Berbagi saat kita mempunyai kelebihan memang sesuatu yang sangat dianjurkan.
Tapi berbagi saat kita sendiri mengalami kekurangan, mungkin suatu hal yang
sulit dilakukan. Pada saat kekurangan itulah, keikhlasan dan kesabaran kita sesungguhnya diuji. Dan bukankah kesabaran seorang diuji di saat mereka berada dalam
kekurangan?
Berbagi di kala kekurangan merupakan esensi dari sebuah pertolongan. Saat
kita merasa tak berkecukupan, namun bisa memberikan pertolongan pada orang
yang membutuhkan, akan menimbulkan rasa bahagia yang tak terkira. Disanalah
kita akan merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang mengalami kesulitan
tersebut. Sadar atau tidak, kita telah melakukan empati. Melakukan empati,
pada dasarnya kita mencoba ’mendengarkan’ seseorang hingga ke dasar terdalam
cara berpikirnya. Kita pun mencoba mendalaminya, dan mencoba melihat dari
sudut pandang pemahamannya. Termasuk juga dapat memahami apa yang
dirasakannya. Apa yang dirasakan orang yang kesulitan dan membutuhkan uluran
tangan kita itu pulalah yang saat itu kita rasakan. Singkat kata, empati
adalah bersatunya rasa.
Kebahagiaan memang dapat diperoleh dengan berbagai cara. Memberi dalam
keadaan berkelimpahan atau mampu, mungkin merupakan suatu kebahagiaan
tersendiri bagi sang pemberi. Tapi, kebahagiaan memberi di saat kekurangan,
bisa jadi merupakan sesuatu hal yang sungguh-sungguh indah. Patut diingat,
bahwa memberi tentu saja tak harus berupa materi. Ia dapat berupa apa saja.
Memberi senyum dikala hati seseorang sedang gundah tentu memberi makna yang
berbeda dikala ia tersenyum dalam keadaan hatinya riang gembira.
Nah, mulai saat ini, tak perlu ragu untuk memberi. Memberi apa pun. Memberi
senyuman. Memberi kebajikan. Memberi materi. Dan tak perlu melihat lagi
berapa isi dompet Anda untuk menghitung uang yang akan tersisa. Orang bijak
berkata, saat berbuat kebaikan pada orang lain, sesungguhnya kita sedang
membantu diri sendiri, agar menjadi lebih bahagia. Bukan begitu sahabat?
*) Sonny Wibisono
No comments:
Post a Comment