Mendengar kata "disiplin", apa yang terbayang dalam pikiran Anda? Mungkin Anda akan berpikir bahwa disiplin itu membatasi gerak kita. Disiplin juga sangat berhubungan erat dengan hukuman atau punishment bagi para pelanggarnya. Disiplin lebih dipersepsikan negatif dan menyeramkan. Orang yang berdisiplin kita anggap aneh dan asing.
Disiplin memang tumbuh dari janin bernama waktu. Ya, disiplin memang selalu mengacu kepada mekanisme pengelolaan waktu. Disiplin juga bersaudara dengan keteraturan, ketertiban, kenyamanan dan kesuksesan! Jadi, kalau kita lihat, orang-orang sukses sudah pasti sangat berdisiplin. Termasuk pula para pengusaha.
Mungkin ada yang mengatakan bahwa pengusaha bebas mengatur waktu. Tidak seperti para pegawai yang waktunya diatur. Lalu, meskipun bebas mengatur waktu, mengapa ada pengusaha yang kaya raya dan sangat berhasil luar biasa? Jawabannya memang kepada kedisiplinan. Mungkin dia tidak bekerja atau bersantai-santai ketika orang lain bekerja. Namun, ketika orang biasa beristirahat, para pengusaha itu bekerja dengan sungguh-sungguh dan tekun. Mereka mendisiplinkan dirinya terhadap waktu yang dimiliki. Jadi, bukan perkara mengatur waktu karena hakikatnya waktu adalah tetap dan tidak bisa diatur manusia. Hal yang bisa diatur adalah diri sendiri dalam menghadapi setiap waktu.
Mengapa disiplin diidentikkan dengan sesuatu yang menakutkan bagi kita? Jawabannya adalah karena kebiasaan kita. Ya, kita terbiasa untuk tidak mengatur waktu dan menjalani hidup ini apa adanya. Filosofi "hidup ini seperti air mengalir" sudah sangat akrab di telinga kita. Begitu pula dengan istilah "jam karet". Kita bisa mengamati fenomena bahwa hampir di setiap pertemuan, janji atau acara, selalu dilaksanakan tidak tepat pada waktunya. Selalu ada "toleransi" waktu. Itulah makna halus untuk keterlambatan. Padahal, kalau diakumulasikan setiap "toleransi" tersebut, maka pada dasarnya, kita telah mengalami kerugian. Tidak hanya kerugian biasa, tetapi sudah masuk ke dalam kerugian besar! Bayangkan, berapa yang bisa kita hemat dan pergunakan dari waktu-waktu yang terbuang tersebut?
Kita juga telah lama terbenam dalam budaya santai. Tenggelam dalam paradigma menikmati hidup. Pasrah terhadap keadaan. Mau sukses atau tidak, terserah. Begitu mudahnya kita menjalani hidup ini. Padahal, kita sudah diberikan potensi luar biasa untuk menjadi orang yang luar biasa. Kita lahir ke dunia ini sudah termasuk manusia yang dahsyat karena kita berhasil mengalahkan ratusan juta bakal manusia lain. Lalu, mengapa kita tidak semakin mendahsyatkan diri kita?
Kerabat Imelda....Hidup memang dibatasi oleh waktu. Namun, bukan berarti, kita harus menyerah terhadap waktu. Ketika waktu membuat kita terbatas, kita tetap bisa menjadi orang yang teratas. Caranya adalah dengan mendisiplinkan diri di setiap waktu. Jangan biarkan waktu terlewat begitu saja! Adanya kita atau tidak, waktu tetap berjalan. Jadi, mengapa harus terlalu pusing dengan waktu? Yang harus kita pusingkan adalah bagaimana mengisi waktu dengan kegiatan yang bermanfaat, positif dan semakin mendahsyatkan diri kita. Kuncinya adalah selalu bersemangat untuk berdisiplin.Percayalah, disiplin ini tidak membatasi dan mengekang kita. Justru, dengan disiplin, hidup kita akan lebih teratur, terarah, seimbang dan nantinya membuat kita bahagia serta sukses. Salam disiplin!
SUMBER:Rizky Kurnia Rahman - andriewongso.com
No comments:
Post a Comment