Saturday, December 31, 2011

Terima Kasih Telah Menolak Cintaku

Siapa sih yang ingin ditolak cintanya, aku rasa semua perempuan yang pernah merasakan jatuh cinta pasti berharap cintanya diterima. Tetapi aku cukup beruntung ketika aku jatuh cinta dan akhirnya tertolak. Aku sebenarnya perempuan yang sukar sekali jatuh cinta, mungkin karena saat itu aku belum menemukan seseorang yang benar-benar aku cintai dengan tulus, bukan karena nafsu atau iri saat melihat teman-teman sebayaku telah memiliki kekasih. Aku lebih senang menunggu, walau sebenarnya saat itu banyak laki-laki yang mencoba mendekati aku Karena hal itu, aku sempat diisukan sebagai perempuan yang tak normal karena tak pernah jatuh cinta. Bahkan sampai aku menginjak kelas tiga SMU, aku masih senang sendiri, merajut keceriaan tanpa kehadiran sang pujaan hati, memotong kesedihan dengan kesendirian dan membiarkan air mata ini jatuh dari kelopaknya, setetes demi setetes sampai akhirnya jiwa ini kembali menemukan harinya. Tetapi terus terang, aku akhirnya jatuh cinta untuk yang pertama kalinya, walau saat itu sebenarnya aku tak pernah menyadari perasaan itu. berawal dari ketidak sengajaan saat aku mendengarkan percakapan diruangan kepala sekolah, aku melihat Dedy (bukan nama sebenarnya) teman sekelasku yang seorang juara kelas, sedang bernegosiasi untuk meminta keringanan biaya untuk ujian akhir. Dan aku tak pernah menyangka, jika Dedy si juara kelas itu adalah hanya anak seorang pedagang sayur Entah mengapa saat itu aku begitu tersentuh. Setiap ada waktu, dikelas atau dimanapun ada kesempatan,aku mencoba untuk mengajak bicara sang bintang kelas itu. Namun sejauh itu, tak ada respon sedikit pun darinya. Semakin lama aku semakin faham, untuk seorang Dedi, perhatian dari seorang perempuan sepertiku tidaklah begitu penting baginya. Karena begitu banyak beban keluarga yang ada di pundaknya. Setiap hari berganti, setiap itu pula rasa simpatikku terhadapnya semakin bertambah. Tetapi Dedy tetaplah seperti yang aku kenal sebelumnya Tidak ada kegundahan sedikitpun yang terlihat diraut wajahnya. Padahal aku tahu betul, batas akhir pembayaran ujian akhir sisa dua minggu lagi. Tetapi itulah Dedy, ia tetap bisa belajar dengan tenang, menjawab pertanyaan dengan tepat, bertanya dengan kritis, dan berdiskusi dengan bijaksana. Dedy tetap bisa menjadi bintang, bahkan bukan hanya bintang di kelas, namun juga di hatiku. Dan akupun memutuskan mengorbankan sebagian uang tabunganku. Saat itu ketika jam istirahat, nama Dedy di panggil di speaker sekolah untuk segera ke ruang tata usaha. Disana ia begitu terkejut, ketika menerima kuitansi pelunasan uang ujian akhir atas namanya. Siapa yang berbaik hati membayarkannya ? Ded pun bertanya-tanya akan hal itu. Tidak ada pesan di kuitansi itu, kecuali sebuah tanda tangan yang dibubuhi tulisan : “sahabat yang mengagumimu”: Tak ada yang ingin ditolak cintanya. Begitupun dengan aku, yang kini mulai menyadari, bahwa hatiku telah tercuri. Dengan perasaanku ini, aku yakin, bahwa aku tidak mencintai orang yang salah. Aku juga yakin, cinta murni yang selalu kusimpan rapi hanya untuk diberikan pada Dedy. Namun, aku bingung bagaimana harus mengekpresikan perasaannya. Aku hanya bisa mencuri kesempatan ketika jam diskusi, atau sesekali di perpustakaan. Siang itu di perpustakaan, aku mengembalikan buku yang sengaja aku pinjam kemarin pada Dedy. Tanpa perasaan apa-apa, Dedypun menerima buku itu. Namun ia dikejutkan pada sebuah kartu yang sengaja kuselipkan didalamnya, kartu itu berwarna merah jambu, menyebarkan wangi semerbak aroma bunga, senada dengan puisi yang tertulis didalamnya : “ kenapa tidak kau letakkan tangan itu, Ketika penat menggelabuimu, Padahal selalu ada bahu yang menunggu. Letakkanlah.. Tangan itu di bahunya Bukan hanya untuk berbagi..Tapi karena ia ingin mencintai.. Sahabat yang mengagumimu……. Tetapi aku sangat terkejut dengan sikapnya yang tiba-tiba saja berubah saat ia menyadari siapa yang telah melunasi biaya ujian akhirnya dan juga menyadari bahwa aku mencintainya. Dan sungguh aku tak percaya jika ia menolak semuanya, menolak semua bantuanku dan yang lebih menyakitkan ia menolak rasa sayangku kepadanya, “ Tunggu Ded…!” aku menghapus air mataku, “ Kenapa… kenapa aku tidak boleh menyayangimu? aku tulus menyayangimu.. aku hanya menyayangimu Ded,, dan tidak memintamu untuk menjadikanku pacar…” Dengan perasaan kalut, sang Gadis pun mengungkapkan perasaaannya pada sebuah tembok toilet di sekolah, tanpa sadar ia torehkan tembok itu dengan tulisan “ I LOVE U, DEDY” Sepuluh tahun itu berlalu, aku kini bukanlah gadis yang lemah seperti dulu. Saat ini aku tengah sukses mengembangkan usaha, aku juga telah memiliki suami dan seorang buah hati, hidup berbahagia dan tak kurang suatu apapun. Disuatu pagi, ada seorang sales yang memaksa bertemuku, tetapi karena kesibukanku, aku meminta sekretarisku untuk menanganinya. Tetapi anehnya sales tersebut tetap memaksaku untuk bertemu, karena lama menunggu akhirnya sales tersebut meninggalkan pesan. Dan aku begitu terkejut ketika membaca pesannya yang membuka kembali lukaku sepuluh tahun silam “Untuk seseorang yang pernah menorehkan namaku di tembok toilet SMU dengan kata-kata “I Love U DEDY”, AKU MOHON MAAF. Karena kini dia sudah lebih baik dariku, sudah berbenah, bahkan melebihi dari kesempurnaanku dulu. Setidaknya aku berharap dia sudi memaafkanku, meskipun tanpa harus berharap dapat merebut hatinya yang sudah layu…, DEDY…Aku menghela nafas panjang. Kemudian tanpa sadar, pena ditanganku menuntun untuk menjawab tulisan itu : Terima kasih, karena dulu telah menolak cinta ku. SUMBER:perempuan.com

1 comment:

Prasetyo Joko Lelono said...

Kakak, blogny dikasi feedburner donk
biar ak bisa langganan lewat email