Dikisahkan, ada dua lelaki yang bertetangga. Lelaki pertama bekerja sebagai pemburu binatang dan memelihara beberapa anjing buas. Sedangkan seorang lagi bekerja sebagai petani dan memelihara puluhan domba.
Kegusaran petani peternak domba timbul ketika anjing-anjing pemburu milik tetangganya sering melompat pagar dan menyerang domba-dombanya hingga terluka parah. Petani tersebut sudah berusaha mengingatkan tetangganya agar merantai anjing-anjingnya dengan baik, tetapi sama sekali tidak ditanggapi. Petani itupun semakin gusar, lalu ia berusaha menemui seorang hakim di kota yang dikenal adil dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
Hakim tersebut memberi 2 pilihan solusi, dan peternak domba itu setuju dengan solusi ke-2. Sesampai di rumah, petani itupun segera melaksanakannya. Ia memilih 3 anak domba terbaik, lalu menghadiahkan kepada ketiga anak tetangganya.
Ternyata pemberian tersebut diterima dengan suka cita. Sang pemburu dengan suka rela mengurung anjing-anjingnya agar tidak melukai ‘mainan' baru anak-anaknya. Sejak saat itu tak terjadi konflik diantara mereka, bahkan mereka semakin rukun dan sering berbagi.
Sepenggal kisah di atas menggambarkan betapa penting memengaruhi orang lain. Ada banyak cara untuk mempengaruhi orang lain. Salah satunya adalah melakukan kebaikan kepada orang lain. Karena memberi kebaikan kepada orang lain akan mendorong mereka untuk bersikap baik kepada kita. Hal ini juga dapat kita manfaatkan untuk mendapatkan keinginan kita.
Coba bayangkan seandainya petani tersebut melancarkan kritik kepada tetangganya, mungkin dampak yang diterima mungkin berbeda. Pemburu tersebut mungkin akan merasa harga dirinya terlukai, perasaannya tersakiti atau merasa tidak nyaman. Jika hal itu terjadi mungkin dapat menimbulkan permusuhan dan masalah semakin berkepanjangan.
Mengkritik atau tindakan keras lainnya tidak memberikan efek yang permanen. Tetapi dengan salah satu trik memengaruhi orang lain, yaitu memberi sesuatu yang mereka sukai,maka mereka dengan senang hati melakukan hal yang kita inginkan. Terlebih jika Anda memberikannya dengan tulus, ini akan sangat membantu Anda mempengaruhi orang lain.
Kerabat Imelda...Dalam kehidupan kita bergaul dengan banyak orang, termasuk dengan orang yang sulit, musuh yang sering membuat masalah, menyepelekan dan menghambat kesuksesan kita. Beberapa pola bergaul yang terungkap di atas akan meningkatkan kemampuan Anda mempengaruhi orang lain dan membantu Anda untuk mendapatkan teman sejati yang dengan setia dan senang hati mendukung Anda. Dengan begitu, kehidupan Anda menjadi lebih memuaskan dan membahagiakan.
Sumber: Andrew Ho - andriewongso.com
Bagi Kerabat Imelda yang ingin mendapatkan kisah-kisah yang di on-airkan dalam Inspirasi Pagi Imelda FM, silahkan untuk mengunjungi website kami di www.radioimeldafm.com .Adapun blog Inspirasi Pagi ini tidak akan mengupdate lagi kisah-kisah Inspirasi Pagi. Thanks for visiting our blog! #muchLove :)
Saturday, February 26, 2011
Kisah Dua Tukang Sol
Mang Udin, begitulah dia dipanggil, seorang penjual jasa perbaikan sepatu yang sering disebut tukang sol. Pagi buta sudah melangkahkan kakinya meninggalkan anak dan istrinya yang berharap, nanti sore hari mang Udin membawa uang untuk membeli nasi dan sedikit lauk pauk. Mang Udin terus menyusuri jalan sambil berteriak menawarkan jasanya. Sampai tengah hari, baru satu orang yang menggunakan jasanya. Itu pun hanya perbaikan kecil.
Perut mulai keroncongan. Hanya air teh bekal dari rumah yang mengganjal perutnya. Mau beli makan, uangnya tidak cukup. Hanya berharap dapat order besar sehingga bisa membawa uang ke rumah. Perutnya sendiri tidak dia hiraukan.
Di tengah keputusasaan, dia berjumpa dengan seorang tukan sol lainnya. Wajahnya cukup berseri. “Pasti, si Abang ini sudah dapat uang banyak nich.” pikir mang Udin. Mereka berpapasan dan saling menyapa. Akhirnya berhenti untuk bercakap-cakap.
“Bagaimana dengan hasil hari ini bang? Sepertinya laris nich?” kata mang Udin memulai percakapan.
“Alhamdulillah. Ada beberapa orang memperbaiki sepatu.” kata tukang sol yang kemudian diketahui namanya Bang Soleh.
“Saya baru satu bang, itu pun cuma benerin jahitan.” kata mang Udin memelas.
“Alhamdulillah, itu harus disyukuri.”
“Mau disyukuri gimana, nggak cukup buat beli beras juga.” kata mang Udin sedikit kesal.
“Justru dengan bersyukur, nikmat kita akan ditambah.” kata bang Soleh sambil tetap tersenyum.
“Emang begitu bang?” tanya mang Udin, yang sebenarnya dia sudah tahu harus banyak bersyukur.
“Insya Allah. Mari kita ke Masjid dulu, sebentar lagi adzan dzuhur.” kata bang Soleh sambil mengangkat pikulannya.
Mang udin sedikit kikuk, karena dia tidak pernah “mampir” ke tempat shalat.
“Ayolah, kita mohon kepada Allah supaya kita diberi rezeki yang barakah.”
Akhirnya, mang Udin mengikuti bang Soleh menuju sebuah masjid terdekat. Bang Soleh begitu hapal tata letak masjid, sepertinya sering ke masjid tersebut.
Setelah shalat, bang Soleh mengajak mang Udin ke warung nasi untuk makan siang. Tentu saja mang Udin bingung, sebab dia tidak punya uang. Bang Soleh mengerti,
“Ayolah, kita makan dulu. Saya yang traktir.”
Akhirnya mang Udin ikut makan di warung Tegal terdekat. Setelah makan, mang Udin berkata,
“Saya tidak enak nich. Nanti uang untuk dapur abang berkurang dipakai traktir saya.”
“Tenang saja, Allah akan menggantinya. Bahkan lebih besar dan barakah.” kata bang Soleh tetap tersenyum.
“Abang yakin?”
“Insya Allah.” jawab bang soleh meyakinkan.
“Kalau begitu, saya mau shalat lagi, bersyukur, dan mau memberi kepada orang lain.” kata mang Udin penuh harap.
“Insya Allah. Allah akan menolong kita.” Kata bang Soleh sambil bersalaman dan mengucapkan salam untuk berpisah.
Keesokan harinya, mereka bertemu di tempat yang sama. Bang Soleh mendahului menyapa.
“Apa kabar mang Udin?”
“Alhamdulillah, baik. Oh ya, saya sudah mengikuti saran Abang, tapi mengapa koq penghasilan saya malah turun? Hari ini, satu pun pekerjaan belum saya dapat.” kata mang Udin setengah menyalahkan.
Bang Soleh hanya tersenyum. Kemudian berkata,
“Masih ada hal yang perlu mang Udin lakukan untuk mendapat rezeki barakah.”
“Oh ya, apa itu?” tanya mang Udin penasaran.
“Tawakal, ikhlas, dan sabar.” kata bang Soleh sambil kemudian mengajak ke Masjid dan mentraktir makan siang lagi.
Keesokan harinya, mereka bertemu lagi, tetapi di tempat yang berbeda. Mang Udin yang berhari-hari ini sepi order berkata setengah menyalahkan lagi,
“Wah, saya makin parah. Kemarin nggak dapat order, sekarang juga belum. Apa saran abang tidak cocok untuk saya?”
“Bukan tidak, cocok. Mungkin keyakinan mang Udin belum kuat atas pertolongan Allah. Coba renungkan, sejauh mana mang Udin yakin bahwa Allah akan menolong kita?” jelas bang Soleh sambil tetap tersenyum.
Mang Udin cukup tersentak mendengar penjelasan tersebut. Dia mengakui bahwa hatinya sedikit ragu. Dia “hanya” coba-coba menjalankan apa yang dikatakan oleh bang Soleh.
“Bagaimana supaya yakin bang?” kata mang Udin sedikit pelan hampir terdengar.
Rupanya, bang Soleh sudah menebak, kemana arah pembicaraan.
“Saya mau bertanya, apakah kita janjian untuk bertemu hari ini, disini?” tanya bang Soleh.
“Tidak.”
“Tapi kenyataanya kita bertemu, bahkan 3 hari berturut. Mang Udin dapat rezeki bisa makan bersama saya. Jika bukan Allah yang mengatur, siapa lagi?” lanjut bang Soleh. Mang Udin terlihat berpikir dalam. Bang Soleh melanjutkan, “Mungkin, sudah banyak petunjuk dari Allah, hanya saja kita jarang atau kurang memperhatikan petunjuk tersebut. Kita tidak menyangka Allah akan menolong kita, karena kita sebenarnya tidak berharap. Kita tidak berharap, karena kita tidak yakin.”
Mang Udin manggut-manggut. Sepertinya mulai paham. Kemudian mulai tersenyum.
“OK dech, saya paham. Selama ini saya akui saya memang ragu. Sekarang saya yakin. Allah sebenarnya sudah membimbing saya, saya sendiri yang tidak melihat dan tidak mensyukurinya. Terima kasih abang.” kata mang Udin, matanya terlihat berkaca-kaca.
“Berterima kasihlah kepada Allah. Sebentar lagi dzuhur, kita ke Masjid yuk. Kita mohon ampun dan bersyukur kepada Allah.”
Mereka pun mengangkat pikulan dan mulai berjalan menuju masjid terdekat sambil diiringi rasa optimist bahwa hidup akan lebih baik.
SUMBER: motivasi-islami.com
Perut mulai keroncongan. Hanya air teh bekal dari rumah yang mengganjal perutnya. Mau beli makan, uangnya tidak cukup. Hanya berharap dapat order besar sehingga bisa membawa uang ke rumah. Perutnya sendiri tidak dia hiraukan.
Di tengah keputusasaan, dia berjumpa dengan seorang tukan sol lainnya. Wajahnya cukup berseri. “Pasti, si Abang ini sudah dapat uang banyak nich.” pikir mang Udin. Mereka berpapasan dan saling menyapa. Akhirnya berhenti untuk bercakap-cakap.
“Bagaimana dengan hasil hari ini bang? Sepertinya laris nich?” kata mang Udin memulai percakapan.
“Alhamdulillah. Ada beberapa orang memperbaiki sepatu.” kata tukang sol yang kemudian diketahui namanya Bang Soleh.
“Saya baru satu bang, itu pun cuma benerin jahitan.” kata mang Udin memelas.
“Alhamdulillah, itu harus disyukuri.”
“Mau disyukuri gimana, nggak cukup buat beli beras juga.” kata mang Udin sedikit kesal.
“Justru dengan bersyukur, nikmat kita akan ditambah.” kata bang Soleh sambil tetap tersenyum.
“Emang begitu bang?” tanya mang Udin, yang sebenarnya dia sudah tahu harus banyak bersyukur.
“Insya Allah. Mari kita ke Masjid dulu, sebentar lagi adzan dzuhur.” kata bang Soleh sambil mengangkat pikulannya.
Mang udin sedikit kikuk, karena dia tidak pernah “mampir” ke tempat shalat.
“Ayolah, kita mohon kepada Allah supaya kita diberi rezeki yang barakah.”
Akhirnya, mang Udin mengikuti bang Soleh menuju sebuah masjid terdekat. Bang Soleh begitu hapal tata letak masjid, sepertinya sering ke masjid tersebut.
Setelah shalat, bang Soleh mengajak mang Udin ke warung nasi untuk makan siang. Tentu saja mang Udin bingung, sebab dia tidak punya uang. Bang Soleh mengerti,
“Ayolah, kita makan dulu. Saya yang traktir.”
Akhirnya mang Udin ikut makan di warung Tegal terdekat. Setelah makan, mang Udin berkata,
“Saya tidak enak nich. Nanti uang untuk dapur abang berkurang dipakai traktir saya.”
“Tenang saja, Allah akan menggantinya. Bahkan lebih besar dan barakah.” kata bang Soleh tetap tersenyum.
“Abang yakin?”
“Insya Allah.” jawab bang soleh meyakinkan.
“Kalau begitu, saya mau shalat lagi, bersyukur, dan mau memberi kepada orang lain.” kata mang Udin penuh harap.
“Insya Allah. Allah akan menolong kita.” Kata bang Soleh sambil bersalaman dan mengucapkan salam untuk berpisah.
Keesokan harinya, mereka bertemu di tempat yang sama. Bang Soleh mendahului menyapa.
“Apa kabar mang Udin?”
“Alhamdulillah, baik. Oh ya, saya sudah mengikuti saran Abang, tapi mengapa koq penghasilan saya malah turun? Hari ini, satu pun pekerjaan belum saya dapat.” kata mang Udin setengah menyalahkan.
Bang Soleh hanya tersenyum. Kemudian berkata,
“Masih ada hal yang perlu mang Udin lakukan untuk mendapat rezeki barakah.”
“Oh ya, apa itu?” tanya mang Udin penasaran.
“Tawakal, ikhlas, dan sabar.” kata bang Soleh sambil kemudian mengajak ke Masjid dan mentraktir makan siang lagi.
Keesokan harinya, mereka bertemu lagi, tetapi di tempat yang berbeda. Mang Udin yang berhari-hari ini sepi order berkata setengah menyalahkan lagi,
“Wah, saya makin parah. Kemarin nggak dapat order, sekarang juga belum. Apa saran abang tidak cocok untuk saya?”
“Bukan tidak, cocok. Mungkin keyakinan mang Udin belum kuat atas pertolongan Allah. Coba renungkan, sejauh mana mang Udin yakin bahwa Allah akan menolong kita?” jelas bang Soleh sambil tetap tersenyum.
Mang Udin cukup tersentak mendengar penjelasan tersebut. Dia mengakui bahwa hatinya sedikit ragu. Dia “hanya” coba-coba menjalankan apa yang dikatakan oleh bang Soleh.
“Bagaimana supaya yakin bang?” kata mang Udin sedikit pelan hampir terdengar.
Rupanya, bang Soleh sudah menebak, kemana arah pembicaraan.
“Saya mau bertanya, apakah kita janjian untuk bertemu hari ini, disini?” tanya bang Soleh.
“Tidak.”
“Tapi kenyataanya kita bertemu, bahkan 3 hari berturut. Mang Udin dapat rezeki bisa makan bersama saya. Jika bukan Allah yang mengatur, siapa lagi?” lanjut bang Soleh. Mang Udin terlihat berpikir dalam. Bang Soleh melanjutkan, “Mungkin, sudah banyak petunjuk dari Allah, hanya saja kita jarang atau kurang memperhatikan petunjuk tersebut. Kita tidak menyangka Allah akan menolong kita, karena kita sebenarnya tidak berharap. Kita tidak berharap, karena kita tidak yakin.”
Mang Udin manggut-manggut. Sepertinya mulai paham. Kemudian mulai tersenyum.
“OK dech, saya paham. Selama ini saya akui saya memang ragu. Sekarang saya yakin. Allah sebenarnya sudah membimbing saya, saya sendiri yang tidak melihat dan tidak mensyukurinya. Terima kasih abang.” kata mang Udin, matanya terlihat berkaca-kaca.
“Berterima kasihlah kepada Allah. Sebentar lagi dzuhur, kita ke Masjid yuk. Kita mohon ampun dan bersyukur kepada Allah.”
Mereka pun mengangkat pikulan dan mulai berjalan menuju masjid terdekat sambil diiringi rasa optimist bahwa hidup akan lebih baik.
SUMBER: motivasi-islami.com
Dua Butir Air Mata
Suatu hari, dua butir air mata bertemu di sebuah sungai. Mereka terombang ambing bersama dan pada akhirnya saling berkenalan.
"Hei, siapa kamu?" tanya air mata seorang gadis yang baru saja putus dari kekasihnya
"Aku adalah air mata dari gadis yang berhasil merebut kekasih dari tuanmu," katanya.
Sejenak merekapun berbincang kembali, menceritakan bagaimana kesedihan yang dialami para tuannya masing-masing, hingga akhirnya mereka bertemu di sungai itu. Air mata sang gadis patah hati, bercerita bahwa tuannya selalu menangis setiap hari, meratapi nasibnya, meneriakkan kerinduannya, menyesali keadaannya, dan meluapkan kekecewaannya. Ia sungguh terluka dan kecewa, sakit hati dan tak percaya, bahwa sang kekasih yang selama ini dicintai ternyata tega pergi meninggalkannya.
Lantas, air mata gadis yang berhasil merebut kekasih gadis lain itu menyambung cerita, bahwa selama ini tuannya juga dibuat sedih. Entah karena kekasih tak tepat janji, salah paham, saling egois, atau mendadak cemburu dan takut kehilangan.
Cinta itu memang sungguh aneh...
Di posisi 'pemenang'-pun ia masih bisa membuat orang menangis. Merasakan pahit dan kecewa. Padahal ia sudah ada di dalam genggaman sang pemenang.
Kerabat Imelda...Cinta membuat seseorang menjadi tampak kuat dan lemah sekaligus. Cinta menunjukkan kebahagiaan dan pengorbanan. Cinta membuat seseorang tampak cerdas dan bodoh dalam waktu bersamaan. Cinta membuat orang mandiri, sekaligus merasa ketergantungan. Cinta membuat orang merasa membutuhkan, namun juga membencinya. Cinta membuat orang menginginkan seseorang yang telah melukainya.
Dan pada akhirnya, pemenang maupun yang kalah sama-sama berurai air mata. Dan itulah mengapa, air mata adalah hal yang terindah di dalam cinta, karena ia menyatukan yang kalah dan menang.
SUMBER:Agatha Yunita - kapanlagi.com
"Hei, siapa kamu?" tanya air mata seorang gadis yang baru saja putus dari kekasihnya
"Aku adalah air mata dari gadis yang berhasil merebut kekasih dari tuanmu," katanya.
Sejenak merekapun berbincang kembali, menceritakan bagaimana kesedihan yang dialami para tuannya masing-masing, hingga akhirnya mereka bertemu di sungai itu. Air mata sang gadis patah hati, bercerita bahwa tuannya selalu menangis setiap hari, meratapi nasibnya, meneriakkan kerinduannya, menyesali keadaannya, dan meluapkan kekecewaannya. Ia sungguh terluka dan kecewa, sakit hati dan tak percaya, bahwa sang kekasih yang selama ini dicintai ternyata tega pergi meninggalkannya.
Lantas, air mata gadis yang berhasil merebut kekasih gadis lain itu menyambung cerita, bahwa selama ini tuannya juga dibuat sedih. Entah karena kekasih tak tepat janji, salah paham, saling egois, atau mendadak cemburu dan takut kehilangan.
Cinta itu memang sungguh aneh...
Di posisi 'pemenang'-pun ia masih bisa membuat orang menangis. Merasakan pahit dan kecewa. Padahal ia sudah ada di dalam genggaman sang pemenang.
Kerabat Imelda...Cinta membuat seseorang menjadi tampak kuat dan lemah sekaligus. Cinta menunjukkan kebahagiaan dan pengorbanan. Cinta membuat seseorang tampak cerdas dan bodoh dalam waktu bersamaan. Cinta membuat orang mandiri, sekaligus merasa ketergantungan. Cinta membuat orang merasa membutuhkan, namun juga membencinya. Cinta membuat orang menginginkan seseorang yang telah melukainya.
Dan pada akhirnya, pemenang maupun yang kalah sama-sama berurai air mata. Dan itulah mengapa, air mata adalah hal yang terindah di dalam cinta, karena ia menyatukan yang kalah dan menang.
SUMBER:Agatha Yunita - kapanlagi.com
Kotak Sepatu
Henry dan Marta sudah menikah lebih dari 40 tahun. Tentu, sepasang manusia itu kini telah renta. Umur Henry 72 tahun dan umur Marta 68 tahun. Ketika hidup berumah tangga, keduanya tidak pernah menyimpan rahasia. Kecuali, sebuah kotak sepatu yang di simpan Marta di lemari pakaiannya. Marta berpesan kepada suaminya untuk tidak sekali-kali membukanya atau bahkan menanyakan tentang barang itu kepadanya.
Suatu ketika, Marta sakit keras. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Henry dan anak-anak mereka untuk menyembuhkan Marta. Tetapi, tak satu pun yang berhasil. Dokter sudah angkat tangan dengan penyakit Marta. Mengingat tuanya usia Marta, tidak mungkin bagi dokter untuk melakukan tindakan-tindakan medis seperti yang biasa dilakukan pada penderita biasa.
Saat berbaring di tempat tidur, Marta berkata lirih pada suaminya, “Tolong ambilkan kotak sepatu di lemari pakaianku.” Henry segera beranjak dari tempat duduknya dan mengambil kotak sepatu itu, lalu memberikannya pada istrinya. Rupanya Marta sadar, bahwa ini adalah saat yang tepat untuk membuka rahasia di dalam kotak sepatu itu.
“Bukalah.” Marta berkata lagi pada suaminya. Perlahan-lahan Henry membuka penutup kotak itu. Henry mendapati ada dua boneka rajut dan setumpuk uang senilai hampir sepuluh juta rupiah. Henry lalu menanyakan ada apa dengan dua boneka rajut dan uang itu pada istrinya.
“Ketika kita menikah, ada sebuah rahasia perkawinan yang dituturkan Nenekku.” Marta bercerita, “Nenekku berpesan bahwa jangan sekali-kali membentak atau berteriak pada suamimu. Nenek bilang jika suatu saat saya marah padamu, saya harus tetap diam dan merajut sebuah boneka.” Henry hanya bisa terdiam saat mendengar cerita istrinya. Dan, air mata pun mulai bercucuran di pipinya.
“Sayang, lalu bagaimana dengan uang sepuluh juta ini?” Tanya Henry pada Marta, “Darimana engkau mendapatkan sebanyak ini?” Isteri menyahut, “Oh, itu adalah uang hasil penjualan dari boneka-boneka yang pernah saya buat.”
SUMBER:ceritainspirasi.net
Suatu ketika, Marta sakit keras. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Henry dan anak-anak mereka untuk menyembuhkan Marta. Tetapi, tak satu pun yang berhasil. Dokter sudah angkat tangan dengan penyakit Marta. Mengingat tuanya usia Marta, tidak mungkin bagi dokter untuk melakukan tindakan-tindakan medis seperti yang biasa dilakukan pada penderita biasa.
Saat berbaring di tempat tidur, Marta berkata lirih pada suaminya, “Tolong ambilkan kotak sepatu di lemari pakaianku.” Henry segera beranjak dari tempat duduknya dan mengambil kotak sepatu itu, lalu memberikannya pada istrinya. Rupanya Marta sadar, bahwa ini adalah saat yang tepat untuk membuka rahasia di dalam kotak sepatu itu.
“Bukalah.” Marta berkata lagi pada suaminya. Perlahan-lahan Henry membuka penutup kotak itu. Henry mendapati ada dua boneka rajut dan setumpuk uang senilai hampir sepuluh juta rupiah. Henry lalu menanyakan ada apa dengan dua boneka rajut dan uang itu pada istrinya.
“Ketika kita menikah, ada sebuah rahasia perkawinan yang dituturkan Nenekku.” Marta bercerita, “Nenekku berpesan bahwa jangan sekali-kali membentak atau berteriak pada suamimu. Nenek bilang jika suatu saat saya marah padamu, saya harus tetap diam dan merajut sebuah boneka.” Henry hanya bisa terdiam saat mendengar cerita istrinya. Dan, air mata pun mulai bercucuran di pipinya.
“Sayang, lalu bagaimana dengan uang sepuluh juta ini?” Tanya Henry pada Marta, “Darimana engkau mendapatkan sebanyak ini?” Isteri menyahut, “Oh, itu adalah uang hasil penjualan dari boneka-boneka yang pernah saya buat.”
SUMBER:ceritainspirasi.net
Saya dan Bakat Saya
Pada awalnya saya menyangka bakat saya banyak sekali. Tapi baru ketahuan bahwa bakat saya ternyata sedikit sekali. Kapan saya merasa memiliki banyak bakat dan kapan saya merasa sedikit bakat ini adalah tahapan yang menarik untuk dielaborasi. Saya mulai dari yang pertama, etape perasaan banyak bakat.
Etape ini muncul terutama ketika minat saya kepada sesuatu luas sekali. Saya merasa ingin menjadi tentara, musisi, penyanyi, pelukis, kartunis,penulis... dan banyak lagi minat yang datang silih berganti. Di etape ini, saya bukan cuma merasa ingin, tetapi juga merasa bisa. Setiap soal yangsedang saya minati, rasanya saya berbakat sekali dan itulah satu-satunya pilihan hidup yang saya minati. Rasanya di dunia, tak ada yang lebih menarik di luar soal yang sedang saya minati ini.
Melihat tentara yang gagah dengan seragamnya, itulah satu-satunya profesi yang paling saya ingini di dunia ini. Seluruh bayangan, impian, mainan dan cita-cita hanya tertuju ke satu arah saja: tentara. Tetapi alam membimbing saya dengan caranya sendiri: tinggi tubuh saya. Mulai SMP berhentilah tinggi badan itu dan saya menjadi remaja yang cekak secara anatomi. Saya mulai gelisah. Begitu gelisah saya pada soal ini sampai kesibukan saya terbesar hanya mengurus soal tinggi badan dan mengubur begitu saja kegairahan saya menjadi tentara. Malah kini, bekasnya senoktah pun tak ada.
Tak cuma tentara, seluruh profesi dan cabang pekerjaan yang memakai syarat tinggi badan langsung saya hapus dari daftar keinginan. Sedih pasti. Tetapi pelajaran pertama saya dapatkan: bakat bukanlah selalu menyangkut soal yang kita minati. Penuh minat tak selalu ekuivalen dengan penuh bakat. Pengalaman berikut menegaskan tesis ini.
Lepas berminat jadi tentara saya ingin menjadi penyanyi dan musisi. Bahkan untuk belajar gitar saya sanggup menjadi murid siapa saja dengan syarat apa saja. Termasuk diajak untuk menenteng gitar guru saya itu ke mana pun dia pergi. Siang malam saya bergitar dan bernyanyi. Panggung-panggung pertunjukan dari kampung ke kampung saya datangi. Pentas seni di sekolah menjadi panggung yang mendebarkan hati. Tak ada yang keliru dari cita-cita ini. Semua terasa baik-baik saja. Semuanya kemampuan rasanya tersedia, kecuali kesempatan saja yang belum tiba. Untunglah kesempatan itu tak pernah benar-benar tiba sehingga saya berkesempatan meninjau ulang persangkaan terhadap bakat saya ini.
Baru ketahuan sekarang ini, bahwa bakat saya di bidang musik berbanding terbalik dengan bayangan: yang lebih besar ternyata bukanlah bakat sebagai pemusik tetapi bakat saya sebagai pendengar. Intuisi saya sebagai pemusik tak sebaik intuisi saya sebagai pendengar. Tetapi ada suatu keadaan, ketika menjadi pemain lebih saya minati ketimbang sebagai pendengar. Inilah periode yang menurut saya adalah sebuah tahapan yang penuh derita. Yakni meminati sesuatu yang keliru tanpa kita tahu, sampai alam sendiri yang kelak memberi tahu. Celakanya, cuma sekadarpemberitahuan itu, membutuhkan waktu tertentu, dengan salah pilih di sana-sini, salah duga di sini dan sana. Tapi pelajaran kedua ini menegaskan soal yang sama: bakat itu lagi-lagi tidak selalu terletak pada apa yang kita suka.
Karenanya, perasaan merasa berbakat itu, adalah jebakan yang berbahaya. Inilah perasaan yang akan menyedot seluruh minat, seluruh konsentrasi, seluruh keyakinan untuk hanya tertuju ke satu arah saja. Pada arah lain, saya bukan cuma cenderung tak berminat tapi malah juga sinis dan meremehkan. Seluruh nasihat yang mendorong untuk membuat rekreasi sudut pandang, apalagi anjuran yang meminta berpindah ke lain jurusan tak akan mendapat gubrisan. Inilah kenapa banyak sekali orang yang suaranya fals, tetapi selalu semangat menyumbang lagu di setiap panggung hiburan. Besarnya energi orang ini untuk mengagumi suaranya sendiri sampai mengubur kesadarannya untuk sekadar memahami betapa buruk suaranya itu.
Dalam beberapa hal ini jugalah yang saya alami. Jika pertunjukan vocal group saya di SMA itu direkam dan diputar ulang, saya pasti lebih memlilih membakar kasetnya ketimbang harus menontonnya. Dan dunia yang membuat saya kini tersipu-sipu itu adalah dunia yang dulu membuat saya terobsesi. Astaga, betapa berbahaya, terobsesi untuk soal-soal yang keliru.
Tapi lagi-lagi soal yang keliru di sana dulu itu, adalahsoal yang kekeliruannya baru terasa setelah saya sampai di sini, sekarang ini. Pada saatnya, saya sama sekali tidak memiliki kesadaran apa pun tentang betapa keliru tempat saya itu. Semua tempat yang sedang saya minati saat itu, betapa pun keliru, adalah tempat yang begitu ingin saya huni. Jadi Kerabat Imelda, bakat itu, ternyata adalah sebuah proses jatuh bangun. Keunikan itu, juga sebuah proses yang terakumulasi. Tidak ada bakat yang tiba-tiba menjadi. Tidak ada keunikan yang terbentuk tanpa oplosan di sana-sini. Ia bagian dari sikap akumulatif tanpa henti. Semakin akumulatif Anda, semakin uniklah Anda. Keunikan sayadi hari ini, pasti hasil dari larutan minat saya menjadi tentara, musisi, penyanyi, kartunis, penulis, pembicara publik, dan entah sebutan apa lagi yang sedang menunggu di depan nanti.
Maka berakumasilah tanpa henti, agar keunikan Anda semakin menjadi-jadi!
SUMBER:Prie GS - andriewongso.com
Etape ini muncul terutama ketika minat saya kepada sesuatu luas sekali. Saya merasa ingin menjadi tentara, musisi, penyanyi, pelukis, kartunis,penulis... dan banyak lagi minat yang datang silih berganti. Di etape ini, saya bukan cuma merasa ingin, tetapi juga merasa bisa. Setiap soal yangsedang saya minati, rasanya saya berbakat sekali dan itulah satu-satunya pilihan hidup yang saya minati. Rasanya di dunia, tak ada yang lebih menarik di luar soal yang sedang saya minati ini.
Melihat tentara yang gagah dengan seragamnya, itulah satu-satunya profesi yang paling saya ingini di dunia ini. Seluruh bayangan, impian, mainan dan cita-cita hanya tertuju ke satu arah saja: tentara. Tetapi alam membimbing saya dengan caranya sendiri: tinggi tubuh saya. Mulai SMP berhentilah tinggi badan itu dan saya menjadi remaja yang cekak secara anatomi. Saya mulai gelisah. Begitu gelisah saya pada soal ini sampai kesibukan saya terbesar hanya mengurus soal tinggi badan dan mengubur begitu saja kegairahan saya menjadi tentara. Malah kini, bekasnya senoktah pun tak ada.
Tak cuma tentara, seluruh profesi dan cabang pekerjaan yang memakai syarat tinggi badan langsung saya hapus dari daftar keinginan. Sedih pasti. Tetapi pelajaran pertama saya dapatkan: bakat bukanlah selalu menyangkut soal yang kita minati. Penuh minat tak selalu ekuivalen dengan penuh bakat. Pengalaman berikut menegaskan tesis ini.
Lepas berminat jadi tentara saya ingin menjadi penyanyi dan musisi. Bahkan untuk belajar gitar saya sanggup menjadi murid siapa saja dengan syarat apa saja. Termasuk diajak untuk menenteng gitar guru saya itu ke mana pun dia pergi. Siang malam saya bergitar dan bernyanyi. Panggung-panggung pertunjukan dari kampung ke kampung saya datangi. Pentas seni di sekolah menjadi panggung yang mendebarkan hati. Tak ada yang keliru dari cita-cita ini. Semua terasa baik-baik saja. Semuanya kemampuan rasanya tersedia, kecuali kesempatan saja yang belum tiba. Untunglah kesempatan itu tak pernah benar-benar tiba sehingga saya berkesempatan meninjau ulang persangkaan terhadap bakat saya ini.
Baru ketahuan sekarang ini, bahwa bakat saya di bidang musik berbanding terbalik dengan bayangan: yang lebih besar ternyata bukanlah bakat sebagai pemusik tetapi bakat saya sebagai pendengar. Intuisi saya sebagai pemusik tak sebaik intuisi saya sebagai pendengar. Tetapi ada suatu keadaan, ketika menjadi pemain lebih saya minati ketimbang sebagai pendengar. Inilah periode yang menurut saya adalah sebuah tahapan yang penuh derita. Yakni meminati sesuatu yang keliru tanpa kita tahu, sampai alam sendiri yang kelak memberi tahu. Celakanya, cuma sekadarpemberitahuan itu, membutuhkan waktu tertentu, dengan salah pilih di sana-sini, salah duga di sini dan sana. Tapi pelajaran kedua ini menegaskan soal yang sama: bakat itu lagi-lagi tidak selalu terletak pada apa yang kita suka.
Karenanya, perasaan merasa berbakat itu, adalah jebakan yang berbahaya. Inilah perasaan yang akan menyedot seluruh minat, seluruh konsentrasi, seluruh keyakinan untuk hanya tertuju ke satu arah saja. Pada arah lain, saya bukan cuma cenderung tak berminat tapi malah juga sinis dan meremehkan. Seluruh nasihat yang mendorong untuk membuat rekreasi sudut pandang, apalagi anjuran yang meminta berpindah ke lain jurusan tak akan mendapat gubrisan. Inilah kenapa banyak sekali orang yang suaranya fals, tetapi selalu semangat menyumbang lagu di setiap panggung hiburan. Besarnya energi orang ini untuk mengagumi suaranya sendiri sampai mengubur kesadarannya untuk sekadar memahami betapa buruk suaranya itu.
Dalam beberapa hal ini jugalah yang saya alami. Jika pertunjukan vocal group saya di SMA itu direkam dan diputar ulang, saya pasti lebih memlilih membakar kasetnya ketimbang harus menontonnya. Dan dunia yang membuat saya kini tersipu-sipu itu adalah dunia yang dulu membuat saya terobsesi. Astaga, betapa berbahaya, terobsesi untuk soal-soal yang keliru.
Tapi lagi-lagi soal yang keliru di sana dulu itu, adalahsoal yang kekeliruannya baru terasa setelah saya sampai di sini, sekarang ini. Pada saatnya, saya sama sekali tidak memiliki kesadaran apa pun tentang betapa keliru tempat saya itu. Semua tempat yang sedang saya minati saat itu, betapa pun keliru, adalah tempat yang begitu ingin saya huni. Jadi Kerabat Imelda, bakat itu, ternyata adalah sebuah proses jatuh bangun. Keunikan itu, juga sebuah proses yang terakumulasi. Tidak ada bakat yang tiba-tiba menjadi. Tidak ada keunikan yang terbentuk tanpa oplosan di sana-sini. Ia bagian dari sikap akumulatif tanpa henti. Semakin akumulatif Anda, semakin uniklah Anda. Keunikan sayadi hari ini, pasti hasil dari larutan minat saya menjadi tentara, musisi, penyanyi, kartunis, penulis, pembicara publik, dan entah sebutan apa lagi yang sedang menunggu di depan nanti.
Maka berakumasilah tanpa henti, agar keunikan Anda semakin menjadi-jadi!
SUMBER:Prie GS - andriewongso.com
Anak Buta
Seorang anak buta duduk bersila di sebuah tangga pintu masuk pada sebuah supermarket. Yup, dia adalah pengemis yang mengharapkan belas kasihan dari para pengunjung yang berlalu lalang di depannya. Sebuah kaleng bekas berdiri tegak di depan anak itu dengan hanya beberapa keping uang receh di dalamnya, sedangkan kedua tangannya memegang sebuah papan yang bertuliskan “Saya buta, kasihanilah saya.” Ada Seorang pria dewasa yang kebetulan lewat di depan anak kecil itu. Ia merogoh sakunya, mengeluarkan beberapa keping uang receh, lalu memasukkannya ke dalam kaleng anak itu. Sejenak, pria kaya itu memandang dan memperhatikan tulisan yang terpampang pada papan. Seperti sedang memikirkan sesuatu, dahinya mulai bergerak-gerak.
Lalu pria itu meminta papan yang dibawa anak itu, membaliknya, dan menuliskan beberapa kata di atasnya. Sambil tersenyum, pria dewasa itu kemudian mengembalikan papan tersebut, lalu pergi meninggalkannya. Sepeninggal pria itu, uang recehan pengunjung supermarket mulai mengalir lebih deras ke dalam kaleng anak itu. Kurang dari satu jam, kaleng anak itu sudah hampir penuh. Sebuah rejeki yang luar biasa bagi anak itu.
Beberapa waktu kemudian pria dewasa itu kembali menemui si anak lalu menyapanya. Si anak berterima kasih kepada pria itu, lalu menanyakan apa yang ditulis sang pria di papan miliknya. Pria itu menjawab, “Saya menulis, ‘Hari yang sangat indah, tetapi saya tidak bisa melihatnya.’ Saya hanya ingin mengutarakan betapa beruntungnya orang masih bisa melihat. Saya tidak ingin pengunjung memberikan uangnya hanya sekedar kasihan sama kamu. Saya ingin mereka memberi atas dasar terima kasih karena telah diingatkan untuk selalu bersyukur.”
Pria itu melanjutkan kata kata motivasi nya, “Selain untuk menambah penghasilanmu, saya ingin memberi pemahaman bahwa ketika hidup memberimu 100 alasan untuk menangis, tunjukkanlah bahwa masih ada 1000 alasan untuk tersenyum.“
SUMBER: ceritainspirasi.net
Lalu pria itu meminta papan yang dibawa anak itu, membaliknya, dan menuliskan beberapa kata di atasnya. Sambil tersenyum, pria dewasa itu kemudian mengembalikan papan tersebut, lalu pergi meninggalkannya. Sepeninggal pria itu, uang recehan pengunjung supermarket mulai mengalir lebih deras ke dalam kaleng anak itu. Kurang dari satu jam, kaleng anak itu sudah hampir penuh. Sebuah rejeki yang luar biasa bagi anak itu.
Beberapa waktu kemudian pria dewasa itu kembali menemui si anak lalu menyapanya. Si anak berterima kasih kepada pria itu, lalu menanyakan apa yang ditulis sang pria di papan miliknya. Pria itu menjawab, “Saya menulis, ‘Hari yang sangat indah, tetapi saya tidak bisa melihatnya.’ Saya hanya ingin mengutarakan betapa beruntungnya orang masih bisa melihat. Saya tidak ingin pengunjung memberikan uangnya hanya sekedar kasihan sama kamu. Saya ingin mereka memberi atas dasar terima kasih karena telah diingatkan untuk selalu bersyukur.”
Pria itu melanjutkan kata kata motivasi nya, “Selain untuk menambah penghasilanmu, saya ingin memberi pemahaman bahwa ketika hidup memberimu 100 alasan untuk menangis, tunjukkanlah bahwa masih ada 1000 alasan untuk tersenyum.“
SUMBER: ceritainspirasi.net
3 Hal dalam hidup
3 hal dalam hidup yang tak pernah kembali:
1. Waktu
2. Perkataan
3. Kesempatan
WAKTU. Kita tak bisa memutar kembali waktu, tapi kita bisa menciptakan kenangan dengan waktu yang masih kita punya dan memanfaatkan waktu yang ada, walau sebentar, untuk menciptakan kenangan yang berarti. Time is free but it’s priceless, u can’t own it but u can use it. U can’t keep it but u can spend it.
PERKATAAN. Kita tak bisa menarik ucapan kasar yang keluar dari mulut kita atau statement yang telah membuat harga diri kita lebih penting dari pada menariknya kembali dan mengucapkan maaf.
Kita tak bisa menghapus caci maki yang telah kita katakan hingga membuat orang lain marah, terluka atau menangis.Tapi kita bisa membuat apa yang selanjutnya keluar dari mulut kita menjadi lebih banyak pujian dibanding caci maki, lebih banyak syukur dan terima kasih dari pada keluhan atau komplain, dan lebih banyak nasihat positif dari pada sulutan amarah.
KESEMPATAN. Kita tak bisa mendapatkan kembali kesempatan yang sudah kita lewatkan. Tapi kita bisa menciptakan peluang untuk membuat kesempatan-kesempatan lain datang dalam hidup kita dengan lebih memperhatikannya.
3 hal dalam hidup yang tak boleh hilang:
1. Kehormatan
2. Kejujuran
3. Harapan
Jika kita tidak memiliki uang, dan masih memiliki kehormatan, maka bersyukurlah karena kehormatan merupakan salah satu kekayaan yang masih berharga di mata orang lain.
Jika kita telah kehilangan kehormatan dan ingin memulihkannya, maka pergunakanlah kejujuran untuk meraih kehormatan kita kembali karena orang-orang yang jujur adalah orang-orang yang terhormat.
Jika kita telah kehilangan kehormatan karena ketidakjujuran kita, milikilah harapan bahwa suatu saat mereka akan mengerti alasan dibalik semuanya. Milikilah harapan bahwa kita bisa memperbaiki kehormatan meski dengan susah payah. Milikilah harapan bahwa meski banyak orang yang takkan lagi percaya karena kita pernah melakukan hal-hal yang tidak jujur, pada waktunya nanti, mereka akan melihat sendiri upaya kita.
Teruslah bergerak hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah berjaga hingga kelesuan itu lesu menemanimu.
Karena di mana ada kemauan, di situ ada jalan.
3 hal dalam hidup yang paling berharga:
1. Keluarga
2. Sahabat
3. Cinta
Kekayaan bukan soal berapa banyak uang yang anda miliki.
Kekayaan adalah apa yang masih anda miliki saat anda kehilangan semua uang anda.
Jika anda kehilangan semua uang anda, ingatlah bahwa anda masih memiliki keluarga.
Jika anda kehilangan semua keluarga anda, ingatlah bahwa anda masih memiliki sahabat.
Jika anda kehilangan semua keluarga anda dan tak ada satu pun sahabat, maka ingatlah bahwa anda masih memiliki cinta untuk mendapatkan mereka kembali, untuk mengenang masa-masa indah bersama mereka dan untuk menciptakan persahabatan yang baru dengan kehangatan kasih yang mampu anda berikan.
If love hurts, then love some more.
If love hurts some more, then love even more.
If love hurts even more, then love till its hurt no more.
SUMBER: Patricia Grace - kisahinspiratif.com
1. Waktu
2. Perkataan
3. Kesempatan
WAKTU. Kita tak bisa memutar kembali waktu, tapi kita bisa menciptakan kenangan dengan waktu yang masih kita punya dan memanfaatkan waktu yang ada, walau sebentar, untuk menciptakan kenangan yang berarti. Time is free but it’s priceless, u can’t own it but u can use it. U can’t keep it but u can spend it.
PERKATAAN. Kita tak bisa menarik ucapan kasar yang keluar dari mulut kita atau statement yang telah membuat harga diri kita lebih penting dari pada menariknya kembali dan mengucapkan maaf.
Kita tak bisa menghapus caci maki yang telah kita katakan hingga membuat orang lain marah, terluka atau menangis.Tapi kita bisa membuat apa yang selanjutnya keluar dari mulut kita menjadi lebih banyak pujian dibanding caci maki, lebih banyak syukur dan terima kasih dari pada keluhan atau komplain, dan lebih banyak nasihat positif dari pada sulutan amarah.
KESEMPATAN. Kita tak bisa mendapatkan kembali kesempatan yang sudah kita lewatkan. Tapi kita bisa menciptakan peluang untuk membuat kesempatan-kesempatan lain datang dalam hidup kita dengan lebih memperhatikannya.
3 hal dalam hidup yang tak boleh hilang:
1. Kehormatan
2. Kejujuran
3. Harapan
Jika kita tidak memiliki uang, dan masih memiliki kehormatan, maka bersyukurlah karena kehormatan merupakan salah satu kekayaan yang masih berharga di mata orang lain.
Jika kita telah kehilangan kehormatan dan ingin memulihkannya, maka pergunakanlah kejujuran untuk meraih kehormatan kita kembali karena orang-orang yang jujur adalah orang-orang yang terhormat.
Jika kita telah kehilangan kehormatan karena ketidakjujuran kita, milikilah harapan bahwa suatu saat mereka akan mengerti alasan dibalik semuanya. Milikilah harapan bahwa kita bisa memperbaiki kehormatan meski dengan susah payah. Milikilah harapan bahwa meski banyak orang yang takkan lagi percaya karena kita pernah melakukan hal-hal yang tidak jujur, pada waktunya nanti, mereka akan melihat sendiri upaya kita.
Teruslah bergerak hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah berjaga hingga kelesuan itu lesu menemanimu.
Karena di mana ada kemauan, di situ ada jalan.
3 hal dalam hidup yang paling berharga:
1. Keluarga
2. Sahabat
3. Cinta
Kekayaan bukan soal berapa banyak uang yang anda miliki.
Kekayaan adalah apa yang masih anda miliki saat anda kehilangan semua uang anda.
Jika anda kehilangan semua uang anda, ingatlah bahwa anda masih memiliki keluarga.
Jika anda kehilangan semua keluarga anda, ingatlah bahwa anda masih memiliki sahabat.
Jika anda kehilangan semua keluarga anda dan tak ada satu pun sahabat, maka ingatlah bahwa anda masih memiliki cinta untuk mendapatkan mereka kembali, untuk mengenang masa-masa indah bersama mereka dan untuk menciptakan persahabatan yang baru dengan kehangatan kasih yang mampu anda berikan.
If love hurts, then love some more.
If love hurts some more, then love even more.
If love hurts even more, then love till its hurt no more.
SUMBER: Patricia Grace - kisahinspiratif.com
Semangat Disiplin
Mendengar kata "disiplin", apa yang terbayang dalam pikiran Anda? Mungkin Anda akan berpikir bahwa disiplin itu membatasi gerak kita. Disiplin juga sangat berhubungan erat dengan hukuman atau punishment bagi para pelanggarnya. Disiplin lebih dipersepsikan negatif dan menyeramkan. Orang yang berdisiplin kita anggap aneh dan asing.
Disiplin memang tumbuh dari janin bernama waktu. Ya, disiplin memang selalu mengacu kepada mekanisme pengelolaan waktu. Disiplin juga bersaudara dengan keteraturan, ketertiban, kenyamanan dan kesuksesan! Jadi, kalau kita lihat, orang-orang sukses sudah pasti sangat berdisiplin. Termasuk pula para pengusaha.
Mungkin ada yang mengatakan bahwa pengusaha bebas mengatur waktu. Tidak seperti para pegawai yang waktunya diatur. Lalu, meskipun bebas mengatur waktu, mengapa ada pengusaha yang kaya raya dan sangat berhasil luar biasa? Jawabannya memang kepada kedisiplinan. Mungkin dia tidak bekerja atau bersantai-santai ketika orang lain bekerja. Namun, ketika orang biasa beristirahat, para pengusaha itu bekerja dengan sungguh-sungguh dan tekun. Mereka mendisiplinkan dirinya terhadap waktu yang dimiliki. Jadi, bukan perkara mengatur waktu karena hakikatnya waktu adalah tetap dan tidak bisa diatur manusia. Hal yang bisa diatur adalah diri sendiri dalam menghadapi setiap waktu.
Mengapa disiplin diidentikkan dengan sesuatu yang menakutkan bagi kita? Jawabannya adalah karena kebiasaan kita. Ya, kita terbiasa untuk tidak mengatur waktu dan menjalani hidup ini apa adanya. Filosofi "hidup ini seperti air mengalir" sudah sangat akrab di telinga kita. Begitu pula dengan istilah "jam karet". Kita bisa mengamati fenomena bahwa hampir di setiap pertemuan, janji atau acara, selalu dilaksanakan tidak tepat pada waktunya. Selalu ada "toleransi" waktu. Itulah makna halus untuk keterlambatan. Padahal, kalau diakumulasikan setiap "toleransi" tersebut, maka pada dasarnya, kita telah mengalami kerugian. Tidak hanya kerugian biasa, tetapi sudah masuk ke dalam kerugian besar! Bayangkan, berapa yang bisa kita hemat dan pergunakan dari waktu-waktu yang terbuang tersebut?
Kita juga telah lama terbenam dalam budaya santai. Tenggelam dalam paradigma menikmati hidup. Pasrah terhadap keadaan. Mau sukses atau tidak, terserah. Begitu mudahnya kita menjalani hidup ini. Padahal, kita sudah diberikan potensi luar biasa untuk menjadi orang yang luar biasa. Kita lahir ke dunia ini sudah termasuk manusia yang dahsyat karena kita berhasil mengalahkan ratusan juta bakal manusia lain. Lalu, mengapa kita tidak semakin mendahsyatkan diri kita?
Kerabat Imelda....Hidup memang dibatasi oleh waktu. Namun, bukan berarti, kita harus menyerah terhadap waktu. Ketika waktu membuat kita terbatas, kita tetap bisa menjadi orang yang teratas. Caranya adalah dengan mendisiplinkan diri di setiap waktu. Jangan biarkan waktu terlewat begitu saja! Adanya kita atau tidak, waktu tetap berjalan. Jadi, mengapa harus terlalu pusing dengan waktu? Yang harus kita pusingkan adalah bagaimana mengisi waktu dengan kegiatan yang bermanfaat, positif dan semakin mendahsyatkan diri kita. Kuncinya adalah selalu bersemangat untuk berdisiplin.Percayalah, disiplin ini tidak membatasi dan mengekang kita. Justru, dengan disiplin, hidup kita akan lebih teratur, terarah, seimbang dan nantinya membuat kita bahagia serta sukses. Salam disiplin!
SUMBER:Rizky Kurnia Rahman - andriewongso.com
Disiplin memang tumbuh dari janin bernama waktu. Ya, disiplin memang selalu mengacu kepada mekanisme pengelolaan waktu. Disiplin juga bersaudara dengan keteraturan, ketertiban, kenyamanan dan kesuksesan! Jadi, kalau kita lihat, orang-orang sukses sudah pasti sangat berdisiplin. Termasuk pula para pengusaha.
Mungkin ada yang mengatakan bahwa pengusaha bebas mengatur waktu. Tidak seperti para pegawai yang waktunya diatur. Lalu, meskipun bebas mengatur waktu, mengapa ada pengusaha yang kaya raya dan sangat berhasil luar biasa? Jawabannya memang kepada kedisiplinan. Mungkin dia tidak bekerja atau bersantai-santai ketika orang lain bekerja. Namun, ketika orang biasa beristirahat, para pengusaha itu bekerja dengan sungguh-sungguh dan tekun. Mereka mendisiplinkan dirinya terhadap waktu yang dimiliki. Jadi, bukan perkara mengatur waktu karena hakikatnya waktu adalah tetap dan tidak bisa diatur manusia. Hal yang bisa diatur adalah diri sendiri dalam menghadapi setiap waktu.
Mengapa disiplin diidentikkan dengan sesuatu yang menakutkan bagi kita? Jawabannya adalah karena kebiasaan kita. Ya, kita terbiasa untuk tidak mengatur waktu dan menjalani hidup ini apa adanya. Filosofi "hidup ini seperti air mengalir" sudah sangat akrab di telinga kita. Begitu pula dengan istilah "jam karet". Kita bisa mengamati fenomena bahwa hampir di setiap pertemuan, janji atau acara, selalu dilaksanakan tidak tepat pada waktunya. Selalu ada "toleransi" waktu. Itulah makna halus untuk keterlambatan. Padahal, kalau diakumulasikan setiap "toleransi" tersebut, maka pada dasarnya, kita telah mengalami kerugian. Tidak hanya kerugian biasa, tetapi sudah masuk ke dalam kerugian besar! Bayangkan, berapa yang bisa kita hemat dan pergunakan dari waktu-waktu yang terbuang tersebut?
Kita juga telah lama terbenam dalam budaya santai. Tenggelam dalam paradigma menikmati hidup. Pasrah terhadap keadaan. Mau sukses atau tidak, terserah. Begitu mudahnya kita menjalani hidup ini. Padahal, kita sudah diberikan potensi luar biasa untuk menjadi orang yang luar biasa. Kita lahir ke dunia ini sudah termasuk manusia yang dahsyat karena kita berhasil mengalahkan ratusan juta bakal manusia lain. Lalu, mengapa kita tidak semakin mendahsyatkan diri kita?
Kerabat Imelda....Hidup memang dibatasi oleh waktu. Namun, bukan berarti, kita harus menyerah terhadap waktu. Ketika waktu membuat kita terbatas, kita tetap bisa menjadi orang yang teratas. Caranya adalah dengan mendisiplinkan diri di setiap waktu. Jangan biarkan waktu terlewat begitu saja! Adanya kita atau tidak, waktu tetap berjalan. Jadi, mengapa harus terlalu pusing dengan waktu? Yang harus kita pusingkan adalah bagaimana mengisi waktu dengan kegiatan yang bermanfaat, positif dan semakin mendahsyatkan diri kita. Kuncinya adalah selalu bersemangat untuk berdisiplin.Percayalah, disiplin ini tidak membatasi dan mengekang kita. Justru, dengan disiplin, hidup kita akan lebih teratur, terarah, seimbang dan nantinya membuat kita bahagia serta sukses. Salam disiplin!
SUMBER:Rizky Kurnia Rahman - andriewongso.com
Berserah
Seorang anak kecil sedang bermain sendirian dengan mainannya. Sedang asyik-asyiknya bermain tiba-tiba mainannya itu rusak. Dia mencoba untuk mebetulkannya sendiri, tapi rupanya usahanya itu dari tadi sia sia saja. Maka dia mendatangi ayahnya untuk minta ayahnya itu yang membetulkannya.
Tapi sambil memperhatikan ayahnya dia terus memberikan instruksi kepada ayahnya, “Ayah, coba lihat bagian sebelah kiri, mungkin di situ kerusakannya.” Ayahnya menurutinya, tapi ternyata belum betul juga mainannya.
Maka dia memberi komentar lagi,” Oh, bukan di situ Yah, mungkin yang sebelah kanan, coba lihat lagi deh Yah.” Kali ini ayahnya juga menurutinya, tapi lagi-lagi mainannya itu belum betul.
“Kalau begitu coba yang di bagian depan Yah, kali aja masalahnya ada di situ.” Kali ini ayahnya marah,” Sudah, kalau kamu memang bisa, mengapa tidak kamu kerjakan sendiri saja? Jangan ganggu Ayah lagi. Ayah banyak kerjaan lain.”
Tapi setelah dia mencoba beberapa saat untuk membetulkan sendiri dan masih belum berhasil, maka akhirnya dia kembali kepada ayahnya sambil merengek. “Tolonglah Yah, aku suka sekali mainan ini, kalau rusak begini bagaimana? Tolong Ayah betulkan supaya bisa jalan lagi ya”
Karena tidak tega mendengar rengekan anaknya, si ayah akhirnya menyerah,” Baiklah Nak. Ayah akan membetulkan mainanmu asal kamu berjanji tidak boleh memberitahu Ayah apa yang harus dilakukan. Kamu duduk saja dan perhatikan Ayah bekerja. Tidak boleh mencela.”
Ketika ayahnya sedang memperbaiki mainannya, si anak mulai berkomentar lagi,” Jangan yang itu Yah, kayaknya bagian lain yang rusak.”
Tapi kali ini ayahnya berkata, ” Kalau kamu berkomentar lagi, mainan ini akan ayah lepaskan dan silahkan kamu berusaha sendiri.” Akhirnya karena takut ayahnya akan benar-benar melakukan apa yang dikatakannya, anak itu diam dan duduk manis melihat ayahnya membetulkan mainannya sampai bisa berjalan lagi tanpa mengeluarkan komentar apa pun.
Kerabat Imelda...seperti anak kecil itu, kita pun sering kali berserah kepada Tuhan tapi masih ingin mengatur Tuhan bagaimana sebaiknya jalan hidup kita. Bila kita sungguh-sungguh pasrah kepada kehendak Tuhan, maka niscaya Tuhan yang adalah Maha Tahu dan sangat mencintai kita akan melakukan yang terbaik, lebih dari apa yang bisa kita pikirkan dan doakan, sesuai dengan kehendak-Nya. Biarlah Tuhan menjadi Tuhan, banyak manusia mengalami kegagalan dan ketidak seimbangan dalam hidup, karena sering mengambil alih pekerjaan Tuhan.
SUMBER:kisahinspiratif.com
Tapi sambil memperhatikan ayahnya dia terus memberikan instruksi kepada ayahnya, “Ayah, coba lihat bagian sebelah kiri, mungkin di situ kerusakannya.” Ayahnya menurutinya, tapi ternyata belum betul juga mainannya.
Maka dia memberi komentar lagi,” Oh, bukan di situ Yah, mungkin yang sebelah kanan, coba lihat lagi deh Yah.” Kali ini ayahnya juga menurutinya, tapi lagi-lagi mainannya itu belum betul.
“Kalau begitu coba yang di bagian depan Yah, kali aja masalahnya ada di situ.” Kali ini ayahnya marah,” Sudah, kalau kamu memang bisa, mengapa tidak kamu kerjakan sendiri saja? Jangan ganggu Ayah lagi. Ayah banyak kerjaan lain.”
Tapi setelah dia mencoba beberapa saat untuk membetulkan sendiri dan masih belum berhasil, maka akhirnya dia kembali kepada ayahnya sambil merengek. “Tolonglah Yah, aku suka sekali mainan ini, kalau rusak begini bagaimana? Tolong Ayah betulkan supaya bisa jalan lagi ya”
Karena tidak tega mendengar rengekan anaknya, si ayah akhirnya menyerah,” Baiklah Nak. Ayah akan membetulkan mainanmu asal kamu berjanji tidak boleh memberitahu Ayah apa yang harus dilakukan. Kamu duduk saja dan perhatikan Ayah bekerja. Tidak boleh mencela.”
Ketika ayahnya sedang memperbaiki mainannya, si anak mulai berkomentar lagi,” Jangan yang itu Yah, kayaknya bagian lain yang rusak.”
Tapi kali ini ayahnya berkata, ” Kalau kamu berkomentar lagi, mainan ini akan ayah lepaskan dan silahkan kamu berusaha sendiri.” Akhirnya karena takut ayahnya akan benar-benar melakukan apa yang dikatakannya, anak itu diam dan duduk manis melihat ayahnya membetulkan mainannya sampai bisa berjalan lagi tanpa mengeluarkan komentar apa pun.
Kerabat Imelda...seperti anak kecil itu, kita pun sering kali berserah kepada Tuhan tapi masih ingin mengatur Tuhan bagaimana sebaiknya jalan hidup kita. Bila kita sungguh-sungguh pasrah kepada kehendak Tuhan, maka niscaya Tuhan yang adalah Maha Tahu dan sangat mencintai kita akan melakukan yang terbaik, lebih dari apa yang bisa kita pikirkan dan doakan, sesuai dengan kehendak-Nya. Biarlah Tuhan menjadi Tuhan, banyak manusia mengalami kegagalan dan ketidak seimbangan dalam hidup, karena sering mengambil alih pekerjaan Tuhan.
SUMBER:kisahinspiratif.com
MUJIZAT ITU NYATA
Kisah nyata ini terjadi di sebuah Rumah Sakit di Tennessee, USA. Seorang ibu muda, Karen namanya sedang mengandung bayinya yang ke dua. Sebagaimana layaknya para ibu, Karen membantu Michael anaknya pertama yang baru berusia 3 tahun bagi kehadiran adik bayinya. Michael senang sekali akan punya adik. Kerap kali ia menempelkan telinganya diperut ibunya. Dan karena Michael suka bernyanyi, ia pun sering menyanyi bagi adiknya yang masih diperut ibunya itu. Nampaknya Michael amat sayang sama adiknya yang belum lahir itu.
Tiba saatnya bagi Karen untuk melahirkan. Tapi sungguh diluar dugaan, terjadi komplikasi serius. Baru setelah perjuangan berjam-jam adik Michael dilahirkan. Seorang bayi putri yang cantik, sayang kondisinya begitu buruk sehingga dokter yang merawat dengan sedih berterus terang kepada Karen; bersiaplah jika sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi.
Karen dan suaminya berusaha menerima keadaan dengan sabar dan hanya bisa pasrah kepada yang Kuasa. Mereka bahkan sudah menyiapkan acara penguburan buat putrinya sewaktu-waktu dipanggil Tuhan. Lain halnya dengan kakaknya Michael, sejak adiknya dirawat di ICU ia merengek terus!
Mami, … aku mau nyanyi buat adik kecil! Ibunya kurang tanggap.
Mami, … aku pengen nyanyi! Karen terlalu larut dalam kesedihan dan kekuatirannya.
Mami, … aku kepengen nyanyi! Ini berulang kali diminta
Michael bahkan sambil meraung menangis. Karen tetap menganggap rengekan Michael rengekan anak kecil. Lagi pula ICU adalah daerah terlarang bagi anak-anak.
Baru ketika harapan menipis, sang ibu mau mendengarkan Michael. Baik, setidaknya biar Michael melihat adiknya untuk yang terakhir kalinya. Mumpung adiknya masih hidup! Ia dicegat oleh suster didepan pintu kamar ICU. Anak kecil dilarang masuk!. Karen ragu-ragu. Tapi, suster…. suster tak mau tahu; ini peraturan! Anak kecil dilarang dibawa masuk!
Karen menatap tajam suster itu, lalu katanya: Suster, sebelum menyanyi buat adiknya, Michael tidak akan kubawa pergi! Mungkin ini yang terakhir kalinya bagi Michael melihat adiknya! Suster terdiam menatap Michael dan berkata, tapi tidak boleh lebih dari lima menit!.
Demikianlah kemudian Michael dibungkus dengan pakaian khusus lalu dibawa masuk ke ruang ICU. Ia didekatkan pada adiknya yang sedang tergolek dalam sakratul maut. Michael menatap lekat adiknya … lalu dari mulutnya yang kecil mungil keluarlah suara nyanyian yang nyaring “… You are my sunshine, my only sunshine, you make me happy when skies are grey …” Ajaib! si Adik langsung memberi respon. Seolah ia sadar akan sapaan sayang dari kakaknya.
You never know, dear, How much I love you. Please don’t take my sunshine away. Denyut nadinya menjadi lebih teratur. Karen dengan haru melihat dan menatapnya dengan tajam dan terus, … terus Michael! teruskan sayang! … bisik ibunya … The other night, dear, as I laid sleeping, I dream, I held you in my hands … dan sang adikpun meregang, seolah menghela napas panjang. Pernapasannya lalu menjadi teratur … I’ll always love you and make you happy, if you will only stay the same … Sang adik kelihatan begitu tenang … sangat tenang.
Lagi sayang! bujuk ibunya sambil mencucurkan air matanya. Michael terus bernyanyi dan … adiknya kelihatan semakin tenang, relax dan damai … lalu tertidur lelap.
Suster yang tadinya melarang untuk masuk, kini ikut terisak-isak menyaksikan apa yang telah terjadi atas diri adik Michael dan kejadian yang baru saja ia saksikan sendiri.
Hari berikutnya, satu hari kemudian si adik bayi sudah diperbolehkan pulang. Para tenaga medis tak habis pikir atas kejadian yang menimpa pasien yang satu ini. Mereka hanya bisa menyebutnya sebagai sebuah therapy ajaib, dan Karen juga suaminya melihatnya sebagai Mujizat Kasih Ilahi yang luar biasa, sungguh amat luar biasa! tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata.
Bagi sang adik, kehadiran Michael berarti soal hidup dan mati. Benar bahwa memang Kasih Ilahi yang menolongnya. Dan ingat Kasih Ilahi pun membutuhkan mulut kecil si Michael untuk mengatakan “How much I love you”.
Dan ternyata Kasih Ilahi membutuhkan pula hati polos seorang anak kecil “Michael” untuk memberi kehidupan. Itulah kehendak Tuhan, tidak ada yang mustahil bagiNYA bila IA menghendaki terjadi.
Kerabat Imelda...Kadang hal-hal yang menentukan … dalam diri orang lain … Datang dari seseorang yang kita anggap lemah … Hadir dari seseorang yang kita tidak pernah perhitungkan … maka bukalah mata hati kita mana tahu yang datang itu adalah pertolongan dari Tuhan sekalipun datangnya dalam wujud yang lain.
SUMBER:kisahinspiratif.com
Tiba saatnya bagi Karen untuk melahirkan. Tapi sungguh diluar dugaan, terjadi komplikasi serius. Baru setelah perjuangan berjam-jam adik Michael dilahirkan. Seorang bayi putri yang cantik, sayang kondisinya begitu buruk sehingga dokter yang merawat dengan sedih berterus terang kepada Karen; bersiaplah jika sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi.
Karen dan suaminya berusaha menerima keadaan dengan sabar dan hanya bisa pasrah kepada yang Kuasa. Mereka bahkan sudah menyiapkan acara penguburan buat putrinya sewaktu-waktu dipanggil Tuhan. Lain halnya dengan kakaknya Michael, sejak adiknya dirawat di ICU ia merengek terus!
Mami, … aku mau nyanyi buat adik kecil! Ibunya kurang tanggap.
Mami, … aku pengen nyanyi! Karen terlalu larut dalam kesedihan dan kekuatirannya.
Mami, … aku kepengen nyanyi! Ini berulang kali diminta
Michael bahkan sambil meraung menangis. Karen tetap menganggap rengekan Michael rengekan anak kecil. Lagi pula ICU adalah daerah terlarang bagi anak-anak.
Baru ketika harapan menipis, sang ibu mau mendengarkan Michael. Baik, setidaknya biar Michael melihat adiknya untuk yang terakhir kalinya. Mumpung adiknya masih hidup! Ia dicegat oleh suster didepan pintu kamar ICU. Anak kecil dilarang masuk!. Karen ragu-ragu. Tapi, suster…. suster tak mau tahu; ini peraturan! Anak kecil dilarang dibawa masuk!
Karen menatap tajam suster itu, lalu katanya: Suster, sebelum menyanyi buat adiknya, Michael tidak akan kubawa pergi! Mungkin ini yang terakhir kalinya bagi Michael melihat adiknya! Suster terdiam menatap Michael dan berkata, tapi tidak boleh lebih dari lima menit!.
Demikianlah kemudian Michael dibungkus dengan pakaian khusus lalu dibawa masuk ke ruang ICU. Ia didekatkan pada adiknya yang sedang tergolek dalam sakratul maut. Michael menatap lekat adiknya … lalu dari mulutnya yang kecil mungil keluarlah suara nyanyian yang nyaring “… You are my sunshine, my only sunshine, you make me happy when skies are grey …” Ajaib! si Adik langsung memberi respon. Seolah ia sadar akan sapaan sayang dari kakaknya.
You never know, dear, How much I love you. Please don’t take my sunshine away. Denyut nadinya menjadi lebih teratur. Karen dengan haru melihat dan menatapnya dengan tajam dan terus, … terus Michael! teruskan sayang! … bisik ibunya … The other night, dear, as I laid sleeping, I dream, I held you in my hands … dan sang adikpun meregang, seolah menghela napas panjang. Pernapasannya lalu menjadi teratur … I’ll always love you and make you happy, if you will only stay the same … Sang adik kelihatan begitu tenang … sangat tenang.
Lagi sayang! bujuk ibunya sambil mencucurkan air matanya. Michael terus bernyanyi dan … adiknya kelihatan semakin tenang, relax dan damai … lalu tertidur lelap.
Suster yang tadinya melarang untuk masuk, kini ikut terisak-isak menyaksikan apa yang telah terjadi atas diri adik Michael dan kejadian yang baru saja ia saksikan sendiri.
Hari berikutnya, satu hari kemudian si adik bayi sudah diperbolehkan pulang. Para tenaga medis tak habis pikir atas kejadian yang menimpa pasien yang satu ini. Mereka hanya bisa menyebutnya sebagai sebuah therapy ajaib, dan Karen juga suaminya melihatnya sebagai Mujizat Kasih Ilahi yang luar biasa, sungguh amat luar biasa! tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata.
Bagi sang adik, kehadiran Michael berarti soal hidup dan mati. Benar bahwa memang Kasih Ilahi yang menolongnya. Dan ingat Kasih Ilahi pun membutuhkan mulut kecil si Michael untuk mengatakan “How much I love you”.
Dan ternyata Kasih Ilahi membutuhkan pula hati polos seorang anak kecil “Michael” untuk memberi kehidupan. Itulah kehendak Tuhan, tidak ada yang mustahil bagiNYA bila IA menghendaki terjadi.
Kerabat Imelda...Kadang hal-hal yang menentukan … dalam diri orang lain … Datang dari seseorang yang kita anggap lemah … Hadir dari seseorang yang kita tidak pernah perhitungkan … maka bukalah mata hati kita mana tahu yang datang itu adalah pertolongan dari Tuhan sekalipun datangnya dalam wujud yang lain.
SUMBER:kisahinspiratif.com
Dua Lelaki
Sebuah kapal karam diterjang badai hebat. Hanya dua lelaki yang dapat menyelamatkan diri dan berenang ke pulau kecil yang gersang. Dua orang yang selamat itu tak tahu apa yang harus dilakukan kecuali berdoa. Untuk mengetahui doa siapakah yang paling dikabulkan, mereka sepakat pergi ke daerah berasingan dan mereka tinggal berjauhan.
Doa pertama, mereka memohon diturunkan makanan. Esok harinya, lelaki pertama melihat sebuah pohon penuh buah-buahan tumbuh di sisi tempat tinggalnya. Sedangkan di daerah tempat tinggal lelaki yang lainnya tetap kosong.
Seminggu kemudian. Lelaki pertama merasa kesepian dan memutuskan berdoa agar diberikan isteri, keesokan harinya, ada kapal karam dan satu-satunya penumpang yang selamat adalah seorang wanita yang terdampar di sisi pulau tepat lelaki pertama tinggal. Sedangkan di sisi tempat tinggal lelaki kedua tetap saja tidak ada apa-apa.
Segera saja, lelaki pertama ini berdoa memohon rumah, pakaian dan makanan. Keesokan harinya, seperti keajaiban, semua yang diminta hadir untuknya. Sedangkan lelaki yang kedua tetap saja tidak mendapatkan apa-apa.
Akhirnya, lelaki pertama ini berdoa meminta kapal agar ia dan isterinya dapat meninggalkan pulau itu.
Pagi siang hari mereka menemui kapal tertambat di sisi pantainya. Segera saja lelaki pertama dan isterinya naik ke atas kapal dan siap-siap berlayar meninggalkan pulau itu. Ia pun memutuskan meninggalkan lelaki kedua yang tinggal di sisi lain pulau. Menurutnya lelaki kedua itu tidak pantas menerima keajaiban tersebut kerana doa-doanya tak pernah terkabulkan.
Apabila kapal siap berangkat, lelaki pertama mendengar suara dari langit, “Hai. Mengapa engkau meninggalkan rekanmu yang ada di sisi lain pulau ini?”
“Berkatku hanyalah milikku sendiri, hanya kerana doakulah yang dikabulkan,” jawab lelaki pertama.
“Doa temanku itu tak satupun dikabulkan. Maka ia tak pantas mendapatkan apa-apa,”
“Kau salah!” suara itu bertempik.
“Tahukah kau bahwa rekanmu itu hanya memiliki satu doa. Dan semua doanya terkabulkan. Bila tidak, maka kau takkan mendapatkan apa-apa.”
Lelaki pertama bertanya, “Doa macam apa yang dia panjatkan sehingga aku harus berhutang atas semua ini padanya?”
“Dia berdoa agar semua doamu dikabulkan”
Kerabat Imelda...Kesombongan macam apakah yang membuat kita merasa lebih baik dari yang lain? Banyak orang yang telah mengorbankan segalanya demi kebahagiaan kita. Tak selayaknya kita mengabaikan peranan orang lain, dan janganlah menilai sesuatu hanya dari “yang terlihat” saja.
Semoga kita bisa mengambil pelajarannya.
SUMBER: dari milis motivasi
Doa pertama, mereka memohon diturunkan makanan. Esok harinya, lelaki pertama melihat sebuah pohon penuh buah-buahan tumbuh di sisi tempat tinggalnya. Sedangkan di daerah tempat tinggal lelaki yang lainnya tetap kosong.
Seminggu kemudian. Lelaki pertama merasa kesepian dan memutuskan berdoa agar diberikan isteri, keesokan harinya, ada kapal karam dan satu-satunya penumpang yang selamat adalah seorang wanita yang terdampar di sisi pulau tepat lelaki pertama tinggal. Sedangkan di sisi tempat tinggal lelaki kedua tetap saja tidak ada apa-apa.
Segera saja, lelaki pertama ini berdoa memohon rumah, pakaian dan makanan. Keesokan harinya, seperti keajaiban, semua yang diminta hadir untuknya. Sedangkan lelaki yang kedua tetap saja tidak mendapatkan apa-apa.
Akhirnya, lelaki pertama ini berdoa meminta kapal agar ia dan isterinya dapat meninggalkan pulau itu.
Pagi siang hari mereka menemui kapal tertambat di sisi pantainya. Segera saja lelaki pertama dan isterinya naik ke atas kapal dan siap-siap berlayar meninggalkan pulau itu. Ia pun memutuskan meninggalkan lelaki kedua yang tinggal di sisi lain pulau. Menurutnya lelaki kedua itu tidak pantas menerima keajaiban tersebut kerana doa-doanya tak pernah terkabulkan.
Apabila kapal siap berangkat, lelaki pertama mendengar suara dari langit, “Hai. Mengapa engkau meninggalkan rekanmu yang ada di sisi lain pulau ini?”
“Berkatku hanyalah milikku sendiri, hanya kerana doakulah yang dikabulkan,” jawab lelaki pertama.
“Doa temanku itu tak satupun dikabulkan. Maka ia tak pantas mendapatkan apa-apa,”
“Kau salah!” suara itu bertempik.
“Tahukah kau bahwa rekanmu itu hanya memiliki satu doa. Dan semua doanya terkabulkan. Bila tidak, maka kau takkan mendapatkan apa-apa.”
Lelaki pertama bertanya, “Doa macam apa yang dia panjatkan sehingga aku harus berhutang atas semua ini padanya?”
“Dia berdoa agar semua doamu dikabulkan”
Kerabat Imelda...Kesombongan macam apakah yang membuat kita merasa lebih baik dari yang lain? Banyak orang yang telah mengorbankan segalanya demi kebahagiaan kita. Tak selayaknya kita mengabaikan peranan orang lain, dan janganlah menilai sesuatu hanya dari “yang terlihat” saja.
Semoga kita bisa mengambil pelajarannya.
SUMBER: dari milis motivasi
Apa Sih Pentingnya Keset?
Sebuah keset mengeluh pada temannya yang adalah sekuntum bunga mawar segar. Berikut percakapan mereka:
Keset pun memulai obrolan. "Aku iri padamu, War. Setiap pagi kamu dipetik, diberi air, kadang dicium oleh para wanita cantik karena keharumanmu. Setiap orang mengagumi warna merahmu yang indah. Sedangkan aku? Aku diinjak-injak setiap hari. Tak ada seorang pun yang memandang, apalagi menghargaiku. Mereka hanya menggunakan aku untuk membersihkan alas sepatu mereka yang kotor."
Lalu Bunga Mawar menjawab. "Keset, kamu dan aku memang berbeda. Kamu memiliki fungsimu sendiri, demikian juga dengan aku. Kalau aku dipilih untuk mempercantik dan mengharumkan ruangan, maka para manusia itu memilih kamu untuk tujuan lain."
"Aku tak melihat ada kegunaan baik dari diriku. Lihat saja diriku! Penuh dengan kotoran lumpur dan debu. Aku bosan terus menerus begini." protes Keset.
Bunga Mawar kemudian menghibur Keset. "Siapa bilang kamu tak berguna? Coba sekarang kamu lihat ruangan sekelilingmu! Debu maupun tanah yang biasanya melekat di dasar sepatu orang-orang itu tak sampai mengotori ruangan. Dan semua itu karena siapa? Karena kamu. Karena jasamulah ruangan ini bisa tetap bersih."
Keset pun mulai berpikir. "Ii..iya sih, tapi lihat aku kan yang jadi kotor..."
Bunga Mawar berusaha kembali memberi penjelasn kepada temannya itu. "Keset yang kotor masih bisa dicuci dan dibersihkan lagi. Selain itu, kamu juga selalu ada di ruangan ini sepanjang waktu karena kamu memang dibutuhkan. Lain dengan aku. Aku tidak bisa dicuci. Sekali layu, aku akan dibuang begitu saja. Tidak setiap saat aku bisa berada dalam ruangan ini. Aku hanyalah sebuah hiasan, bukan kebutuhan."
Kerabat Imelda....Sejak mendengar penjelasan panjang lebar dari si mawar, keset mulai menegakkan kepalanya dan berbangga hati. Meski diinjak-injak setiap hari, namun dia tahu bahwa dia tetap memiliki guna.
Bagaimanakah dengan Anda? Apakah saat ini Anda merasa sedang dipandang remeh oleh orang lain? Apakah keberadaan Anda jauh dari sorotan? Jangan khawatir! Meski tak dipandang, tetap lakukan tugas Anda sebaik-baiknya, sebab akan tiba waktunya, dan Anda pasti mendapatkan upah dari segala jerih lelah. Semangat!
SUMBER: Mega Aprilianti - kapanlagi.com
Keset pun memulai obrolan. "Aku iri padamu, War. Setiap pagi kamu dipetik, diberi air, kadang dicium oleh para wanita cantik karena keharumanmu. Setiap orang mengagumi warna merahmu yang indah. Sedangkan aku? Aku diinjak-injak setiap hari. Tak ada seorang pun yang memandang, apalagi menghargaiku. Mereka hanya menggunakan aku untuk membersihkan alas sepatu mereka yang kotor."
Lalu Bunga Mawar menjawab. "Keset, kamu dan aku memang berbeda. Kamu memiliki fungsimu sendiri, demikian juga dengan aku. Kalau aku dipilih untuk mempercantik dan mengharumkan ruangan, maka para manusia itu memilih kamu untuk tujuan lain."
"Aku tak melihat ada kegunaan baik dari diriku. Lihat saja diriku! Penuh dengan kotoran lumpur dan debu. Aku bosan terus menerus begini." protes Keset.
Bunga Mawar kemudian menghibur Keset. "Siapa bilang kamu tak berguna? Coba sekarang kamu lihat ruangan sekelilingmu! Debu maupun tanah yang biasanya melekat di dasar sepatu orang-orang itu tak sampai mengotori ruangan. Dan semua itu karena siapa? Karena kamu. Karena jasamulah ruangan ini bisa tetap bersih."
Keset pun mulai berpikir. "Ii..iya sih, tapi lihat aku kan yang jadi kotor..."
Bunga Mawar berusaha kembali memberi penjelasn kepada temannya itu. "Keset yang kotor masih bisa dicuci dan dibersihkan lagi. Selain itu, kamu juga selalu ada di ruangan ini sepanjang waktu karena kamu memang dibutuhkan. Lain dengan aku. Aku tidak bisa dicuci. Sekali layu, aku akan dibuang begitu saja. Tidak setiap saat aku bisa berada dalam ruangan ini. Aku hanyalah sebuah hiasan, bukan kebutuhan."
Kerabat Imelda....Sejak mendengar penjelasan panjang lebar dari si mawar, keset mulai menegakkan kepalanya dan berbangga hati. Meski diinjak-injak setiap hari, namun dia tahu bahwa dia tetap memiliki guna.
Bagaimanakah dengan Anda? Apakah saat ini Anda merasa sedang dipandang remeh oleh orang lain? Apakah keberadaan Anda jauh dari sorotan? Jangan khawatir! Meski tak dipandang, tetap lakukan tugas Anda sebaik-baiknya, sebab akan tiba waktunya, dan Anda pasti mendapatkan upah dari segala jerih lelah. Semangat!
SUMBER: Mega Aprilianti - kapanlagi.com
Love is an Action!
Awalnya aku tak pernah cemburu. Tak juga berpikir panjang, cerita menggiurkan apalagi yang akan dibaginya padaku. Semua mengalir begitu saja, saat setiap hari kulihat dirinya dijemput mobil mewah, diperlakukan bak tuan putri, selalu bisa memakai gaun mewah dan memamerkan foto-foto indahnya.
Aku lantas melihat kepada diriku di depan cermin, betapa beruntungnya Nadya saat itu. Aku juga sering mendengar cerita bahwa Roy, kekasih Nadya selalu mengirimkan puisi indah, menelepon malam-malam hanya demi mengatakan rindunya.
Belakangan ini, aku semakin cemburu padanya, karena Nadya bilang Roy akan segera mengenalkannya pada orang tuanya. Melamar dengan cincin indah di sebuah hotel mewah, dan memintanya menjadi pendamping hidup. Oh, sungguh indah, dan tak diragukan lagi, Nadya hidup seperti di dalam dongeng. Bak seorang putri yang keluar dari buku dongeng dan hidup di dunia nyata.
Sedangkan aku...
Sakti, sosok yang sudah memacariku lebih dari 5 tahun. Membawaku pergi ke mana-mana dengan motornya. Dan tentu saja aku tak pernah sempat memakai sebuah gaun saat diajaknya berkencan. Aku juga menyesuaikan tampilanku saat bermalam minggu dengannya. Praktis dengan t-shirt dan jeans, yang akan mempermudahnya membonceng diriku. Tak juga pernah kuterima SMS manis darinya, hanya SMS-SMS singkat. Bahkan saat ditanya soal kangen, ia akan balas menggodaku, menjahiliku dengan mengatakan tidak pernah merasa kangen. Tak ada bunga dan cokelat di hari Valentine, karena katanya semua hari itu sama. Tak ada pula kado-kado indah, kata-kata manis, makan malam romantis, apalagi sebuah cincin.
Aku jadi semakin bertanya-tanya, mau di bawa ke mana hubunganku ini? Sampai kapan aku harus bertahan begini? Atau aku sudahi saja dengannya?
Isak tangis Nadya kemudian membuatku gugup. Entah angin apa yang mengganggunya kali ini. Ia yang selalu ceria, tertawa dan tak pernah terlihat sedih, tiba-tiba datang berurai air mata, bak badai di tengah hari. Lantas kutahu dari setiap isakannya, Roy telah meninggalkannya. Dengan tega hati melupakan janji dan semua perkataan manisnya. Dan belakangan, kutahu bahwa ternyata Nadyalah yang banyak berkorban demi Roy. Memberikannya uang dalam jumlah besar setiap bulannya, membelikan hadiah-hadiah, baju dan barang-barang mahal. Sama sekali bukan seperti yang kukira.
Tentu saja, tak akan ada acara pertemuan dengan orang tua. Tak ada cincin manis disematkan di jari saat makan malam di restaurant romantis. Tak ada itu cinta!
Dan akupun terhenyak sadar. Sakti. Tak pernah mengucapkan semua kata gombal itu. Tak juga menjanjikan hal-hal manis dan mengumbarnya sepanjang waktu. Yang kuingat, ia selalu memperhatikanku, bersikap baik dan berusaha membahagiakanku. Tanpa perlu mengatakan bahwa ia mencintaiku. Seharusnya aku tahu. Ya, aku tahu. Sakti mencintaiku dengan segala sikap yang ditunjukkannya padaku. Bukan dengan kata-kata madu yang ternyata racun itu.
Kerabat Imelda...Apalah arti kata "I love you" jika sebatas di bibir saja?
SUMBER:Agatha Yunita - kapanlagi.com
Aku lantas melihat kepada diriku di depan cermin, betapa beruntungnya Nadya saat itu. Aku juga sering mendengar cerita bahwa Roy, kekasih Nadya selalu mengirimkan puisi indah, menelepon malam-malam hanya demi mengatakan rindunya.
Belakangan ini, aku semakin cemburu padanya, karena Nadya bilang Roy akan segera mengenalkannya pada orang tuanya. Melamar dengan cincin indah di sebuah hotel mewah, dan memintanya menjadi pendamping hidup. Oh, sungguh indah, dan tak diragukan lagi, Nadya hidup seperti di dalam dongeng. Bak seorang putri yang keluar dari buku dongeng dan hidup di dunia nyata.
Sedangkan aku...
Sakti, sosok yang sudah memacariku lebih dari 5 tahun. Membawaku pergi ke mana-mana dengan motornya. Dan tentu saja aku tak pernah sempat memakai sebuah gaun saat diajaknya berkencan. Aku juga menyesuaikan tampilanku saat bermalam minggu dengannya. Praktis dengan t-shirt dan jeans, yang akan mempermudahnya membonceng diriku. Tak juga pernah kuterima SMS manis darinya, hanya SMS-SMS singkat. Bahkan saat ditanya soal kangen, ia akan balas menggodaku, menjahiliku dengan mengatakan tidak pernah merasa kangen. Tak ada bunga dan cokelat di hari Valentine, karena katanya semua hari itu sama. Tak ada pula kado-kado indah, kata-kata manis, makan malam romantis, apalagi sebuah cincin.
Aku jadi semakin bertanya-tanya, mau di bawa ke mana hubunganku ini? Sampai kapan aku harus bertahan begini? Atau aku sudahi saja dengannya?
Isak tangis Nadya kemudian membuatku gugup. Entah angin apa yang mengganggunya kali ini. Ia yang selalu ceria, tertawa dan tak pernah terlihat sedih, tiba-tiba datang berurai air mata, bak badai di tengah hari. Lantas kutahu dari setiap isakannya, Roy telah meninggalkannya. Dengan tega hati melupakan janji dan semua perkataan manisnya. Dan belakangan, kutahu bahwa ternyata Nadyalah yang banyak berkorban demi Roy. Memberikannya uang dalam jumlah besar setiap bulannya, membelikan hadiah-hadiah, baju dan barang-barang mahal. Sama sekali bukan seperti yang kukira.
Tentu saja, tak akan ada acara pertemuan dengan orang tua. Tak ada cincin manis disematkan di jari saat makan malam di restaurant romantis. Tak ada itu cinta!
Dan akupun terhenyak sadar. Sakti. Tak pernah mengucapkan semua kata gombal itu. Tak juga menjanjikan hal-hal manis dan mengumbarnya sepanjang waktu. Yang kuingat, ia selalu memperhatikanku, bersikap baik dan berusaha membahagiakanku. Tanpa perlu mengatakan bahwa ia mencintaiku. Seharusnya aku tahu. Ya, aku tahu. Sakti mencintaiku dengan segala sikap yang ditunjukkannya padaku. Bukan dengan kata-kata madu yang ternyata racun itu.
Kerabat Imelda...Apalah arti kata "I love you" jika sebatas di bibir saja?
SUMBER:Agatha Yunita - kapanlagi.com
Menjual Sisir
Pada suatu hari, sebuah perusahaan sisir akan mengadakan ekspansi untuk area pemasaran yang baru. Perusahaan sisir tersebut lalu membuka lowongan pekerjaan. Karyawan baru itu akan ditempatkan di Divisi Marketing. Setelah lowongan dibuka, banyak sekali orang yang mendaftarkan diri untuk mengisinya. Lebih dari 100 orang pelamar datang ke perusahaan itu setiap harinya.
Setelah melalui berbagai proses seleksi yang cukup ketat, terpilihlah tiga kandidat utama. Sebut saja A, B, dan C. Perusahaan lalu melakukan seleksi final dengan memberi tugas kepada tiga orang terpilih. Seleksi finalnya ialah A, B, dan C diminta untuk menjual sisir kepada para biksu – yang tinggal pada sebuah komplek wihara – di area pemasaran baru tersebut – dalam jangka waktu 10 hari. Bagi sebagian orang, tugas ini sangat tidak masuk akal, mengingat biksu-biksu itu berkepala gundul dan tidak pernah memerlukan sisir.
Sepuluh hari pun berlalu, akhirnya tiba saat ketiga pelamar tersebut datang kembali pada perusahaan untuk melaporkan hasil penjualannya.
Pelamar A :
Saya hanya mampu menjual satu sisir. Saya sudah berusaha menawarkan sisir itu kepada para biksu di sana, tetapi mereka malah marah-marah karena saya dikira melecehkan. Tetapi untung, ketika saya berjalan menuruni tangga, ada seorang biksu muda yang mau membeli satu sisir saya. Sisir itu akan ia gunakan untuk menggaruk kepalanya yang ketombean.
Pelamar B:
Saya berhasil menjual sepuluh buah. Saya pergi ke sebuah wihara dan memperhatikan banyak peziarah yang rambutnya acak-acakan – karena angin kencang yang bertiup di luar wihara. Biksu di dalam wihara itu mendengar saran saya – dan membeli 10 sisir untuk para peziarah – agar mereka menunjukkan rasa hormat pada sang Buddha – saat bersembahyang.
Pelamar C:
Saya berhasil menjual seribu buah. Setelah melakukan pengamatan beberapa hari di biara itu, saya menemukan bahwa banyak turis yang datang berkunjung ke sana . Kemudian saya berkata pada biksu pimpinan wihara, “Sifu, saya melihat banyak peziarah yang datang ke sini. Jika sifu bisa memberi mereka sebuah cindera mata, maka itu akan lebih menggembirakan hati mereka.” Saya bilang padanya bahwa saya punya banyak sisir bagus dan murah. Saya lalu meminta pimpinan biksu tersebut untuk membubuhkan tanda tangan pada setiap sisir – sebagai sebuah hadiah bagi para peziarah di wihara itu. Biksu pimpinan wihara itu sangat senang dan langsung memesan 1,000 buah sisir.
Memang, akhirnya perusahaan sisir tersebut menerima ketiga orang tersebut sebagai karyawan-karyawan barunya. Tetapi tentu saja posisi mereka di perusahaan dibedakan. Pelamar C ditempatkan sebagai Marketing Manajer yang baru, pelamar B menjadi asisten manajernya, sedangkan pelamar A hanya menjadi sales marketing biasa.
Kerabat Imelda...Cerita tadi menggambarkan riset yang pernah Universitas Harvard. Riset tersebut menunjukkan bahwa 85% kesukesan adalah karena sikap dan 15% adalah karena kemampuan. Sikap ternyata lebih penting dari kepandaian, keahlian khusus, dan keberuntungan. Dengan kata lain, pengetahuan profesional hanya menyumbang 15% dari sebuah kesuksesan seseorang dan 85% adalah pemberdayaan diri, hubungan sosial, dan adaptasi. Kesuksesan dan kegagalan bergantung pada bagaimana sikap dalam menghadapi masalah.
Sedangkan keputusan perusahaan untuk menyuruh ketiga pelamar tersebut menjual sisir pada biksu sangat mencerminkan kata-kata Dalai Lama, “Lingkungan yang keras sangat membantu untuk membentuk kepribadian, sehingga dimiliki nyali kuat untuk menyelesaikan semua masalah.”
sooo… mungkin ini adalah salah satu jawaban kenapa saat keadaan ekonomi buruk, banyak jutawan baru baru yang bermunculan. Jadi, dengan sepenuh hati terapkan sikap kerja yang benar, yaitu menitikberatkan pada pemberdayaan diri, hubungan sosial, dan adaptasi (85%) – tetapi tetap tidak melupakan skill (15%) – agar bisa mendapatkan kesuksesan yang 100%.
SUMBER: ceritainspirasi.net
Setelah melalui berbagai proses seleksi yang cukup ketat, terpilihlah tiga kandidat utama. Sebut saja A, B, dan C. Perusahaan lalu melakukan seleksi final dengan memberi tugas kepada tiga orang terpilih. Seleksi finalnya ialah A, B, dan C diminta untuk menjual sisir kepada para biksu – yang tinggal pada sebuah komplek wihara – di area pemasaran baru tersebut – dalam jangka waktu 10 hari. Bagi sebagian orang, tugas ini sangat tidak masuk akal, mengingat biksu-biksu itu berkepala gundul dan tidak pernah memerlukan sisir.
Sepuluh hari pun berlalu, akhirnya tiba saat ketiga pelamar tersebut datang kembali pada perusahaan untuk melaporkan hasil penjualannya.
Pelamar A :
Saya hanya mampu menjual satu sisir. Saya sudah berusaha menawarkan sisir itu kepada para biksu di sana, tetapi mereka malah marah-marah karena saya dikira melecehkan. Tetapi untung, ketika saya berjalan menuruni tangga, ada seorang biksu muda yang mau membeli satu sisir saya. Sisir itu akan ia gunakan untuk menggaruk kepalanya yang ketombean.
Pelamar B:
Saya berhasil menjual sepuluh buah. Saya pergi ke sebuah wihara dan memperhatikan banyak peziarah yang rambutnya acak-acakan – karena angin kencang yang bertiup di luar wihara. Biksu di dalam wihara itu mendengar saran saya – dan membeli 10 sisir untuk para peziarah – agar mereka menunjukkan rasa hormat pada sang Buddha – saat bersembahyang.
Pelamar C:
Saya berhasil menjual seribu buah. Setelah melakukan pengamatan beberapa hari di biara itu, saya menemukan bahwa banyak turis yang datang berkunjung ke sana . Kemudian saya berkata pada biksu pimpinan wihara, “Sifu, saya melihat banyak peziarah yang datang ke sini. Jika sifu bisa memberi mereka sebuah cindera mata, maka itu akan lebih menggembirakan hati mereka.” Saya bilang padanya bahwa saya punya banyak sisir bagus dan murah. Saya lalu meminta pimpinan biksu tersebut untuk membubuhkan tanda tangan pada setiap sisir – sebagai sebuah hadiah bagi para peziarah di wihara itu. Biksu pimpinan wihara itu sangat senang dan langsung memesan 1,000 buah sisir.
Memang, akhirnya perusahaan sisir tersebut menerima ketiga orang tersebut sebagai karyawan-karyawan barunya. Tetapi tentu saja posisi mereka di perusahaan dibedakan. Pelamar C ditempatkan sebagai Marketing Manajer yang baru, pelamar B menjadi asisten manajernya, sedangkan pelamar A hanya menjadi sales marketing biasa.
Kerabat Imelda...Cerita tadi menggambarkan riset yang pernah Universitas Harvard. Riset tersebut menunjukkan bahwa 85% kesukesan adalah karena sikap dan 15% adalah karena kemampuan. Sikap ternyata lebih penting dari kepandaian, keahlian khusus, dan keberuntungan. Dengan kata lain, pengetahuan profesional hanya menyumbang 15% dari sebuah kesuksesan seseorang dan 85% adalah pemberdayaan diri, hubungan sosial, dan adaptasi. Kesuksesan dan kegagalan bergantung pada bagaimana sikap dalam menghadapi masalah.
Sedangkan keputusan perusahaan untuk menyuruh ketiga pelamar tersebut menjual sisir pada biksu sangat mencerminkan kata-kata Dalai Lama, “Lingkungan yang keras sangat membantu untuk membentuk kepribadian, sehingga dimiliki nyali kuat untuk menyelesaikan semua masalah.”
sooo… mungkin ini adalah salah satu jawaban kenapa saat keadaan ekonomi buruk, banyak jutawan baru baru yang bermunculan. Jadi, dengan sepenuh hati terapkan sikap kerja yang benar, yaitu menitikberatkan pada pemberdayaan diri, hubungan sosial, dan adaptasi (85%) – tetapi tetap tidak melupakan skill (15%) – agar bisa mendapatkan kesuksesan yang 100%.
SUMBER: ceritainspirasi.net
Anda adalah Apa yang Anda Pikirkan
Dikisahkan, seorang ibu muda memiliki 2 orang putra. Sayangnya si putra bungsu mengalami pertumbuhan kemampuan berpikir yang lamban,
tidak memiliki kecerdasan seperti sang kakak. Jadilah dia anak yang pemalu, rendah diri
dan sering dilecehkan oleh teman2 di sekolahnya.
Tugas sebagai ibu merangkap tulang punggung keluarga, membuatnya kelelahan,
sehingga kelambanan si bungsu pun sering menjadi sasaran kemarahan dan kejengkelannya.
Kata-kata kasar, seperti: "dasar anak bodoh" dan sejenisnya seolah menjadi santapan sehari-hari buat si bungsu.
Ucapan sang ibu maupun ejekan dari teman-teman, meyakinkan si bungsu bahwa dirinya anak yang menyusahkan
dan memalukan keluarganya. Kekecewaan terhadap diri sendiri tercermin pada kegiatan yang dilakukan dari hari ke hari.
Setiap bangun pagi, saat menatap wajah sendiri dari pantulan kaca cermin,
dia memulai kegiatan dengan menyapa diri yang ada di cermin sambil berucap lirih dan sedih,
"Si bodoh sedang mencuci muka", "Si bodoh mulai menyikat gigi," "Si bodoh lagi mandi,"
"Si bodoh berangkat ke sekolah," dan seterusnya.
Waktu terus berjalan ...
Diceritakan, sebagai warga negara dewasa, ada wajib militer yang harus dijalani.
Maka, si putra bungsu ini pun mendaftar dan mulai mengikuti berbagai tes: tes kesehatan,
tes kemampuan fisik, dan tes yang lain. Saat hari pengumuman, dia dipanggil menghadap ke dewan penguji.
"Ah... Aku si bodoh, bisakah lolos tes kali ini?" katanya dalam hati,
sambil memasuki ruangan dengan kepala tertunduk. Sungguh tidak diduga sama sekali,
hasil tesnya ternyata mendapat pujian tertinggi dari dewan penguji. "Selamat anak muda! Hasil tes Anda luar biasa!!
Anda sungguh pemuda yang hebat dan berbakat."
Mendapat pujian seperti itu, dia seolah tidak mempercayai telinganya sendiri.
Kata-kata dewan penguji adalah penemuan sisi baru dirinya yang tidak diketahui sebelumnya.
Suara itu terus bergema di pikirannya, menumbuhkan kebanggaan, memotivasi setiap sikap dan tindakannya
yang mencerminkan bahwa dirinya orang hebat dan luar biasa. Mulailah siklus hariannya berubah,
"Aku, orang hebat sedang mandi," "Si hebat mencuci muka," "Pemuda berbakat lagi mengosok gigi," dan seterusnya.
Kepercayaan diri dan citra dirinya meningkat luar biasa.
Hingga 20 tahun kemudian, si bungsu membuktikan dirinya sebagai salah seorang pengusaha sukses yang disegani,
dihormati, dan menerima banyak penghargaan.
Kerabat Imelda...Pola pikir dan keyakinan adalah kekuatan di belakang sistem sukses yang ada di dalam diri kita.
Apapun yang kita bayangkan dan kita yakini terus menerus dalam benakkita, pada akhirnya akan terwujud dalam kenyataan.
Itulah hukum pikiran universal yang berlaku.
Kalau kita selalu berkata: "Mana mungkin aku bisa sukses?", "Aku sulit berhasil,"
maka kecenderungan sikap mental seperti itu akan disusul oleh kenyataan berupa kegagalan.
Sebaliknya kalau kita berkata pada diri sendiri, "Aku bisa sukses, "Aku mampu,"
besar kemungkinan kita akan berusaha keras dengan berbagai cara sehingga kesuksesan bisa diraih persis
seperti yang diyakini dan kita pikirkan.
Jadi tepat sekali ungkapan yang mengatakan YOU ARE WHAT YOU THINK.
Anda adalah seperti apa yang Anda pikirkan! Mari, miliki citra diri yang sehat! Miliki keyakinan diri yang mantap!
SUMBER: Andrie Wongso - www.andriewongso.com
tidak memiliki kecerdasan seperti sang kakak. Jadilah dia anak yang pemalu, rendah diri
dan sering dilecehkan oleh teman2 di sekolahnya.
Tugas sebagai ibu merangkap tulang punggung keluarga, membuatnya kelelahan,
sehingga kelambanan si bungsu pun sering menjadi sasaran kemarahan dan kejengkelannya.
Kata-kata kasar, seperti: "dasar anak bodoh" dan sejenisnya seolah menjadi santapan sehari-hari buat si bungsu.
Ucapan sang ibu maupun ejekan dari teman-teman, meyakinkan si bungsu bahwa dirinya anak yang menyusahkan
dan memalukan keluarganya. Kekecewaan terhadap diri sendiri tercermin pada kegiatan yang dilakukan dari hari ke hari.
Setiap bangun pagi, saat menatap wajah sendiri dari pantulan kaca cermin,
dia memulai kegiatan dengan menyapa diri yang ada di cermin sambil berucap lirih dan sedih,
"Si bodoh sedang mencuci muka", "Si bodoh mulai menyikat gigi," "Si bodoh lagi mandi,"
"Si bodoh berangkat ke sekolah," dan seterusnya.
Waktu terus berjalan ...
Diceritakan, sebagai warga negara dewasa, ada wajib militer yang harus dijalani.
Maka, si putra bungsu ini pun mendaftar dan mulai mengikuti berbagai tes: tes kesehatan,
tes kemampuan fisik, dan tes yang lain. Saat hari pengumuman, dia dipanggil menghadap ke dewan penguji.
"Ah... Aku si bodoh, bisakah lolos tes kali ini?" katanya dalam hati,
sambil memasuki ruangan dengan kepala tertunduk. Sungguh tidak diduga sama sekali,
hasil tesnya ternyata mendapat pujian tertinggi dari dewan penguji. "Selamat anak muda! Hasil tes Anda luar biasa!!
Anda sungguh pemuda yang hebat dan berbakat."
Mendapat pujian seperti itu, dia seolah tidak mempercayai telinganya sendiri.
Kata-kata dewan penguji adalah penemuan sisi baru dirinya yang tidak diketahui sebelumnya.
Suara itu terus bergema di pikirannya, menumbuhkan kebanggaan, memotivasi setiap sikap dan tindakannya
yang mencerminkan bahwa dirinya orang hebat dan luar biasa. Mulailah siklus hariannya berubah,
"Aku, orang hebat sedang mandi," "Si hebat mencuci muka," "Pemuda berbakat lagi mengosok gigi," dan seterusnya.
Kepercayaan diri dan citra dirinya meningkat luar biasa.
Hingga 20 tahun kemudian, si bungsu membuktikan dirinya sebagai salah seorang pengusaha sukses yang disegani,
dihormati, dan menerima banyak penghargaan.
Kerabat Imelda...Pola pikir dan keyakinan adalah kekuatan di belakang sistem sukses yang ada di dalam diri kita.
Apapun yang kita bayangkan dan kita yakini terus menerus dalam benakkita, pada akhirnya akan terwujud dalam kenyataan.
Itulah hukum pikiran universal yang berlaku.
Kalau kita selalu berkata: "Mana mungkin aku bisa sukses?", "Aku sulit berhasil,"
maka kecenderungan sikap mental seperti itu akan disusul oleh kenyataan berupa kegagalan.
Sebaliknya kalau kita berkata pada diri sendiri, "Aku bisa sukses, "Aku mampu,"
besar kemungkinan kita akan berusaha keras dengan berbagai cara sehingga kesuksesan bisa diraih persis
seperti yang diyakini dan kita pikirkan.
Jadi tepat sekali ungkapan yang mengatakan YOU ARE WHAT YOU THINK.
Anda adalah seperti apa yang Anda pikirkan! Mari, miliki citra diri yang sehat! Miliki keyakinan diri yang mantap!
SUMBER: Andrie Wongso - www.andriewongso.com
Resep Terkenal Yang Mujarab
Sebagai apakah orang mengenal Anda? Apakah Anda terkenal karena Anda adalah anak dari si A yang kaya raya dan berkedudukan tinggi di masyarakat? Atau, orang mengenal Anda sebagai pemilik perusahaan B?
Bicara soal kenal-mengenal dan terkenal, membuat saya teringat akan almarhumah Bunda Teresa. Tak banyak yang tahu siapa nama lengkapnya, dari mana ia berasal, atau bagaimana latar belakang keluarganya. Namun, tak berlebihan rasanya jika dikatakan bahwa seluruh penduduk dunia tahu tentang dirinya, bahkan namanya tetap disebut-sebut usai kematiannya.
Dan, apa yang membuat seluruh dunia tahu tentang dirinya? Ah kita semua pasti tahu alasannya. Ia terkenal karena perhatian dan kebaikan yang diberikan pada warga miskin di Kalkuta, India.
Kerabat Imelda....Dari kisah sekilas tentang Ibu Teresa, kita bisa menangkap pesan bahwa untuk menjadi terkenal, sebenarnya kita tidak harus memiliki 'modal' apa-apa lebih dulu. Tak perlu kaya dulu, pintar dulu, sukses dulu, baru bisa terkenal. Sebab dalam hal terkenal, apa yang kita miliki hanyalah prestasi semu belaka. Namun apa yang kita berikan, itulah yang akan terukir di hati orang-orang sekitar kita pada sepanjang masa.
Jadi, bukan masalah apa yang kita punya yang terpenting, namun apa yang selalu kita bagikan, berikan, lakukan, katakan, itulah yang paling penting. Dan untuk ini, salah satu resep terkenal paling mujarab adalah bila kita bisa menunjukkan kebaikan yang benar pada orang lain.
Jadi, Anda terkenal karena apa?
SUMBER: kapanlagi.com
Bicara soal kenal-mengenal dan terkenal, membuat saya teringat akan almarhumah Bunda Teresa. Tak banyak yang tahu siapa nama lengkapnya, dari mana ia berasal, atau bagaimana latar belakang keluarganya. Namun, tak berlebihan rasanya jika dikatakan bahwa seluruh penduduk dunia tahu tentang dirinya, bahkan namanya tetap disebut-sebut usai kematiannya.
Dan, apa yang membuat seluruh dunia tahu tentang dirinya? Ah kita semua pasti tahu alasannya. Ia terkenal karena perhatian dan kebaikan yang diberikan pada warga miskin di Kalkuta, India.
Kerabat Imelda....Dari kisah sekilas tentang Ibu Teresa, kita bisa menangkap pesan bahwa untuk menjadi terkenal, sebenarnya kita tidak harus memiliki 'modal' apa-apa lebih dulu. Tak perlu kaya dulu, pintar dulu, sukses dulu, baru bisa terkenal. Sebab dalam hal terkenal, apa yang kita miliki hanyalah prestasi semu belaka. Namun apa yang kita berikan, itulah yang akan terukir di hati orang-orang sekitar kita pada sepanjang masa.
Jadi, bukan masalah apa yang kita punya yang terpenting, namun apa yang selalu kita bagikan, berikan, lakukan, katakan, itulah yang paling penting. Dan untuk ini, salah satu resep terkenal paling mujarab adalah bila kita bisa menunjukkan kebaikan yang benar pada orang lain.
Jadi, Anda terkenal karena apa?
SUMBER: kapanlagi.com
'Meramal' Masa Depan Sendiri
Tak perlu paranormal atau dukun, Anda bisa kok meramal sendiri masa yang akan datang....
Pernahkah Anda bertanya, apa tujuan Tuhan menciptakan usus buntu? Ternyata usus inilah yang menjadi hunian aman bagi bakteri baik ketika seseorang terkena diare. Saat semua isi perut terkuras habis, maka dalam usus inilah, para bakteri tersebut bernaung agar tetap bisa bertahan dan tidak ikut keluar dari tubuh, semua itu demi menyelamatkan sistem cerna orang itu sendiri.
Jadi jika ada maksud khusus bagi usus buntu , yang sepele dan kerap disangka tak berguna, maka pasti ada tujuan untuk setiap hal yang kita alami di dunia ini.
Ada tujuan mengapa kita lahir...
Ada tujuan mengapa kita dibesarkan di keluarga A, dan bukan keluarga B...
Ada tujuan mengapa kita harus diolok-olok...
Ada tujuan mengapa kita mesti mengalami pedihnya diabaikan orang lain...
Ada tujuan mengapa kita harus bekerja keras hingga malam hari...
Ada tujuan mengapa kita sampai bisa ditipu oleh teman sendiri...
Ada tujuan mengapa kita harus patah hati dan putus dengan si dia...
Coba Anda lanjutkan sendiri kalimat-kalimat tadi, untuk setiap perkara yang terpikirkan oleh benak Anda. Sebab selalu ada tujuan untuk semua itu. Tak pernah sebuah keadaan terjadi tanpa ada tujuan di baliknya. Tak pernah ada kejadian yang tak memiliki hikmah di dalamnya. Hal ini dikarenakan Tuhan Sang Pencipta bukanlah Tuhan yang sembarangan dalam mencipta. Ia membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing.
Dengan mencari tahu dan memahami tujuan serta hikmah di balik setiap peristiwa, maka kita akan lebih mudah membaca lembar-lembar buku kisah kehidupan diri sendiri.
Siapa tahu olokan itu justru membuat kita lebih terpacu untuk menjadi orang yang lebih baik lagi?
Siapa tahu putus dengan si A malah memberi kita kesempatan untuk bertemu dengan si B yang jauh lebih baik?
Siapa tahu keluarga C tak seharmonis kelihatannya?
Siapa tahu diabaikan membuat kita belajar untuk tidak turut mengabaikan orang lain?
....dan seterusnya.....
Kerabat Imelda....Kini, setelah merenungkan itu semua, Anda hanya tinggal melihat hasilnya saja. Apa yang berhasil dibentuk oleh masa lalu Anda, itulah masa yang sekarang Anda jalani. Dan, masa depan akan lahir akibat keputusan masa kini. Mudah bukan, kini siapa coba yang berani bilang Anda bahwa butuh peramal?
SUMBER: KapanLagi.com
Pernahkah Anda bertanya, apa tujuan Tuhan menciptakan usus buntu? Ternyata usus inilah yang menjadi hunian aman bagi bakteri baik ketika seseorang terkena diare. Saat semua isi perut terkuras habis, maka dalam usus inilah, para bakteri tersebut bernaung agar tetap bisa bertahan dan tidak ikut keluar dari tubuh, semua itu demi menyelamatkan sistem cerna orang itu sendiri.
Jadi jika ada maksud khusus bagi usus buntu , yang sepele dan kerap disangka tak berguna, maka pasti ada tujuan untuk setiap hal yang kita alami di dunia ini.
Ada tujuan mengapa kita lahir...
Ada tujuan mengapa kita dibesarkan di keluarga A, dan bukan keluarga B...
Ada tujuan mengapa kita harus diolok-olok...
Ada tujuan mengapa kita mesti mengalami pedihnya diabaikan orang lain...
Ada tujuan mengapa kita harus bekerja keras hingga malam hari...
Ada tujuan mengapa kita sampai bisa ditipu oleh teman sendiri...
Ada tujuan mengapa kita harus patah hati dan putus dengan si dia...
Coba Anda lanjutkan sendiri kalimat-kalimat tadi, untuk setiap perkara yang terpikirkan oleh benak Anda. Sebab selalu ada tujuan untuk semua itu. Tak pernah sebuah keadaan terjadi tanpa ada tujuan di baliknya. Tak pernah ada kejadian yang tak memiliki hikmah di dalamnya. Hal ini dikarenakan Tuhan Sang Pencipta bukanlah Tuhan yang sembarangan dalam mencipta. Ia membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing.
Dengan mencari tahu dan memahami tujuan serta hikmah di balik setiap peristiwa, maka kita akan lebih mudah membaca lembar-lembar buku kisah kehidupan diri sendiri.
Siapa tahu olokan itu justru membuat kita lebih terpacu untuk menjadi orang yang lebih baik lagi?
Siapa tahu putus dengan si A malah memberi kita kesempatan untuk bertemu dengan si B yang jauh lebih baik?
Siapa tahu keluarga C tak seharmonis kelihatannya?
Siapa tahu diabaikan membuat kita belajar untuk tidak turut mengabaikan orang lain?
....dan seterusnya.....
Kerabat Imelda....Kini, setelah merenungkan itu semua, Anda hanya tinggal melihat hasilnya saja. Apa yang berhasil dibentuk oleh masa lalu Anda, itulah masa yang sekarang Anda jalani. Dan, masa depan akan lahir akibat keputusan masa kini. Mudah bukan, kini siapa coba yang berani bilang Anda bahwa butuh peramal?
SUMBER: KapanLagi.com
Kesempatan
Ada 3 tipe manusia, dalam melihat sebuah kesempatan. Dalam pepatahMandarin dikatakan:
Orang yang lemah, menunggu kesempatan.
Orang yang kuat, menciptakan kesempatan.
Orang yang cerdik/bijak memanfaatkan kesempatan.
Bagi orang lemah, bila kesempatan belum datang, dia akan menunggu dan menunggu sampaikesempatan itu datang,Bila ditunggu kesempatan belum juga datang, dia berpikir, "Yah.... Ini memang nasibku."
Tipe kedua. Bagi orang kuat, bila kesempatan belum datang, dia akan mengunakan berbagai macam cara: kreativitas, memanfaatkan koneksi, dan segenap kemampuannya.untuk menciptakan kesempatan itu datang padanya.
Tipe ketiga. Bagi orang cerdik/bijaksana, dia akan memanfaatkan kesempatan karena dia menyadari kesempatan adalah sesuatu yang berharga. Belum tentu kesempatan itu datang untuk kedua kali!
Memang pada kondisi tertentu, kadang munculnya kesempatan itu butuh pematangan waktu. Kita perlu menunggu sesaat, tetapi bukan dengan sikap yang pasif, sebaliknya, kita menunggu kesempatan itu dengan sikap waspada, proaktif, dan penuh kesiapan.
Seperti sikap seekor kucing yang akan menangkap tikus, kucing bisa dengan sabar, waspada, penuh kesiapanmenunggu kesempatan tikus keluar dari lubang persembunyiannya. Begitu tikus keluar, kucing akan segera menyergap mangsanya.Keberhasilan kucing melumpuhkan tikus adalah serangkaian prosesmelakukan tiga hal yang saya bicarakan di atas, yaitu kemampuan menunggu kesempatan bukan secara pasif tetapiproaktif, penuh kesiapan. Begitu kesempatan tercipta, langsung dimanfaatkan.
Kesempatan merupakan salah satu faktor yang harus dimiliki bagi siapa saja yang mau mengembangkan diri. Tanpa kesempatan yang tersedia, tidak mungkin kita bisa sukses. Oleh sebab itu bila kesempatan belum datang, kita harus berusaha menciptakannya, bahkan di dalam kesulitan pun. Jika kita punya keuletan untuk berusaha terus menerus, suatu hari, kesempatan pasti akan datang.
Persis seperti yang dikatakan oleh ilmuwan besar Albert Einstain:IN THE MIDDLE OF DIFFICULLTY, LIES OPPORTUNITIES. Di dalam setiap kesulitan terdapat kesempatan.
Pastikan dengan segenap kreativitas, kerja keras, keuletan, dan niat baik kita ciptakan kesempatan, manfaatkan kesempatan untuk mengembangkan diri semaksimal mungkin dan memperoleh kehidupan yang lebih baik, lebih sukses, dan lebih berarti!!
SUMBER: Andrie Wongso - www.andriewongso.com
Orang yang lemah, menunggu kesempatan.
Orang yang kuat, menciptakan kesempatan.
Orang yang cerdik/bijak memanfaatkan kesempatan.
Bagi orang lemah, bila kesempatan belum datang, dia akan menunggu dan menunggu sampaikesempatan itu datang,Bila ditunggu kesempatan belum juga datang, dia berpikir, "Yah.... Ini memang nasibku."
Tipe kedua. Bagi orang kuat, bila kesempatan belum datang, dia akan mengunakan berbagai macam cara: kreativitas, memanfaatkan koneksi, dan segenap kemampuannya.untuk menciptakan kesempatan itu datang padanya.
Tipe ketiga. Bagi orang cerdik/bijaksana, dia akan memanfaatkan kesempatan karena dia menyadari kesempatan adalah sesuatu yang berharga. Belum tentu kesempatan itu datang untuk kedua kali!
Memang pada kondisi tertentu, kadang munculnya kesempatan itu butuh pematangan waktu. Kita perlu menunggu sesaat, tetapi bukan dengan sikap yang pasif, sebaliknya, kita menunggu kesempatan itu dengan sikap waspada, proaktif, dan penuh kesiapan.
Seperti sikap seekor kucing yang akan menangkap tikus, kucing bisa dengan sabar, waspada, penuh kesiapanmenunggu kesempatan tikus keluar dari lubang persembunyiannya. Begitu tikus keluar, kucing akan segera menyergap mangsanya.Keberhasilan kucing melumpuhkan tikus adalah serangkaian prosesmelakukan tiga hal yang saya bicarakan di atas, yaitu kemampuan menunggu kesempatan bukan secara pasif tetapiproaktif, penuh kesiapan. Begitu kesempatan tercipta, langsung dimanfaatkan.
Kesempatan merupakan salah satu faktor yang harus dimiliki bagi siapa saja yang mau mengembangkan diri. Tanpa kesempatan yang tersedia, tidak mungkin kita bisa sukses. Oleh sebab itu bila kesempatan belum datang, kita harus berusaha menciptakannya, bahkan di dalam kesulitan pun. Jika kita punya keuletan untuk berusaha terus menerus, suatu hari, kesempatan pasti akan datang.
Persis seperti yang dikatakan oleh ilmuwan besar Albert Einstain:IN THE MIDDLE OF DIFFICULLTY, LIES OPPORTUNITIES. Di dalam setiap kesulitan terdapat kesempatan.
Pastikan dengan segenap kreativitas, kerja keras, keuletan, dan niat baik kita ciptakan kesempatan, manfaatkan kesempatan untuk mengembangkan diri semaksimal mungkin dan memperoleh kehidupan yang lebih baik, lebih sukses, dan lebih berarti!!
SUMBER: Andrie Wongso - www.andriewongso.com
If Life is So Short
Seorang anak muda yang sedang bermain di luar kota. Angkutan umum sudah habis dan ia kesulitan untuk pulang. Maka ia memutuskan untuk menginap di rumah yang ditemuinya. “Pak, bolehkah saya menginap di sini?” tanya anak muda itu kepada pemilik rumah. “Tidak boleh! memang kamu pikir rumah ini hotel?” jawab pemilik rumah itu dengan ketus.
“Memang rumah ini dulu dibangun oleh siapa?” balas anak muda. “Oleh kakek buyut saya!” jawab pemilik rumah itu. “Lalu kakek buyutmu sekarang dimana?” Anak muda itu tidak mau kalah. “Kakek buyut saya meninggal 40 tahun lalu, kemudian rumah ini ditinggali anaknya – yaitu kakek saya. Sesudah kakek saya meninggal, bapak dan ibu saya tinggal di sini. Tetapi tiga tahun yang lalu bapak saya meninggal, lalu saya dan istri saya memutuskan untuk pindah ke mari dan menemani Ibu. Mungkin kelak saya akan mewariskan rumah ini pada salah satu anak saya.” Pemilik rumah itu bercerita dengan cepat.
“Lalu kenapa kamu tidak mau menyebut rumah ini sebagai hotel?” Tanya si anak muda, “Penghuni rumah ini selalu berganti, selalu datang dan pergi, seperti sebuah penginapan.”
Yup.. that’s life! Siapapun tahu hidup adalah sebuah proses yang singkat. Penghuni bumi selalu berganti, dari generasi ke generasi – dari keturunan ke keturunan. Orang Jawa berfilsafat bahwa “Urip iku gur koyo mampir ngombe.” atau “hidup itu cuma sekedar mampir minum”. Seperti halnya seseorang yang tengah melakukan perjalanan panjang, ia akan berhenti sejenak untuk minum sebelum melanjutkan langkahnya. Saat ‘berhenti minum’ itu yang kemudian disebut hidup.
SUMBER: ceritainspirasi.net
“Memang rumah ini dulu dibangun oleh siapa?” balas anak muda. “Oleh kakek buyut saya!” jawab pemilik rumah itu. “Lalu kakek buyutmu sekarang dimana?” Anak muda itu tidak mau kalah. “Kakek buyut saya meninggal 40 tahun lalu, kemudian rumah ini ditinggali anaknya – yaitu kakek saya. Sesudah kakek saya meninggal, bapak dan ibu saya tinggal di sini. Tetapi tiga tahun yang lalu bapak saya meninggal, lalu saya dan istri saya memutuskan untuk pindah ke mari dan menemani Ibu. Mungkin kelak saya akan mewariskan rumah ini pada salah satu anak saya.” Pemilik rumah itu bercerita dengan cepat.
“Lalu kenapa kamu tidak mau menyebut rumah ini sebagai hotel?” Tanya si anak muda, “Penghuni rumah ini selalu berganti, selalu datang dan pergi, seperti sebuah penginapan.”
Yup.. that’s life! Siapapun tahu hidup adalah sebuah proses yang singkat. Penghuni bumi selalu berganti, dari generasi ke generasi – dari keturunan ke keturunan. Orang Jawa berfilsafat bahwa “Urip iku gur koyo mampir ngombe.” atau “hidup itu cuma sekedar mampir minum”. Seperti halnya seseorang yang tengah melakukan perjalanan panjang, ia akan berhenti sejenak untuk minum sebelum melanjutkan langkahnya. Saat ‘berhenti minum’ itu yang kemudian disebut hidup.
SUMBER: ceritainspirasi.net
Kenapa Anda Ingin Kaya?
Saat ditanya apakah semua orang ingin kaya raya, maka jawabnya pasti satu suara: "yaa..." Tapi begitu dimintai alasannya, deretan motivasi pun menyeruak keluar.
Ada yang ingin berduit banyak supaya bisa belanja sepuasnya. Lainnya ngiler untuk bisa keliling dunia. Tak jarang pula kekayaan itu jugalah yang jadi alasan agar tak perlu capek bekerja lagi.
Lalu, apa alasan Anda? Pernahkah Anda memikirkannya?
Beberapa orang tampaknya bisa kaya dengan mudah. Hanya bicara sedikit, uang pun mengalir dengan mudah. Sebut saja seperti pembicara seminar atau pedagang yang ahli dalam promosi. Namun, tak sedikit pula yang meski sudah bersusah payah, tapi tetap saja melarat.
Apa ya 'nasib' perbedaan mereka itu?
Kerabat Imelda...Percaya atau tidak, apa yang menjadi motivasi sebetulnya turut menentukan bisa kaya/ tidak diri kita ini.
Bagi orang yang ingin kaya untuk alasan bersenang-senang saja misalnya, meski sudah kaya (katakanlah ia baru menang lotre), ia tetap akan jatuh miskin. Kenapa? Karena saat punya uang lebih sedikit saja, sudah dipakai untuk hura-hura, lalu bagaimana kekayaan itu bisa bertahan?
Sebaliknya, seseorang yang ingin kaya dengan motivasi tulus dan jauh dari egois, misalnya agar bisa membantu orang lain, maka bukan hanya harta yang bakal ia dapat, melainkan juga kepercayaan.
Orang demikian biasanya sudah belajar memberi bahkan di saat ia belum punya apa-apa, dan sikap murah hati tersebut membuat orang lain percaya bahwa ia memang bisa mengolah harta dengan bijak. Tidak egois atau korupsi. Dengan begitu, kepercayaan, bantuan, proyek, hingga uluran dana, mengalir dengan mudahnya.
Jadi benar bukan bahwa kaya itu bukan soal uangnya, tapi tentang motivasinya. Motivasi Anda?
SUMBER: Mega Aprilianti - kapanlagi.com
Ada yang ingin berduit banyak supaya bisa belanja sepuasnya. Lainnya ngiler untuk bisa keliling dunia. Tak jarang pula kekayaan itu jugalah yang jadi alasan agar tak perlu capek bekerja lagi.
Lalu, apa alasan Anda? Pernahkah Anda memikirkannya?
Beberapa orang tampaknya bisa kaya dengan mudah. Hanya bicara sedikit, uang pun mengalir dengan mudah. Sebut saja seperti pembicara seminar atau pedagang yang ahli dalam promosi. Namun, tak sedikit pula yang meski sudah bersusah payah, tapi tetap saja melarat.
Apa ya 'nasib' perbedaan mereka itu?
Kerabat Imelda...Percaya atau tidak, apa yang menjadi motivasi sebetulnya turut menentukan bisa kaya/ tidak diri kita ini.
Bagi orang yang ingin kaya untuk alasan bersenang-senang saja misalnya, meski sudah kaya (katakanlah ia baru menang lotre), ia tetap akan jatuh miskin. Kenapa? Karena saat punya uang lebih sedikit saja, sudah dipakai untuk hura-hura, lalu bagaimana kekayaan itu bisa bertahan?
Sebaliknya, seseorang yang ingin kaya dengan motivasi tulus dan jauh dari egois, misalnya agar bisa membantu orang lain, maka bukan hanya harta yang bakal ia dapat, melainkan juga kepercayaan.
Orang demikian biasanya sudah belajar memberi bahkan di saat ia belum punya apa-apa, dan sikap murah hati tersebut membuat orang lain percaya bahwa ia memang bisa mengolah harta dengan bijak. Tidak egois atau korupsi. Dengan begitu, kepercayaan, bantuan, proyek, hingga uluran dana, mengalir dengan mudahnya.
Jadi benar bukan bahwa kaya itu bukan soal uangnya, tapi tentang motivasinya. Motivasi Anda?
SUMBER: Mega Aprilianti - kapanlagi.com
Mata Ayah
Cerita ini berawal di sebuah sudut kota. Disana ada seorang remaja, sebut saja namanya Den. Di rumah, Den cuma hidup dengan ayahnya. Kakak-kakak Den sudah menikah dan tidak tinggal di rumahnya lagi. Den adalah seorang siswa kelas 2 SMU. Den juga suka bermain sepak bola. Ia sangat menyukai olah raga itu. Den cukup aktif di dalam klub sepak bola di kotanya. Den mendapat dukungan yang sangat kuat dari ayahnya akan hobinya tersebut.
Den berlatih sepak bola dengan timnya tiga kali seminggu. Sesekali timnya juga mengikuti beberapa kompetisi dan beberapa kali pernah menang. Seperti kali ini, timnya sedang mengikuti sebuah kejuaraan sepak bola yang cukup bergengsi. Pertandingan demi pertandingan dilalui dengan lancar hingga membawa tim tersebut ke babak grand final yang akan diselenggarakan hari sabtu nanti.
Tetapi pada hari Selasa, sebuah berita duka terjadi. Ayah Den meninggal dunia. Dengan menyesal Den meminta ijin pelatihnya bahwa dia tidak bisa datang latihan hari ini. Sang pelatih pun memahami keadaan tersebut. Bahkan sang pelatih juga menyarankan Den untuk beristirahat sejenak. “Jika berkeberatan, kamu tidak perlu memaksakan diri untuk mengikuti pertandingan final besok Sabtu. Tenangkan dirimu dulu, kami akan selalu menunggu kehadiranmu kembali.” Kata pelatih itu.
Pertandingan grand final hari Sabtu pun tiba. Penonton tampak berjubel di tribun lapangan. Kesebelasan Den tampak sangat terdesak oleh tim lawan. Skor saat ini menunjukkan 2-0 untuk tim lawan. Padahal pertandingan sudah berlangsung 20 menit pada babak ke dua.
Tiba-tiba Den menampakkan diri di pinggir lapangan. Tanpa banyak tanya ia langsung ganti baju, memakai sepatu, dan melakukan sedikit pemanasan dengan bola kesayangannya di pinggir lapangan. Pelatih dan rekan-rekan timnya heran dan terkejut melihat hal ini. “Ijinkan saya ikut bertanding pak!” Seru Den pada pelatihnya. Setelah berpikir sejenak, akhirnya pelatih itu mengijinkan Den masuk ke tengah lapangan.
Hal yang mengejutkan terjadi. Entah bagaimana, permainan Den pada malam itu sangat cemerlang. Ia seperti tidak memiliki rasa lelah untuk berlari, merebut, dan menendang bola di menit-menit terakhir itu. Tenaga rekan-rekan satu timnya yang mulai terkuras habis pun menjadi bangkit melihat semangat Den.
Tak diduga, malam itu Den berhasil memasukkan tiga bola ke gawang lawan. Sebuah lompatan tersendiri bagi prestasi Den di timnya selama ini. Sebab selama ini Den jarang memasukkan bola ke gawang lawan, sekalipun beberapa kali pernah ditempatkan pelatih pada posisi striker seperti pada pertandingan malam ini. Akhirnya pertandingan pun selesai. Kesebelasan Den menang dari tim lawan dengan skor 2-3.
“Ada apa kamu, Den? Aku belum pernah melihatmu sehebat ini! Motivasi dan tenagamu malam ini sangat cemerlang!” Seru pelatih dengan bangga.
“Tahukah, pak? bahwa selama ini Ayah sangat mendukung permainan sepak bola saya. Bahkan ia selalu berharap kelak saya bisa menjadi seorang bintang sepak bola.” Kata Den sambil terengah-engah.
“Tahukah pula, Pak. Kalau Ayah saya buta? memang selama ini dia selalu duduk di antara penonton untuk mengikuti setiap pertandingan saya, tetapi seumur hidup dia belum pernah benar-benar melihat saya bertanding!”
Den melanjutkan, “Dan malam ini adalah kali pertama Ayah benar-benar melihat saya bertanding, saya ingin menunjukkan kepada dia, bahwa saya memang pantas untuk dilihat oleh dia.”
SUMBER: ceritainspirasi.net
Den berlatih sepak bola dengan timnya tiga kali seminggu. Sesekali timnya juga mengikuti beberapa kompetisi dan beberapa kali pernah menang. Seperti kali ini, timnya sedang mengikuti sebuah kejuaraan sepak bola yang cukup bergengsi. Pertandingan demi pertandingan dilalui dengan lancar hingga membawa tim tersebut ke babak grand final yang akan diselenggarakan hari sabtu nanti.
Tetapi pada hari Selasa, sebuah berita duka terjadi. Ayah Den meninggal dunia. Dengan menyesal Den meminta ijin pelatihnya bahwa dia tidak bisa datang latihan hari ini. Sang pelatih pun memahami keadaan tersebut. Bahkan sang pelatih juga menyarankan Den untuk beristirahat sejenak. “Jika berkeberatan, kamu tidak perlu memaksakan diri untuk mengikuti pertandingan final besok Sabtu. Tenangkan dirimu dulu, kami akan selalu menunggu kehadiranmu kembali.” Kata pelatih itu.
Pertandingan grand final hari Sabtu pun tiba. Penonton tampak berjubel di tribun lapangan. Kesebelasan Den tampak sangat terdesak oleh tim lawan. Skor saat ini menunjukkan 2-0 untuk tim lawan. Padahal pertandingan sudah berlangsung 20 menit pada babak ke dua.
Tiba-tiba Den menampakkan diri di pinggir lapangan. Tanpa banyak tanya ia langsung ganti baju, memakai sepatu, dan melakukan sedikit pemanasan dengan bola kesayangannya di pinggir lapangan. Pelatih dan rekan-rekan timnya heran dan terkejut melihat hal ini. “Ijinkan saya ikut bertanding pak!” Seru Den pada pelatihnya. Setelah berpikir sejenak, akhirnya pelatih itu mengijinkan Den masuk ke tengah lapangan.
Hal yang mengejutkan terjadi. Entah bagaimana, permainan Den pada malam itu sangat cemerlang. Ia seperti tidak memiliki rasa lelah untuk berlari, merebut, dan menendang bola di menit-menit terakhir itu. Tenaga rekan-rekan satu timnya yang mulai terkuras habis pun menjadi bangkit melihat semangat Den.
Tak diduga, malam itu Den berhasil memasukkan tiga bola ke gawang lawan. Sebuah lompatan tersendiri bagi prestasi Den di timnya selama ini. Sebab selama ini Den jarang memasukkan bola ke gawang lawan, sekalipun beberapa kali pernah ditempatkan pelatih pada posisi striker seperti pada pertandingan malam ini. Akhirnya pertandingan pun selesai. Kesebelasan Den menang dari tim lawan dengan skor 2-3.
“Ada apa kamu, Den? Aku belum pernah melihatmu sehebat ini! Motivasi dan tenagamu malam ini sangat cemerlang!” Seru pelatih dengan bangga.
“Tahukah, pak? bahwa selama ini Ayah sangat mendukung permainan sepak bola saya. Bahkan ia selalu berharap kelak saya bisa menjadi seorang bintang sepak bola.” Kata Den sambil terengah-engah.
“Tahukah pula, Pak. Kalau Ayah saya buta? memang selama ini dia selalu duduk di antara penonton untuk mengikuti setiap pertandingan saya, tetapi seumur hidup dia belum pernah benar-benar melihat saya bertanding!”
Den melanjutkan, “Dan malam ini adalah kali pertama Ayah benar-benar melihat saya bertanding, saya ingin menunjukkan kepada dia, bahwa saya memang pantas untuk dilihat oleh dia.”
SUMBER: ceritainspirasi.net
Kisah Sang Raja dan Bibit Pohon
Jaman dahulu kala, di China kuno hiduplah seorang raja bijaksana. Rakyatnya hidup makmur dan damai, tak pernah ada kekurangan dan kelaparan di negri tersebut. Pada suatu hari, sang raja merasa lelah dan sudah tua, sudah saatnya ia mencari pengganti dirinya. Namun sayang sekali, ia tak memiliki seorang anak. Maka ia mengutus punggawa kerajaan untuk mengumpulkan 5 pemuda cerdas di negrinya.
Setibanya di dalam kerajaan, kelima pemuda tersebut ternganga melihat indahnya istana raja. Mereka memberi hormat dan menunggu titah sang raja. "Wahai pemuda-pemuda tampan, cerdas dan bijaksana, hari ini aku akan memilih salah satu di antara kalian menjadi penggantiku," titah sang raja. Semua pemuda terdiam dan terkejut, mereka tak menyangka bahwa raja akan memberikan tahtanya pada mereka, namun siapa gerangan yang akan ditunjuk menjadi pengganti raja? "Untuk menjadi penggantiku, kalian harus mengikuti satu ujian yang akan kuberikan," sambung sang raja.
Sang raja kemudian mengambil 5 buah kantong, yang masing-masing kantong terdapat sebuah biji bibit pohon. "Tanam, rawat dan siramlah bibit ini dengan segenap hati kalian. Kembalilah kepadaku setelah satu tahun dari sekarang, kita lihat bagaimana hasil tanaman yang kalian rawat. Dari hasil tanaman tersebut aku akan memilih salah satu dari kalian menggantikan diriku," titah raja.
Semua pemuda bergegas kembali ke rumah mereka dan mencari tanah yang baik untuk menanam benih yang diberikan oleh sang raja. Demikian juga Ling, salah satu pemuda jujur yang dipanggil sang raja. Ia bergegas menemui ibunya, dan memberitahukan kabar tersebut. Ling dibantu sang ibu kemudian mencari tanah terbaik dan meletakkannya di sebuah pot. Setiap hari Ling selalu merawat, menyirami benih tersebut. Namun hingga bulan ke dua, ketiga, hingga bulan-bulan berikutnya tak sesentipun benih tersebut tumbuh. Padahal menurut teman-temannya, benih mereka sudah tumbuh menjadi pohon yang subur dengan buah-buah yang mulai muncul. Ling pun sedih, ia sadar bahwa ia telah gagal. Semakin mendekati hari pertemuan di istana, ia semakin bingung. Ia takut bahwa raja akan menghukumnya, namun sang ibu memintanya agar tetap jujur dan bersabar.
Tiba hari di mana sang raja akan memilih pengganti, semua pemuda diminta kembali ke istana dengan membawa semua hasil tanamannya. Dengan sedih, Ling membawa sebuah pot kecil berisi bibit yang tidak tumbuh. Ia tertunduk lesu, sementara semua teman-temannya membawa pohon di pot besar, ada yang berbunga indah, ada pula yang berbuah lebat.
Melihat Ling membawa pot kosong sang raja tertawa, "bagus sekali usahamu," seluruh isi istanapun tertawa melihat Ling yang tertunduk lesu. Raja berkeliling dan melihat tanaman-tanaman lain yang menjulang dengan gagah dan indahnya. Terkagum-kagum, raja memandangi tanaman dengan buah ranum yang subur sambil sesekali mengangguk-angguk.
Raja pun meminta masing-masing maju, bercerita tentang usahanya, dan tibalah pada giliran Ling, yang maju bersama sebuah pot kosong "Nama saya adalah Ling," katanya. Sekali lagi seluruh ruangan riuh ramai menertawakannya. Ada yang meneriakkan kalimat-kalimat ejekan pedas yang membuat Ling semakin malu dan sedih. Sang raja kemudian berkata, "baiklah, aku sudah menemukan siapa yang akan menjadi penggantiku." Ruanganpun senyap seketika menantikan titah raja selanjutnya. Ia kemudian menggandeng tangan Ling, dan mengumumkan Ling sebagai penggantinya. Seketika semua orang terkejut, namun mereka tertunduk memberikan hormat.
"Sebenarnya, bibit yang kuberikan pada kalian setahun lalu adalah bibit yang sudah busuk. Sangat tidak mungkin menghasilkan tanaman yang lebat dengan buah-buah ranum dan bunga-bunga indah dari mereka. Ling, adalah pemuda yang jujur dan berani. Ia membawa sebuah pot kosong dengan bibit yang tidak tumbuh. Untuk itulah aku memilihnya sebagai penggantiku. Ingatlah wahai rakyatku, saat kau menanam sebuah kejujuran, maka kau akan menuai kepercayaan. Saat kau menanam kebaikan, maka kau akan menuai persahabatan. Saat kau menanam kerendah hatian, kau akan menuai kebaikan hati sesama. Saat kau menanam kedamaian, maka kau akan menuai kemenangan. Saat kau menanam kerja keras, kau akan menuai kesuksesan. Saat kau menanam kesabaran, maka kau akan menuai hasil berlebihan. Saat kau menanam keyakinan, kau akan mendapatkan sebuah keajaiban..."
Sebaliknya, apabila seseorang menanamkan ketidakjujuran, maka ia tak akan dipercaya. Saat ia menanam keegoisan, maka ia akan kesepian. Saat ia menanamkan gengsi, ia akan hancur sendiri. Saat ia menanamkan kecemburuan, ia akan menuai celaka. Saat ia menanam kemalasan, ia akan menuai kemiskinan. Saat ia menanamkan keserakahan, ia akan menuai kekurangan. Saat ia menanam dosa, ia akan menuai hukuman.
SUMBER: kapanlagi.com
Setibanya di dalam kerajaan, kelima pemuda tersebut ternganga melihat indahnya istana raja. Mereka memberi hormat dan menunggu titah sang raja. "Wahai pemuda-pemuda tampan, cerdas dan bijaksana, hari ini aku akan memilih salah satu di antara kalian menjadi penggantiku," titah sang raja. Semua pemuda terdiam dan terkejut, mereka tak menyangka bahwa raja akan memberikan tahtanya pada mereka, namun siapa gerangan yang akan ditunjuk menjadi pengganti raja? "Untuk menjadi penggantiku, kalian harus mengikuti satu ujian yang akan kuberikan," sambung sang raja.
Sang raja kemudian mengambil 5 buah kantong, yang masing-masing kantong terdapat sebuah biji bibit pohon. "Tanam, rawat dan siramlah bibit ini dengan segenap hati kalian. Kembalilah kepadaku setelah satu tahun dari sekarang, kita lihat bagaimana hasil tanaman yang kalian rawat. Dari hasil tanaman tersebut aku akan memilih salah satu dari kalian menggantikan diriku," titah raja.
Semua pemuda bergegas kembali ke rumah mereka dan mencari tanah yang baik untuk menanam benih yang diberikan oleh sang raja. Demikian juga Ling, salah satu pemuda jujur yang dipanggil sang raja. Ia bergegas menemui ibunya, dan memberitahukan kabar tersebut. Ling dibantu sang ibu kemudian mencari tanah terbaik dan meletakkannya di sebuah pot. Setiap hari Ling selalu merawat, menyirami benih tersebut. Namun hingga bulan ke dua, ketiga, hingga bulan-bulan berikutnya tak sesentipun benih tersebut tumbuh. Padahal menurut teman-temannya, benih mereka sudah tumbuh menjadi pohon yang subur dengan buah-buah yang mulai muncul. Ling pun sedih, ia sadar bahwa ia telah gagal. Semakin mendekati hari pertemuan di istana, ia semakin bingung. Ia takut bahwa raja akan menghukumnya, namun sang ibu memintanya agar tetap jujur dan bersabar.
Tiba hari di mana sang raja akan memilih pengganti, semua pemuda diminta kembali ke istana dengan membawa semua hasil tanamannya. Dengan sedih, Ling membawa sebuah pot kecil berisi bibit yang tidak tumbuh. Ia tertunduk lesu, sementara semua teman-temannya membawa pohon di pot besar, ada yang berbunga indah, ada pula yang berbuah lebat.
Melihat Ling membawa pot kosong sang raja tertawa, "bagus sekali usahamu," seluruh isi istanapun tertawa melihat Ling yang tertunduk lesu. Raja berkeliling dan melihat tanaman-tanaman lain yang menjulang dengan gagah dan indahnya. Terkagum-kagum, raja memandangi tanaman dengan buah ranum yang subur sambil sesekali mengangguk-angguk.
Raja pun meminta masing-masing maju, bercerita tentang usahanya, dan tibalah pada giliran Ling, yang maju bersama sebuah pot kosong "Nama saya adalah Ling," katanya. Sekali lagi seluruh ruangan riuh ramai menertawakannya. Ada yang meneriakkan kalimat-kalimat ejekan pedas yang membuat Ling semakin malu dan sedih. Sang raja kemudian berkata, "baiklah, aku sudah menemukan siapa yang akan menjadi penggantiku." Ruanganpun senyap seketika menantikan titah raja selanjutnya. Ia kemudian menggandeng tangan Ling, dan mengumumkan Ling sebagai penggantinya. Seketika semua orang terkejut, namun mereka tertunduk memberikan hormat.
"Sebenarnya, bibit yang kuberikan pada kalian setahun lalu adalah bibit yang sudah busuk. Sangat tidak mungkin menghasilkan tanaman yang lebat dengan buah-buah ranum dan bunga-bunga indah dari mereka. Ling, adalah pemuda yang jujur dan berani. Ia membawa sebuah pot kosong dengan bibit yang tidak tumbuh. Untuk itulah aku memilihnya sebagai penggantiku. Ingatlah wahai rakyatku, saat kau menanam sebuah kejujuran, maka kau akan menuai kepercayaan. Saat kau menanam kebaikan, maka kau akan menuai persahabatan. Saat kau menanam kerendah hatian, kau akan menuai kebaikan hati sesama. Saat kau menanam kedamaian, maka kau akan menuai kemenangan. Saat kau menanam kerja keras, kau akan menuai kesuksesan. Saat kau menanam kesabaran, maka kau akan menuai hasil berlebihan. Saat kau menanam keyakinan, kau akan mendapatkan sebuah keajaiban..."
Sebaliknya, apabila seseorang menanamkan ketidakjujuran, maka ia tak akan dipercaya. Saat ia menanam keegoisan, maka ia akan kesepian. Saat ia menanamkan gengsi, ia akan hancur sendiri. Saat ia menanamkan kecemburuan, ia akan menuai celaka. Saat ia menanam kemalasan, ia akan menuai kemiskinan. Saat ia menanamkan keserakahan, ia akan menuai kekurangan. Saat ia menanam dosa, ia akan menuai hukuman.
SUMBER: kapanlagi.com
Bahkan 'Musuh' Pun Ada Gunanya
Jika cerita inspirasi umumnya membahas tentang keuntungan memiliki teman, maka kali ini kita akan merenungkan kebalikannya. Apa manfaat 'baik' seorang musuh?
Musuh di sini bisa berarti musuh dalam arti sesungguhnya, yaitu orang yang bertentangan dengan kita, namun bisa juga mewakili mereka yang kita benci, yang kerap menyakiti hati kita, yang mudah salah paham, yang berada di pihak oposisi, hingga para rival/ saingan.
Cerita ini juga tidak bermaksud mengatakan bahwa Tuhan sengaja menciptakan musuh, sebab bermusuhan merupakan ulah dan kejahatan manusia itu sendiri. Namun dalam hal buruk sekalipun, Tuhan tetap bisa menggunakannya untuk kebaikan. Semua hanya tergantung cara pandang kita saja.
Salah satu manfaat terbesar musuh adalah ia menjadi batasan dan cermin diri sendiri. Batasan untuk apa? Batasan agar kita tidak sombong, merasa diri paling benar, sok, dan lain sebagainya.
Musuh membuat kita ingat bahwa tak semua kelakuan kita bisa diterima. Tak semua humor disukai, tak semua pendapat tepat adanya, bahkan tak semua yang kita tahu itu benar adanya.
Dengan adanya atasan cerewet dan penuntut misalnya, kita otomatis dipacu untuk bekerja ekstra hati-hati, dan bukannya asal-asalan.
Dengan adanya ibu protektif, kita dilatih untuk menjadi anak yang bisa dipercaya dan selalu bertanggung jawab dalam bertindak.
Dengan adanya suami pencemburu, kita diajar untuk lebih hati-hati dalam bersikap terhadap lawan jenis.
Dengan adanya anak yang kurang ajar, kita dididik untuk menjadi orang tua yang berani menerapkan disiplin.
dan sebagainya....
Kerabat Imelda...Jika kita bisa memandang perselisihan dengan orang lain sebagai batu loncatan untuk mengasah karakter kita menjadi lebih baik lagi, maka mengapa tidak mengambil sisi positifnya saja?
Meski begitu, tetaplah ingat tentang salah satu ungkapan pepatah China yang mengatakan "Seribu teman itu kurang, musuh satu sudah terlalu banyak."
Sedapat mungkin, bila hal itu bergantung pada Anda, mari cari perdamaian saja. Dan jika tidak, anggap si 'musuh' sebagai batasan...
SUMBER: kapanlagi.com
Musuh di sini bisa berarti musuh dalam arti sesungguhnya, yaitu orang yang bertentangan dengan kita, namun bisa juga mewakili mereka yang kita benci, yang kerap menyakiti hati kita, yang mudah salah paham, yang berada di pihak oposisi, hingga para rival/ saingan.
Cerita ini juga tidak bermaksud mengatakan bahwa Tuhan sengaja menciptakan musuh, sebab bermusuhan merupakan ulah dan kejahatan manusia itu sendiri. Namun dalam hal buruk sekalipun, Tuhan tetap bisa menggunakannya untuk kebaikan. Semua hanya tergantung cara pandang kita saja.
Salah satu manfaat terbesar musuh adalah ia menjadi batasan dan cermin diri sendiri. Batasan untuk apa? Batasan agar kita tidak sombong, merasa diri paling benar, sok, dan lain sebagainya.
Musuh membuat kita ingat bahwa tak semua kelakuan kita bisa diterima. Tak semua humor disukai, tak semua pendapat tepat adanya, bahkan tak semua yang kita tahu itu benar adanya.
Dengan adanya atasan cerewet dan penuntut misalnya, kita otomatis dipacu untuk bekerja ekstra hati-hati, dan bukannya asal-asalan.
Dengan adanya ibu protektif, kita dilatih untuk menjadi anak yang bisa dipercaya dan selalu bertanggung jawab dalam bertindak.
Dengan adanya suami pencemburu, kita diajar untuk lebih hati-hati dalam bersikap terhadap lawan jenis.
Dengan adanya anak yang kurang ajar, kita dididik untuk menjadi orang tua yang berani menerapkan disiplin.
dan sebagainya....
Kerabat Imelda...Jika kita bisa memandang perselisihan dengan orang lain sebagai batu loncatan untuk mengasah karakter kita menjadi lebih baik lagi, maka mengapa tidak mengambil sisi positifnya saja?
Meski begitu, tetaplah ingat tentang salah satu ungkapan pepatah China yang mengatakan "Seribu teman itu kurang, musuh satu sudah terlalu banyak."
Sedapat mungkin, bila hal itu bergantung pada Anda, mari cari perdamaian saja. Dan jika tidak, anggap si 'musuh' sebagai batasan...
SUMBER: kapanlagi.com
Monday, February 07, 2011
Seberapa Sering Anda 'Jatuh'?
Apakah Anda suka bermain sepeda, merasakan asyiknya ditiup angin dan menari di atas roda yang bergulir? Tentu saja sebelum mahir bersepeda, Anda pasti sempat belajar dan jatuh bangun bukan?
Awalnya Anda akan menjejakkan kaki, berusaha agar bisa berdiri seimbang di atas dua roda itu. Perlahan salah satu kaki Anda dijejakkan agak keras agar sepeda melaju ke depan.
Tak lama kemudian, sesekali sebelah kaki Anda mencoba mengayuhnya. Dan satu detik, dua detik, sepeda Anda melaju ke depan. Namun, kemudian, GUBRAKK! Anda jatuh.
Saat Anda jatuh dari sepeda, akankah Anda berhenti? Seingat saya, tidak. Seseorang yang belajar bersepeda, selalu bersemangat dan tak pernah berhenti sekalipun lutut sudah terluka dan siku tergores kerikil di jalanan.
Kembali sepeda dinaiki, dan pedal dikayuh walau lutut terasa pedih. Beberapa kali terseok dan hampir terjatuh, namun kali ini kaki Anda langsung merespon sehingga sepeda tetap berdiri kokoh. Dan siapa sangka, usaha gigih Anda kemudian membuahkan hasil. Sesekali sepeda dikayuh dan melaju ke depan. Intensitas jatuh mulai berkurang, dan digantikan dengan jalan-jalan setapak yang Anda jelajahi. Indah bukan?
Demikian pula dengan hidup ini. Hidup di mana akhir-akhir ini Anda sering mengeluh karena masalah muncul silih berganti. Anda yang gagal dan 'jatuh' merasa tak sanggup lagi 'mengayuh'. Keinginan Anda berdiri di atas roda kehidupan mulai pudar. Digantikan dengan isak tangis manja yang semakin lama makin memupuskan harapan. Hei, di manakah keberanian Anda itu? Ke manakah semangat yang dulu pernah Anda punya?
Hapus air mata itu, Kerabat Imelda. Ingat kembali masa-masa di mana Anda belajar mengayuh sepeda. Sekalipun lutut dan siku sudah pedih, Anda tak jua berhenti. Dan perjuangan memang sungguh berarti jika Anda mengabaikan keluhan-keluhan kecil itu. Tak perlu takut 'jatuh' dan terluka, karena di depan sana jalanan indah nan liar masih belum Anda lewati. Mari, kembali mengayuh lagi.
SUMBER: kapanlagi.com
Awalnya Anda akan menjejakkan kaki, berusaha agar bisa berdiri seimbang di atas dua roda itu. Perlahan salah satu kaki Anda dijejakkan agak keras agar sepeda melaju ke depan.
Tak lama kemudian, sesekali sebelah kaki Anda mencoba mengayuhnya. Dan satu detik, dua detik, sepeda Anda melaju ke depan. Namun, kemudian, GUBRAKK! Anda jatuh.
Saat Anda jatuh dari sepeda, akankah Anda berhenti? Seingat saya, tidak. Seseorang yang belajar bersepeda, selalu bersemangat dan tak pernah berhenti sekalipun lutut sudah terluka dan siku tergores kerikil di jalanan.
Kembali sepeda dinaiki, dan pedal dikayuh walau lutut terasa pedih. Beberapa kali terseok dan hampir terjatuh, namun kali ini kaki Anda langsung merespon sehingga sepeda tetap berdiri kokoh. Dan siapa sangka, usaha gigih Anda kemudian membuahkan hasil. Sesekali sepeda dikayuh dan melaju ke depan. Intensitas jatuh mulai berkurang, dan digantikan dengan jalan-jalan setapak yang Anda jelajahi. Indah bukan?
Demikian pula dengan hidup ini. Hidup di mana akhir-akhir ini Anda sering mengeluh karena masalah muncul silih berganti. Anda yang gagal dan 'jatuh' merasa tak sanggup lagi 'mengayuh'. Keinginan Anda berdiri di atas roda kehidupan mulai pudar. Digantikan dengan isak tangis manja yang semakin lama makin memupuskan harapan. Hei, di manakah keberanian Anda itu? Ke manakah semangat yang dulu pernah Anda punya?
Hapus air mata itu, Kerabat Imelda. Ingat kembali masa-masa di mana Anda belajar mengayuh sepeda. Sekalipun lutut dan siku sudah pedih, Anda tak jua berhenti. Dan perjuangan memang sungguh berarti jika Anda mengabaikan keluhan-keluhan kecil itu. Tak perlu takut 'jatuh' dan terluka, karena di depan sana jalanan indah nan liar masih belum Anda lewati. Mari, kembali mengayuh lagi.
SUMBER: kapanlagi.com
Padahal Tinggal Satu Jari
Saat sedang asyik melukis kuku jari kaki dan tangan dengan kuteks pinjaman, tiba-tiba saya dikejutkan oleh keadaan isi botol kuteks yang 'sekarat'. "Lho, kuteksnya habis...Padahal tinggal satu jari saja lho..."
Namun apa daya, sekali habis tetaplah habis. Meski dikeruk, dikocok, atau diberi pencair kuteks, warna sisa-sisa kuteks yang dihasilkan tetap berbeda dengan warna di jari lainnya.
Pengalaman ini menyadarkan saya bahwa yang sedikit itu bisa jadi sangat berarti.
Coba Anda bayangkan, semua kuku jari kaki penuh warna pink. Oh cantiknya! Namun ketika pandangan mata beranjak ke kuku tangan, yang ada hanyalah 9 jari 'terisi', dan satunya tertinggal pucat tanpa warna. Kelihatannya kurang sempurna...
Padahal mungkin hanya diperlukan setetes saja kuteks tambahan. Setetes yang mungkin tak berarti bila botol kuteks berada dalam keadaan penuh.
Inilah sebuah keadaan yang menyadarkan saya bahwa apa yang tampaknya sepele bisa jadi sangat penting pada suatu saat. Seperti setetes kuteks dalam botolnya yang kosong, atau setetes air untuk melegakan dahaga pasien paska operasi usus buntu (yang pernah mengalaminya pasti tahu bagaimana susahnya tidak boleh minum setelah operasi).
Kerabat Imelda....Pertanyaan muncul sekarang, adakah di antara Anda yang merasa dirinya sepele dan tak berarti? Entah itu di rumah, kantor, atau sekolah? Atau, apakah ada yang merasa bahwa pemberiannya terlalu kecil dan tak berharga bagi orang lain? Ingat, apa yang tampak sepele bagi Anda, mungkin sangat berarti bagi orang lain. Jadi, jangan sekali-kali meremehkan hal kecil ya.
SUMBER: kapanlagi.com
Namun apa daya, sekali habis tetaplah habis. Meski dikeruk, dikocok, atau diberi pencair kuteks, warna sisa-sisa kuteks yang dihasilkan tetap berbeda dengan warna di jari lainnya.
Pengalaman ini menyadarkan saya bahwa yang sedikit itu bisa jadi sangat berarti.
Coba Anda bayangkan, semua kuku jari kaki penuh warna pink. Oh cantiknya! Namun ketika pandangan mata beranjak ke kuku tangan, yang ada hanyalah 9 jari 'terisi', dan satunya tertinggal pucat tanpa warna. Kelihatannya kurang sempurna...
Padahal mungkin hanya diperlukan setetes saja kuteks tambahan. Setetes yang mungkin tak berarti bila botol kuteks berada dalam keadaan penuh.
Inilah sebuah keadaan yang menyadarkan saya bahwa apa yang tampaknya sepele bisa jadi sangat penting pada suatu saat. Seperti setetes kuteks dalam botolnya yang kosong, atau setetes air untuk melegakan dahaga pasien paska operasi usus buntu (yang pernah mengalaminya pasti tahu bagaimana susahnya tidak boleh minum setelah operasi).
Kerabat Imelda....Pertanyaan muncul sekarang, adakah di antara Anda yang merasa dirinya sepele dan tak berarti? Entah itu di rumah, kantor, atau sekolah? Atau, apakah ada yang merasa bahwa pemberiannya terlalu kecil dan tak berharga bagi orang lain? Ingat, apa yang tampak sepele bagi Anda, mungkin sangat berarti bagi orang lain. Jadi, jangan sekali-kali meremehkan hal kecil ya.
SUMBER: kapanlagi.com
Jika Anda Berjalan Terlalu Cepat
Beberapa tahun yang lalu, seorang eksekutif yang sangat sukses di usia muda bepergian ke arah luar kota mengendarai mobil Jaguar yang baru satu bulan dimilikinya. Mobil yang mulus, baru dan tentu saja berkemampuan ekstra untuk mengadu kecepatan di jalan. Sang eksekutif sangat bangga dengan mobil mewahnya yang merupakan perwujudan hasil karirnya yang gemilang.
Ketika melintasi sebuah daerah pinggiran yang kumuh, sepintas dia melihat seorang anak kecil berlari kencang di antara deretan peti kemas di pinggir jalan. Terdorong ingin tahu, dia pun mengurangi kecepatannya. Anak itu berlutut di pinggir jalan dan ketika mobil si eksekutif melintas di depannya, DAAGH..! Sesuatu menghantam bagian samping mobil Jaguar mulus itu.
Seketika eksekutif muda itu menginjak rem dan memundurkan mobilnya dengan penuh amarah ke tempat anak kecil tadi berlutut. Dengan berapi-api dia keluar dari mobilnya, mengguncangkan pundak anak kecil itu dan berkata, "Kamu tahu apa yang kamu lakukan barusan? Kamu baru saja memberi orang tuamu masalah besar! Di mana orang tuamu?" Eksekutif muda itu mulai menyeret anak kecil itu yang mulai menangis ketakutan.
Sambil tersedu-sedu, anak kecil yang mungkin baru berusia 7 tahun itu memohon-mohon padanya, "Maaf, pak.. saya tidak tahu lagi harus berbuat apa.. Saya melempar batu bata agar ada mobil yang berhenti". Anak kecil itu menarik si eksekutif ke arah samping hingga eksekutif itu melihat seorang anak lain yang lebih besar, tidak mampu bangkit dari jalan dan sebuah kursi roda berada tidak jauh darinya. "Itu kakak saya.. dia terjatuh dari kursi roda dan saya tidak kuat mengangkatnya.."
Tenggorokan eksekutif muda itu langsung terasa kering, dengan putus asa dia membatalkan kata-kata kemarahan yang telah siap diluncurkan dari mulutnya. Dalam diam dan tidak tahu harus berbuat apa lagi, dia mendatangi kakak anak itu dan mengangkatnya kembali ke kursi roda. Nampaknya sang kakak tidak bisa berkomunikasi dengan normal karena dia hanya menangis tanpa suara sementara wajah, kaki dan tangannya nampak lecet dan tergores. Si eksekutif muda mengeluarkan saputangannya dan mulai membersihkan air mata dan serpihan pasir di tubuh anak itu. Kemudian eksekutif muda itu berdiri dan si adik bergegas mendorong kakaknya pulang ke rumah mereka.
Berjalan kembali ke mobilnya, eksekutif muda itu melihat goresan pada body mobilnya yang melesak dan berpikir, "jika anak itu tadi hanya melambai-lambai dan berteriak, mungkin aku juga tidak akan berhenti".
Kerabat Imelda....kadang kala seseorang memang berjalan terlalu cepat dalam hidup sehingga tidak bisa melihat apa yang terjadi di sekitarnya. Kadang kala seseorang berjalan terlalu cepat sehingga malas berhenti sejenak ketika seseorang memanggilnya. Hanya ketika sebuah rintangan dan tamparan menghampiri dirinya maka seseorang itu akan berhenti sejenak.
Bersyukur hari itu hanya sebuah batu bata dan lesakan di mobilnya yang membuat si eksekutif menghentikan sejenak aktivitasnya, dia tidak bisa membayangkan jika sesuatu yang lebih buruk seperti berita kematian, kegagalan usaha dan sebagainya, terjadi hanya untuk membuat dia berhenti dan menyadari ada orang di sekitar yang membutuhkan dia.
SUMBER: kapanlagi.com
Ketika melintasi sebuah daerah pinggiran yang kumuh, sepintas dia melihat seorang anak kecil berlari kencang di antara deretan peti kemas di pinggir jalan. Terdorong ingin tahu, dia pun mengurangi kecepatannya. Anak itu berlutut di pinggir jalan dan ketika mobil si eksekutif melintas di depannya, DAAGH..! Sesuatu menghantam bagian samping mobil Jaguar mulus itu.
Seketika eksekutif muda itu menginjak rem dan memundurkan mobilnya dengan penuh amarah ke tempat anak kecil tadi berlutut. Dengan berapi-api dia keluar dari mobilnya, mengguncangkan pundak anak kecil itu dan berkata, "Kamu tahu apa yang kamu lakukan barusan? Kamu baru saja memberi orang tuamu masalah besar! Di mana orang tuamu?" Eksekutif muda itu mulai menyeret anak kecil itu yang mulai menangis ketakutan.
Sambil tersedu-sedu, anak kecil yang mungkin baru berusia 7 tahun itu memohon-mohon padanya, "Maaf, pak.. saya tidak tahu lagi harus berbuat apa.. Saya melempar batu bata agar ada mobil yang berhenti". Anak kecil itu menarik si eksekutif ke arah samping hingga eksekutif itu melihat seorang anak lain yang lebih besar, tidak mampu bangkit dari jalan dan sebuah kursi roda berada tidak jauh darinya. "Itu kakak saya.. dia terjatuh dari kursi roda dan saya tidak kuat mengangkatnya.."
Tenggorokan eksekutif muda itu langsung terasa kering, dengan putus asa dia membatalkan kata-kata kemarahan yang telah siap diluncurkan dari mulutnya. Dalam diam dan tidak tahu harus berbuat apa lagi, dia mendatangi kakak anak itu dan mengangkatnya kembali ke kursi roda. Nampaknya sang kakak tidak bisa berkomunikasi dengan normal karena dia hanya menangis tanpa suara sementara wajah, kaki dan tangannya nampak lecet dan tergores. Si eksekutif muda mengeluarkan saputangannya dan mulai membersihkan air mata dan serpihan pasir di tubuh anak itu. Kemudian eksekutif muda itu berdiri dan si adik bergegas mendorong kakaknya pulang ke rumah mereka.
Berjalan kembali ke mobilnya, eksekutif muda itu melihat goresan pada body mobilnya yang melesak dan berpikir, "jika anak itu tadi hanya melambai-lambai dan berteriak, mungkin aku juga tidak akan berhenti".
Kerabat Imelda....kadang kala seseorang memang berjalan terlalu cepat dalam hidup sehingga tidak bisa melihat apa yang terjadi di sekitarnya. Kadang kala seseorang berjalan terlalu cepat sehingga malas berhenti sejenak ketika seseorang memanggilnya. Hanya ketika sebuah rintangan dan tamparan menghampiri dirinya maka seseorang itu akan berhenti sejenak.
Bersyukur hari itu hanya sebuah batu bata dan lesakan di mobilnya yang membuat si eksekutif menghentikan sejenak aktivitasnya, dia tidak bisa membayangkan jika sesuatu yang lebih buruk seperti berita kematian, kegagalan usaha dan sebagainya, terjadi hanya untuk membuat dia berhenti dan menyadari ada orang di sekitar yang membutuhkan dia.
SUMBER: kapanlagi.com
Satu Jam Saja
Suatu hari seorang anak kecil datang kepada ayahnya dan bertanya,
“Apakah kita bisa hidup tidak berdosa selama hidup kita?”.
Ayahnya memandang kepada anak kecil itu dan berkata, “Tidak, nak”.
Putri kecil ini kemudian memandang ayahnya dan berkata lagi,
“Apakah kita bisa hidup tanpa berdosa dalam setahun?”
Ayahnya kembali menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum kepada putrinya.
“Oh ayah, bagaimana kalau 1 bulan, apakah kita bisa hidup tanpa melakukan
kesalahan?”
Ayahnya tertawa, “Mungkin tidak bisa juga, nak”.
“OK ayah, ini yang terakhir kali, apakah kita bisa hidup tidak berdosa
dalam 1 jam saja?”.
Akhirnya ayahnya mengangguk,
“Kemungkinan besar, bisa nak dan Allah yang Maha Pengasihlah yang akan
memampukan kita untuk hidup benar”.
Anak ini tersenyum lega.
“Jika demikian, aku akan hidup benar dari jam ke jam, ayah.
Lebih mudah menjalaninya, dan aku akan menjaganya dari jam ke jam, sehingga aku
dapat hidup dengan benar….”
Kerabat Imelda...Pernyataan tadi mengandung kebenaran sejati.
Marilah kita hidup dari waktu ke waktu, dengan memperhatikan cara kita menjalani hidup ini.
Dari latihan yang paling kecil dan sederhana sekalipun, akan menjadikan kita terbiasa, dan apa yang sudah biasa kita lakukan akan menjadi sifat, dan sifat akan berubah jadi karakter, dan karakter akan menjadi destiny…..
Hiduplah 1 jam TANPA
tanpa kemarahan,
tanpa hati yang jahat,
tanpa pikiran negatif,
tanpa menjelekkan orang,
tanpa keserakahan,
tanpa pemborosan,
tanpa kesombongan,
tanpa kebohongan,
tanpa kepalsuan…
Lalu ulangi lagi untuk 1 jam berikutnya.. .
Hiduplah 1 jam DENGAN
dengan kasih,
dengan sukacita,
dengan damai sejahtera,
dengan kesabaran,
dengan kelemahlembutan,
dengan kemurahan hati,
dengan kerendahan hati,
dg penguasaan diri…
Dan ulangilah untuk 1 jam berikutnya.. .
SUMBER: setitikembuninspirasi.com
“Apakah kita bisa hidup tidak berdosa selama hidup kita?”.
Ayahnya memandang kepada anak kecil itu dan berkata, “Tidak, nak”.
Putri kecil ini kemudian memandang ayahnya dan berkata lagi,
“Apakah kita bisa hidup tanpa berdosa dalam setahun?”
Ayahnya kembali menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum kepada putrinya.
“Oh ayah, bagaimana kalau 1 bulan, apakah kita bisa hidup tanpa melakukan
kesalahan?”
Ayahnya tertawa, “Mungkin tidak bisa juga, nak”.
“OK ayah, ini yang terakhir kali, apakah kita bisa hidup tidak berdosa
dalam 1 jam saja?”.
Akhirnya ayahnya mengangguk,
“Kemungkinan besar, bisa nak dan Allah yang Maha Pengasihlah yang akan
memampukan kita untuk hidup benar”.
Anak ini tersenyum lega.
“Jika demikian, aku akan hidup benar dari jam ke jam, ayah.
Lebih mudah menjalaninya, dan aku akan menjaganya dari jam ke jam, sehingga aku
dapat hidup dengan benar….”
Kerabat Imelda...Pernyataan tadi mengandung kebenaran sejati.
Marilah kita hidup dari waktu ke waktu, dengan memperhatikan cara kita menjalani hidup ini.
Dari latihan yang paling kecil dan sederhana sekalipun, akan menjadikan kita terbiasa, dan apa yang sudah biasa kita lakukan akan menjadi sifat, dan sifat akan berubah jadi karakter, dan karakter akan menjadi destiny…..
Hiduplah 1 jam TANPA
tanpa kemarahan,
tanpa hati yang jahat,
tanpa pikiran negatif,
tanpa menjelekkan orang,
tanpa keserakahan,
tanpa pemborosan,
tanpa kesombongan,
tanpa kebohongan,
tanpa kepalsuan…
Lalu ulangi lagi untuk 1 jam berikutnya.. .
Hiduplah 1 jam DENGAN
dengan kasih,
dengan sukacita,
dengan damai sejahtera,
dengan kesabaran,
dengan kelemahlembutan,
dengan kemurahan hati,
dengan kerendahan hati,
dg penguasaan diri…
Dan ulangilah untuk 1 jam berikutnya.. .
SUMBER: setitikembuninspirasi.com
Berat Segelas Air
Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Steven Covey (penulis buku laris asal AS) mengangkat segelas air dan bertanya pada para siswanya, "Seberapa berat menurut Anda, segelas air ini?"
Para siswa menjawab mulai dari angka 200 gram sampai 500 gram.
"Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama Anda memegangnya," kata Covey. "Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin Anda harus memanggilkan ambulans untuk saya!"
"Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat. Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya," lanjut Covey. "Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi".
Kerabat Imelda....Seberat apapun beban hidup yang kita miliki, kita harus meninggalkan beban kita secara periodik, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi. Apapun beban yang ada di pundak kita hari ini, coba tinggalkan sejenak jika bisa, setelah istirahat nanti dapat diambil lagi..
HIDUP INI SINGKAT, jadi cobalah menikmati dan manfaatkan. Hal terindah dan terbaik di dunia ini tak dapat dilihat, atau disentuh, tapi dapat dirasakan jauh di relung hati kita.
SUMBER: andriewongso.com
Para siswa menjawab mulai dari angka 200 gram sampai 500 gram.
"Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama Anda memegangnya," kata Covey. "Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin Anda harus memanggilkan ambulans untuk saya!"
"Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat. Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya," lanjut Covey. "Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi".
Kerabat Imelda....Seberat apapun beban hidup yang kita miliki, kita harus meninggalkan beban kita secara periodik, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi. Apapun beban yang ada di pundak kita hari ini, coba tinggalkan sejenak jika bisa, setelah istirahat nanti dapat diambil lagi..
HIDUP INI SINGKAT, jadi cobalah menikmati dan manfaatkan. Hal terindah dan terbaik di dunia ini tak dapat dilihat, atau disentuh, tapi dapat dirasakan jauh di relung hati kita.
SUMBER: andriewongso.com
Arti Sahabat
Cerita remaja ini berawal saat seorang anak SMU yang bernama Rafi sedang duduk-duduk di teras rumahnya. Tiba-tiba ia melihat remaja sebaya sedang naik sepeda lalu jatuh tersungkur tepat di depan rumahnya. Isi tas plastik pemuda itu tumpah dan berhamburan ke luar. Tanpa berpikir panjang, Rafi segera menolongnya. Rafi membantunya berdiri dan mengumpulkan barang-barangnya yang berserakan di jalan. Semprotan serangga, tali, dan beberapa barang lain yang dibawa remaja itu akhirnya sudah masuk ke dalam tas plastiknya lagi. Rafi juga melihat kaki pemuda itu terluka, maka Rafi memintanya mampir sebentar agar lukanya bisa diobati. Anak ABG itu menyetujuinya dan mereka berdua masuk rumah.
Di dalam rumah, Rafi ngobrol dengan dengan anak SMU itu yang akhirnya diketahui bernama Ridwan. Lama sekali Rafi ngobrol dengan Ridwan, mereka menjadi akrab dalam sekejab, mungkin karena umur mereka yang hampir sama. Mereka berbicara tentang sekolah, hobi, guru, dan hal-hal lain yang biasa diceritakan remaja SMU. Semenjak peristiwa itu, mereka berdua menjadi akrab dan saling bersahabat.
Saat lulus SMU, cerita anak abg itu berlanjut. kedua pemuda itu diterima di universitas yang sama. Persahabatan mereka pun makin dekat. Hingga tak terasa, waktu kelulusan pun tiba. Beberapa hari sebelum wisuda Ridwan menemui Rafi, seperti biasa mereka lalu saling mengobrol.
“Hey, Rafi!” kata Ridwan, “Tahukah kamu bahwa jika kamu tidak menolongku dulu, mungkin selamanya aku tidak akan kenal denganmu. Kamu memang sahabat terbaikku.”
“Haha.. biasa ajalah. Lha emangnya kenapa, toh?” Rafi balas bertanya.
“Maaf, jika aku tidak pernah bercerita tentang ini. Masa-masa pertemuan awal kita dulu adalah masa-masa kritis dalam hidupku.” Ridwan mulai bercerita, “Waktu itu, usaha bapakku bangkrut, dia terlilit banyak hutang. Sedangkan ibuku malah lari dengan lelaki lain. Aku selalu jadi korban emosi bapak. Waktu itu saya kecewa sekali dengan mereka dan ingin bunuh diri.”
Ridwan melanjutkan ceritanya, “Tetapi, waktu sehabis membeli racun serangga dan juga tali untuk bunuh diri, sepedaku malah terpeleset di depan rumahmu dan kamu menolongku. Keakraban dan ketulusanmu waktu itu seolah-olah bercerita bahwa masih banyak orang baik di sekitarku. Aku merasa tidak sendiri lagi waktu itu. Aku melihat ada harapan. Canda dan sikapmu membuatku membatalkan niat bunuh diriku. Thanks, bro! entah sadar atau tidak, engkau sudah menyelamatkan nyawaku.”
Kerabat Imelda...Luangkanlah waktu untuk tersenyum pada salah satu orang yang tidak Anda kenal.. mungkin senyum itu bisa menjadi satu-satunya sinar bagi mataharinya yang mulai gelap.
SUMBER: ceritainspirasi.net
Di dalam rumah, Rafi ngobrol dengan dengan anak SMU itu yang akhirnya diketahui bernama Ridwan. Lama sekali Rafi ngobrol dengan Ridwan, mereka menjadi akrab dalam sekejab, mungkin karena umur mereka yang hampir sama. Mereka berbicara tentang sekolah, hobi, guru, dan hal-hal lain yang biasa diceritakan remaja SMU. Semenjak peristiwa itu, mereka berdua menjadi akrab dan saling bersahabat.
Saat lulus SMU, cerita anak abg itu berlanjut. kedua pemuda itu diterima di universitas yang sama. Persahabatan mereka pun makin dekat. Hingga tak terasa, waktu kelulusan pun tiba. Beberapa hari sebelum wisuda Ridwan menemui Rafi, seperti biasa mereka lalu saling mengobrol.
“Hey, Rafi!” kata Ridwan, “Tahukah kamu bahwa jika kamu tidak menolongku dulu, mungkin selamanya aku tidak akan kenal denganmu. Kamu memang sahabat terbaikku.”
“Haha.. biasa ajalah. Lha emangnya kenapa, toh?” Rafi balas bertanya.
“Maaf, jika aku tidak pernah bercerita tentang ini. Masa-masa pertemuan awal kita dulu adalah masa-masa kritis dalam hidupku.” Ridwan mulai bercerita, “Waktu itu, usaha bapakku bangkrut, dia terlilit banyak hutang. Sedangkan ibuku malah lari dengan lelaki lain. Aku selalu jadi korban emosi bapak. Waktu itu saya kecewa sekali dengan mereka dan ingin bunuh diri.”
Ridwan melanjutkan ceritanya, “Tetapi, waktu sehabis membeli racun serangga dan juga tali untuk bunuh diri, sepedaku malah terpeleset di depan rumahmu dan kamu menolongku. Keakraban dan ketulusanmu waktu itu seolah-olah bercerita bahwa masih banyak orang baik di sekitarku. Aku merasa tidak sendiri lagi waktu itu. Aku melihat ada harapan. Canda dan sikapmu membuatku membatalkan niat bunuh diriku. Thanks, bro! entah sadar atau tidak, engkau sudah menyelamatkan nyawaku.”
Kerabat Imelda...Luangkanlah waktu untuk tersenyum pada salah satu orang yang tidak Anda kenal.. mungkin senyum itu bisa menjadi satu-satunya sinar bagi mataharinya yang mulai gelap.
SUMBER: ceritainspirasi.net
Kekuatan Cinta
Sebuah rumah sakit di Amerika sedang melakukan eksperimen yang cukup menarik. Sekelompok bayi dibelai selama sepuluh menit selama tiga kali sehari. Satu kelompok bayi yang lain tidak pernah mendapatkan belaian. Selang beberapa hari kemudian, ternyata berat badan bayi yang mendapatkan belaian menjadi dua kali berat badan bayi dalam kelompok yang tidak pernah dibelai. Faktanya, tanpa cinta bayi tidak akan tumbuh dengan sehat.
Kekuatan cinta sungguh luar biasa. Seperti itu juga jika kita mempratekkan kekuatan cinta terhadap pekerjaan yang sedang kita geluti. Sebagaimana tanpa cinta bayi tidak akan tumbuh dengan sehat, tanpa cinta pekerjaan kita juga tidak akan pernah berkembang. Hampir-hampir mustahil kita mengharapkan karir kita naik sementara kita tidak pernah mencintai pekerjaan kita. Sangat tidak mungkin bisnis kita bisa berkembang jika kita sendiri sudah merasa bosan terhadap bisnis kita tersebut.
Saya tahu rasanya jatuh cinta, karena saya mengalaminya saat pacaran dulu. Saya jadi sedemikain kreatif dalam mengekspresikan cinta. Saya begitu bersemangat dan sedemikian antusias pada saat kencan. Ketika mengalami masalah, saya tidak gampang menyerah. Itulah kekuatan cinta yang saya rasakan.
Saya bisa bayangkan betapa efektifnya pekerjaan yang sedang kita geluti, kalau kita mengerjakannya dengan penuh cinta. Kita akan bekerja dengan penuh semangat, penuh gairah, penuh kreatif, dan tidak gampang menyerah pada saat mengalami masalah. Kalau masih tidak percaya, cobalah amati mereka yang bekerja dengan penuh cinta, lalu bandingkan mereka yang bekerja tanpa rasa cinta sama sekali. Hasilnya akan jelas berbeda. Bagaimana dengan Anda? Apakah hari ini kita justru terjebak dengan rutinitas pekerjaan yang membosankan? Munculkan kembali rasa cinta kita terhadap pekerjaan kita sehingga kita kembali bergairah dalam melakukan pekerjaan kita hari ini.
Setiap pekerjaan akan menjadi efektif dan maksimal jika dikerjakan dengan penuh cinta.
vibizlife.com
Kekuatan cinta sungguh luar biasa. Seperti itu juga jika kita mempratekkan kekuatan cinta terhadap pekerjaan yang sedang kita geluti. Sebagaimana tanpa cinta bayi tidak akan tumbuh dengan sehat, tanpa cinta pekerjaan kita juga tidak akan pernah berkembang. Hampir-hampir mustahil kita mengharapkan karir kita naik sementara kita tidak pernah mencintai pekerjaan kita. Sangat tidak mungkin bisnis kita bisa berkembang jika kita sendiri sudah merasa bosan terhadap bisnis kita tersebut.
Saya tahu rasanya jatuh cinta, karena saya mengalaminya saat pacaran dulu. Saya jadi sedemikain kreatif dalam mengekspresikan cinta. Saya begitu bersemangat dan sedemikian antusias pada saat kencan. Ketika mengalami masalah, saya tidak gampang menyerah. Itulah kekuatan cinta yang saya rasakan.
Saya bisa bayangkan betapa efektifnya pekerjaan yang sedang kita geluti, kalau kita mengerjakannya dengan penuh cinta. Kita akan bekerja dengan penuh semangat, penuh gairah, penuh kreatif, dan tidak gampang menyerah pada saat mengalami masalah. Kalau masih tidak percaya, cobalah amati mereka yang bekerja dengan penuh cinta, lalu bandingkan mereka yang bekerja tanpa rasa cinta sama sekali. Hasilnya akan jelas berbeda. Bagaimana dengan Anda? Apakah hari ini kita justru terjebak dengan rutinitas pekerjaan yang membosankan? Munculkan kembali rasa cinta kita terhadap pekerjaan kita sehingga kita kembali bergairah dalam melakukan pekerjaan kita hari ini.
Setiap pekerjaan akan menjadi efektif dan maksimal jika dikerjakan dengan penuh cinta.
vibizlife.com
Jebakan Tikus
Pada suatu hari, seekor tikus sedang mencari makan. Seperti biasa, dia menyelinap masuk ke dalam gudang. Saat sibuk meraba-raba gudang yang gelap, tikus menemukan sebongkah keju yang sangat besar. Tapi sayang, ternyata keju tersebut melekat pada sebuah jebakan tikus. Sebuah perangkap yang mampu menghancurkan tubuhnya dalam satu detik saja.
Merasa cemas dengan adanya jebakan itu, tikus lalu menemui ayam.
“Hei, di gudang ada jebakan tikus! berhati-hatilah saat memasuki gudang!” seru tikus.
“Saya tahu kalau ini adalah masalah besar bagi kamu.” Jawab ayam, “Tetapi maaf, itu bukan urusanku. Aku tidak terganggu dengan jebakan itu.”
Tidak puas dengan jawaban ayam, tikus kemudian menemui kambing. “Maaf, ya!” Kambing itu berkata, “Saya tidak bisa berbuat banyak. Sebaiknya kau berdoa saja agar keju itu lepas dari jebakannya.” kata si kambing.
Tikus pun merasa sangat kesal dengan jawaban kambing. Ia kemudian menemui sapi untuk memberinya peringatan. Lagi-lagi tikus mendapat jawaban yang sama, “Maaf, ya.” kata sapi sambil tertawa, “Jebakan sekecil itu tidak berarti apa-apa bagi tubuhku yang sebesar ini. Saya tidak merasa terganggu dengan adanya jebakan itu.”
Karena bosan tidak diperhatikan, kemudian tikus meninggalkan gudang dan mencari makan di tempat lain.
Saat tengah malam, tiba-tiba terdengar suara yang sangat keras. “Praaaaaak…” Jebakan tikus itu sepertinya telah menemukan mangsanya. Mendengar suara ini, istri sang petani langsung terbangun dan berlari ke gudang. Tetapi karena gelap, istri petani tersebut tidak menyadari bahwa yang tertangkap di jebakan tersebut adalah seekor ular berbisa. Ular itu lalu menggigitnya. Istri petani pun menjerit-jerit kesakitan.
Melihat keributan itu sang petani segera berlari menuju dapur. Ia menemui istrinya sudah pingsan tergigit ular. Kemudian ia membawa istrinya untuk berobat.
Esok paginya, tubuh si istri masih demam. Maka petani itu memutuskan untuk menyembelih si ayam untuk dibuat sup kesukaan istrinya.
Selama istrinya sakit berhari-hari, banyak sekali tetangga yang menungguinya. Petani itu lalu menyembelih kambingnya. Daging kambing tersebut kemudian dibuat sate untuk hidangan bagi para tamu.
Setelah lebih dari seminggu sakit, sang istri akhirnya meninggal dunia. Banyak sekali orang yang hadir di pemakamannya. Akhirnya sang petani memutuskan untuk menyembelih satu-satunya sapi miliknya. Daging sapi itu dibuat berbagai masakan sebagai hidangan bagi para tamu yang telah hadir di pemakaman istrinya.
Kerabat Imelda...Hidup adalah sebuah perputaran.. atau yang biasa disebut siklus quantum.. masalah dan ancaman yang diderita orang lain dapat menjadi rantai yang akhirnya menimpa diri kita.. so, keep the arms wide open and show your love.
SUMBER: ceritainspirasi.net
Merasa cemas dengan adanya jebakan itu, tikus lalu menemui ayam.
“Hei, di gudang ada jebakan tikus! berhati-hatilah saat memasuki gudang!” seru tikus.
“Saya tahu kalau ini adalah masalah besar bagi kamu.” Jawab ayam, “Tetapi maaf, itu bukan urusanku. Aku tidak terganggu dengan jebakan itu.”
Tidak puas dengan jawaban ayam, tikus kemudian menemui kambing. “Maaf, ya!” Kambing itu berkata, “Saya tidak bisa berbuat banyak. Sebaiknya kau berdoa saja agar keju itu lepas dari jebakannya.” kata si kambing.
Tikus pun merasa sangat kesal dengan jawaban kambing. Ia kemudian menemui sapi untuk memberinya peringatan. Lagi-lagi tikus mendapat jawaban yang sama, “Maaf, ya.” kata sapi sambil tertawa, “Jebakan sekecil itu tidak berarti apa-apa bagi tubuhku yang sebesar ini. Saya tidak merasa terganggu dengan adanya jebakan itu.”
Karena bosan tidak diperhatikan, kemudian tikus meninggalkan gudang dan mencari makan di tempat lain.
Saat tengah malam, tiba-tiba terdengar suara yang sangat keras. “Praaaaaak…” Jebakan tikus itu sepertinya telah menemukan mangsanya. Mendengar suara ini, istri sang petani langsung terbangun dan berlari ke gudang. Tetapi karena gelap, istri petani tersebut tidak menyadari bahwa yang tertangkap di jebakan tersebut adalah seekor ular berbisa. Ular itu lalu menggigitnya. Istri petani pun menjerit-jerit kesakitan.
Melihat keributan itu sang petani segera berlari menuju dapur. Ia menemui istrinya sudah pingsan tergigit ular. Kemudian ia membawa istrinya untuk berobat.
Esok paginya, tubuh si istri masih demam. Maka petani itu memutuskan untuk menyembelih si ayam untuk dibuat sup kesukaan istrinya.
Selama istrinya sakit berhari-hari, banyak sekali tetangga yang menungguinya. Petani itu lalu menyembelih kambingnya. Daging kambing tersebut kemudian dibuat sate untuk hidangan bagi para tamu.
Setelah lebih dari seminggu sakit, sang istri akhirnya meninggal dunia. Banyak sekali orang yang hadir di pemakamannya. Akhirnya sang petani memutuskan untuk menyembelih satu-satunya sapi miliknya. Daging sapi itu dibuat berbagai masakan sebagai hidangan bagi para tamu yang telah hadir di pemakaman istrinya.
Kerabat Imelda...Hidup adalah sebuah perputaran.. atau yang biasa disebut siklus quantum.. masalah dan ancaman yang diderita orang lain dapat menjadi rantai yang akhirnya menimpa diri kita.. so, keep the arms wide open and show your love.
SUMBER: ceritainspirasi.net
Subscribe to:
Posts (Atom)