihani maka nasib tidak akan berubah menjadi lebih baik. Justru harus belajar keras pada diri sendiri untuk tetap tegak, tegar dalam menghadapi setiap masalah yang muncul di hadapan kita. Penderitaan hidup dan rasa sakit tidak akan membuat kehidupan kita berakhir dengan sia-sia, selama kita sadar bahwa di setiap penderitaan dan rasa sakit selalu ada hikmah yang bisa diambil. Yakni sebuah proses untuk menguatkan dan mendewasakan kita, agar kita tumbuh sebagai pribadi yang lebih dewasa dan siap berjuang demi menciptakan kehidupan sukses yang lebih baik dan lebih luar biasa! SUMBER: Andrie Wongso - andriewongso.com

The Secret Power Of Love

Jalaludin Rumi - Filsuf Sufi Balkh/Afganistan abad 12 mengatakan, "Jika engkau bukan seorang pencinta, maka jangan pandang hidupmu adalah hidup. Sebab tanpa cinta, segala perbuatan tidak akan dihitung pada hari perhitungan nanti. Setiap waktu yang berlalu tanpa cinta, akan menjelma menjadi wajah yang memalukan dihadapanNya." Kahlil Gibran - Seniman, Penyair & Penulis Libanon abad 18 mengatakan "Hanya dengan cinta yang indah, kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan duka perpisahan" Saya juga membaca dalam sebuah blog, bahwa salah seorang ahli beladiri terbesar Indonesia yaitu (Alm) Subur Rahardja - pendiri PGB Bangau Putih pernah mengatakan, "Cinta kasih adalah inti kekuatan daya hidup, inti kekuatan daya penyembuhan dan inti kekuatan daya pertumbuhan." Kalau seorang ahli ilmu beladiri saja yang berdasarkan persepsi kita, identik dengan kekuatan dan kecepatan, ternyata mengatakan bahwa inti dari segala kekuatan itu adalah cinta kasih, tentulah tidak perlu diragukan lagi kebenarannya. Saya juga pernah membaca bahwa kekuatan cinta kasih itu membuat kita menjadi tidak dapat disakiti seperti dicontohkan oleh St. Fransiskus dari Asisi bahwa dengan kehadirannya saja suatu daerah yang bergejolak bisa menjadi tenang karena hatinya yang dipenuhi cinta kasih memancar dan bergema ke lingkungan sekelilingnya. Bahkan hewan-hewan buas pun menjadi jinak di hadapannya. Berdasarkan fakta-fakta tersebut tadi maka cinta kasih itu layak untuk kita praktikkan dalam kehidupan kita, dalam pikiran, perasaan, dan tindakan kita. Biarlah keberadaan kita di dunia ini dapat memberikan sumbangsih untuk menjadikan dunia ini menjadi lebih baik dengan keberadaan kita yaitu dengan menyebarkan kebaikan, pikiran dan perasaan cinta kasih. Semalam, saya bermimpi tentang seekor burung merpati putih yang hinggap di atas kepala. Menurut kakak, burung merpati putih adalah lambang dari roh cinta kasih. Terakhir, saya jadi ingat dengan kata-kata yang abadi dari Emmet Fox: Hanya dengan cinta, kesulitan dapat diatasi; sakit dapat diobati; pintu dapat dibuka; teluk dapat dijembatani; dinding dapat diruntuhkan; dosa dapat diampuni.Tak peduli betapa tertanamnya kesulitan, betapa tanpa harapan di masa depan, betapa kacau-balaunya keruwetan, betapa besarnya kesalahan, cinta dapat mengatasi seluruhnya. Bila Anda dapat memberikan cukup cinta, Anda akan menjadi insan paling berbahagia dan berkuasa di dunia. SUMBER:Ana Hakim - andriewongso.com

Gelap Takkan Jadi Gelap Bila Memejamkan Mata

Seorang guru berkata pada muridnya, "wahai murid, saat kau bermeditasi nanti, jangan biarkan seekor harimau masuk ke dalam pikiranmu. Apapun yang muncul di hadapanmu, asal bukan harimau. Jangan pernah ijinkan harimau muncul di pikiranmu." Si muridpun mulai cemas memikirkan perkataan gurunya dan merasa ketakutan. Bagaimana bila ternyata harimau itu memang muncul. Apa yang kira-kira akan terjadi ya? Apakah ia akan selamat ? Apakah harimau itu akan menerkamnya? Ketakutan demi ketakutanmu mulai mengganggu pikirannya, hingga tiba saatnya ia harus bermeditasi... "Guru... guru...." teriak si murid. "Maafkan aku guru, tapi harimau itu memang muncul. Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku ketakutan dan langsung bangun dari meditasiku. Aku takut harimau itu akan menerkamku," kata si murid sambil terisak. Sang gurupun hanya tertawa terkekeh. Tentu saja ia tak terkejut dengan apa yang dilaporkan si murid kepadanya. Ia sudah bisa menebak bahwa muridnya akan ketakutan dan justru si harimau muncul dalam meditasinya. "Anakku... sebenarnya harimau itu hanya ada di pikiranmu. Ia tidak akan menyakitimu, namun bayanganmulah yang membuatmu ketakutan kalau-kalau ia menyakitimu," ungkapnya dan melanjutkan kembali tawanya. Apabila sang guru tak menceritakan tentang si harimau, maka si murid tak akan berpikir negatif. Apabila si murid tak berpikiran negatif, maka ia tak akan ketakutan sampai membuyarkan meditasinya. Inilah yang harus dipetik oleh orangtua dan anak-anak. Sebagai orangtua, hendaknya kita tidak menjejalkan rasa takut kepada anak-anak. Tidak pula membuat mereka takut akan gelap, menceritakan monster atau hantu yang akan memakan mereka jika mereka tidak menuruti nasehat orangtua, atau menakut-nakuti mereka saat mereka akan belajar berjalan. Orangtua, hendaknya memberikan pendampingan dan pengawasan, mengajarkan bagaimana cara melakukan sesuatu hal dengan benar agar anak-anaknya tidak selalu hidup dalam ketakutan. Dan demikian juga anak-anak, hendaknya tidak selalu memunculkan pikiran-pikiran buruk terhadap suatu hal yang akan menimpa mereka. Nasehat orangtua adalah sebuah bimbingan dan pengingat, bukan ancaman yang membuat diri jadi takut dan nyali menciut. Gelap, tak akan menjadi gelap bila kita memejamkan mata. Gelap, tak akan lagi menakutkan bila kita percaya tak ada sesuatu yang menakutkan di sana. SUMBER: kapanlagi.com

Tegar dan Tetap Berjuang

Kelinci dari dulu terkenal sebagai hewan yang bernyali kecil. Ia sering ketakutan tanpa alasan yang jelas dan sesegera mungkin menyingkir bila merasa terganggu keamanannya. Suatu hari, terlihat sekelompok kelinci sedang berkumpul di tepi sebuah sungai. Mereka sibuk berkeluh kesah meratapi nyalinya yang kecil, serta mengeluhkan kehidupan mereka yang senantiasa dibayangi dengan mara bahaya. Semakin lama ngobrol, mereka semakin sedih dan ketakutan memikirkan nasib. Alangkah malangnya lahir menjadi seekor kelinci. Mau lebih kuat tidak punya tenaga, ingin terbang ke langit biru tidak punya sayap, setiap hari ketakutan melulu! Mau tidur nyenyak pun sulit karena terganggu oleh telinga panjang yang tajam pendengarannya sehingga matanya yang berwarna merah pun semakin lama semakin merah saja. Mereka merasa hidup ini tidak ada artinya. Daripada hidup menderita ketakutan terus, mereka berpikir lebih baik mati saja. Akhirnya mereka mengambil keputusan untuk bunuh diri dengan cara melompat dari tepian tebing yang tinggi dan curam. Maka, para kelinci berbondong-bondong menuju ke arah tebing. Saat mereka melewati pinggir sungai, ada seekor katak yang terkejut melihat kedatangan kelinci yang berjumlah banyak. Dengan tergesa-gesa, si katak yang ketakutan itu melompat ke sungai untuk melarikan diri. Kelinci memang sering menjumpai katak yang melompat ketakutan saat mereka melintas. Selama ini mereka tidak peduli. Namun kali ini berbeda. Tiba-tiba ada seekor kelinci yang tersadar dari kesedihannya dan langsung berteriak, "Hei, berhenti! Kita tidak usah ketakutan sampai perlu harus bunuh diri! Karena lihatlah, ternyata ada hewan lain yang lebih tidak bernyali dibandingkan kita yakni si katak yang terbirit-birit saat melihat kita!" Mendengar kata-kata itu, tiba-tiba pikiran dan hati kelinci-kelinci lain terbuka - seolah-olah tumbuh tunas keberanian di hati mereka. Maka dengan riang gembira mereka mulai saling membesarkan diri masing-masing, "Iya, kita tidak perlu ketakutan!", "Tuh kan, ada makhluk lain yang lebih pengecut dari kita", "Iya, kita harus semakin berani!" Perlahan-lahan mereka berbalik arah, kembali ke arah pulang dengan riang gembira dan melupakan niat untuk bunuh diri. Kerabat Imelda...Saat keberuntungan sedang tidak memihak kepada kita, jangan suka meratapi nasib yang dirundung malang seakan-akan hanya kitalah makhluk paling menderita di muka bumi ini. Lihatlah di sekeliling kita. Masih begitu banyak orang yang lebih susah, sengsara, dan sial dibandingkan kita. Jika mereka yang hidup dalam kekurangan tetapi mampu menjalaninya dengan tegar dan tetap berjuang, kenapa kita tidak? Apapun keadaan kehidupan kita hari ini, seharusnya kita jalani dengan optimis dan aktif. Nasib tidak akan dapat kita ubah tanpa manusia itu sendiri yang siap mengubahnya karena sesungguhnya sukses adalah hak setiap orang (success is my right); sukses adalah milik siapa saja yang mau berjuang dengan sungguh-sungguh. SUMBER: Andrie Wongso - andriewongso.com

Jangan Mengeluh (sebuah kisah nyata)

Alkisah, ada seorang bangsawan kaya raya yang tinggal di sebuah daerah padang rumput yang luas. Suatu hari, karena ternak yang dipunyainya semakin banyak, sang bangsawan memilih 2 orang anak muda dari keluarga yang miskin untuk dipekerjakan. Yang berbadan tinggi dan tegap dipekerjakan sebagai pengurus kuda. Sedangkan yang berbadan kurus dan lebih kecil dipekerjakan sebagai pengurus ternak kambingnya. Setelah beberapa saat, si badan tegap dengan arogan berkata kepada si badan kecil: "Hai sobat. Aku lebih besar badannya dari badanmu. Aku juga lebih tua darimu. Mulai besok, kita bertukar tempat. Aku memilih untuk mengurus kambing. Dan kamu menggantikan aku mengurus kuda. Awas kalau tidak mau! Dan awas ya, jangan laporkan masalah ini ke tuan kita! Kalau kamu berani lapor atau menolak, tahu sendiri akibatnya! Aku habisi badan kecilmu itu!" Sore hari, dengan muka murung dan langkah gontai dia pulang ke rumah. Sesampai di rumah, melihat muka murung dan kegalauan anaknya, si ibu bertanya: "Nak, ada apa? Ada masalah apa? Coba ceritakan ke ibu". Dengan kasih sayang dan kelembutan, mereka berbincang saat makan malam. Si anak pun menceritakan peristiwa yang tadi terjadi. Dengan bersungut-sungut si anak melanjutkan: "Sungguh tidak adil kan, Bu. Dia mengancam dan memaksa aku untuk mengurus kuda-kuda liar. Dia yang berbadan besar memilih mengurus kambing. Badanku kecil begini, bagaimana aku bisa mengejar-ngejar kuda yang begitu besar. Aduuuh Bu...sungguh jelek nasibku." ?Sambil menunduk lesu dia menghabiskan santap malamnya. ?Si ibu dengan senyum bijak berkata, "Nak. Semua masalah pasti ada hikmahnya. Syukuri, hadapi, dan terima dengan besar hati. Tidak usah memusuhi dan membenci temanmu itu. Ibu percaya, semua kesulitan yang akan kamu hadapi, jika kamu mampu belajar dan kerja keras, pasti akan membuatmu menjadi kuat dan bermanfaat untukmasa depanmu." ?Sejak saat itu, si anak kurus itu dengan susah payah setiap hari bergelut dengan pekerjaan mengurus kuda-kuda yang bertubuh tegap, besar, dan masih liar. Dia harus jatuh bangun mengejar mereka, kadang terkena tendangan, bahkan pernah terinjak hingga terluka parah. Dari hari ke hari keahlian dan kemampuannya menguasai kuda-kuda pun semakin membaik. Tidak terasa, tubuhnya pun berkembang menjadi tinggi, tegap dan perkasa. Hingga suatu hari, terjadi pecah perang antarnegara. Kerajaan membutuhkan prajurit pasukan berkuda. Dan si pemuda pun terpilih sebagai pemimpin pasukan berkuda karena kepiawaiannya mengendalikan kuda-kuda. Di kemudian hari, si pemuda berhasil memimpin dan memenangkan perang yang dipercayakan kepadanya dan dikenal banyak orang karena kebesaran namanya. Dia adalah pemimpin bangsa mongol yang tersohor, bernama: Genghis Khan. Kerabat Imelda...Dalam putaran kehidupan sering kali kita dihadapkan pada keadaan yang sepertinya membuat kita dirugikan, menderita, dan kita pun tidak berdaya kecuali harus menerimanya. Kalau kita larut dalam kekecewaan, marah, emosi, pasti kita sendiri yang akan bertambah menderita. Lebih baik kita anggap ketidaknyamanan sebagai latihan mental dan kesabaran. Mari berjiwa besar dengan tetap melakukan aktivitas yang positif, sehingga sampai suatu nanti pasti perubahan lebih baik, lebih luar biasa akan kita nikmati! SUMBER: Andrie Wongso - andriewongso.com

Kisah Penjual Ikan Segar

Seorang pria tua yang merupakan pedagang ikan membuka toko lalu memasang sebuah papan agar penjualannya meningkat. Papan itu bertuliskan Di Sini Dijual Ikan Segar. Dengan pemasangan papan itu, lebih banyak orang yang membeli ikan di toko pria tua tersebut. Cara berdagang yang menguntungkan. Setelah beberapa jam, seorang pembeli menanyakan, "Kenapa kau tulis Di sini dijual ikan segar? Bukannya semua orang tahu kalau kau memang berjualan di sini, bukan di sana," lalu pedagang tua itu berpikir, benar juga, dan akhirnya dia menghapus kata di sini, sehingga tulisan pada papan hanya Dijual Ikan Segar. Beberapa waktu kemudian, datang seorang pelanggan yang menanyakan, "Kenapa kau tulis dijual ikan segar? Tentu saja yang kau jual ikan segar, bukan ikan busuk," kemudian sang pedagang berpikir ada benarnya juga, lalu tulisan pada papan dihapus menjadi Dijual Ikan. Datang lagi pembeli yang menanyakan, "Kenapa ditulis dijual ikan? Kau tidak sedang membagi-bagikan ikan ini dengan cuma-cuma kan?" pedagang setuju dengan ide itu, lalu mengganti tulisan menjadi Ikan saja. Lalu datang pembeli lain yang tertawa membaca tulisan pada papan, "Kau ini ada-ada saja pak tua, tentu saja yang kau jual ikan, bukan daging ayam, apa kau kira pembelimu bodoh?" Akhirnya penjual ikan itu melepas papan jualannya. Tetapi apa yang terjadi, orang yang membeli ikan-ikannya menurun dibandingkan saat dia memajang papan bertuliskan Di Sini Dijual Ikan Segar. Kerabat Imelda... tak semua ide orang lain harus Anda jalankan untuk menyenangkan hati mereka. Jika saran yang diberikan dirasa tidak mengembangkan kemampuan Anda, Anda berhak untuk menolak ide tersebut. Hidup Anda adalah keputusan Anda, dan menolak ide dari orang lain merupakan hak yang juga milik Anda. SUMBER: kapanlagi.com

Guci Antik Yang Mahal

Pada suatu hari, seorang pasangan menikmati liburan di negeri China. Di sana, mereka berniat membeli guci. Saat melihat sebuah guci yang sangat cantik, mereka protes kepada penjual karena harga guci yang sangat mahal dan tidak masuk akal. Kemudian sang penjual mengatakan guci itu memang pantas diberi harga mahal karena usianya sudah lebih dari 500 tahun. Tiba-tiba keanehan terjadi, guci itu bersuara dan bercerita pada calon pembeli dan penjual, "Tahukah kalian, sebenarnya aku hanya seonggok tanah liat yang kotor dan tak berguna," Karena orang yang mendengar guci yang bisa berbicara itu bengong dan bingung, sang guci kembali bercerita, "Waktu itu aku hanya onggokan tanah liat tak berguna yang dipukul-pukulkan pada papan kayu agar kerikil dan kotoran dalam tubuhku bisa keluar, kalian tahu.. rasanya sakit sekali..." "Setelah itu, pria yang mengambilku menaruh aku di atas meja yang bisa berputar-putar dan aku pusing karenanya, aku sampai menangis karena tidak tahan.. tetapi pria itu seolah-olah tak mendengar dan hanya tersenyum," ujar sang guci. "Tahukah kalian, sesudah itu aku masih disiksa dengan cara dimasukkan ke dalam pemanggang berapi yang sangat panas. Aku berteriak-teriak ketika dimasukkan ke dalam sana. Tiba-tiba tubuhku yang tadinya lunak menjadi keras." "Setelah dipanggang sangat lama, akhirnya aku dikeluarkan. Ternyata siksaan belum berakhir karena pria itu menyiram tubuhku dengan cairan-cairan cat, rasanya perih sekali.. seperti luka yang disiram air panas. Aku memohon-mohon agar penderitaanku berakhir, tetapi pria itu mengatakan kau akan tahu manfaatnya kelak," "Setelah itu tubuhku kembali dibakar, dikeluarkan dari panggangan dan disiram cat lain. Berhari-hari aku harus merasakan sakit, tetapi lama-lama sakit itu hilang dan pria yang membuatku selalu mengelapku dengan kain sutera," "Kemudian beberapa hari setelahnya, pasukan kerajaan membeliku dengan harga yang sangat mahal, aku kaget mengapa mereka membayarku dengan uang sebanyak itu. Terlebih lagi, saat tiba di istana aku diletakkan di tempat yang sangat bagus. Pada saat itu barulah aku tahu bahwa bentukku telah berubah, aku tidak lagi seonggok tanah liat lembek yang kotor dan tak berguna, aku telah berubah menjadi guci yang cantik dengan berbagai tahap yang menyiksa," "Aku menyukai bentukku yang sekarang, tetapi sayang sekali aku tidak pernah bertemu lagi dengan pria yang membentukku jadi begini. Dulu aku menganggapnya sebagai tukang siksa, tetapi sekarang aku justru ingin berterima kasih padanya karena membuat hidupku jadi lebih baik dan terhormat," Demikian sang guci mengakhiri ceritanya. Kerabat Imelda...Rasa perih dan penderitaan bisa menjadi sebuah perjalanan hidup yang membuat masa depan lebih bersinar. SUMBER:KapanLagi.com

Kesetiaan Yang Tak Terbalaskan

Namaku Selly (bukan nama sebenarnya), aku memiliki kisah cinta yang begitu berarti dalam hidupku, kisah cinta yang memberikanku sebuah pelajaran sangat berharga dalam mengarungi bahtera rumah tanggaku kelak. Namun kuakui kisah ini bukanlah kisah yang sangat romantis seperti cerita-cerita cinta dalam sebuah novel, namun bagiku kisah ini amat sangat membanggakan dan jauh lebih mengagumkam. Aku dibesarkan dalam keluarga yang sangat harmonis, ayah dan ibu selalu mengajarkanku tentang sebuah kesetiaan. Mereka pernah bercerita bahwa sebelum mereka menikah, mereka mengaku telah memiliki insting yang kuat saat mereka pertama kali bertemu dan sama-sama yakin bahwa mereka kelak akan menikah, punya anak dan berbahagia sampai akhir hayatnya. Dan benarlah apa yang mereka yakini, selama bertahun-tahun telah menjadi orang tua yang sangat baik bagi kami, membimbing kami dengan penuh cinta kasih dan kebijaksanaan. Aku teringat suatu hari ketika aku masih berusia belasan tahun. Beberapa keluarga kami mengajak ibuku pergi ke pembukaan sebuah mall yang menjual alat-alat keperluan rumah tangga. Mereka mengatakan hari pembukaan adalah waktu terbaik untuk berbelanja barang keperluan karena sangat murah dengan kualitas yang bagus. Tapi ibuku menolaknya kerana ayahku sebentar lagi akan pulang dari kerja. Kata ibuku, ”Ibu tak akan pernah meninggalkan ayahmu sendirian”. Bahkan ketika ibu mendapatkan sebuah bonus wisata ke luar negeri dari bank tempat ia menabung, ibuku tak pernah mau menggunakannya, karena ibu tak ingin melihat ayah sendiri di rumah selama beberapa hari, padahl ayahku sudah mengizinkannya dan tak mempemasalahkan kepergian ibu ke luar negeri untuk berwisata, tapi ibu tetap menolaknya. Ia lebih rela kehilangan bonus tersebut daripada meninggalkan ayah sendiri di rumah. Hal itulah yang selalu ditegaskan oleh ibu kepadaku. Apapun yang terjadi, sebagai seorang perempuan, aku wajib bersikap baik terhadap suamiku dan selalu menemaninya dalam keadaan apapun, baik miskin, kaya, sehat mahupun sakit. Seorang perempuan harus menjadi teman hidup suaminya. Banyak orang tertawa mendengar hal itu. Menurut mereka, itu hanyalah kata-kata janji pernikahan, omongan kosong belaka. Tapi aku tetap mempercayai nasehat ibuku yang diberikan ibu kepadaku. Sampai suatu hari, bertahun-tahun kemudian, kami sekeluarga mengalami kesedihan. Setelah ulang tahun ibuku yang ke-59, ibuku terjatuh di kamar mandi dan menjadi lumpuh. Dokter mengatakan kalau saraf tulang belakang ibuku tidak berfungsi lagi, dia harus menghabiskan sisa hidupnya di pembaringan karena mengalami kelumpuhan. Ibu juga harus bolak-balik ke rumah sakit untuk mencuci darahnya Ayahku, seorang lelaki yang masih sehat di usia tuanya, ia tetap setia merawat ibuku, menyuapinya, bercerita segala hal dan membisikkan kata-kata cinta pada ibu. Ayahku tak pernah meninggalkannya. Bahkan ia rela membawanya ke rumah sakit sendirian saat waktu mencuci darah, membopongnya dari kasur menuju mobil dan sebaliknya. Begitupun saat ibu hendak buang air, ayahlah yang selalu membantunya. Bukan karena keluarga yang lain tak mau membantu, tetapi ayah selalu mengatakan bahwa itu adalah kewajibannya. Selama bertahun-tahun, hampir setiap hari ayahku selalu menemaninya. Ayahku pernah mengkilatkan kuku tangan ibuku, dan ketika ibuku bertanya ,”Untuk apa kau lakukan itu? Aku sudah sangat tua dan hodoh sekali”. Ayahku menjawab, “Aku ingin kau tetap merasa cantik”. Begitulah pekerjaan ayahku sehari-hari, merawat ibuku dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Suatu hari ibu berkata padaku sambil tersenyum,”Kau tahu, Selly. Ayahmu tak akan pernah meninggalkan aku…kau tahu kenapa?” Aku menggeleng, dan ibuku berkata, “Karena aku tak pernah meninggalkannya, tak pernah seharipun meninggalkannya, kecuali saat ia berada di luar rumah untuk urusan pekerjaannya,” Itulah kisah cinta ayah dan ibuku mereka memberikan kami anak-anaknya pelajaran tentang tanggungjawab, kesetiaan, rasa hormat, saling menghargai, kebersamaan, dan cinta kasih. Bukan dengan kata-kata, tapi mereka memberikan contoh dari kehidupannya. Dan kami berupaya untuk terus memelihara pelajaran yang telah diberikan ayah dan ibu. SUMBER:perempuan.com

Mengapa Orang Kaya Makin Kaya dan Orang Miskin Makin Miskin?

Pola pikir orang kaya dapat dipelajari dan diadopsi siapa pun, karenanya peluang menjadi kaya juga dapat diperoleh siapa pun juga. 1.Orang kaya percaya bahwa kehidupan mereka sangat bergantung pada seberapa besar dan serius usaha mereka. Pola kerja orang kaya lebih agresif mengambil langkah-langkah progresif. Usahakan untuk selalu melangkah, walaupun langkah kecil tetapi jika Anda kerjakan secara konsisten itu akan memudahkan pekerjaan dan lebih memastikan keberhasilan Anda mencapai tujuan. Sebaliknya, orang miskin hanya menerima apa yang terjadi dalam kehidupan mereka, tanpa ada usaha maksimal untuk memperbaiki keadaan mereka. Kalaupun terpaksa bekerja keras itu hanyalah untuk memenuhi tagihan atau kebutuhan sehari-hari. 2.Orang kaya bersedia menanggung risiko, termasuk risiko menghadapi kegagalan. Mereka tidak mudah terlena jika meraih kesuksesan, dan mereka juga selalu dapat melihat sisi positif dari setiap kegagalan. Mereka mempunyai motivasi, optimisme dan keberanian yang luar biasa dalam menciptakan dan membesarkan usaha. Orang kaya tidak pernah takut gagal. Sedangkan orang miskin hanya menjadi pengamat atas perkembangan yang sedang terjadi, dan bukan menjadi bagian dari perubahan tersebut. Itu karena mereka tidak berani menanggung risiko dan cenderung mencari aman. Alhasil, mereka selalu kehilangan peluang potensial. 3.Orang kaya selalu berpikir dan bertindak positif, dalam situasi ekonomi yang baik maupun situasi ekonomi sedang krisis. Orang kaya memiliki keyakinan tinggi bahwa mereka pasti berhasil menciptakan sumber penghasilan yang besar suatu hari nanti. Keyakinan itulah yang memungkinkan mereka selalu melihat peluang di mana-mana dan memotivasi mereka untuk aktif melakukan tindakan yang semakin menjadikan hidup mereka lebih makmur. Sedangkan sistem keyakinan orang miskin sama sekali bertolak belakang, yaitu selalu berpikir negatif dan pesimis. Sistem kepercayaan orang miskin (yang negatif) itu juga terus tumbuh, sehingga mereka semakin enggan berusaha. Hasilnya mereka menjadi semakin miskin. 4.Orang kaya mampu bertindak cepat dalam mengambil keputusan, dan tidak mudah berubah pikiran. Orang kaya lebih berkomitmen kepada visi, tujuan dan keputusan mereka. Mereka berusaha selalu sabar dan tabah menghadapi segala tantangan dalam berbisnis dan kehidupan pribadi. Mereka sadar bahwa perbedaan orang sukses dan gagal terletak pada ketabahan atau ketangguhan karakter. Kebalikannya, orang miskin sulit sekali menetapkan keputusan, tetapi sangat cepat berubah pikiran. Sikap demikian dikarenakan mereka selalu pesimis dan was-was keputusannya keliru. 5.Orang kaya memiliki kemampuan menahan keinginan untuk bersenang-senang, sebelum tujuan mereka tercapai. Orang kaya menunda kenikmatan hidup sampai kondisi mereka benar-benar mampu (secara keuangan). Mereka cenderung bergaya hidup sederhana dan tidak boros. Sesekali mereka memang membutuhkan kesenangan, tetapi itu berbiaya jauh lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan mereka. Orang miskin tidak mampu mengerem kesenangan karena mereka tidak mampu membedakan mana keinginan dan kebutuhan. Mereka tidak mempunyai cukup tabungan dan hidup sibuk ‘gali lubang tutup lubang', karena uang mereka habis untuk mengejar kesenangan. Keadaan seperti itu semakin menyulitkan kehidupan mereka. Lima perbedaan antara orang kaya dan orang miskin tadi menunjukkan bahwa dunia nyata kita hanyalah satu cerminan dari dunia batin. Berhati-hatilah dengan pola pikir, karena akan menjadi tindakan. Sedangkan tindakan akan menentukan nasib Anda. Bila Anda ingin kaya kuncinya adalah kemampuan mengendalikan pikiran menjadi lebih positif. Be positive, pasti kaya! SUMBER: Andrew Ho - andriewongso.com

Penangkap Burung Dan Kura-Kura

Seekor kura-kura bersahabat baik dengan merak. Kebetulan si merak tinggal di sebuah pohon yang terletak di pinggiran sungai tempat si kura-kura tinggal. Setiap hari kura-kura bertemu dengan merak yang turun untuk minum dan melenggak-lenggokkan sayap-sayapnya di pinggir sungai untuk menghibur kura-kura. Di suatu hari yang kurang beruntung, penangkap burung liar sedang berkeliaran di sekitar tempat tinggal mereka, dan segera tertarik pada burung merak cantik itu. Burung merak tertangkap dan dibawa ke pasar untuk dijual. Dalam perjalanan menuju pasar, burung merak memohon pada penangkapnya untuk diijinkan kembali sejenak guna mengucapkan selamat tinggal pada sahabat baiknya. Oleh karena jeram kura-kura belum jauh mereka tinggalkan, maka si penangkap mengabulkan permintaan merak dengan membawanya kembali ke tempat kura-kura. Kura-kura nampak masygul memikirkan sahabatnya yang tertangkap. Begitu melihat si penangkap burung datang lagi dengan sahabatnya, kura-kura segera berpikir cepat untuk membebaskan merak dalam waktu yang singkat itu. Kura-kura bertanya pada si penangkap burung, jika kura-kura bisa memberikan barang spesial untuknya, apakah dia akan melepaskan sahabatnya. Tanpa pikir panjang si penangkap burung mengiyakan tawaran si kura. Maka menyelamlah kura-kura ke dasar sungai dan membawa naik mutiara yang sangat indah. Penangkap burung segera terkesima dan dengan mudah melepaskan burung merak itu. Segera si penangkap burung pergi ke kota untuk menjual mutiaranya. Tapi tak lama kemudian penangkap burung itu kembali lagi menemui kura-kura. Dia mengancam kura-kura, memintanya menemukan mutiara lagi yang sama persis dengan mutiara pertama. Jika tidak, dia akan menangkap kembali merak, sahabat baiknya itu. Si kura-kura yang telah meminta merak untuk pergi ke hutan guna menyelamatkan dirinya, merasa harus memberi pelajaran pada orang tamak ini. Maka kura-kura pun menyanggupi permintaan si penangkap burung dan berkata, "baiklah, berikan mutiara itu padaku sehingga aku bisa mencari yang sama persis sambil menyelam di dasar sungai". Terbayang keuntungan yang akan diraihnya, penangkap burung menyerahkan mutiaranya. Segera setelah memasuki sungai, kura-kura berseru padanya, "Aku tidak bodoh untuk memberimu dua mutiara dengan cuma-cuma!". Kura-kura menyelam dan berenang menjauhi tepi sungai sementara penangkap burung itu hanya bisa bingung tidak bisa mengejar si kura-kura dan tidak pernah mendapatkan kembali baik mutiara maupun merak tangkapannya. Kerabat Imelda...Ketamakan harus dibedakan dengan kepintaran dan semangat bekerja agar cepat kaya. Saat Anda merasa kurang dan menginginkan sesuatu yang lebih, yang bukan merupakan hak Anda, apalagi dengan menyengsarakan orang lain, maka Anda mulai menjadi tamak. Puas di awal, namun selalu ada balasan untuk orang tamak. SUMBER: kapanlagi.com

Seni Menikmati Hidup Bebas Stres

Suatu ketika, beberapa orang murid mengunjungi gurunya. Mereka adalah alumni yang sudah terjun ke masyarakat dengan profesinya masing-masing. Awalnya perbincangan mereka sangat menyenangkan. Namun tiba-tiba percakapan tersebut mengarah kepada keluhan mengenai pekerjaan dan hidup mereka yang penuh tekanan. Lalu sang guru pergi ke dapur untuk mengambilkan kopi untuk para muridnya. Sang guru kemudian kembali dengan membawakan teko besar berisi kopi dan beberapa jenis cangkir yang berbeda-beda: ada cangkir kaca, porselen, plastik, kristal, ada yang terlihat biasa, ada yang terlihat murahan, ada yang mewah dan mahal, ada yang terlihat indah. Lalu sang guru menyuruh muridnya untuk mengambil salah satu cangkir tersebut dan menuangkan kopi ke dalamnya. Ketika masing-masing murid sudah memegang cangkir berisi kopi, gurunya berkata, "Seperti yang kalian lihat, semua cangkir yang indah dan mahal diambil oleh kalian. Yang tertinggal hanya cangkir biasa dan murahan. Tidak masalah jika kalian mengambil yang terbaik. Tapi sayangnya itulah sumber dari stres dan masalah." Gurunya melanjutkan, "Kalian harus tahu cangkir ini tidak akan mengubah rasa kopi ini menjadi lebih istimewa. Cangkir tetaplah cangkir, yang tidak akan mempengaruhi isi kopi di dalamnya. Hanya cangkirnya saja yang mahal dan bahkan seringkali menyembunyikan isi di dalamnya." Para muridnya terdiam mendengarkan perkataan gurunya. "Sebenarnya yang kalian inginkan adalah kopi, bukan cangkirnya. Tapi yang kalian lakukan tadi adalah fokus dan mempermasalahkan cangkirnya. Kalian tanpa sadar melihat cangkirnya dan saling melihat cangkir orang lain," gurunya menjelaskan. "Anggap hidup kalian adalah kopi. Lalu pekerjaan, bisnis, uang dan jabatan adalah cangkir yang hanyalah menampung hidup itu sendiri. Dan jenis cangkir yang kita miliki tidaklah menentukan dan mengubah kualitas kopi yang kita minum. Artinya pekerjaan, bisnis, uang dan jabatan tidaklah menentukan kualitas hidup kita. Terkadang dengan fokus pada cangkir, kalian tidak akan bisa menikmati kopi paling mahal dan nikmat sekali pun." Gurunya mengakhiri dengan kutipan, "Ingatlah ini. Orang yang bahagia tidak selalu memiliki yang terbaik dalam hidupnya. Mereka hanya mampu menjadikan yang terbaik dari apa yang mereka miliki saat ini." Para murid senang dengan jawaban yang diberikan gurunya yang bijak tersebut. Kerabat Imelda...Apa pun yang kita miliki saat ini tidaklah sepenuhnya menentukan kualitas hidup kita. Artinya kita tetap bisa menjadikan hidup ini lebih baik dan bermakna terlepas dari apa yang kita miliki sekarang. Jika kita selalu dan terus mempermasalahkan apa yang kita miliki, kita tidak akan pernah memiliki waktu untuk menikmati hidup yang telah dianugerahkan kepada kita. SUMBER: Suhardi - andriewongso.com

Mendidik Tanpa Kekerasan

Ketika anak kita melakukan kesalahan besar ataupun kecil, kita cenderung menghukumnya, bukan? Entah itu dengan mengomelinya atau menghentikan uang jajan atau melarangnya bepergian pada akhir pekan. Pertanyaannya, efektifkah cara itu? Cobalah tilik kisah luar biasa berikut ini. Mungkin Anda bisa memiliki cara pandang berbeda dalam mendidik putra/putri Anda. Kejadian ini dialami Dr.Arun, cucu mendiang Mahatma Gandhi, saat usianya masih 16 tahun. Keluarganya tinggal di sebuah perkebunan tebu yang berjarak sekitar 28 km dari kota Durban, Afrika Selatan. Rumah mereka berada di pelosok desa terpencil. Suatu hari ayahnya meminta Arun menemaninya ke kota untuk menghadiri suatu konferensi selama seharian penuh. Permintaan ini disambut dengan sangat antusias karena itu berarti ia bisa "berjalan-jalan" ke pusat kota. Setelah mengantar sang ayah, Arun juga diminta untuk membawa mobilnya ke bengkel untuk diperbaiki. Dan setelah itu, Arun disuruh untuk menjemput sang ayah di tempat konferensi. Nah, selagi menunggu perbaikan mobilnya, Arun pergi ke bioskop. Namun saking asyiknya menonton film-film John Wayne, ia jadi lupa waktu. Ia pun segera mengambil mobil di bengkel dan lalu menjemput ayahnya yang sudah menanti selama hampir satu jam. Sewaktu ditanya ayahnya alasan keterlambatannya, Arun memilih untuk berbohong karena merasa sangat bersalah dan malu untuk mengatakan yang sebenarnya. Kata Arun, "Tadi mobilnya belum selesai diperbaiki, sehingga Arun harus menunggu." Sayangnya tanpa sepengetahuan Arun, sang ayah sebelumnya sudah menghubungi bengkel mobil itu, sehingga sang ayah tahu kalau anaknya itu sedang berbohong. Dengan wajah sedih sembari menatap anaknya, sang ayah berkata, "Arun, sepertinya ada yang salah dengan cara ayah mendidik dan membesarkan kamu, sehingga kamu tak berani bicara jujur pada ayah. Untuk menghukum kesalahan ayah ini, biarlah ayah pulang dengan berjalan kaki. Dengan begitu, ayah bisa merenungkan di mana letak kesalahan ayah." Saat itu Arun sungguh menyesali perbuatan bodohnya itu. Sejak kejadian itu, Arun berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak lagi berbohong kepada siapa pun. Dr.Arun kini menyadari betul betapa berharganya pelajaran yang diberikan sang ayah waktu itu. Seandainya saat itu sang ayah menghukumnya seperti yang dilakukan orangtua pada umumnya ketika menghukum anaknya, ia mungkin akan menderita atas hukuman itu dan sedikit saja menyadari kesalahannya. Namun, tindakan evaluasi diri sang ayah yang tanpa kekerasan itu justru memiliki kekuatan luar biasa untuk mengubah diri Dr.Arun sepenuhnya. SUMBER: Tim AndrieWongso - andriewongso.com

Surat Berwarna Pink diatas Bantal

Aku seorang istri dan belum dikarunia anak, usia pernikahan kami sudah berjalan selama lima tahun. Perkenalanku dengan Pram (bukan nama sebenarnya) berlangsung dalam situasi yang sangat romantis, demikianpun ketika kami menjalani masa pacaran. Masa-masa itu buatku adalah masa-masa paling indah dalam sejarah hidupku. Pram adalah laki-laki yang menjadi dambaaku, secara fisik maupun sifatnya yang alami. Dan alasan itu pulalah yang membuatku akhirnya menerima pinangannya. Namun setelah menjalani pernikahan selama lima tahun, aku mulai merasakan kejenuhan. Alasan-alasanku mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Terus terang aku adalah tipe perempuan yang sangat sentimentil dan sensitif. Aku merindukan saat-saat romantis seperti waktu kami masih berpacaran. Suamiku saat ini sangat berbeda dari apa yang saya harapkan, dan aku mulai mencurigai perubahannya. Hingga akhirnya aku mengajukan gugatan kepadanya. Saat itu ia sangat terkejut, karena sebelumnya kami memang tak bertengkar, “Mengapa, salahku apa Nen?” “aku lelah mas, kamu tak bisa lagi memberikan cinta yang saya inginkan,” jawabku sekenanya. Ia memang langsung terdiam dan termenung. Sepanjang malam itu ia sepertinya sulit untuk memejamkan matanya. Keesokan harinya ia kembali mempertanyakan alasas mengapa aku minta bercerai, “Nen, apa yang bisa aku lakukan agar kamu mau merubah pikiranmu itu, aku merasa aku telah memenuhi kewajibanku sebagai suami, bisakah kamu menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya,” ia bertanya dengan ekspresi wajah yang tak berubah. Kekecewaanku semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa aku harapkan darinya? Aku menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, "Aku punya pertanyaan, jika kamu dapat menemukan jawabannya di dalam perasaanku, aku akan mengubah pikiranku. Seandainya, aku menyukai jika aku menyukai sesuatu dan sesuatu itu amat sulit untuk diwujudkan kecuali dengan berkorban nyawa, apakah kamu mau mewujudkannya untukku?” Aku memang tak mendapatkan jawabannya malam itu, bahkan aku tak bisa menemuinya keesokan harinya, ia menghilang dan pergi tanpa pamit. Yang bisa kutemui hanya sepucuk surat berwarna pink di atas bantal. “Sayangku, harus aku katakan bahwa aku tak bisa mewujudkan apa yang kau sukai, karena itu akan membuatku mati, tapi aku ingin kau tau bahwa aku sangat mencintaimu, lebih dari yang kamu kira,” Sungguh kalimat pertama itu membuatku hampir frustasi, tapi aku terus membaca kalimat-demi kalimat selanjutnya. “Sayangku, apa kamu tak pernah sadar, jika setiap hari aku harus pergi pagi dan pulang larut malam, mengorbankan semua kesukaanku akan kebebasan hanya untuk kamu, apakah kamu tak pernah mengerti ketika kamu sakit aku yang selalu menyentuh tubuhmu dengan lembut melalui tanganku, apakah kamu tak mengerti bahwa suara dari mulutku, selalu kuberikan untuk menghibur kamu saat kamu mengalami kejenuhan akan hari-harimu.” “Sayangku, apakah kamu sadar, setiap hari aku harus berjuang memalingkan wajah dan mataku dari perempuan-perempuan lain yang mungkin saja bisa menggodaku, aku harus menyegarkan mataku dengan tidak terlalu sering menonton televisi seperti yang kamu lakuakan, agar kelak mataku masih bisa menatap kecantikanmu saat kita tua.” "Tetapi Sayang, aku tidak akan bisa mewujudkan keinginanmu yang hanya akan mengorbankan nyawaku. Karena, aku tidak sanggup melihat air mata kamu mengalir menangisi kematian aku. Sayang, aku tahu, ada banyak orang yang bisa mencintai kamu lebih daripada aku mencintai kamu. Untuk itu Sayang, jika semua yang telah diberikan oleh tanganku, kakiku, mataku, tidak cukup buat kamu, aku tidak bisa menahan kamu untuk mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakan kamu." Setetes demi setetes air mataku jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi pudar, tetapi aku tetap berusaha untuk terus membacanya. "Dan sekarang, Sayang, kamu telah selesai membaca jawabanku. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkan aku untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, aku sekarang sedang berdiri di sana menunggu jawaban kamu. Tetapi jika kamu tidak puas dengan jawabanku ini, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidup kamu. Percayalah, bahagiaku adalah bila kamu bahagia." Aku segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang segelas susu dan roti kesukaan ku. Kini aku tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai aku lebih daripada dia mencintai aku. Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari perasaan kita, karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu. Karena cinta tidak selalu harus mengorbankan nyawa. SUMBER:perempuan.com

Good Speech dari Dahlan Iskan

Tiba-tiba saja pernyataan Menteri BUMN Dahlan Iskan menyebar ke mana-mana. Bukan gosip melainkan pernyataan yang bijak mengenai kepemimpinan. Pernyataan ini sebenarnya diungkapkan Dahlan selepas dilantik menjadi Menteri BUMN Oktober tahun lalu pada suatu media. Entah bagaimana tiga hari terakhir menjadi pembicaraan di forum-forum, dikutip di berbagai blog, bahkan dimuat juga di akun Facebook yang menamakan dirinya Dahlaniskanfans. Berikut pernyataan lengkap Dahlan Iskan yang diberi judul "Good Speech dari Bpk Dahlan Iskan" di forum-forum: Menjadi pemimpin itu dianggap enak. Menjadi pemimpin itu dianggap bisa berkuasa. Tetapi banyak yang tidak menyadari bahwa untuk bisa menjadi pemimpin yang baik sebenarnya harus pernah membuktikan dirinya pernah menjadi orang yang dipimpin. Ketika menjadi orang yang dipimpin itu, dia juga bisa menjadi orang yang dipimpin dengan baik. Artinya untuk bisa menjadi pemimpin yang baik harus pernah menjadi anak buah yang baik. Saya meragukan seseorang yang ketika menjadi anak buah tidak baik, dia bisa menjadi pemimpin yang baik. Menjadi anak buah yang baik itu adalah anak buah yang loyal tetapi juga kritis. Anak buah yang patuh tetapi juga bisa berpikir mana yang baik dan mana yang tidak baik. Anak buah yang selalu bisa memberikan jalan keluar kepada atasannya. Anak buah yang bisa memberikan pemecahan masalah bagi atasannya. Bukan anak buah yang selalu merepotkan atasannya, anak buah yang selalu membikin masalah pemimpinnya dan anak buah yang selalu memberikan persoalan bagi pemimpinnya. Jadi ketika menjadi anak buah, dia harus bisa menjadi anak buah yang baik, bukan menjadi bagian persoalan dari pemimpinnya, tetapi menjadi problem solver bagi pemimpinnya. Nah... kalau seseorang itu pernah menjadi anak buah yang baik, dan dalam kurun waktu yang cukup, maka kelak ketika dia naik menjadi pemimpin, dia akan bisa menjadi pemimpin yang baik. Karena seorang pemimpin yang pernah menjadi anak buah yang baik, maka dia bisa mengetahui bagaimana rasanya pernah menjadi anak buah. Dengan demikian dia bisa tahu apa saja yang diperlukan anak buah dan bagaimana perasaan anak buah. Jadi pemimpin yang baik adalah pemimpin yang pernah menjadi anak buah yang baik. SUMBER: Tim Andrie Wongso - andriewongso.com