Saturday, December 31, 2011

Kisah Dua Ekor Kodok

Pada suatu hari, rombongan kodok melintasi hutan untuk berjalan-jalan. Mereka melewati berbagai batuan, sungai dan melintasi hamparan daun-daun pepohonan hutan. Saat sedang menikmati perjalanan, tidak ada satupun dari mereka yang sadar bahwa ada lubang yang tertutup daun kering, sehingga dua ekor kodok jatuh ke dalam lubang. Lubang itu sangat dalam dan gelap, tetapi karena kodok adalah hewan yang memiliki tubuh yang lentur, mereka masih hidup di bawah sana. Kodok-kodok yang ada di atas tidak dapat melakukan apapun untuk menolong dua kodok yang jatuh ke dalam lubang. Satu-satunya cara untuk keluar adalah melompat setinggi-tingginya. Kedua kodok itu mulai melompat dengan bersemangat. Tetapi karena lubang sangat dalam, bukan hal yang mudah untuk terus melompat. "Kalian tidak akan berhasil," Begitu teriakan para kodok yang ada di atas sana. "Sudahlah menyerah saja, kalian tidak bisa keluar dari bawah sana!" Kodok yang lain ikut menyampaikan pendapat. Dua kodok masih terus berjuang untuk melompat, tapi belum juga berhasil. "Sudah tidak usah melompat lagi, kalian akan mati di dalam sana," Teriakan-teriakan itu semakin keras. Salah satu kodok akhirnya menyerah, dia mendengarkan kata-kata itu dan akhirnya mati di dalam lubang. Sementara itu, kodok yang satu lagi masih terus melompat sambil mengumpulkan semangat yang ada. Dan ya.. dia berhasil keluar dari dalam lubang beberapa saat kemudian. Semua kodok terheran-heran bagaimana si kodok berhasil keluar dari lubang. Dan ternyata.. kodok yang berhasil keluar itu tidak dapat mendengar, sehingga kata-kata negatif dari teman-teman kodok tidak merusak motivasinya untuk segera keluar dari dalam lubang. Kerabat Imelda, kita seringkali mendengar banyak kalimat, omongan dan ocehan dari orang lain. Beberapa kalimat bisa menjadi suntikan motivasi, tetapi beberapa yang lain justru bisa menghantam motivasi yang telah dibangun. Karenanya, Anda harus pintar memilah, mana kata-kata yang melemahkan kehidupan Anda, mana kata-kata yang akan menghebatkan kehidupan Anda. SUMBER: kapanlagi.com

Cerita Natal

Pada tahun 1914 ada sebuah kisah menarik yang terjadi di malam Natal. Saat itu terjadi peperangan antara Inggris, Jerman dan Perancis. Di malam Natal seperti itu, pastilah para prajurit ingin berada di rumah, berkumpul dengan keluarga, menyiapkan kado-kado, bernyanyi dan menikmati sukacita serta hidangan yang enak. Tapi kali ini mereka berada jauh dari rumah, jauh dari keluarga dan orang-orang yang dicintai. Salju yang turun menambah dinginnya udara malam dan dinginnya hati mereka. Perut lapar, pakaian yang basah, dinginnya udara dan tempat tinggal yang becek serta ketidaknyamanan suasana perang merupakan satu harmoni yang semakin menghilangkan semangat untuk mengangkat senjata. Ada satu kerinduan untuk duduk bersama keluarga didepan perapian sambil mengunyah kue-kue yang lezat. Seorang prajurit yang tertembak merintih menahan sakit, sementara yang lain menggigil kedinginan. Pimpinan mereka pun malam itu tidak seperti biasanya. Ia kelihatan sangat bersedih, menangis teringat akan anak dan isterinya. Entah kapan mereka akan pulang dan berada ditengah orang-orang yang mereka kasihi. Mereka semua diam membisu selama beberapa jam, tetapi tiba-tiba nampak cahaya kecil yang bergerak-gerak dari arah pasukan Jerman. Ternyata ada prajurit Jerman yang membuat pohon Natal kecil dan mengangkatnya keatas agar kelihatan. Ia melakukan itu sambil mengalunkan lagu “Stille Nacht, Heilige Nacht” atau lagu “Malam Kudus”. Alunan lembut lagu itu membuat hati para prajurit pilu karena mereka teringat suasana Natal ditengah-tengah keluarga. Prajurit Jerman yang menyanyikan lagu itu ternyata adalah seorang penyanyi tenor opera terkenal sebelum dikirim ke medan perang. Sambil menyanyi, prajurit itu berdiri dari tempat persembunyiannnya sehingga musuh dapat melihatnya. Ia ingin menyampaikan makna Natal yang sesungguhnya, yaitu berbagi kasih dan damai. Prajurit tersebut bersedia mengorbankan nyawanya, ia bersedia ditembak oleh musuh karena mereka pasti bisa melihatnya dengan jelas. Tetapi, apakah yang terjadi? Satu per satu dari masing-masing pasukan keluar dari persembunyian dan ikut menyanyi. Mereka berkumpul bersama dan air mata tidak tertahankan. Seorang prajurit Inggris musuh bebuyutan Jerman malah mengiringi nyanyian tersebut dengan sebuah alat musik tiup yang dibawanya. Tidak ada lagi lawan, tidak ada peperangan, tidak ada benci, yang ada hanya kedamaian didalam kebersamaan. Mereka semua bersama-sama menyanyi dalam bahasa mereka masing-masing, dilanjutkan lagi dengan lagu “Hai Mari Berhimpun”. Mereka yang tadinya adalah musuh yang berusaha saling membunuh, kini merasakan aliran damai Natal. Mereka bersama-sama menyembah dan bersyukur atas kelahiran Juruselamat. SUMBER:inspirasijiwa.com

Legenda Penuh Inspirasi dari Jepang

Ini kisah legendaris dari Jepang. Yagyu Matajuro adalah putra seorang ahli pedang yang terkenal. Keluarganya mendorong Matajuro untuk belajar seni bela diri. Namun karena dipandang tidak mampu mengembangkan potensi terbaiknya, Matajuro diusir ayahnya. Merasa tersinggung dan marah, Matajuro pergi mencari seorang ahli pedang yang bersedia melatihnya hingga jadi ahli pedang terbaik. Ia ingin membuktikan pada ayahnya bahwa keputusannya itu salah besar. Maka, pergilah ia ke Gunung Fuhra dan di sana berjumpa dengan ahli pedang terkenal bernama Banzo. Tapi ternyata, Banzo malah membenarkan pendapat ayah Matajuro. "Kau ingin belajar ilmu pedang padaku?" tanya Banzo. "Kau tak mungkin bisa." "Tapi kalau saya bekerja keras, berapa lama saya bisa menguasainya?" desak Matajuro. "Seumur hidupmu," jawab Banzo. "Lama sekali," kata Matajuro. "Saya bersedia menjalani semua penderitaan asalkan Guru mau melatih saya. Jika saya menjadi pelayan setia Guru, berapa lama saya bisa menguasainya?" "Mungkin sepuluh tahun," kata Banzo. Matajuro melanjutkan, "Bagaimana kalau saya bekerja dengan sangat giat?" Banzo menjawab, "Oh, mungkin 30 tahun." "Saya sungguh tak mengerti, pertama Guru berkata 10 dan sekarang 30 tahun. Saya akan menjalani semua rintangan untuk menguasai ilmu pedang dalam waktu sesingkat mungkin!" "Kalau begitu, kau harus tinggal bersamaku selama 70 tahun. Orang yang terlalu terburu-buru tidak akan pernah berhasil. Jika kau ingin hasil yang instan, kau tidak akan belajar dengan maksimal," kata Banzo. "Baiklah," jawab Matajuro, yang paham dirinya sedang ditegur karena ketidaksabarannya, "saya setuju." Mulai saat itulah, Matajuro berguru pada Banzo. Namun, yang dikerjakan Matajuro bukannya berlatih ilmu pedang. Bahkan, ia dilarang memegang pedang. Kegiatan sehari-harinya justru membuatkan makanan untuk sang guru, membersihkan piring kotor, merapikan kasurnya, membersihkan halaman, merawat kebun, dan semua pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan pedang. Tiga tahun pun berlalu. Matajuro masih saja melakukan pekerjaan yang sama. Ia merasa sedih dan pasrah. Keinginannya untuk menjadi ahli pedang sepertinya harus ditinggalkan. Namun, suatu hari Banzo menyelinap di belakang Matajuro dan memberinya pukulan keras dengan sebilah pedang kayu. Pada hari berikutnya, ketika Matajuro sedang menanak nasi, sekali lagi Banzo menyerangnya secara tiba-tiba. Sejak saat itu, siang dan malam, Matajuro harus selalu waspada untuk melindungi dirinya dari serangan tiba-tiba sang guru. Matajuro belajar sangat cepat, sehingga sang guru merasa puas. Meskipun tidak pernah menerima pelajaran resmi atau bahkan memegang senjata, Matajuro telah berhasil mencapai tingkat tertinggi dari ilmu seno bela diri. Sejak saat itu, Matajuro menjadi ahli pedang nomor satu. Jika kita menyimak baik-baik kisah Matajuro ini, kita bisa menarik kesimpulan bahwa ternyata semua pekerjaan kasar yang dilakukan Matajuro selama tiga tahun itu bertujuan untuk mempersiapkan dirinya guna menerima pelajaran sesungguhnya dari sang guru. Andaikan Matajuro tidak tabah dan sabar dalam menjalani proses, mungkin saat ini ia tidak akan dikenang sebagai ahli pedang nomor satu. Begitu pun dengan kita. Mencapai impian pasti membutuhkan sebuah proses yang terkadang sulit dan menyakitkan. Tapi di balik itu semua, kita sesungguhnya sedang dilatih untuk menjadi orang yang kuat dan tegar. Proses itulah yang sebenarnya membuat kita berkembang dan menjadi sosok yang lebih hebat dari sebelumnya. SUMBER: Tim Andrie Wongso - andriewongso.com

I Love You, Mom!

Kasih ibu kepada beta Tak terhingga sepanjang masa Hanya memberi tak harap kembali Bagai sang surya menyinari dunia Memang, seorang ibu tak akan pernah berhenti menyirami kita dengan cinta dan kasihnya. Hingga saat ini, masih ingatkah Anda akan semua pengorbanan yang telah dilakukan seorang ibu? Saat seorang anak yang sedang sakit bertanya kepada ibunya," Mengapa ibu memakaikan dua selimut kepadaku, sementara ibu sendiri kedinginan? Mengapa ibu selalu berkorban untukku?" Ibu pun menjawab dengan tersenyum," Ibu tidak pernah berkorban apapun untukmu, nak. Ibu hanya ingin terus mencintaimu. Itu saja." Coba rasakan, kasih sayang seorang ibu bagaikan udara. Tak tersentuh, tak ternilai, tak terhenti dan tak kan terganti. Lalu, bagaimana dengan Anda? Mampukah Anda mencintainya sebesar dia mencintai Anda? Ayo tunjukkan pada dunia bahwa cinta Anda tak perlu diragukan lagi keberadaannya. Anda tinggal jauh dari sang ibu? Kalau begitu, cobalah selalu menelepon, menelepon dan meneleponnya. Dengarkan setiap kata yang dia ucapkan. Sesibuk apapun Anda, luangkanlah waktu barang sejenak untuk mengetahui keadaannya, apa yang sedang dia rasakan dan dia lakukan. Sebisa mungkin, kunjungilah ibu Anda dan habiskan waktu bersamanya. Seringkali Anda tidak sadar, betapa dia begitu merindukan Anda, jauh lebih besar dari Anda merindukannya. Jika ibu tinggal di dekat rumah Anda, luangkan waktu walau hanya 10 menit untuk berbincang-bincang setiap harinya. Berikan perhatian penuh kepada sosok luar biasa itu. Biarkan dia merasa nyaman karena Anda berada di sampingnya. Nikmatilah saat-saat Anda memandang wajahnya sebelum Anda tak lagi bisa menemui saat-saat seperti itu. Buatlah sesuatu yang spesial untuk ibu Anda, misalnya membuat syal, lukisan atau hanya sekedar menuliskan hal-hal tentang kenangan indah Anda dan sang bunda. Selagi Anda berkreasi, bayangkan tentang hal-hal yang Anda sukai dari ibunda tercinta yang membuat Anda bangga akan sosoknya. Yakinlah, bagaimanapun hasil buatan tangan Anda akan terlihat luar biasa jika Anda membuatnya dengan penuh rasa cinta. Berikan hadiah buatan tangan Anda secepatnya. Ceritakan juga bahwa Anda membuat hadiah itu dengan sepenuh hati, penuh imajinasi tentang semua memori indah bersama ibu. Saat sang ibu mulai terharu, peluklah sosok di depan Anda itu dengan lembut. Perlu Anda tahu, tak ada yang lebih membahagiakan bagi seorang ibu selain perhatian yang tulus dari buah hatinya, seperti yang Anda lakukan saat ini. Sesekali, buatlah hari sang ibu menjadi unforgettable day. Ajaklah ibu makan malam atau sekedar jalan-jalan di taman. Hanya ada Anda dan ibu saja. Ingat! Ibu tidak akan menilai seberapa mewah makan malam yang Anda tawarkan, namun yang terpenting baginya adalah perhatian dan waktu yang sengaja Anda luangkan khusus untuk sang bunda tercinta. Sederhana bukan? Namun justru hal-hal seperti itu seringkali luput dari perhatian kita. Kini, giliran Anda. Buktikan bahwa Anda memang mencintai sosok mengagumkan itu. Saat ini juga, temui dia, peluk dan katakan " I love you, mom." SUMBER: Vira Yohanna - kapanlagi.com

Sabarlah, Anakku!

Pada suatu hari, seorang anak mengeluh pada ayahnya. "Ayah, aku lelah harus belajar setiap hari, tetapi teman-temanku yang menyontek dapat nilai yang lebih bagus. Aku lelah harus membantu ibu, padahal teman-temanku yang lain punya pembantu. Aku lelah kalau harus menabung, padahal kalau ayah mau memberi uang jajan yang banyak setiap hari.." Anak laki-laki itu mengambil napas untuk kembali menumpahkan rasa kesalnya. Tetapi sang ayah hanya diam mendengarkan. "Aku juga capek harus menahan diri untuk tidak menyakiti hati orang lain, tetapi teman-temanku justru sering mengejekku dan membuatku sakit hati. Kenapa aku selalu begini ayah? Aku capek..." Akhirnya anak laki-laki itu terisak dan menangis di depan ayahnya. Sang hanya menenangkan dengan mengusap bahu. Setelah anak laki-lakinya tenang, pria itu mengajak anak laki-lakinya menuju sebuah semak belukar yang becek dan dipenuhi tanaman berduri. "Kenapa kita harus masuk ke semak-semak ini ayah?" tanya sang anak laki-laki, "Aku tidak suka, sepatuku jadi kotor kena lumpur, celana jeansku kotor, banyak duri yang kena kulitku, sakit.." Ayah anak laki-laki itu diam tetapi memberikan senyuman agar anak laki-lakinya tetap tenang dan mengikuti jalan tersebut. Hingga pada akhirnya, mereka tiba pada sebuah danau kecil yang pada bagian pinggirnya ditumbuhi tanaman dan bunga-bunga cantik. "Kamu suka tempat ini anakku?" tanya sang ayah. Anak laki-laki itu mengangguk semangat dan bibirnya tak dapat menyembunyikan senyum. "Kamu tahu mengapa tempat ini sepi padahal banyak yang tahu bahwa di balik semak belukar, ada danau yang sangat indah?" Anak laki-laki menggeleng. "Karena banyak orang yang tidak mau melewati semak belukar. Padahal dengan kesabaran, semua orang dapat melihat dan menikmati danau cantik ini." Sang ayah tersenyum lalu melanjutkan.. "Begitu juga dengan hidup, butuh kesabaran untuk mendapatkan ilmu, butuh kesabaran saat bersikap baik, butuh kesabaran saat mengendalikan amarah, butuh kesabaran dalam berbuat kebaikan dan butuh kesabaran jika kamu ingin mendapatkan hasil yang indah. Karena itu, kamu harus belajar untuk sabar, anakku! Sekalipun itu adalah hal yang sulit!" Anak laki-laki itu akhirnya mengerti akan arti kesabaran, kemudian dia memeluk ayahnya sambil berjanji bahwa dia akan belajar untuk bersabar. SUMBER: kapanlagi.com

Tiga Kalimat Terlarang

"Saya ingin selesaikan kuliah dalam 3 tahun." "Target penjualan tahun ini harus 20x lebih besar dari tahun sebelumnya." "Saya ingin menjadi penulis skenario Indonesia pertama yang dikenal dunia." Itulah sedikit contoh target dan impian yang sering kita canangkan untuk diri kita sendiri. Seringnya kita memulai perjuangan menuju mimpi besar itu dengan semangat '45, semangat yang berkobar-kobar. Namun seiring berjalannya waktu dan semakin banyaknya aral yang kita temui, kobaran itu perlahan meredup. Karena merasa lelah harus setiap saat menghadapi "batu penghadang", biasanya mulai muncul kalimat-kalimat pamungkas yang sebenarnya bersifat sangat terlarang. Inilah 3 kalimat terlarang yang harus kita singkirkan sejauh mungkin. 1. Saya Tidak Bisa Begitu kalimat ini sudah kita lontarkan, otomatis pintu pikiran kita akan tertutup untuk mencari jalan dan mencoba. Ucapan itu akan mengirimkan sinyal langsung ke dalam otak dan memblokir bagian kreatif otak kita. Akibatnya, kita cenderung menyerah begitu saja dan bersikap pasrah. Sebaliknya, apabila yang kita ucapkan pada diri sendiri adalah "Saya Bisa", otak kita akan bekerja secara otomatis untuk menemukan solusi atas masalah dan sebab kegagalan kita. 2. Tidak Mungkin Dengan mengambil sikap seperti itu dan selalu mengatakan "Tidak mungkin" pada setiap peluang karena sudah mengalami begitu banyak kekalahan, kita akan sulit meraih sesuatu yang hebat. Karena sebenarnya hampir segala sesuatu yang kita nikmati hari ini adalah sesuatu yang mustahil di hari kemarin. 3. Saya Sudah Tahu Salah satu kunci orang sukses adalah tidak pernah berhenti belajar. Kapan dan di mana pun kita harus mau belajar dari apa dan siapa pun. Jika kita mengucapkan "Saya Sudah Tahu", sebenarnya kita sedang menutup pintu pembelajaran. Kita tidak lagi berusaha untuk mempelajari hal-hal baru. "You Are What You Think You Are". Jika isi pikiran kita dipenuhi dengan ketiga kalimat di atas, sudah bisa dipastikan kita akan menjadi seperti yang kita pikirkan. Kita akan terus terpuruk di dalam kubangan kegagalan, tidak berani bangkit dan melangkah maju. Kita juga akan berjalan di tempat karena tidak ada sesuatu hal baru yang kita ketahui. Kita tidak bisa bergerak maju ke depan karena pengetahuan yang kita miliki yang kita pikir sudah cukup banyak itu tidak bisa membuat kita melangkahkan kaki ke depan. Mari, buang jauh-jauh 3 kalimat terlarang tadi dan segera penuhi pikiran kita dengan 3 kalimat yang merupakan kebalikannya. "Saya Bisa"; "Itu Sangat Mungkin"; dan "Saya Masih Perlu Belajar Lagi". SUMBER: Tim Andrie Wongso - andriewongso.com

Pertolongan Dari Gubug Yang Terbakar

Pada suatu hari, terjadi sebuah kecelakaan kapal laut. Seorang pria yang jatuh dari kapal terombang-ambing di lautan luas. Setelah dua hari mempertaruhkan hidup dengan berenang dan mengikuti arus ombak, pria itu terdampar di sebuah pulau yang kecil dan tidak berpenghuni. Hanya ada tumbuh-tumbuhan lebat dan tanaman liar. Pria itu memutuskan untuk bertahan hidup di pulau tersebut hingga bantuan datang. AKhirnya dia mencari tumbuh-tumbuhan yang bisa dimakan. Setelah beberapa hari, pria itu berhasil membangun sebuah gubuk kecil dari kayu dan atap dari pelepah daun kelapa. Tempat yang sederhana itu bisa dipakai untuk tidur pada malam hari dan berteduh saat siang hari. Hari berganti hari, belum ada bantuan yang datang menghampiri pria tersebut. Lalu pada suatu hari, saat udara sangat panas, pria itu meninggalkan gubugnya untuk mencari buah kelapa dan meminum airnya untuk menghilangkan dahaga. Tetapi saat dia kembali ke gubug, betapa terkejut pria itu karena gubugnya sudah habis terbakar. Kayu yang sangat kering dan bergesekan membakar gubug dan beberapa pohon di sekitarnya. Sang pria mulai putus asa dengan hidupnya. Dia sudah hampir tewas saat musibah tenggelamnya kapal laut, dan saat dia bertahan di sebuah pulau, gubug yang susah payah dibangun justru terbakar habis. Dia mulai mengutuk hidupnya hingga beberapa saat kemudian sebuah kapal pencari ikan menepi di pulau itu. Sang pria tentu sangat bahagia, dia bisa menumpang dan kembali pada keluarganya. Dan tahukah, sang nahkoda kapal mengatakan bahwa dia datang ke pulau itu karena mengira bahwa asap dari gubug yang membumbung tinggi merupakan sinyal meminta pertolongan. Sang pria akhirnya meninggalkan pulau itu dan bersyukur bahwa gubugnya terbakar. Kerabat Imelda, seringkali kita menganggap beberapa musibah datang sebagai cobaan hidup. Padahal tak semua musibah menjadi sesuatu yang harus disesali dan ditangisi. Kadang Tuhan mengulurkan bantuan melalui hal-hal yang dianggap musibah, tetapi di sanalah sebuah pertolongan sering tersembunyi. SUMBER: kapanlagi.com

Makna Ketulusan

Kadang atau mungkin seringkali kita menceritakan pada orang lain perbuatan baik yang telah kita lakukan pada orang yang memang membutuhkannya. Dengan bangganya kita mengatakan kita telah berbuat ini dan itu kepada si A dan si B. Memang hal itu sah-sah saja dan terkadang patut diceritakan agar orang lain yang mendengar juga ikut tergerak hati sanubarinya untuk membantu. Meskipun demikian, tidak ada salahnya kita membaca kisah yang dialami sepasang suami istri di Taiwan berikut ini. Kisah mereka sungguh memberikan arti terbaru dari sebuah ketulusan. Sepasang suami-istri suatu saat berkesempatan untuk pulang ke kampung halaman setelah sekian lama mereka tinggalkan. Begitu mereka memasuki bus, ternyata salah satu bangku pesanan mereka sudah ditempati seorang perempuan. Sang suami meminta istrinya untuk duduk terlebih dulu di sebelah perempuan itu. Sementara sang suami itu sendiri hanya berdiri di samping istrinya tanpa meminta wanita itu untuk pindah tempat duduk. Untuk diketahui, kaki perempuan itu cacat. Dan sang suami memang sudah melihatnya sejak tadi. Karena itulah, dia mengabaikan perempuan yang mengambil jatah kursinya. Perjalanan pasangan itu bisa dibilang cukup panjang, namun selama itu pula sang suami tetap berdiri dengan sabar dan tenang. Begitu turun dari bus, si istri berkata pada suaminya, "Memberikan tempat duduk pada orang lain yang membutuhkan memang baik. Tapi, bisa kan di separuh perjalanan, kau minta wanita itu untuk berdiri dan bergantian denganmu?" Jawab sang suami, "Wanita itu sudah tidak nyaman seumur hidupnya, sementara aku hanya kurang nyaman selama 3 jam saja." Seperti dikatakan di awal tadi, melakukan sesuatu yang baik "dengan diketahui orang lain" adalah hal yang biasa. Namun, menjadi sesuatu yang luar biasa apabila kebaikan itu tidak diketahui orang lain. Kebaikan itu terasa lebih mulia dan tulus. SUMBER: Tim Andrie Wongso - andriewongso.com

Berani Mencintai Seorang Asing

Setelah sekian lama di medan perang, seorang tentara Amerika yang masih muda akhirnya diijinkan untuk pulang. Saat tiba di San Francisco, dia menghubungi orang tuanya untuk mengabarkan bahwa dia telah sampai. Namun sebelum beranjak pulang, dia menyampaikan suatu permintaan. "Aku akan pulang, tapi aku punya sebuah permintaan. Aku akan mengajak seorang teman untuk pulang bersamaku," jelasnya. Dengan segera orang tuanya menyanggupi dan mengatakan mereka akan sangat senang bertemu dengan temannya itu. "Tapi ada yang harus kalian ketahui, dia terluka sangat parah saat berperang. Dia menginjak ranjau dan harus kehilangan sebelah lengan dan kakinya. Tidak ada tempat untuknya tinggal, aku mau dia tinggal tinggal dengan kita," tentara itu menambahkan. Mendengar itu, orang tuanya segera bersimpati, "Oh, kami turut bersedih mendengarnya, Nat. Mungkin kita bisa membantunya untuk menemukan tempat tinggal di sekitar sini." Namun anak itu berkeras, "Tidak, aku mau dia tinggal bersama kita." Sang ayah mengambil alih pembicaraan. "Nak, kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Seseorang dengan kekurangan yang demikian akan sangat merepotkan. Kita juga punya hidup sendiri yang harus diurus, dan kita tidak bisa begitu saja membiarkan hal seperti ini mengganggu kelangsungan hidup. Menurutku kamu pulang saja tanpa dia, dan lupakan keinginanmu itu. Dia akan menemukan jalannya sendiri untuk hidup." Setelah mendengar semua perkataan ayahnya, tentara ini hanya diam tak mampu berkata apa-apa lagi hingga ayahnya memutuskan pembicaraan. Semenjak itu orang tuanya tidak lagi mendengar kabar dari anaknya. Mengira si anak masih diliputi kejengkelan, orang tuanya memilih untuk membiarkan saja hingga dia sadar dan pulang ke rumah. Beberapa hari kemudian, mereka mendapat telepon dari kepolisian San Francisco. Anak mereka, si tentara itu, telah meninggal setelah loncat dari atap sebuah gedung. Kepolisian yakin itu adalah bunuh diri. Dalam kesedihan luar biasa orang tua tentara ini terbang ke San Francisco dan dibawa ke kota yang bersangkutan untuk mengenali jenazah anaknya. Kain penutup dibuka, mereka mengenali wajah putra mereka. Namun begitu kain tersingkap hingga perut, mereka tidak lagi sanggup untuk berkata-kata. Jenazah itu hanya memiliki satu lengan dan satu kaki. Teman yang dia sebut di telepon itu ternyata dirinya sendiri. Jika si anak mengaku bahwa dirinya kehilangan lengan dan tangan, kemungkinan besar orang tua ini masih menerimanya dengan tangan terbuka dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Tapi dengan perumpamaan 'seorang teman', anak ini tahu bahwa sesungguhnya orang tuanya merasa kerepotan dengan kondisi cacat yang demikian. Hanya karena apapun kondisinya anak akan tetap menjadi anak, maka orang tua itu menerimanya. Namun bukan karena kasih yang tulus. Ketulusan dalam mengasihi masih menjadi tugas tersulit bagi manusia. Seringkali kita mau berkorban, mau menderita karena orang yang kita tolong itu adalah seseorang yang spesial untuk kita. Tanpa sadar kita sering mengasihi orang lain karena suatu alasan tertentu, diperintah oleh rasa takut, rasa kagum, rasa sungkan, bahkan karena tujuan tersembunyi untuk mendapatkan balasan yang lebih besar. Cintailah orang asing dengan tulus hati, tanpa ketakutan dan tanpa mengharapkan balasan, maka Anda akan mampu untuk benar-benar mengasihi orang-orang terdekat dengan lebih baik lagi. SUMBER:kapanlagi.com

Kisah Monyet dan Kuda

Alkisah, di tepi sebuah hutan, ada sekawanan monyet melihat pasukan berkuda melintas di depan mereka. Menyaksikan kegagahan para prajurit berkendara di atas pelana kuda, seekor monyet pun menyombongkan diri bahwa menunggang kuda itu masalah mudah! Untuk membuktikan perkataannya, saat pasukan berkuda istirahat, si monyet mengendap-endap mendekati seekor kuda di sana. Hup! Dengan lincah, si monyet naik ke atas punggung kuda. Kuda yang merasakan hentakan berat di atas punggungnya, terkejut. Ia juga merasa kesakitan karena tarikan erat pada surainya. Maka, ia pun segera meringkik, berlari kencang, sambil menggoyangkan liar badannya ke kiri dan ke kanan. Monyet yang tidak bisa mempertahankan keseimbangan badannya, terpelanting dan jatuh ke tanah dengan keras. Hewan-hewan lain di hutan, ramai menertawakan kebodohan si monyet. Monyet pun tertunduk malu sambil menahan rasa sakit yang menjalari tubuhnya. Ternyata menunggang kuda tidak semudah yang ia kira! Katanya, "Kapok deh. Cukup sekali saja aku menunggang kuda! Ternyata tidak sehebat dan seenak yang aku bayangkan. Memang sudah menjadi nasibku, aku tidak akan menunggang kuda lagi seumur hidupku. Aku tidak mau mengulangi lagi kesalahan yang sama." Saat itu, monyet yang tertua di kelompoknya menjawab, "Jatuh memang menyakitkan, tetapi bukan berarti di kemudian hari kamu tidak akan jatuh lagi, entah dari pohon dan darimana pun. Yang perlu ketahui dan dipelajari adalah mengapa kamu jatuh? Jika kita mau belajar untuk tahu kenapa bisa jatuh, maka kita tidak perlu mengulangi kesalahan yang sama di kemudian hari." Kerabat Imelda...Manusia semasa kecil dan mulai belajar berjalan, tidak peduli berapa kali kita terjatuh, mungkin sakit dan menangis, tetapi secara alami pasti akan bangkit lagi. Melalui proses jatuh bangun, akhirnya manusia bisa berjalan dan berlari seperti sekarang. Sayangnya justru setelah dewasa, manusia yang sudah jauh lebih pandai, saat mengalami jatuh/ gagal walaupun tanpa rasa sakit, begitu takut untuk bangkit kembali. Selagi masih muda kita perlu belajar mengenal lebih dekat sifat kegagalan. Bagi saya sendiri, kegagalan adalah vitamin kesuksesan, tidak ada orang besar di dunia ini yang bisa sukses tanpa mengalami kegagalan! Orang-orang sukses mampu mengetahui mengapa mereka gagal, sekaligus siap memperbaiki dan berani berjuang lagi demi mensukseskan apa yang menjadi cita-cita besar mereka. Mari, jangan takut gagal! Pelajari dan ketahui mengapa kita gagal. Dapatkan jawabannya dan tetapkan target cari cara yang paling efektif, siap menjadi pemenang sejati. SUMBER: Tim Andrie Wongso - andriewongso.com

Pelajaran Tentang Sopan Santun

Seorang wanita tua yang merupakan pensiunan guru berbelanja di sebuah swalayan. Karena punggungnya sakit dan merasa lelah berbelanja seorang diri, dia duduk di bangku panjang sebelum mengantri untuk membayar barang-barang belanjaannya. Sambil menunggu tenaganya pulih, wanita tua itu menatap orang-orang di sekitarnya. Pandangan wanita tua itu tertuju pada seorang pria yang memiliki banyak tato di tubuh, dia berjalan menuju antrian panjang bersama empat orang anak kecil dan seorang wanita yang sedang hamil tua, wanita itu adalah istri pria bertato tersebut. Melihat hal tato di tubuh pria tersebut, sang wanita tua membatin, pria itu pasti pernah dipenjara. Dari cara pria itu memakai pakaian, sang wanita tua berasumsi bahwa dia adalah anggota gank yang suka berbuat onar. Kemudian wanita tua itu melihat kalung yang dipakai pria bertato tersebut bertuliskan nama Obadian, dan wanita tua itu ingat bahwa Obadian merupakan ketua gank yang sangat ditakuti. Banyak orang yang mengantri tampak takut dan mempersilahkan si pria bertato dan keluarganya untuk mengambil antrian di depan. Kemudian wanita tua itu akhirnya berdiri dan memutuskan untuk segera membayar barang-barang belanjaannya. "Silahkan Anda maju duluan!" ujar sang wanita tua pada pria bertato. "Tidak, Anda yang harus antri terlebih dahulu di barisan depan!" ujar sang pria dengan suara yang ramah. "Anda datang dengan banyak anak, istri Anda juga sedang hamil tua, mengantrilah di barisan depan," ujar sang wanita tua setengah memaksa. "Andalah yang seharusnya mengantri di barisan paling depan, kami menghormati Anda sebagai orang tua," balas si pria bertato, lalu dengan gerakan tangan yang sopan, si pria mempersilahkan wanita tua untuk mengambil jalan agar bisa mengantri di barisan paling depan. Sang wanita tua tersenyum, dia tidak menyangka bahwa pria yang dia anggap pernah dipenjara dan merupakan ketua gank yang paling ditakuti bisa berlaku sopan pada wanita tua seperti dirinya. Kemudian wanita itu menoleh ke belakang. "Anda sopan sekali, tuan. Siapa yang mengajarkan sopan santun itu kepada Anda?" tanya sang wanita tua. Dengan seulas senyum dan nada suara hormat, pria itu mengatakan, "Tentu saja Anda Mrs. Thomson, saya adalah murid Anda di sekolah dasar," Pria itu tersenyum lalu berpamitan untuk mengantri pada barisan paling belakang. SUMBER: kapanlagi.com

Surat Sahabat

Sahabat, aku Reni, semoga kamu tidak lupa. Kita memang sudah lama tidak bertemu. Cerita tentangmu dan sahabat-sahabat lain memang sudah lama tidak tercipta lagi. Seingatku, kita terakhir bertemu saat aku menikah dengan Mas Didit teman kuliahmu itu sekitar lima tahun yang lalu. Memang, seperti yang kamu ketahui dulu aku adalah wanita baik-baik dan sekarang pun aku masih baik. Tahukah kamu? bahwa setahun kemarin kita sudah bercerai? Memang pernikahan kami sangat sempurna pada awalnya. Dulu karir Didit begitu maju, sebagian gaji yang dia gunakan untuk investasi juga membuahkan banyak hasil. Keluarga kami hidup hidup sangat layak, waktu itu semuanya lebih dari cukup. Tapi entah mengapa, Mas Didit mulai terjerat dengan narkoba. Sebenarnya, dia termasuk pria yang setia. Dia juga tidak pernah bermain perempuan. Dia hanya terjerumus ke Narkoba.. itu saja. Semenjak itu, keharmonisan keluarga kami mulai goyah. Kami sering bertengkar. Saya sangat tidak suka dengan kebiasaannya yang suka mabuk-mabukan dengan rekan bisnisnya itu. Akhirnya, kami memutuskan untuk bercerai. Mulai saat itu yaitu saat usiaku menginjak 25 tahun, aku ikut paman bekerja di Purwokerto. Jilbab aku kenakan sebagai tanda bahwa aku ingin menjalani hidup baru dengan sebaik-baiknya. Aku juga aktif di berbagai kegiatan sosial yang diselenggarakan perusahaan, dari darma bakti hingga sunatan masal. Pada suatu saat, perusahaan kami mengadakan kegiatan donor darah. Seperti biasa, aku juga terpanggil untuk ikut menyumbangkan darahku. Tapi apa yang terjadi? dari tes darah di laboratorium diketahui bahwa aku mengidap virus HIV positif. Jelas, virus ini ditularkan oleh suamiku. Sebab empat bulan kemarin aku juga mendapat kabar bahwa Didit telah terbukti positif HIV. Virus HIV yang menyerang Didit berasal dari salah satu jarum suntik narkoba yang ia gunakan. Hatiku hancur seketika. Aku sudah berusaha merahasiakan penyakit ini, tapi akhirnya teman-temanku mengetahui juga. Mereka mulai menjauh dan berpikir yang tidak-tidak tentang aku. Jilbab mulai kucopot, aku tidak mau menodai kesucian penutup aurat ini. Gosip tidak sedap tentang aku mulai menyebar. Aku sangat malu hingga aku memutuskan pulang ke tempat Ibu. Tapi ternyata keluargaku juga sangat malu dengan keadaanku. Bapak malah mengusirku dari rumah. Hanya Ibu yang setia menemani aku waktu itu. Dia juga yang mencarikan aku kost dan mau mengantarkan aku ke rumah sakit untuk berobat. Rumah sakit pun ternyata juga cukup brengsek. Aku sempat berpindah-pindah ke tiga rumah sakit sebelum dirawat di tempat rehabilitasiku sekarang ini. Rumah-rumah sakit itu menolak merawat dan memberi terapi, sekalipun itu cuma rawat jalan. Alasan-alasan yang mereka utarakan pun tidak ada yang jelas. Sekarang aku tinggal di sebuah panti rehabilitasi AIDS. Aku bisa tinggal dan dirawat secara gratis di sini. Yayasan pemilik panti ini memiliki banyak donatur. Doa dan syukurku selalu kupanjatkan agar Tuhan berkenan membalas kebaikan mereka dengan berlipat ganda. Aku memang masih terlihat sehat hingga saat ini. Kata dokter, masa inkubasi virus HIV sekitar 8 tahun. Maka hingga tujuh tahun ke depan keadaanku masih baik-baik saja seperti sekarang.. sesudah itu? entahlah. Saat ini hanya satu orang yang dekat denganku, yaitu ibuku. Tetapi setelah aku masuk panti kami menjadi terpisah. Kami hanya berkomunikasi lewat telepon. Aku sangat kesepian di sini, sekalipun orang-orang yang merawat aku adalah orang-orang yang sangat baik, tetapi aku tetap tidak bisa merasa dekat dengan mereka. Hanya kamu sahabat, serta teman-teman di waktu dulu yang bisa aku harapkan. Masihkah kamu mau menyediakan lenganmu? sekedar untuk menyentuh diriku yang kotor ini? masihkah kau sediakan bahu itu? seperti dulu? saat aku, kamu, dan sahabat-sahabat lain masih setia saling berkalung tangan? bahkan.. hingga 7 tahun nanti, saat aku mulai lemah, saat aku mulai berubah menjadi sosok berbau busuk dan sangat menjijikan, masihkah kau mau menjengukku? sahabat.. aku sangat merindukan kalian.. Salam hangat dariku, Reni SUMBER:ceritainspirasi.net

Pertolongan dari dalam Penjara

Seorang pria tua tinggal sendirian di sebuah kota. Dia ingin sekali menanam kentang di kebun belakang rumahnya. Tapi pekerjaan menggali kebun sangatlah berat. Putra satu-satunya, yang akan membantunya, berada di penjara. Orang tua itu menulis surat kepada putranya dan menjelaskan tentang kondisinya sekarang. “Putraku tersayang, Aku merasa sangat buruk karena sepertinya saya tidak akan bisa menanam kentang tahun ini. Aku benci merindukan saat-saat berkebun karena ibumu sangat suka berkebun. Aku hanya terlalu tua untuk menggali tanah untuk menanam kentang.Jika kau ada di sini, semua kesulitan saya akan berakhir. Aku tahu kau akan menggali tanah itu untuk saya, jika kau tidak berada dalam penjara. Salam sayang, Ayah” Tak lama kemudian, pria tua itu menerima telegram yang berbunyi: ‘Demi Tuhan, Ayah, jangan menggali kebun! Di situlah aku mengubur senjatanya! ‘ Pada pukul 4 pagi keesokan harinya, selusin agen FBI dan polisi setempat muncul dan menggali seluruh kebun tanpa menemukan senjata apapun. Dengan perasaan bingung, orang tua itu menulis surat lagi kepada anaknya untuk menceritakan apa yang telah terjadi, dan bertanya kepadanya apa yang harus dilakukan selanjutnya. Jawaban putranya adalah sebagai berikut “Selamat berkebun ayah. Sekarang ayah bisa menanam kentang tahun ini. Ini adalah hal terbaik yang bisa kulakukan untukmu dari sini. ” Kerabat Imelda...Tidak masalah dimana anda berada. Jika anda memutuskan untuk melakukan sesuatu dari dalam hati, maka anda bisa melakukannya dari belahan dunia manapun. SUMBER:gemintang.com

Menangislah Saat Kalah

Orang bijak mengajarkan kita untuk tidak menangis saat kalah atau saat gagal mengerjakan sesuatu, namun para ahli berkata lain. Anda telah mempersiapkan sertifikasi dengan sebaik-baiknya, dan walaupun Anda tahu ada beberapa kekurangan, namun Anda bisa mengatasinya dengan baik. Tak disangka ternyata pengajuan sertifikasi Anda gagal. Rasa kecewa begitu memuncak, dan tak ayal lagi air mata serasa memenuhi pelupuk mata. Namun Anda ingat petuah untuk tidak menangis di saat kalah, maka Anda menguatkan hati dan menganggap semuanya baik-baik saja. Belakangan ini juga marak kompetisi yang disiarkan sebagai reality show. Di sana nampak berbagai reaksi saat seseorang menghadapi kekalahan dan kegagalan. Selama ini mereka yang tidak menangis saat kalah dianggap berjiwa besar dan semua orang mengira itulah sikap yang harus diambil saat menghadapi kekalahan. Namun ternyata tidak. Seperti diberitakan di Daily Mail, beberapa bulan lalu para peneliti dari Indiana University di Amerika mengungkap bahwa, seorang atlet yang membiarkan dirinya menangis setelah dinyatakan kalah dalam pertandingan, bisa menunjukkan performa yang lebih baik dalam jangka waktu ke depan. Menurut para ilmuwan, mereka yang tidak menahan diri untuk menangis adalah tanda bahwa orang tersebut memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Mereka yang menangis saat kalah biasanya adalah orang-orang yang memiliki ambisi dan kepercayaan diri yang tinggi, sehingga merasa sangat sedih ketika menghadapi kekalahan. Namun tidak banyak yang sadar, bahwa dibutuhkan kejujuran dan kepercayaan diri yang tinggi pula untuk mengakuinya di depan orang dengan menangis. Sifat positif inilah yang bisa menjadi modal seseorang untuk bangkit menunjukkan performa yang lebih baik lagi di kesempatan selanjutnya. Menangislah saat kalah, selain melegakan hati, Anda juga sedang melecut diri sendiri untuk tampil lebih baik lagi. SUMBER:kapanlagi.com

Di Balik Pria Hebat, Ada Perempuan Hebat

Pada suatu hari, Thomas B. Wheeler, CEO Massachusetts Mutual Life Insurance Company, dan istrinya sedang menyusuri jalan raya antarnegara bagian ketika menyadari bensin mobilnya nyaris habis. Wheeler segera keluar dari jalan raya bebas hambatan itu dan tak lama kemudian menemukan pompa bensin yang sudah bobrok dan hanya punya satu mesin pengisi bensin. Setelah menyuruh satu-satunya petugas di situ untuk mengisi mobilnya dan mengecek oli, dia berjalan-jalan memutari pompa bensin itu untuk melemaskan kaki. Ketika kembali ke mobil, dia melihat petugas itu sedang asyik mengobrol dengan istrinya. Obrolan mereka langsung berhenti ketika dia membayar si petugas. Tetapi ketika hendak masuk ke mobil, dia melihat petugas itu melambaikan tangan dan dia mendengar orang itu berkata, "Asyik sekali mengobrol denganmu." Setelah mereka meninggalkan pompa bensin itu, Wheeler bertanya kepada istrinya apakah dia kenal lelaki itu. Istrinya langsung mengiyakan. Mereka pernah satu sekolah di SMA dan pernah pacaran kira-kira setahun. "Astaga, untung kau ketemu aku," kata Wheeler menyombong. "Kalau kau menikah dengannya, kau jadi istri petugas pompa bensin, bukan istri direktur utama!" "Sayangku...," jawab istrinya, "Kalau aku menikah dengannya, dia yang akan menjadi direktur utama dan kau yang akan menjadi petugas pompa bensin." Kerabat Imelda....banyak manusia yang menjadi sukses karena dukungan dari perempuan yang menjadi istrinya. Sebaliknya, tidak sedikit juga laki-laki yang jatuh dan hancur karena perempuan yang dinikahinya. Sungguh, pernikahan adalah upaya penyatuan dua kekuatan yang jika berhasil melakukannya maka keberhasilan pun akan kita raih ,meski memakan waktu yang tidak sebentar dan harus melewati berbagai halangan. Kisah ini disadur Tim Andrie Wongso dari 'The Best Of Bits & Pieces' , satu dari 71 Kisah dalam Buku Chicken Soup for the Couple's Soul. SUMBER:www.andriewongso.com

Rumput Tetangga Tidak Selalu Lebih Hijau

Selalu terlihat mesra dan tampak sebagai keluarga bahagia. Siapa yang tidak iri kalau punya tetangga seperti itu? Saya yakin, perasaan ini sering kali dirasakan oleh para istri. Bukan berarti para pria tidak pernah mengalaminya, namun saya akui, kaum Adam memiliki kelebihan dalam hal menyembunyikan emosinya. Jadi, hanya diri mereka saja yang tahu apa yang mereka rasakan. Nah, justru wanitalah yang terkenal dengan kemampuan mereka meluapkan perasaan, yang bisa dibilang menjadi kebutuhan utamanya, yaitu ingin didengarkan. Saya pun termasuk wanita yang normal, jadi kegemaran mengungkapkan isi hati adalah juga kebiasaan saya. Termasuk mengungkapkan "kekaguman" saya terhadap kehidupan tetangga. Tentu, suami adalah objek pendengar yang setia dalam hal ini. Ya memang, suami adalah pendengar setia, karena apa yang saya ungkapkan sebenarnya merupakan keluhan terselubung untuknya, yang kalau diartikan secara langsung, adalah ungkapan seperti "Kenapa kita tidak bisa mesra seperti mereka?", "Kenapa mobil kita tidak ganti seperti punya mereka?", "Kenapa kamu tidak bisa mengajak saya dan anak-anak liburan ke luar negeri seperti mereka?", dan pertanyaan lain yang di ujungnya selalu terselip kata-kata "seperti mereka". Tenang saja, bagi para istri atau wanita yang merasa memiliki kebiasaan yang sama dengan saya, cerita di atas hanyalah contoh kasus yang kerap terjadi dalam kehidupan berumah tangga. Sebenarnya, di mana pun juga, di situasi apa pun juga, semua orang pasti pernah mengalaminya. Entah itu iri dengan kenaikan karier seorang rekan kerja yang begitu cepat, iri melihat pendapatan sahabat yang jauh lebih tinggi, atau iri pada kehidupan saudara sendiri yang terlihat lebih mudah diarungi. Begitu juga dalam kehidupan berumah tangga. Coba tanyakan kepada diri Anda, pernahkah Anda merasakan kekurangan pasangan seiring bertambahnya usia pernikahan? Banyak orang bilang, awal pernikahan terasa bagaikan masa bulan madu tanpa henti, tapi lama-kelamaan rasa bosan mulai datang. Bila saat itu telah tiba, kita mulai melihat satu per satu kekurangan dari pasangan timbul di permukaan. Padahal, semuanya itu berawal dari rasa kagum yang berujung pada kecemburuan. Kalau kita mau berkaca pada diri orang lain, menikmati apa yang sudah kita dapatkan, tentunya kehidupan kita bersama pasangan adalah sesuatu yang indah dan patut disyukuri. Belum tentu orang lain yang kita kenal memiliki pasangan yang 100% mencintai kita dengan tulus, menjaga kita saat sakit, menghibur kita saat bersedih, dan mendampingi kita dalam suka maupun duka. Kita tidak boleh hanya menilai sesuatu hal dari tampak luarnya saja. Terkadang, sifat manusia yang tidak mau kalah, membuatnya berpikir bahwa penderitaan yang dialaminya lebih berat daripada penderitaan orang lain. Maka, kita cenderung melihat kehidupan orang lain jauh lebih indah dan mudah, daripada kehidupan yang kita jalani. Itu tidak benar! Pernahkah Anda berpikir, di balik kemesraan yang terlihat dan kekayaan yang tampak, ada permasalahan yang juga sedang melanda mereka yang memiliki. Bisa saja, untuk dapat memiliki rumah mewah dan mobil bagus, pasangan itu harus bekerja sedemikian keras, sehingga sering kali anak-anak yang menjadi korban, dan tumbuh menjadi anak yang kurang perhatian dari orangtuanya. Atau, kemesraan yang mereka tunjukkan adalah palsu. Tidak ada yang tahu jawaban pastinya, kecuali Anda mau menyelidiki dengan cermat, yang adalah perbuatan yang tidak terpuji. Buat apa mencampuri urusan orang lain, termasuk mencemburui kehidupan orang lain. Masih banyak yang jauh lebih penting untuk diurusi, yaitu kehidupan rumah tangga kita sendiri. Dari pada hanya mengeluh kurang ini-kurang itu, lebih baik kita mensyukuri kehidupan yang telah kita miliki ini. Bahkan, kalau perlu, tingkatkan kualitas kehidupan rumah tangga kita dengan memupuk rasa saling menyayangi, pengertian, dan kepercayaan. Pasangan tentu jauh lebih bahagia melihat orang yang dicintainya selalu mendukung dirinya 100% tanpa mengeluh. Niscaya, rumput kita sama hijaunyua dengan rumput tetangga, atau bahkan lebih indah! SUMBER:Anastasia Ratih P. Tyas - andriewongso.com

Hidup Bukanlah Perlombaan

Bayangkan hidup itu suatu permainan di mana Anda menyulap sekitar lima bola di udara. Anda namai mereka dengan sebutan pekerjaan, keluarga, kesehatan, teman dan semangat. Anda menjaga semua ini dalam udara. Anda akan segera memahami bahwa bekerja adalah sebuah bola karet. Jika Anda drop, itu akan memantul kembali. Tetapi empat bola lainnya yaitu keluarga, kesehatan, teman-teman dan semangat terbuat dari kaca. Jika Anda drop satu ini, mereka akan menjadi lecet, bertandai, sobek, rusak atau bahkan hancur. Mereka tidak pernah akan sama. Anda harus memahami itu dan berusaha untuk menyeimbangkan hidup anda. Jangan merusak nilai Anda dengan membandingkan diri dengan orang lain. Karena kita berbeda satu sama lain dan masing-masing dari kita adalah spesial. Jangan menetapkan tujuan Anda dengan apa yang orang lain anggap penting. Hanya Anda yang tahu apa yang terbaik untuk Anda. Jangan anggap remeh hal-hal yang paling dekat dengan hati Anda. Melekatlah kepada mereka, karena tanpa mereka, hidup tidak bermakna. Jangan biarkan hidup Anda hilang melalui jari-jari Anda dengan hidup di masa lalu atau untuk masa depan. Dengan hidup Anda satu hari pada suatu waktu, Anda dapat menghidupi SEMUA hari dalam hidup Anda. Jangan menyerah ketika Anda masih memiliki sesuatu untuk diberikan. Tidak ada yang benar-benar berakhir sampai Anda berhenti berusaha. Jangan takut untuk mengakui bahwa Anda yang kurang sempurna. Ini adalah sesuatu yang rapuh yang dapat mengikat kita bersama yang lainnya. Jangan takut menghadapi resiko. Ini adalah kesempatan untuk belajar bagaimana menjadi berani. Jangan menutup cinta keluar dari hidup Anda dengan mengatakan tidak mungkin untuk menemukan. Cara tercepat untuk menerima cinta adalah memberi, cara tercepat untuk kehilangan cinta adalah memegangnya terlalu erat, dan cara terbaik untuk memelihara cinta adalah dengan memberinya sayap. Jangan lari melalui kehidupan begitu cepat sehingga Anda lupa tidak hanya di mana Anda telah berada, tetapi juga di mana Anda akan pergi. Jangan lupa bahwa kebutuhan emosi terbesar seseorang adalah untuk merasa dihargai. Ilmu pengetahuan sama sekali tidak memiliki berat. Pengetahuan adalah ringan, harta yang selalu dapat dibawa dengan mudah. Jangan gunakan waktu atau kata-kata dengan sembarangan, karena tidak dapat diambil. Hidup bukanlah perlombaan, tetapi perjalanan untuk menikmati setiap langkah. SUMBER:gemintang.com

Cari Solusi

Terkadang pekerjaan kita sangat tergantung dengan hasil kerja orang lain. Keberhasilan kita juga ditentukan oleh keberhasilan orang lain. Dalam situasi yang tidak ideal, bisa jadi, orang orang di sekitar kita tidak mampu bekerja semestinya sehingga pada akhirnya "merepotkan" kita juga. Target yang tertunda dan hasil yang tidak memuaskan mungkin disebabkan oleh pihak lain tersebut. Pihak lain di sini bisa datang dari sesama kolega di bagian yang sama, bawahan, atasan, kolega di bagian lain bahkan pimpinan tertinggi perusahaan. Misalnya data yang terlambat atau data yang kurang mendetail dari suatu bagian akan menyebabkan waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan kita menjadi sangat terbatas. Sementara target adalah target. Pekerjaan tetap harus selesai sesuai batas waktunya. Dalam kondisi lain, tidak adanya arahan yang jelas dari pimpinan, tidak adanya pembagian tugas yang jelas dan sebagainya, juga bisa menyebabkan kebingungan yang akan menghambat pencapaian kinerja yang optimal. Dalam kondisi seperti ini, menyalahkan pihak lain bukanlah hal yang bijak. Dalam hal ini justru kita musti berperan aktif dan mengambil inisiatif untuk memecahkan permasalahan yang ada dan mencari solusinya walaupun terkadang melewati ranah pekerjaan kita. Karena apabila dibiarkan saja, bukan tidak mungkin, permasalahan yang sama akan sering terjadi lagi di masa yang akan datang. Lebih baik kita lelah dahulu untuk membereskan masalah ini daripada membiarkannya terjadi terus di masa masa yang akan datang. Inisiatif mencari solusi ini harus senantiasa kita pupuk dalam diri kita sehingga ia benar benar menjadi karakter yang inheren dalam sikap kita. Mungkin kita jadi akan lebih capek karena mengurusi hal hal yang sebenarnya bukan urusan kita. Tapi selama semangatnya adalah solusi, ini pasti akan sangat diapresiasi secara positif oleh siapa pun. Prinsip sederhana yang perlu kita pegang adalah bahwa tidak ada satu masalah pun di muka bumi ini kecuali sudah tersedia solusinya. Tinggal diperlukan tekad yang kuat untuk mewujudkan solusi tersebut. Carilah solusi mulai dari dalam diri kita sendiri sebagaimana ungkapan Joe Coudert di atas: "Terhadap semua pertanyaan Anda dalam hidup, Anda sendirilah jawabannya. Terhadap semua permasalahan yang Anda alami, Anda juga lah pangkal solusinya." SUMBER:Nasrul Chair - andriewongso.com

Hadiah untuk Ayah

Beberapa waktu lalu, seorang ayah menghukum putrinya yang berusia 3 tahun karena menghabiskan satu gulungan pita pembungkus kado. Saat itu pengeluaran keluarga itu memang sedang diperketat, sang ayah menjadi marah ketika putrinya mencoba untuk menghias kotak untuk diletakkan di bawah pohon Natal. Namun demikian, pada pagi harinya gadis kecil itu membawa hadiah yang dibungkusnya untuk sang ayah dan berkata, “Ini untukmu, Ayah.” Sang ayah menjadi malu karena reaksinya yang berlebihan semalam. Tapi kemarahannya berkobar lagi ketika ia menemukan bahwa kotak itu kosong. Dia berteriak putrinya, “Apa kamu tidak tahu bahwa ketika kamu memberikan hadiah kepada seseorang, kamu harus mengisi kotak itu dengan suatu barang?” Gadis kecil itu menatap sang ayah dengan beruraian air mata dan berkata, “Oh Ayah, itu tidak kosong. Aku meniup ciuman ke dalam kotak. Semua untukmu Yah. ” Hati sang ayah menjadi hancur mendengarnya. Dia melingkarkan lengannya untuk memeluk gadis kecilnya, dan memohon maaf karena telah berteriak kepadanya. Semenjak kejadian itu sang ayah tetap menyimpan kotak pemberian putrinya, walau beberapa tahun telah berlalu. Setiap kali dia berkecil hati, dia akan mengambil sebuah ciuman khayalan dan mengingat kasih anak yang telah menaruhnya di sana. Kenyataannya Tuhan telah memberikan manusia satu wadah penuh berisi cinta dan kasih sayang tanpa syarat dari orang tua, anak-anak, dan teman. Hanya terkadang kita tidak menyadari bahwa wadah itu benar-benar ada. SUMBER:gemintang.com

Mengapa Kaca Spion Mobil Bentuknya Kecil?

Spion, piranti untuk membantu saat mengemudi mobil di jalan. Membantu melihat sisi belakang saat akan berbelok atau menyalip. Sangat penting artinya agar tak terjadi kecelakaan di jalan. Sekalipun penting, mengapa bentuknya hanya kecil saja ya? Anda mungkin akan mengernyitkan dahi dan berkata, "tentu saja dibuat kecil buat apa besar? Kalau besar kan bisa mengganggu pengendara mobil lainnya..." Ya, jawaban tersebut tidak salah. Tetapi pernahkah Anda menyadari bahwa di dalam kehidupan, masing-masing dari kita juga dibekali kaca spion yang fungsinya relatif sama dengan kaca spion mobil. Ah aneh-aneh saja, mana ada kaca spion di dalam hidup? Ada! kita menyebutnya, masa lalu. Itulah kaca spion yang dimiliki masing-masing orang dalam hidupnya. Bila spion dibuat untuk membantu pengendara melihat sisi belakang kendaraan, maka spion hidup kita membantu untuk melihat masa lalu. Spion mobil dibuat kecil, karena memang melihat ke belakang tak perlu sampai di ujung jalan juga harus kelihatan. Yang terpenting adalah kondisi tepat di belakang kita yang dapat kita jadikan acuan bahwa jalanan sudah aman untuk kita melakukan sesuatu, entah berbelok atau menyalip. Sayangnya, dalam hidup, kita cenderung menggunakan spion yang sangat lebar. Di mana, kita seringkali melihat masa lalu terlalu sering dan terlalu jauh ke belakang. Padahal, apa sih untungnya? Sebenarnya juga tak banyak untung yang kita dapatkan saat menengok ke masa lalu, selain rasa takut melangkah, ragu-ragu, dan sedih yang berkepanjangan. Lantas mengapa kaca depan mobil dibuat sebesar itu saja? Mengapa kita tak memakai teleskop sekalian untuk melihat ke depan kalau-kalau ada kecelakaan atau kemacetan di jalan. Inilah yang sering terjadi pada kita. Saking takutnya akan masa lalu dan masa depan, akhirnya yang sering kita lakukan pertama adalah menengok ke masa lalu terlalu sering. Kemudian berusaha mencari tahu apa yang akan terjadi di masa depan, entah dengan membaca ramalan atau pergi ke orang pintar. Apakah kemudian kehidupan Anda jauh lebih baik dengan melakukan hal tersebut? Hmm... kebanyakan tidak. Banyak yang justru semakin merasa tertekan dan tak puas dengan kehidupannya. Marah, jengkel, kecewa, dan takut. Akhirnya kebahagiaanpun jauh, dan hidup terasa sangat menakutkan. Kerabat Imelda, bila spion ukurannya kecil, karena memang dibuat agar kita tak terlalu jauh melihat ke belakang. Tak menyesali apa yang ada di masa lalu, dan tak terus-terusan terbeban karena kejadian yang sudah usai. Bila kaca depan mobil tak dibuat melihat jauh ke depan, semata hanyalah agar kita tak terlalu khawatir akan apa yang terjadi di masa depan. Setidaknya kita cukup siap dengan strategi dan rencana untuk masa depan. Namun, baiknya kita menjalaninya dengan santai, tidak terlalu khawatir, dan tak terbeban masa lalu. Kita hanya cukup bersiap saja menghadapi apa yang ada di depan, untuk kemudian beraksi sigap. Let's live for today! SUMBER:Agatha Yunita - kapanlagi.com

Pemilik Penginapan yang Tidak Pernah Mengeluh

Pada suatu malam musim panas ketika pemilik penginapan sedang meyiapkan makan malam, terdengar ketukan di pintu. Pemilik penginapan itu yang ternyata bernama Sarah, membukanya dan melihat seorang pria dengan wajah yang sangat buruk dan bungkuk. Tapi yang mengerikan adalah wajahnya yang miring, bengkak, merah dan mentah. Namun suaranya menyenangkan ketika ia berkata, “Selamat malam Aku datang untuk melihat apakah anda memiliki kamar kosong hanya untuk semalam saja. Saya datang untuk berobat dan tiba dari pantai Timur, dan berada disini sampai esok pagi karena tidak ada bis lagi”.Dia bilang dia sudah mencoba mencari kamar sejak tadi siang tanpa hasil. Tidak ada seorangpun yang memiliki kamar kosong. “Saya kira itu karena wajahku … Saya tahu kelihatannya memang mengerikan, tapi dokterku bilang dengan beberapa kali pengobatan lagi maka akan lebih baik.” Untuk sesaat Sarah ragu-ragu, tapi kata-kata selanjutnya menenteramkan dan meyakinkanku. “Aku bisa tidur di kursi goyang di beranda sampai bis ku datang pagi-pagi sekali..” ujar pria itu. Sarah kemudian berkata padanya, bahwa akan mencarikan ranjang buat dia, untuk beristirahat di beranda. Sarah masuk ke dalam dan mendapatkan makan malam telah siap. Ketika meraka akan menyantap makan, Sarah bertanya pada orang tua itu apakah ia akan bergabung dengan mereka. “Tidak terima kasih Saya punya banyak..” Dan ia menunjukkan sebuah kantung kertas coklat. Ketika Sarah selesai mencuci piring, ia keluar untuk mengobrol dengan orang tua itu beberapa menit. Tidak butuh waktu lama untuk melihat bahwa orang tua ini memiliki sebuah hati yang terlampau besar untuk dijejalkan kedalam tubuhnya yang kecil. Dia bercerita ia menangkap ikan untuk hidup untuk menunjang putrinya, kelima anak-anaknya, dan suami putrinya, yang mengalami lumpuh akibat cedera punggung. Ketika bercerita, setiap kalimat mengandung ucapan terima kasih kepada Tuhan bahwa ini semua adalah hadiah dari Tuhan. Ia berterima kasih bahwa tidak ada rasa sakit yang menyertai penyakitnya, yang rupanya adalah semacam kanker kulit. Ia bersyukur pada Tuhan yang memberinya kekuatan untuk terus berjalan. Saat tidur, Sarah menyiapkan ranjang lipat di kamar anak-anaknya. Ketika terbangun keesokan paginya, seprei dan selimut sudah rapi terlipat dan pria itu sudah berada di beranda. Ia menolak makan pagi. Tapi sesaat sebelum ia berangkat naik bis, ia berhenti sebentar, seakan meminta suatu bantuan besar, ia berkata, “Permisi, bolehkah aku datang dan tinggal lagi ketika aku harus kembali berobat? Saya tidak akan membuat Anda kerepotan sedikitpun. Aku bisa tidur di kursi teras. ”Dia berhenti sejenak dan lalu menambahkan, “Anak-anak Anda membuat saya merasa di rumah. Orang dewasa terganggu oleh wajahku, tetapi anak-anak tampaknya tidak keberatan.” Sarah mengatakan bahwa dia dipersilahkan untuk datang kapanpun dia mau. Pada perjalanan berikutnya, dia tiba setelah jam tujuh pagi. Sebagai hadiah, ia membawa seekor ikan besar dan satu liter kerang terbesar yang pernah Sarah lihat. Ia mengatakan ia telah mencuci kerang tersebut tadi pagi agar terlihat bagus dan segar. Sarah tahu bisnya berangkat jam 4.00 pagi dan ia bertanya-tanya orang tua itu bangun jam berapa untuk mengerjakan semua ini sebelum berangkat? Selama bertahun-tahun orang tua itu datang untuk menginap bersama Sarah dan keluarganya, pria itu tidak pernah lupa membawa ikan atau kerang atau sayuran dari kebunnya. Beberapa kali Sarah terima kiriman lewat pos, selalu lewat kilat khusus … ikan dan tiram dikemas dalam sebuah kotak dengan bayam muda segar. Setiap daun hati-hati dicuci. Mengetahui bahwa ia harus berjalan tiga mil ke kantor pos, dan sadar betapa sedikit uang yang ia keluarkan, telah membuat hadiah tersebut semakin bernilai. Setiap Sarah menerima hadiah-hadiah tersebut, ia teringat komentar tetangga sebelah setelah pria itu meninggalkan rumahnya pada pagi pertama ia menginap. “Apakah Anda memberikan kamar kepada tamu mengerikan itu tadi malam!? Anda dapat kehilangan penyewa-penyewa kamar dengan menampung orang seperti itu!” Ketika itu Sarah menjawab “Mungkin kita memang kehilangan penyewa-penyewa kamar sekali atau dua kali.Tapi oh! Jika saja mereka sempat mengenalnya, mungkin penyakit mereka akan lebih mudah untuk dipikul. Aku tahu keluarga kita akan selalu bersyukur telah mengenalnya. Dari dia, kami belajar apa artinya menerima yang buruk tanpa mengeluh, dan yang baik dengan bersyukur kepada Tuhan.” SUMBER:gemintang.com

Saya Mampu Membeli, Tunggu Apa Lagi?

Mayoritas tren gaya hidup wanita muda dan berduit saat ini adalah berpenghasilan tinggi, sehingga tidak ada lagi yang menghalangi untuk membeli atau mendapatkan apa pun yang dinginkan. Untuk apa menabung? Uang sudah tersedia! Tidak ada lagi alasan untuk tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Namun ternyata tidak selamanya aksi menunda dan menunggu itu buruk. Untuk urusan menyalurkan keinginan, Anda sangat butuh dua hal ini. Menunggu adalah hal yang paling menyebalkan, begitu pula ketika tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan, rasa kecewa itu menyakitkan. Sebaliknya, cepat mendapatkan apa yang diimpikan dianggap sebagai kebahagiaan. Oleh karena itu para orang tua yang berkecukupan tidak membiarkan anaknya menunggu dan kecewa atas barang yang diinginkan. Ketika si anak dewasa, hal ini menjadi kebiasaan untuk mendapatkan apapun yang dimaui saat itu juga. Kerja gila-gilaan, mengorbankan keluarga dan bahkan bermain 'kotor' dalam bekerja pun tidak masalah asalkan bisa mendapatkan penghasilan yang bisa mencukupi gaya hidup tiada batas ini. Sayangnya, pola hidup ini tidak menjamin kebahagiaan. Buktinya, survei baru-baru ini menemukan bahwa para wanita saat ini lebih mudah mengalami depresi dibanding 40 tahun lalu. Padahal berbagai akses untuk mendapatkan sesuatu jauh lebih mudah saat ini dibandingkan zaman orang tua kita dulu. Lebih lanjut lagi, dikutip dari Daily Mail, semua yang serba cepat ini menjadikan kita pribadi yang manja dan pada akhirnya tidak bisa menghargai sesuatu dan tidak lagi merasakan makna dari sesuatu yang diinginkan. Dengan kata lain, Anda menjadi tidak tahu lagi apa yang sebenarnya benar-benar Anda inginkan. Gejala jika Anda telah memasuki fase ini adalah, suatu hari Anda membuka lemari Anda yang penuh berisi sederet sepatu, pakaian, tas dan aksesoris yang fashionable, tapi Anda tidak tahu mana yang benar-benar Anda sukai dan apa yang akan Anda pakai untuk hari itu. Keadaan ini kemudian membuat Anda mencari lagi apa yang sebenarnya Anda inginkan, menemukannya dalam tren sepatu terbaru, membelinya dan kemudian segera meninggalkannya setelah beberapa kali pakai. Selanjutnya, Anda kembali menginginkan hal lainnya untuk membuat Anda bahagia, yang sebenarnya tidak pernah Anda dapatkan dari barang apa pun itu. Well, masih belum terlambat untuk mengembalikan esensi kebahagiaan dalam diri Anda. Caranya, biasakan untuk menunggu ketika Anda sedang menginginkan sesuatu. Dengan menunggu, Anda akan tahu apakah itu benar-benar yang Anda inginkan. Dengan menabung, Anda akan lebih bisa menghargai uang yang berhasil dikumpulkan, ketimbang hanya menerima gaji dan kemudian langsung membelanjakannya. So, untuk urusan memanjakan diri, menunggu dan menunda itu ada hikmahnya! SUMBER:KapanLagi.com

Ibuku Tidak Sempurna

Ibuku hanya memiliki satu mata. Saya membencinya, karena dia membuatku malu. Ibuku mengelola sebuah toko kecil di sebuah pasar yang menjual rumput liar. Pada suatu hari ketika aku berada di sekolah dasar. Ibuku datang ke sekolah. Saya sangat malu. Bagaimana dia bisa melakukan ini padaku? Aku melemparkan tatapan penuh kebencian dan berlari keluar. Keesokan harinya di sekolah. Teman-teman bertanya “Ibumu hanya memiliki satu mata?!” dan mereka mengejek saya. Saya harap ibuku lenyap dari dunia ini sehingga Saya tega berkata kepada ibu, “Kenapa Ibu tidak memilikli 2 mata?! Ibu telah membuatku menjadi bahan tertawaan disekolah. Mengapa Ibu tidak mati saja?” Ibuku diam, tidak menanggapi. Saya merasa telah bertindak sangat buruk, tapi pada saat yang sama, rasanya lega juga telah mengatakan apa yang selama ini Saya ingin katakan kepadanya. Mungkin karena ibuku tidak menghukumku, maka Saya berpikir telah melukai perasaannya dengan sangat buruk. Malam itu … Saya terbangun, dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Ibuku menangis di sana, begitu tenang, seakan ia takut bahwa ia akan membangunkanku. Saya melihatnya, dan kemudian berpaling. Saya benci melihat ibu mengeluarkan air mata hanya dari satu matanya saja. Jadi Saya berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan tumbuh dewasa dan menjadi sukses, karena saya membenci pada ibuku yang bermata satu dan kemiskinan kami. Lalu Saya belajar sangat keras. Saya meninggalkan ibu dan datang ke Ibukota untuk sekolah, dan diterima di Universitas Negeri. Lalu, Saya menikah dan membeli rumah sendiri. Lalu punya anak. Sekarang Saya hidup bahagia sebagai pria sukses. Saya suka di sini karena tempat yang tidak mengingatkan saya pada ibu. Kebahagiaan ini semakin besar, ketika seseorang tak terduga datang menemui saya. Itu adalah ibu!!. Masih dengan satu matanya. Rasanya seolah-olah seluruh langit runtuh menimpa saya. Putriku lari ketakutan setelah melihat mata ibu. Didasari rasa malu dan benci, maka saya berpura-pura tidak mengenal Ibu, “Anda Siapa? Aku sama sekali tidak mengenal Anda!” dia tidak menjawab. Aku berteriak padanya “Beraninya kau datang ke rumah saya dan menakut-nakuti anak saya! Pergi dari sini sekarang juga!” Ibuku dengan tenang menjawab, “oh, maafkan saya. Saya telah mendatangi alamat yang salah,” Dan dia menghilang. Saya lega karena Ibu tidak mengenali saya. Saya berkata pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan peduli dan melanjutkan hidup saya tanpa mengingat-ingat kejadian ini. Suatu hari, sebuah undangan untuk menghadiri acara reuni sekolah datang ke rumah. Saya berbohong kepada istri saya dengan mengatakan bahwa saya akan melakukan perjalanan bisnis. Setelah reuni, Saya pergi ke gubuk tua, tempat masa kecil saya dulu … ketika membuka pintu, aku menemukan ibu terjatuh di tanah. Tapi aku tidak meneteskan air mata sedikit pun. Dia memiliki secarik kertas di tangannya yang ternyata adalah surat untung saya. Isi surat tersebut adalah sebagai berikut: “Anakku, Saya pikir hidup saya sudah cukup. Dan … Saya tidak akan mengunjungi Ibukota lagi. Tetapi apakah itu merupakan permintaan yang berlebihan untuk memintamu datang mengunjungi saya sekali-kali? Aku sangat merindukanmu. Dan saya sangat senang ketika mendengar kau datang ke acara reuni. Tapi aku memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah. Untukmu… Aku sangat menyesal telah membuatmu malu karena hanya memiliki satu mata. Apakah kamu ingat, ketika kamu masih sangat kecil, kamu mengalami kecelakaan, dan kehilangan salah satu matamu. Sebagai seorang ibu, aku tidak tahan melihatmu harus tumbuh dengan hanya satu mata. Jadi aku memberimu salah satu mataku. Aku begitu bangga melihatmu telah memandang dunia baru dengan mataku. Aku tidak pernah marah padamu untuk apa pun yang telah kamu lakukan padaku. Ketika kamu membentak dan memarahiku, aku selalu mengatakan pada diriku bahwa, ‘itu karena dia mencintaiku. ” Aku rindu pada masa-masa ketika kamu masih kecil. Masa dimana kamu masih membutuhkanku. Aku sangat merindukanmu. Aku mencintaimu. Kamu sangat berarti bagiku.” Dunia saya hancur setelah membaca surat itu! Dan Saya menangis untuk orang yang telah hidup bagi saya. Yaitu Ibu saya. SUMBER:gemintang.com

Si Penolong Yang Bernama 'Waktu'

Pada suatu ketika, segenap Perasaan dan Emosi pergi ke sebuah pulau untuk berlibur. Semua bergembira dan menikmati waktu mereka di sana, hingga tiba-tiba ada sebuah pengumuman bahwa badai akan menerjang pulau itu. Setiap orang diminta untuk mengungsi dari pulau itu. Tentu saja pengumuman ini menimbulkan kepanikan yang sangat besar. Setiap orang berebut menyelamatkan barang dan berlari memenuhi kapal-kapal yang nampak di depan mereka. Bahkan kapal-kapal yang nampak jelek pun kembali diturunkan ke laut dan segera dipenuhi oleh orang-orang. Namun demikian Cinta tidak ingin cepat-cepat melarikan diri. Masih ada banyak hal yang harus dilakukannya, yaitu membantu orang-orang menyelamatkan diri. Seiring kabut yang menebal, Cinta sadar dia juga harus segera naik ke kapal. Sayangnya, tidak ada lagi tempat di kapal-kapal itu yang bisa menampung dirinya. Cinta mengedarkan pandangan dengan penuh harap ketika Kemakmuran lewat dengan kapal yang kokoh dan nampak mewah. Cinta segera berseru, "Kemakmuran, dapatkah kau membawaku di kapalmu?" "Maaf," jawab Kemakmuran, "kapalku sudah penuh dengan harta yang berharga, emas dan perak. Tidak ada tempat untukmu." Sejenak kemudian, Kesombongan melintas dengan kapalnya yang indah. Terdesak oleh kecemasan yang semakin menghimpit, Cinta berteriak padanya, "Maukah kau menolongku? Aku seorang diri dan butuh tumpangan. Tolong angkut aku bersamamu!" Dengan congkaknya Kesombongan menjawab, "Tidak, saya tidak bisa membawamu. Kapal saya akan kotor terkena kakimu yang berlumpur itu." Berikutnya Penderitaan lewat dengan kapalnya, dan sekali lagi Cinta meminta pertolongan. Namun jawabnya, "Tidak.. aku terlalu sedih untuk membawamu. Aku ingin sendirian. Jangan ganggu aku." Tepat setelah itu lewatlah Kebahagiaan. Dengan segera Cinta bangkit dan memanggilnya. Dia yakin Kebahagiaan akan menolongnya. Namun karena terlalu bahagia, Kebahagiaan bahkan tidak melihat ke sekelilingnya dan tidak menyadari ada yang sedang melambai-lambai memanggilnya. Cinta merosot di tempatnya berdiri, dia merasa takut, cemas sekaligus hancur karena tidak ada yang mau menerimanya. Dalam genangan air mata yang mengaburkan pandangannya, sebuah suara memanggil, "Cinta, kemarilah! Aku akan menolongmu." Tanpa pikir panjang, dan tanpa melihat siapa itu, Cinta bangkit melangkah gontai segera masuk ke dalam kapal. Tangisnya masih menjadi-jadi seiring kapal mulai bergerak meninggalkan pulau. Sebuah harapan untuk selamat merebak di hatinya, namun penolakan yang dirasakannya masih membekas dalam. Tak terasa kapal telah merapat di pantai. Cinta turun, namun tidak mengenali siapa yang telah menolongnya. Cinta pun kemudian bertanya pada Pengetahuan, siapakah yang telah menolongnya ketika semua telah menolak. Pengetahuan tersenyum, "Oh, itu adalah Waktu." Kerabat Imelda....Cerita ini memberikan pesan yang sangat mendalam, yang tidak akan pernah salah. Ketika cinta Anda dikecewakan, ketika Anda disakiti karena cinta, hanya satu yang akan menyembuhkan dan menolong, yaitu waktu. Waktu menyimpan semua cerita dan rencana, dan menyatakannya kepada Anda di saat yang tepat. SUMBER:kapanlagi.com

Terima Kasih Telah Menolak Cintaku

Siapa sih yang ingin ditolak cintanya, aku rasa semua perempuan yang pernah merasakan jatuh cinta pasti berharap cintanya diterima. Tetapi aku cukup beruntung ketika aku jatuh cinta dan akhirnya tertolak. Aku sebenarnya perempuan yang sukar sekali jatuh cinta, mungkin karena saat itu aku belum menemukan seseorang yang benar-benar aku cintai dengan tulus, bukan karena nafsu atau iri saat melihat teman-teman sebayaku telah memiliki kekasih. Aku lebih senang menunggu, walau sebenarnya saat itu banyak laki-laki yang mencoba mendekati aku Karena hal itu, aku sempat diisukan sebagai perempuan yang tak normal karena tak pernah jatuh cinta. Bahkan sampai aku menginjak kelas tiga SMU, aku masih senang sendiri, merajut keceriaan tanpa kehadiran sang pujaan hati, memotong kesedihan dengan kesendirian dan membiarkan air mata ini jatuh dari kelopaknya, setetes demi setetes sampai akhirnya jiwa ini kembali menemukan harinya. Tetapi terus terang, aku akhirnya jatuh cinta untuk yang pertama kalinya, walau saat itu sebenarnya aku tak pernah menyadari perasaan itu. berawal dari ketidak sengajaan saat aku mendengarkan percakapan diruangan kepala sekolah, aku melihat Dedy (bukan nama sebenarnya) teman sekelasku yang seorang juara kelas, sedang bernegosiasi untuk meminta keringanan biaya untuk ujian akhir. Dan aku tak pernah menyangka, jika Dedy si juara kelas itu adalah hanya anak seorang pedagang sayur Entah mengapa saat itu aku begitu tersentuh. Setiap ada waktu, dikelas atau dimanapun ada kesempatan,aku mencoba untuk mengajak bicara sang bintang kelas itu. Namun sejauh itu, tak ada respon sedikit pun darinya. Semakin lama aku semakin faham, untuk seorang Dedi, perhatian dari seorang perempuan sepertiku tidaklah begitu penting baginya. Karena begitu banyak beban keluarga yang ada di pundaknya. Setiap hari berganti, setiap itu pula rasa simpatikku terhadapnya semakin bertambah. Tetapi Dedy tetaplah seperti yang aku kenal sebelumnya Tidak ada kegundahan sedikitpun yang terlihat diraut wajahnya. Padahal aku tahu betul, batas akhir pembayaran ujian akhir sisa dua minggu lagi. Tetapi itulah Dedy, ia tetap bisa belajar dengan tenang, menjawab pertanyaan dengan tepat, bertanya dengan kritis, dan berdiskusi dengan bijaksana. Dedy tetap bisa menjadi bintang, bahkan bukan hanya bintang di kelas, namun juga di hatiku. Dan akupun memutuskan mengorbankan sebagian uang tabunganku. Saat itu ketika jam istirahat, nama Dedy di panggil di speaker sekolah untuk segera ke ruang tata usaha. Disana ia begitu terkejut, ketika menerima kuitansi pelunasan uang ujian akhir atas namanya. Siapa yang berbaik hati membayarkannya ? Ded pun bertanya-tanya akan hal itu. Tidak ada pesan di kuitansi itu, kecuali sebuah tanda tangan yang dibubuhi tulisan : “sahabat yang mengagumimu”: Tak ada yang ingin ditolak cintanya. Begitupun dengan aku, yang kini mulai menyadari, bahwa hatiku telah tercuri. Dengan perasaanku ini, aku yakin, bahwa aku tidak mencintai orang yang salah. Aku juga yakin, cinta murni yang selalu kusimpan rapi hanya untuk diberikan pada Dedy. Namun, aku bingung bagaimana harus mengekpresikan perasaannya. Aku hanya bisa mencuri kesempatan ketika jam diskusi, atau sesekali di perpustakaan. Siang itu di perpustakaan, aku mengembalikan buku yang sengaja aku pinjam kemarin pada Dedy. Tanpa perasaan apa-apa, Dedypun menerima buku itu. Namun ia dikejutkan pada sebuah kartu yang sengaja kuselipkan didalamnya, kartu itu berwarna merah jambu, menyebarkan wangi semerbak aroma bunga, senada dengan puisi yang tertulis didalamnya : “ kenapa tidak kau letakkan tangan itu, Ketika penat menggelabuimu, Padahal selalu ada bahu yang menunggu. Letakkanlah.. Tangan itu di bahunya Bukan hanya untuk berbagi..Tapi karena ia ingin mencintai.. Sahabat yang mengagumimu……. Tetapi aku sangat terkejut dengan sikapnya yang tiba-tiba saja berubah saat ia menyadari siapa yang telah melunasi biaya ujian akhirnya dan juga menyadari bahwa aku mencintainya. Dan sungguh aku tak percaya jika ia menolak semuanya, menolak semua bantuanku dan yang lebih menyakitkan ia menolak rasa sayangku kepadanya, “ Tunggu Ded…!” aku menghapus air mataku, “ Kenapa… kenapa aku tidak boleh menyayangimu? aku tulus menyayangimu.. aku hanya menyayangimu Ded,, dan tidak memintamu untuk menjadikanku pacar…” Dengan perasaan kalut, sang Gadis pun mengungkapkan perasaaannya pada sebuah tembok toilet di sekolah, tanpa sadar ia torehkan tembok itu dengan tulisan “ I LOVE U, DEDY” Sepuluh tahun itu berlalu, aku kini bukanlah gadis yang lemah seperti dulu. Saat ini aku tengah sukses mengembangkan usaha, aku juga telah memiliki suami dan seorang buah hati, hidup berbahagia dan tak kurang suatu apapun. Disuatu pagi, ada seorang sales yang memaksa bertemuku, tetapi karena kesibukanku, aku meminta sekretarisku untuk menanganinya. Tetapi anehnya sales tersebut tetap memaksaku untuk bertemu, karena lama menunggu akhirnya sales tersebut meninggalkan pesan. Dan aku begitu terkejut ketika membaca pesannya yang membuka kembali lukaku sepuluh tahun silam “Untuk seseorang yang pernah menorehkan namaku di tembok toilet SMU dengan kata-kata “I Love U DEDY”, AKU MOHON MAAF. Karena kini dia sudah lebih baik dariku, sudah berbenah, bahkan melebihi dari kesempurnaanku dulu. Setidaknya aku berharap dia sudi memaafkanku, meskipun tanpa harus berharap dapat merebut hatinya yang sudah layu…, DEDY…Aku menghela nafas panjang. Kemudian tanpa sadar, pena ditanganku menuntun untuk menjawab tulisan itu : Terima kasih, karena dulu telah menolak cinta ku. SUMBER:perempuan.com

When You Do Not Give Up, You Can Not Fail

Derek Redmond (atlet Inggris kelahiran tahun 1965) mengikuti lomba lari cepat 400 meter di Olimpiade Barcelona, 1992. Lomba pun di mulai dan semua peserta termasuk Derek, berlari dan berusaha untuk mencapai posisi pertama. Tetapi, di saat menempuh jarak 150 meter, Derek tiba-tiba merasakan sakit pada kakinya, ia merasa kakinya seperti terbakar. Ia terjatuh dan lututnya terluka. Ia terdiam di tempat, sedangkan peserta lainnya sudah jauh meninggalkannya. Tidak ingin menyerah, dan bertekad untuk menyelesaikan perlombaan tersebut, ia bangkit dan melanjutkan lombanya. Dengan langkah yang tidak sempurna, dan menahan sakitnya, ia terus berusaha untuk melanjutkan lomba itu. Tiba-tiba, seorang pria memasuki area lomba dengan menerobos petugas keamanan dan lari mendekati Derek. Pria tersebut mendekati dan merangkul Derek. Lalu Derek menangis dan memeluk pria tersebut, yang ternyata adalah ayahnya. "Kamu tidak perlu melakukan hal seperti ini," katanya pada putranya. "Ya, saya perlu", balas Derek. "Yah kalau begitu, mari kita selesaikan bersama!" Bersama-sama, ayah dan anaknya melanjutkan perlombaan itu. Ketika jarak tinggal sedikit lagi untuk mencapai garis finish, sang ayah membiarkan Derek untuk menyelesaikan perlombaan tersebut. Di saat Derek menyelesaikan lomba tersebut dengan melewati garis finish, lebih dari 65.000 penonton berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah untuk Derek dan ayahnya. Benar-benar kisah pelari yang sangat menginspirasi. Kerabat Imelda..jika kita renungi, hidup kita ini bagaikan perlombaan tersebut. Tidak semua hal terjadi sesuai dengan keinginan kita. Di saat kesulitan menghampiri, apa yang anda lakukan? Menyerah dan tidak menyelesaikan perjalananmu atau bangkit walaupun terjatuh dan terluka? Tidak mudah memang, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Derek bisa saja menyerah karena kesakitan, kelihatannya tidak mungkin untuk menyelesaikan lomba itu dalam keadaan kaki yang kesakitan; dia pun sudah tertinggal jauh oleh pelari yang lain. Tetapi, Derek tidak memilih untuk menyerah, dengan menahan kesakitan, ia tetap berusaha untuk menyelesaikan lomba tersebut. Ia tidak peduli kalah atau menang, tetapi ia hanya ingin menyelesaikan lomba tersebut. Dan dukungan sang Ayah yang tidak berbicara banyak namun kehadirannya memberitahu kepada Derek bahwa ayahnya ada untuknya dan memberikan dorongan kepadanya. Itu menjadi sebuah kekuatan bagi Derek untuk lebih semangat lagi menyelesaikan lomba tersebut. Semangat Derek yang tidak memilih untuk menyerah memberikan inspirasi kepada kita, khususnya dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari. Derek tidak menginginkan sebuah kekalahan, begitu juga dengan kita. Tetapi, sekali lagi, tidak semua hal terjadi sesuai dengan keinginan kita. Tetapi, itu tidak berarti kita gagal. Karena di saat kita memilih untuk tidak menyerah, kita tidak gagal. Things don't always work out the way you'd like, but, when you don't give up, you can not fail!! Tersenyumlah dan Bersyukurlah, SUMBER: Rosita - andriewongso.com

Nikmati Waktu Hargai Waktu

Waktu Tak seorangpun tahu, kapan waktu mulai bergerak Dan entah kapan sang waktu berhenti berjalan Yang pasti, sampai detik ini dia terus bergerak dan terus bergulir Entah Anda menghargai waktu dengan memanfaatkan sebaik-baiknya? Atau selalu menyia-nyiakan waktu dengan aktivitas yang tidak bermanfaat? Dia tetap dia Dan terus berjalan tanpa memihak kepada siapapun, tanpa membantu siapapun Tetapi dia bernilai untuk siapapun Dia tidak pernah kalah dan tidak akan usang Dia selalu baru, selalu segar dan tegar. Hanya kitalah sebagai manusia lambat atau cepat, pasti akan termakan oleh proses sang waktu Waktu untuk kehidupan seseorang manusia tidak lama dan sangat terbatas Maka sepantasnya harus kita isi kehidupan ini dengan produktivitas yang sangat bermanfaat Baik dari diri pribadi dan bagi manusia-manusia lainnya. Kesadaran akan nilai waktu harus selalu diingatkan Dipelihara dengan rasa syukur yang besar terhadap Sang Pencipta Dengan demikian, kita akan menghargai nilai keberadaan sang waktu dan nilai-nilai diri kita sebagai manusia sehingga kita akan selalu berusaha untuk dapat menikmati proses waktu itu dengan kualitas kehidupan yang makin lama makin indah, nikmat, bahagia dan sangat berarti... Nikmati waktumu yang masih ADA! Hargai waktumu yang masih TERSISA! SUMBER: Andrie Wongso - andriewongso.com

Bergulung Bersama Ombak Lautan

Sekelompok mahasiswa mengisi libur panjang mereka dengan berkemah di tepi pantai yang terpencil. Suasana di pantai begitu sepi dan tenang karena pantai tersebut belum dibuka untuk umum. Sebagaimana pantai laut lepas lainnya, ombak menderu, bergulung-gulung tinggi dan menghempas dengan ganas. Di siang hari menjelang sore, sekumpulan anak muda ini duduk-duduk di pantai memandangi laut lepas. Diiringi deburan ombak, mereka menceritakan kehidupan dan isi hati mereka. Kehidupan sebagai orang yang beranjak dewasa, tidaklah mudah bagi beberapa orang. Kerasnya kehidupan seringkali berbenturan dengan idealisme yang selama ini dipegang. Sore itu mereka berbagi kegelisahan dalam ketenangan pantai. Saat berbincang, nampaklah siluet tubuh manusia ikut bergulung dengan ombak. Dengan rasa terkejut, mereka segera berlari ke arah pantai dan mencari cara untuk menolong orang itu. Namun dari siluetnya yang lemah, mereka semua menduga orang itu sudah tak tertolong lagi. Maka mereka mencari sesuatu untuk menarik tubuhnya agar tidak hilang ditelan lautan. Saat mereka sibuk di pantai, gulungan ombak mengantarkan tubuh yang lemas itu ke pantai. Mereka yang tahu langsung berlari untuk menangkapnya di tempat yang agak dangkal. Namun betapa terkejutnya mereka ketika tubuh lemah itu mendadak berdiri, keluar dari air dan berjalan ke pinggir pantai. Para mahasiswa yang masih bingung mendekati si pria yang sedang menatap ombak sambil mengatur nafasnya. Mereka tidak tahan untuk tidak bertanya bagaimana pria itu bisa selamat dari arus lautan yang demikian. Selama ini orang yang terjebak di dalam arus demikian tidak pernah berhasil terbebas dengan kondisi selamat. Si pria menjawab, sebenarnya sangat mudah. Dia hanya mengikuti ke mana ombak membawanya, dia tidak berusaha melawan saat ombak menggulungnya tinggi dan juga tidak melawan saat ombak menghempas ke bawah. Ombak-ombak itu selalu mengarah ke pantai, tinggal menunggu waktu saja hingga sampai ke pantai selain berdoa agar semua berjalan dengan seharusnya. Hidup selalu memiliki masa-masa naik dan turun. Bagaimana kita menyesuaikan dan mengatur diri sendiri dalam setiap situasi, itulah yang menentukan sejauh mana keberhasilan kita dalam hidup. Saat Anda memutuskan untuk keluar atau lari dari situasi sulit, saat itulah Anda kalah dalam perang dan tenggelam ke dasar lautan. SUMBER:kapanlagi.com

Doa untuk Putraku

Pada masa Perang Dunia II, seorang jenderal kenamaan, Douglas McArthur, menullis sebuah puisi untuk putra tercintanya yang saat itu baru berusia 14 tahun. Puisi tersebut mencerminkan harapan seorang ayah kepada anaknya. Ia memberi sang anak puisi indah yang berjudul "Doa untuk Putraku". Inilah isi puisi tersebut: - Doa untuk Putraku - Tuhanku... Bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya. Dan, berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan. Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan. Tetap Jujur dan rendah hatidalam kemenangan. Bentuklah puteraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja. Seorang Putera yang sadar bahwa mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan. Tuhanku... Aku mohon, janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak. Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan. Biarkan puteraku belajar untuktetap berdiri di tengah badai dan senantiasa belajar untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya. Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi, sanggup memimpin dirinya sendiri, sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain. Berikanlah hamba seorang putra yang mengerti makna tawa ceria tanpa melupakan makna tangis duka. Putera yang berhasrat untuk menggapai masa depan yang cerah namun tak pernah melupakan masa lampau. Dan, setelah semua menjadi miliknya... Berikan dia cukup rasa humor sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh namun tetap mampu menikmati hidupnya. Tuhanku... Berilah ia kerendahan hati... Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki... Pada sumber kearifan, kelemahlembutan, dan kekuatan yang sempurna... Dan, pada akhirnya bila semua itu terwujud, hamba, ayahnya, dengan berani berkata "hidupku tidaklah sia-sia." Kerabat Imelda...Puisi yang ditulis oleh Jenderal Douglas McArthur tersebut merupakan sebuah puisi yang luar biasa. Puisi itu adalah sebuah cermin seorang ayah yang mengharapkan anaknya kelak mampu menjadi manusia yang ber-Tuhan sekaligus mampu menjadi manusia yang tegar, tidak cengeng, tidak manja, dan bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Seperti contoh sepenggal puisi di atas yg berbunyi: "Janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan." Puisi ini menunjukkan bahwa sang jenderal sadar tidak ada jalan yang rata untuk kehidupan sukses yang berkualitas. Seperti kata mutiara yang tidak bosan saya ucapkan: "Kalau Anda lunak pada diri sendiri, kehidupan akan keras terhadap Anda. Namun, kalau Anda keras pada diri sendiri, maka kehidupan akan lunak terhadap Anda." Untuk itu, jangan kompromi atau lunak pada sikap kita yang destruktif, merusak, dan cenderung melemahkan. Maka, senantiasalah belajar bersikap tegas dan keras dalam membangun karakter yang konstruktif, membangun, demi menciptakankehidupan sukses yang gemilang, hidup penuh kebahagiaan! Selamat berjuang!! Sumber:AndrieWongso.com

Kisah Monyet Dan Apel Palsu

Di sebuah hutan, tinggal sekumpulan monyet. Pada suatu hari, seekor monyet pergi ke pinggir hutan dan masuk ke dalam sebuah rumah yang kosong. Di dalam sana, sang monyet merasa lapar dan menemukan semangkuk apel dengan warna yang berkilauan. Sang monyet mengendus apel tersebut, tidak berbau apel. Saat digigit apel itu sangat keras hingga gigi sang monyet sakit. Apel tersebut tidak dapat dimakan, tetapi memiliki bentuk yang bagus dan akan berkilau saat ditimpa cahaya. Monyet tersebut melupakan rasa laparnya lalu membawa apel palsu tersebut ke dalam hutan. Dia memamerkan benda itu sebagai sesuatu yang berharga pada teman-temannya. Dia menjaga apel itu dengan menggenggamnya erat agar tidak jatuh. Tetapi.. sang monyet makin merasa lapar. Apel palsu yang dianggapnya berharga tidak mungkin dimakan. Saat melihat pohon apel dengan buah sungguhan yang harum baunya, sang monyet tidak mau memanjat, takut jika apel palsu yang dia genggam akan rusak dan jatuh ke tanah. Makin lapar dan semakin lapar.. Monyet itu memandang buah apel sungguhan yang menggiurkan. Akhirnya sang monyet mengambil keputusan, dia melempar apel palsu di atas tanah lalu memanjat pohon. Dia mengambil buah apel sungguhan dan memakannya dengan nikmat. Inilah letak kebahagiaan sejati sang monyet. Keputusannya untuk membuang apel palsu yang dianggapnya berharga memang tepat, karena dengan apel sungguhan yang tidak berkilauan, sang monyet merasa kenyang dan bahagia. Kerabat Imelda, kisah ini menjadi inspirasi pada kita semua untuk memilah apa yang kita miliki, apa yang kita butuhkan. Kadang sesuatu yang menurut kita berharga menjadi bumerang yang berbahaya. Misalnya sang monyet bertahan dengan apel palsu yang berkilauan, bisa saja dia mati kelaparan di samping pohon apel sungguhan yang berbuah ranum. Jangan abaikan apa yang ada di sekitar Anda, karena di sanalah kebahagiaan yang sesungguhnya berada. Jika Anda berada di persimpangan jalan untuk memilih sesuatu yang berharga, pastikan Anda mengikuti kebahagiaan sejati, tak hanya sesuatu yang Anda anggap berharga. SUMBER:kapanlagi.com

Percakapan Sebuah Pensil Dan Penghapus

Setelah dipakai berhari-hari untuk menyelesaikan banyak gambar, sebuah pensil dan sebuah penghapus diletakkan di atas meja oleh pemiliknya. Ruangan menjadi sunyi senyap begitu si arsitek menyelesaikan gambarnya dan bergegas keluar dari pintu. Tertinggallah mereka berdua, berhadap-hadapan di tengah meja yang nampak masih berserakan. Pensil: Maafkan aku... Penghapus: Untuk apa? Kamu tidak melakukan sesuatu yang salah.. Pensil: Lihatlah, tubuhmu mengecil.. Maafkan aku sudah membuatmu menderita. Setiap kali aku berbuat kesalahan, kamu selalu ada untuk menghapusnya. Namun untuk melakukan itu, kamu harus kehilangan bagian tubuhmu. Kamu menjadi semakin kecil dan semakin mengecil setiap kali membantuku. Penghapus: Ya, memang benar. Tapi aku sungguh-sungguh tidak keberatan. Kamu paham benar aku memang diciptakan seperti ini. Aku diciptakan untuk membantumu setiap kali kamu melakukan kesalahan. Walaupun aku sadar, suatu hari nanti aku akan habis dan kamu akan menggantiku dengan yang baru, tapi aku benar-benar senang dengan peranku. Jadi, tolong jangan bersedih, dan jangan khawatir. Aku tidak suka melihatmu sedih. Kerabat Imelda...Orang tua dan anak tiada beda dengan pensil dan penghapus. Mereka selalu ada untuk anak-anaknya, mengurusi, membenahi dan menyelesaikan kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh sang anak. Sering kali dalam perannya sebagai orang tua, mereka harus merasakan sakit fisik maupun psikis. Belum lagi omongan orang yang harus ditanggung orang tua karena ulah yang dibuat anaknya. Seiring waktu kemampuan orang tua semakin menurun, badannya semakin lemah dan pada saatnya akan tiada lagi di dunia ini. Mungkin beratnya beban kehidupan membuat kondisi mereka menurun lebih cepat, mungkin akibat stres memikirkan perilaku anak-anaknya membuat mereka semakin lemah. Walaupun para orang tua sadar, suatu saat anak-anaknya akan menemukan seseorang yang akan mendampingi hidupnya, meneruskan fungsi 'penghapus' dari para orang tua, tapi mereka tetap senang dengan apa yang mereka lakukan untuk anaknya. Orang tua tetap tidak suka melihat anaknya bersedih atau mengkhawatirkan sesuatu. Saat tubuhnya telah renta, dan si anak mungkin tidak membutuhkannya lagi, orang tua sering kali tetap ingin melakukan sesuatu untuk anaknya. Tidak jarang maksud baik ini justru menimbulkan kesulitan dan kesalahpahaman antara anak dan orang tuanya yang sudah lemah. Namun jika Anda mengingat percakapan antara pensil dan penghapus ini, Anda tidak akan lupa betapa orang tua Anda telah mengecil dan mengecil demi Anda. Pada saatnya nanti Anda juga akan beralih dari sebuah pensil menjadi sebuah penghapus untuk anak-anak Anda. Namun jangan menunggu saat itu untuk menyadari peran mulia orang tua Anda. Sadari sekarang, dan hargailah 'penghapus' Anda sebelum semakin kecil dan menghilang. SUMBER: kapanlagi.com