Saturday, December 31, 2011

Pemilik Penginapan yang Tidak Pernah Mengeluh

Pada suatu malam musim panas ketika pemilik penginapan sedang meyiapkan makan malam, terdengar ketukan di pintu. Pemilik penginapan itu yang ternyata bernama Sarah, membukanya dan melihat seorang pria dengan wajah yang sangat buruk dan bungkuk. Tapi yang mengerikan adalah wajahnya yang miring, bengkak, merah dan mentah. Namun suaranya menyenangkan ketika ia berkata, “Selamat malam Aku datang untuk melihat apakah anda memiliki kamar kosong hanya untuk semalam saja. Saya datang untuk berobat dan tiba dari pantai Timur, dan berada disini sampai esok pagi karena tidak ada bis lagi”.Dia bilang dia sudah mencoba mencari kamar sejak tadi siang tanpa hasil. Tidak ada seorangpun yang memiliki kamar kosong. “Saya kira itu karena wajahku … Saya tahu kelihatannya memang mengerikan, tapi dokterku bilang dengan beberapa kali pengobatan lagi maka akan lebih baik.” Untuk sesaat Sarah ragu-ragu, tapi kata-kata selanjutnya menenteramkan dan meyakinkanku. “Aku bisa tidur di kursi goyang di beranda sampai bis ku datang pagi-pagi sekali..” ujar pria itu. Sarah kemudian berkata padanya, bahwa akan mencarikan ranjang buat dia, untuk beristirahat di beranda. Sarah masuk ke dalam dan mendapatkan makan malam telah siap. Ketika meraka akan menyantap makan, Sarah bertanya pada orang tua itu apakah ia akan bergabung dengan mereka. “Tidak terima kasih Saya punya banyak..” Dan ia menunjukkan sebuah kantung kertas coklat. Ketika Sarah selesai mencuci piring, ia keluar untuk mengobrol dengan orang tua itu beberapa menit. Tidak butuh waktu lama untuk melihat bahwa orang tua ini memiliki sebuah hati yang terlampau besar untuk dijejalkan kedalam tubuhnya yang kecil. Dia bercerita ia menangkap ikan untuk hidup untuk menunjang putrinya, kelima anak-anaknya, dan suami putrinya, yang mengalami lumpuh akibat cedera punggung. Ketika bercerita, setiap kalimat mengandung ucapan terima kasih kepada Tuhan bahwa ini semua adalah hadiah dari Tuhan. Ia berterima kasih bahwa tidak ada rasa sakit yang menyertai penyakitnya, yang rupanya adalah semacam kanker kulit. Ia bersyukur pada Tuhan yang memberinya kekuatan untuk terus berjalan. Saat tidur, Sarah menyiapkan ranjang lipat di kamar anak-anaknya. Ketika terbangun keesokan paginya, seprei dan selimut sudah rapi terlipat dan pria itu sudah berada di beranda. Ia menolak makan pagi. Tapi sesaat sebelum ia berangkat naik bis, ia berhenti sebentar, seakan meminta suatu bantuan besar, ia berkata, “Permisi, bolehkah aku datang dan tinggal lagi ketika aku harus kembali berobat? Saya tidak akan membuat Anda kerepotan sedikitpun. Aku bisa tidur di kursi teras. ”Dia berhenti sejenak dan lalu menambahkan, “Anak-anak Anda membuat saya merasa di rumah. Orang dewasa terganggu oleh wajahku, tetapi anak-anak tampaknya tidak keberatan.” Sarah mengatakan bahwa dia dipersilahkan untuk datang kapanpun dia mau. Pada perjalanan berikutnya, dia tiba setelah jam tujuh pagi. Sebagai hadiah, ia membawa seekor ikan besar dan satu liter kerang terbesar yang pernah Sarah lihat. Ia mengatakan ia telah mencuci kerang tersebut tadi pagi agar terlihat bagus dan segar. Sarah tahu bisnya berangkat jam 4.00 pagi dan ia bertanya-tanya orang tua itu bangun jam berapa untuk mengerjakan semua ini sebelum berangkat? Selama bertahun-tahun orang tua itu datang untuk menginap bersama Sarah dan keluarganya, pria itu tidak pernah lupa membawa ikan atau kerang atau sayuran dari kebunnya. Beberapa kali Sarah terima kiriman lewat pos, selalu lewat kilat khusus … ikan dan tiram dikemas dalam sebuah kotak dengan bayam muda segar. Setiap daun hati-hati dicuci. Mengetahui bahwa ia harus berjalan tiga mil ke kantor pos, dan sadar betapa sedikit uang yang ia keluarkan, telah membuat hadiah tersebut semakin bernilai. Setiap Sarah menerima hadiah-hadiah tersebut, ia teringat komentar tetangga sebelah setelah pria itu meninggalkan rumahnya pada pagi pertama ia menginap. “Apakah Anda memberikan kamar kepada tamu mengerikan itu tadi malam!? Anda dapat kehilangan penyewa-penyewa kamar dengan menampung orang seperti itu!” Ketika itu Sarah menjawab “Mungkin kita memang kehilangan penyewa-penyewa kamar sekali atau dua kali.Tapi oh! Jika saja mereka sempat mengenalnya, mungkin penyakit mereka akan lebih mudah untuk dipikul. Aku tahu keluarga kita akan selalu bersyukur telah mengenalnya. Dari dia, kami belajar apa artinya menerima yang buruk tanpa mengeluh, dan yang baik dengan bersyukur kepada Tuhan.” SUMBER:gemintang.com

No comments: