Wednesday, February 29, 2012

Si Bijak dan Si Angkuh di Rumah Pohon

Si bijak: "Aku telah membuat sebuah rumah pohon dari kayu-kayu kuat yang kudapat kemarin. Mari singgah ke rumahku..." Si angkuh: "Hah, hanya begini saja rumah pohon buatanmu? Buatanku pasti lebih bagus dari ini," saat berkunjung ke rumah pohon si bijak. Si angkuh: "Di dalamnya akan kubuat nyaman dengan AC di sebuah sudut sehingga saat tidur di sana tak akan merasa sepanas ini." Si bijak: "Ah benar kawan, memang itulah yang kita butuhkan. Sebuah jendela, agar udara tidak pengap dan terasa sejuk." Maka si bijak membuat beberapa buah jendela agar udara bisa berganti, dan di dalam terasa sejuk. Keesokan harinya, si angkuh kembali berkunjung ke rumah pohon si bijak. Si angkuh: "Rumah pohonku tak akan sesunyi ini. Di sana pasti ramai dan menyenangkan, banyak hiburan yang akan kubuat agar tidak bosan." Si bijak: "Ah benar, hiburan apa yang bisa kuhadirkan di sini ya?" Si bijak merenung sebentar. Membawa peralatannya kembali, memasang sebuah meja dan mengatur beberapa buku di atasnya. "Rumah pohon ini tentu akan memberikan kenyamanan saat membaca, didukung angin semilir dan suasana yang tenang," pikir si bijak. Si angkuh: "Akan kubangun lift agar tak lelah saat memanjat di rumah pohonku nanti. Lihat saja, betapa sulitnya kita memanjat tadi..." Si bijak: "Terima kasih saudaraku. Kau memang punya banyak ide." Si bijak kemudian mengambil beberapa kayu dan dibuatnyalah anak tangga. Dengan sedikit keterampilannya, ia membuat anak-anak tangga tersimpul kuat dengan tali tambang. Jadilah sebuah tangga yang mempermudah orang yang ingin pergi ke rumah pohon. Si angkuh: "Tentunya aku tak akan sesembrono kamu membiarkan sebuah rumah tak punya pintu. Aku akan membangun sebuah pintu yang terbuat dari emas, indah dengan tatahan permata..." Si bijak: "Wah benar juga, bagaimana jika cuaca hujan, tentunya air akan mudah masuk jika tak ada pintu." Segeralah dibuat sebuah pintu agar semua orang dapat terlindungi di dalam rumah pohon tersebut, tidak panas dan tidak basah jika cuaca berubah..." Suatu hari, si bijak mengundang orang-orang untuk singgah ke rumah pohonnya. Banyak orang yang mengagumi rumah pohon buatan si bijak. Tak sedikit pula orang yang memesan dibuatkan rumah pohon. Sementara si angkuh hanya bisa berkoar, mengoreksi semua pekerjaan si bijak namun tak pernah menunjukkan di mana sebenarnya rumah pohon buatannya. Ingatlah, bahwa sesumbar tak akan menghasilkan apapun. Sebuah kesuksesan diawali dari ide yang digabungkan melalui sebuah usaha. Belajar dari kesalahan dan pengalaman, dan membuat semuanya menjadi lebih baik setiap harinya. Berhentilah berbicara dan sesumbar saja, mulailah semuanya dengan aksi yang paling sederhana. SUMBER: Agatha Yunita - kapanlagi.com

2 comments:

feri kogutsu said...

bagus2 bgt
barusan udah ak share d FB

Ariel said...

kok maret gak ada lagi...
ditunggu tunggu lho