Awalnya aku tak pernah cemburu. Tak juga berpikir panjang, cerita menggiurkan apalagi yang akan dibaginya padaku. Semua mengalir begitu saja, saat setiap hari kulihat dirinya dijemput mobil mewah, diperlakukan bak tuan putri, selalu bisa memakai gaun mewah dan memamerkan foto-foto indahnya.
Aku lantas melihat kepada diriku di depan cermin, betapa beruntungnya Nadya saat itu. Aku juga sering mendengar cerita bahwa Roy, kekasih Nadya selalu mengirimkan puisi indah, menelepon malam-malam hanya demi mengatakan rindunya.
Belakangan ini, aku semakin cemburu padanya, karena Nadya bilang Roy akan segera mengenalkannya pada orang tuanya. Melamar dengan cincin indah di sebuah hotel mewah, dan memintanya menjadi pendamping hidup. Oh, sungguh indah, dan tak diragukan lagi, Nadya hidup seperti di dalam dongeng. Bak seorang putri yang keluar dari buku dongeng dan hidup di dunia nyata.
Sedangkan aku...
Sakti, sosok yang sudah memacariku lebih dari 5 tahun. Membawaku pergi ke mana-mana dengan motornya. Dan tentu saja aku tak pernah sempat memakai sebuah gaun saat diajaknya berkencan. Aku juga menyesuaikan tampilanku saat bermalam minggu dengannya. Praktis dengan t-shirt dan jeans, yang akan mempermudahnya membonceng diriku. Tak juga pernah kuterima SMS manis darinya, hanya SMS-SMS singkat. Bahkan saat ditanya soal kangen, ia akan balas menggodaku, menjahiliku dengan mengatakan tidak pernah merasa kangen. Tak ada bunga dan cokelat di hari Valentine, karena katanya semua hari itu sama. Tak ada pula kado-kado indah, kata-kata manis, makan malam romantis, apalagi sebuah cincin.
Aku jadi semakin bertanya-tanya, mau di bawa ke mana hubunganku ini? Sampai kapan aku harus bertahan begini? Atau aku sudahi saja dengannya?
Isak tangis Nadya kemudian membuatku gugup. Entah angin apa yang mengganggunya kali ini. Ia yang selalu ceria, tertawa dan tak pernah terlihat sedih, tiba-tiba datang berurai air mata, bak badai di tengah hari. Lantas kutahu dari setiap isakannya, Roy telah meninggalkannya. Dengan tega hati melupakan janji dan semua perkataan manisnya. Dan belakangan, kutahu bahwa ternyata Nadyalah yang banyak berkorban demi Roy. Memberikannya uang dalam jumlah besar setiap bulannya, membelikan hadiah-hadiah, baju dan barang-barang mahal. Sama sekali bukan seperti yang kukira.
Tentu saja, tak akan ada acara pertemuan dengan orang tua. Tak ada cincin manis disematkan di jari saat makan malam di restaurant romantis. Tak ada itu cinta!
Dan akupun terhenyak sadar. Sakti. Tak pernah mengucapkan semua kata gombal itu. Tak juga menjanjikan hal-hal manis dan mengumbarnya sepanjang waktu. Yang kuingat, ia selalu memperhatikanku, bersikap baik dan berusaha membahagiakanku. Tanpa perlu mengatakan bahwa ia mencintaiku. Seharusnya aku tahu. Ya, aku tahu. Sakti mencintaiku dengan segala sikap yang ditunjukkannya padaku. Bukan dengan kata-kata madu yang ternyata racun itu.
Kerabat Imelda...Apalah arti kata "I love you" jika sebatas di bibir saja?
SUMBER:Agatha Yunita - kapanlagi.com
No comments:
Post a Comment