pernah nggak sih anda merasakan kalo hidup itu bener-bener ‘bad’ dan nggak berarti lagi dan berharap, coba kalo kita bisa ada di kehidupan yang lain! saya akui, saya cukup sering merasa begitu.
saya pikir, hidup ini kayanya cuma nambahin kesulitan-kesulitan saya aja! ‘kerja menyebalkan’, hidup tak berguna’, dan nggak ada sesuatu yang beres!
tapi semua itu berubah… sejak kemarin…
pandangan saya tentang hidup ini benar-benar telah berubah! tepatnya terjadi setelah saya bercakap-cakap dengan teman saya. ia mengatakan kepada saya bahwa walau ia mempunyai 2 pekerjaan dan berpenghasilan sangat minim setiap bulannya, namun ia tetap merasa bahagia dan senantiasa bersukacita.
saya pun jadi bingung, bagaimana bisa ia bersukacita selalu dengan gajinya yang minim itu untuk menyokong kedua orangtuanya, mertuanya, istrinya, 2 putrinya, ditambah lagi tagihan-tagihan rumah tangga yang numpuk!
kemudian ia menjelaskan bahwa itu semua karena suatu kejadian yang ia alami di india. hal ini dialaminya beberapa tahun yang lalu saat ia sedang berada dalam situasi yang berat.
setelah banyak kemunduran yang ia alami itu, ia memutuskan untuk menarik nafas sejenak dan mengikuti tur ke india. ia mengatakan bahwa di india, ia melihat tepat di depan matanya sendiri bagaimana seorang ibu memotong tangan kanan anaknya sendiri dengan sebuah golok!!
keputusasaan dalam mata sang ibu, jeritan kesakitan dari seorang anak yang tidak berdosa yang saat itu masih berumur 4 tahun! terus menghantuinya sampai sekarang.
kamu mungkin sekarang bertanya-tanya, kenapa ibu itu begitu tega melakukan hal itu? apa anaknya itu ’so naughty’ atau tangannya itu terkena suatu penyakit sampai harus dipotong? ternyata tidak!
semua itu dilakukan sang ibu hanya agar anaknya dapat …mengemis…!
ibu itu sengaja menyebabkan anaknya cacat agar dikasihani orang-orang saat mengemis di jalanan! saya benar-benar tidak dapat menerima hal ini, tetapi ini adalah kenyataan!
hanya saja hal mengerikan seperti ini terjadi di belahan dunia yang lain yang tidak dapat saya lihat sendiri!
kembali pada pengalaman sahabat saya itu, ia juga mengatakan bahwa setelah itu ketika ia sedang berjalan-jalan sambil memakan sepotong roti, ia tidak sengaja menjatuhkan potongan kecil dari roti yang ia makan itu ke tanah. kemudian dalam sekejap mata, segerombolan anak kira-kira 6 orang anak sudah mengerubungi potongan kecil dari roti yang sudah kotor itu… mereka berebutan untuk memakannya! (suatu reaksi yang alami dari kelaparan).
terkejut dengan apa yang baru saja ia alami, kemudian sahabatku itu menyuruh guidenya untuk mengantarkannya ke toko roti terdekat.
ia menemukan 2 toko roti dan kemudian membeli semua roti yang ada di kedua toko itu! pemilik toko sampai kebingungan, tetapi ia bersedia menjual semua rotinya. kurang dari $100 dihabiskan untuk memperoleh 400 potong roti (jadi tidak sampai $0,25 / potong) dan ia juga meng- habiskan kurang lebih $ 100 lagi untuk membeli barang keperluan sehari-hari. kemudian ia pun berangkat kembali ke jalan yang tadi dengan membawa satu truk yang dipenuhi dengan roti dan barang-barang keperluan sehari-hari kepada anak-anak (yang kebanyakan cacat) dan beberapa orang-orang dewasa disitu! ia pun mendapatkan imbalan yang sungguh tak ternilai harganya, yaitu kegembiraan dan rasa hormat dari orang-orang yang kurang beruntung ini!
untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa heran bagaimana seseorang bisa melepaskan kehormatan dirinya hanya untuk sepotong roti yang tidak sampai $ 0,25! ia mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri, betapa beruntungnya ia masih mempunyai tubuh yang sempurna, pekerjaan yang baik, juga keluarga yang hangat. juga untuk setiap kesempatan dimana ia masih dapat berkomentar mana makanan yang enak, mempunyai kesempatan untuk berpakaian rapi, punya begitu banyak hal dimana orang-orang yang ada di hadapannya ini amat kekurangan!
sekarang aku pun mulai berpikir seperti itu juga! sebenarnya, apakah hidup saya ini sedemikian buruknya? tidak, sebenarnya tidak buruk sama sekali!! nah, bagaimana dengan kamu?
mungkin di waktu lain saat kamu mulai berpikir seperti aku, cobalah ingat kembali tentang seorang anak kecil yang harus kehilangan sebelah tangannya hanya untuk mengemis di pinggir jalan!
saudara, banyak hal yang sudah kita alami dalam menjalani kehidupan kita selama ini, sudahkah kita bersyukur? apakah kita mengeluh saja dan selalu merasa tidak puas dengan apa yang sudah kita miliki?
Kisah ini/ di ambil dari note theresia ratih sawitridjati/ dari milis motivasi/ untuk inspirasi pagi imelda fm//
Bagi Kerabat Imelda yang ingin mendapatkan kisah-kisah yang di on-airkan dalam Inspirasi Pagi Imelda FM, silahkan untuk mengunjungi website kami di www.radioimeldafm.com .Adapun blog Inspirasi Pagi ini tidak akan mengupdate lagi kisah-kisah Inspirasi Pagi. Thanks for visiting our blog! #muchLove :)
Saturday, July 30, 2011
TINDAKAN LEBIH PENTING DARIPADA PENGETAHUAN
PADA SUATU HARI SEORANG ILMUWAN TERKENAL BERTANYA KEPADA GURU AGAMANYA, "PAK, APAKAH INTI PENTING DI DALAM AGAMA?"
"JANGAN MELAKUKAN SEGALA DOSA, SEBALIKNYA JALANKAN SEMUA AMAL DAN KEBAIKAN,” JAWABNYA.
ILMUWAN ITU MENGANGGAP BAHWA ITU ADALAH JAWABAN STANDAR YANG TERLALU LUAS DAN KURANG JELAS. "APA YANG BAPAK KATAKAN ITU TERLALU SEDERHANA. ANAK BERUSIA TIGA TAHUN PUN AKAN SUDAH TAHU JAWABAN SEPERTI ITU," TIMPALNYA.
“MEMANG ANAK SEUSIA ITU JUGA AKAN MENGERTI, TAPI ORANG TUA YANG TELAH BERUSIA DELAPAN PULUH TAHUN BELUM TENTU BISA MELAKUKANNYA,” SAHUT GURU AGAMA ITU.
PESAN:
APA YANG TELAH DIUNGKAPKAN OLEH SANG ILMUWAN SANGAT SERING KITA TEMUKAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI. BANYAK ORANG YANG CUKUP PINTAR DAN MENGERTI TENTANG RAMBU-RAMBU KEHIDUPAN/ DARI ILMU PENGETAHUAN YANG MEREKA PELAJARI/ SEMINAR, BUKU, TELEVISI DAN LAIN SEBAGAINYA. MISALNYA BILA KITA INGIN SUKSES, MAKA KITA HARUS BERSIKAP POSITIF (LEBIH RAMAH, DISIPLIN, JUJUR, GIGIH BERUSAHA, DAN LAIN SEBAGAINYA) SERTA MENJAUHI TINDAK NEGATIF (KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME, MENGHASUT, MENIPU DAN LAIN SEBAGAINYA).
TETAPI HANYA SEBAGIAN KECIL DIANTARA KITA YANG BENAR-BENAR SUKSES DAN BAHAGIA. BANYAK JUGA ORANG PINTAR YANG MELANGGAR ATURAN NEGARA MAUPUN AGAMA, MISALNYA BERBUAT KORUPSI, PEMBUNUHAN, PRAKTIK ILEGAL DAN TINDAK KRIMINAL LAINNYA. MENGAPA? KARENA SEMUA PENGETAHUAN ITU HANYA SEBATAS WACANA ATAU TIDAK BERLANJUT KEDALAM TINDAKAN NYATA.
KUNCI KEBAHAGIAAN DAN KEBERHASILAN DALAM KEHIDUPAN SETELAH MENCARI ILMU PENGETAHUAN ADALAH MEMPRAKTEKKAN SEMUA ILMU PENGETAHUAN TERSEBUT KEDALAM TINDAKAN NYATA. SEGUDANG ILMU PENGETAHUAN TIDAK AKAN BERMANFAAT BILA KITA SENDIRI TIDAK MENJALANKANNYA.
BENJAMIN DISRAELI berkata : “TINDAKAN TIDAK SELALU MEMBAWA KEBAHAGIAAN, TETAPI TIDAK ADA KEBAHAGIAAN TANPA TINDAKAN,”
SEBALIKNYA, BETAPAPUN SEDERHANA ILMU PENGETAHUAN YANG KITA MILIKI AKAN MEMILIKI KEKUATAN YANG DAHSYAT JIKA KITA MENGGUNAKANNYA SETIAP HARI DAN SETIAP SAAT. CONTOH SEDERHANA MISALNYA KITA KETAHUI BAHWA BERSIKAP DISIPLIN, JUJUR DAN TERSENYUM ATAU RAMAH KEPADA SEMUA ORANG ITU BAIK. PENGETAHUAN TERSEBUT AKAN MEMBERIKAN MANFAAT LEBIH DAHSYAT TERHADAP BERBAGAI HAL TERMASUK KESUKSESAN DAN SUASANA HATI BILA KITA SENANTIASA MEMPRAKTEKKANNYA. OLEH SEBAB ITU LATIHLAH DIRI KITA SENANTIASA MELAKUKAN TINDAKAN NYATA ATAS APA YANG SUDAH KITA KETAHUI.
SUMBER : ANDREW HO - ANDREWONGSO.COM
"JANGAN MELAKUKAN SEGALA DOSA, SEBALIKNYA JALANKAN SEMUA AMAL DAN KEBAIKAN,” JAWABNYA.
ILMUWAN ITU MENGANGGAP BAHWA ITU ADALAH JAWABAN STANDAR YANG TERLALU LUAS DAN KURANG JELAS. "APA YANG BAPAK KATAKAN ITU TERLALU SEDERHANA. ANAK BERUSIA TIGA TAHUN PUN AKAN SUDAH TAHU JAWABAN SEPERTI ITU," TIMPALNYA.
“MEMANG ANAK SEUSIA ITU JUGA AKAN MENGERTI, TAPI ORANG TUA YANG TELAH BERUSIA DELAPAN PULUH TAHUN BELUM TENTU BISA MELAKUKANNYA,” SAHUT GURU AGAMA ITU.
PESAN:
APA YANG TELAH DIUNGKAPKAN OLEH SANG ILMUWAN SANGAT SERING KITA TEMUKAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI. BANYAK ORANG YANG CUKUP PINTAR DAN MENGERTI TENTANG RAMBU-RAMBU KEHIDUPAN/ DARI ILMU PENGETAHUAN YANG MEREKA PELAJARI/ SEMINAR, BUKU, TELEVISI DAN LAIN SEBAGAINYA. MISALNYA BILA KITA INGIN SUKSES, MAKA KITA HARUS BERSIKAP POSITIF (LEBIH RAMAH, DISIPLIN, JUJUR, GIGIH BERUSAHA, DAN LAIN SEBAGAINYA) SERTA MENJAUHI TINDAK NEGATIF (KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME, MENGHASUT, MENIPU DAN LAIN SEBAGAINYA).
TETAPI HANYA SEBAGIAN KECIL DIANTARA KITA YANG BENAR-BENAR SUKSES DAN BAHAGIA. BANYAK JUGA ORANG PINTAR YANG MELANGGAR ATURAN NEGARA MAUPUN AGAMA, MISALNYA BERBUAT KORUPSI, PEMBUNUHAN, PRAKTIK ILEGAL DAN TINDAK KRIMINAL LAINNYA. MENGAPA? KARENA SEMUA PENGETAHUAN ITU HANYA SEBATAS WACANA ATAU TIDAK BERLANJUT KEDALAM TINDAKAN NYATA.
KUNCI KEBAHAGIAAN DAN KEBERHASILAN DALAM KEHIDUPAN SETELAH MENCARI ILMU PENGETAHUAN ADALAH MEMPRAKTEKKAN SEMUA ILMU PENGETAHUAN TERSEBUT KEDALAM TINDAKAN NYATA. SEGUDANG ILMU PENGETAHUAN TIDAK AKAN BERMANFAAT BILA KITA SENDIRI TIDAK MENJALANKANNYA.
BENJAMIN DISRAELI berkata : “TINDAKAN TIDAK SELALU MEMBAWA KEBAHAGIAAN, TETAPI TIDAK ADA KEBAHAGIAAN TANPA TINDAKAN,”
SEBALIKNYA, BETAPAPUN SEDERHANA ILMU PENGETAHUAN YANG KITA MILIKI AKAN MEMILIKI KEKUATAN YANG DAHSYAT JIKA KITA MENGGUNAKANNYA SETIAP HARI DAN SETIAP SAAT. CONTOH SEDERHANA MISALNYA KITA KETAHUI BAHWA BERSIKAP DISIPLIN, JUJUR DAN TERSENYUM ATAU RAMAH KEPADA SEMUA ORANG ITU BAIK. PENGETAHUAN TERSEBUT AKAN MEMBERIKAN MANFAAT LEBIH DAHSYAT TERHADAP BERBAGAI HAL TERMASUK KESUKSESAN DAN SUASANA HATI BILA KITA SENANTIASA MEMPRAKTEKKANNYA. OLEH SEBAB ITU LATIHLAH DIRI KITA SENANTIASA MELAKUKAN TINDAKAN NYATA ATAS APA YANG SUDAH KITA KETAHUI.
SUMBER : ANDREW HO - ANDREWONGSO.COM
PELAJARAN HIDUP DI STASIUN JATINEGARA
Ketika pulang tugas audit dari surabaya Kereta Argo angrek yang saya tumpangi dari Stasiun Pasar turi surabaya perlahan-lahan memasuki stasiun Jatinegara. Para penumpang yang akan turun di Jatinegara saya lihat sudah bersiap-siap di depan pintu, karena sudah di jemput oleh keluarga. suasana jatinegara penuh sesak seperti biasa.
Sementara itu, dari jendela, saya lihat beberapa orang porter/buruh angkut berlomba lebih dulu masuk ke kereta yang masih melaju. Mereka berpacu dengan kereta, persis dengan kehidupan mereka yang terus berpacu dengan tekanan kehidupan kota Jakarta. Saat kereta benar-benar berhenti, kesibukan penumpang yang turun dan porter yang berebut menawarkan jasa kian kental terasa. Sementara di luar kereta saya lihat kesibukan kaum urban yang akan menggunakan kereta. Mereka kebanyakan berdiri,karena fasilitas tempat duduk kurang memadai. Sebuah lagu lama PT. KAI yang selalu dan selalu diputar dengan setia.
Tiba-tiba terdengar suara anak kecil membuyarkan keasyikan saya mengamati perilaku orang-orang di Jatinegara. Saya lihat seorang bocah berumur sekitar 10 tahun berdiri disamping saya. Kondisi fisiknya menggambarkan tekanan kehidupan yang berat baginya.
Kulitnya hitam dekil dengan baju kumal dan robek-robek disana-sini. Tubuhnya kurus kering tanda kurang gizi. “Ya?” Tanya saya kepada anak itu karena saya tadi konsentrasi saya melihat orang-orang di luar kereta. “Maaf, apakah air minum itu sudah tidak bapak butuhkan ?” katanya dengan penuh sopan sambil jarinya menunjuk air minum di atas tempat makanan dan minum samping jendela. Pandangan saya segera mengikuti arah telunjuk si bocah. Oh, air minum dalam kemasan gelas dari katering kereta yang tidak saya minum. Saya bahkan sudah tidak peduli sama sekali dengan air itu. Semalam saya hanya minta air minum dalam kemasan gelas untuk jaga-jaga dan menolak nasi yang diberikan oleh pramugara. Perut saya sudah cukup terisi dengan makan di rumah.
“Tidak. Mau ? Nih…” kata saya sambil memberikan air minum kemasan gelas kepada bocah itu. Diterimanya air itu dengan senyum simpul. Senyum yang tulus.
Beberapa menit kemudian, saya lihat dari balik jendela kereta, bocah tadi berjalan beririringan dengan 3 orang temannya. Masing-masing membawa tas kresek di tangannya. Ke empat anak itu kemudian duduk melingkar dilantai emplasemen. Mereka duduk begitu saja. Mereka tidak repot-repot membersihkan lantai yang terlihat kotor. Masing- masing kemudian mengeluarkan isi tas kresek masing-masing.
Setelah saya perhatikan, rupanya isinya adalah “harta karun” yang mereka temukan di atas kereta. Saya lihat ada roti yang tinggal separoh, jeruk medan, juga separuh; sisa nasi catering kereta, dan air minum dalam kemasan gelas !
Selanjutnya dengan rukun mereka saling berbagi “harta karun” temuan mereka dari kereta. Saya lihat bocah paling besar menciumi nasi bekas catering kereta untuk memastikan apakah sudah basi atau belum. Tanpa menyentuh sisa makanan, kotak nasi itu kemudian disodorkan pada temannya. Oleh temannya, nasi sisa tersebut juga dibaui. Kemudian, dia tertawa dengan penuh gembira sambil mengangkat tinggi-tinggi sepotong paha ayam goreng. Saya lihat, paha ayam goreng itu sudah tidak utuh. Nampak jelas bekas gigitan seseorang.
Tapi si bocah tidak peduli, dengan lahap paha ayam itu dimakannya. Demikian juga makanan sisa lainnya. Mereka makan dengan penuh lahap. Sungguh, sebuah “pesta” yang luar biasa. Pesta kemudian diakhiri dengan berbagi air minum dalam kemasan gelas !
Menyaksikan itu semua, saya jadi tertegun. Saya lihat sendiri persis di depan mata, potret anak-anak kurang beruntung yang mencoba bertahan dari kerasnya kehidupan. Nampaknya hidup mereka adalah apa yang mereka peroleh hari itu. Hidup adalah hari ini. Esok adalah mimpi dan misteri.
Cita-cita ?
Masa Depan ? Lebih absurd lagi.
Bagi saya pribadi, pelajaran berharga yang saya petik adalah, bahwa saya harus makin pandai bersyukur atas segala rejeki dan nikmat yang diberikan oleh Tuhan. Dan tidak lagi memandang sepele hal yang nampak sepele, seperti misalnya: air minum kemasan gelas. Karena bisa jadi sesuatu yang bagi kita sepele, bagi orang lain sangat berarti.
SUMBER: www.kisahinspiratif.com
Sementara itu, dari jendela, saya lihat beberapa orang porter/buruh angkut berlomba lebih dulu masuk ke kereta yang masih melaju. Mereka berpacu dengan kereta, persis dengan kehidupan mereka yang terus berpacu dengan tekanan kehidupan kota Jakarta. Saat kereta benar-benar berhenti, kesibukan penumpang yang turun dan porter yang berebut menawarkan jasa kian kental terasa. Sementara di luar kereta saya lihat kesibukan kaum urban yang akan menggunakan kereta. Mereka kebanyakan berdiri,karena fasilitas tempat duduk kurang memadai. Sebuah lagu lama PT. KAI yang selalu dan selalu diputar dengan setia.
Tiba-tiba terdengar suara anak kecil membuyarkan keasyikan saya mengamati perilaku orang-orang di Jatinegara. Saya lihat seorang bocah berumur sekitar 10 tahun berdiri disamping saya. Kondisi fisiknya menggambarkan tekanan kehidupan yang berat baginya.
Kulitnya hitam dekil dengan baju kumal dan robek-robek disana-sini. Tubuhnya kurus kering tanda kurang gizi. “Ya?” Tanya saya kepada anak itu karena saya tadi konsentrasi saya melihat orang-orang di luar kereta. “Maaf, apakah air minum itu sudah tidak bapak butuhkan ?” katanya dengan penuh sopan sambil jarinya menunjuk air minum di atas tempat makanan dan minum samping jendela. Pandangan saya segera mengikuti arah telunjuk si bocah. Oh, air minum dalam kemasan gelas dari katering kereta yang tidak saya minum. Saya bahkan sudah tidak peduli sama sekali dengan air itu. Semalam saya hanya minta air minum dalam kemasan gelas untuk jaga-jaga dan menolak nasi yang diberikan oleh pramugara. Perut saya sudah cukup terisi dengan makan di rumah.
“Tidak. Mau ? Nih…” kata saya sambil memberikan air minum kemasan gelas kepada bocah itu. Diterimanya air itu dengan senyum simpul. Senyum yang tulus.
Beberapa menit kemudian, saya lihat dari balik jendela kereta, bocah tadi berjalan beririringan dengan 3 orang temannya. Masing-masing membawa tas kresek di tangannya. Ke empat anak itu kemudian duduk melingkar dilantai emplasemen. Mereka duduk begitu saja. Mereka tidak repot-repot membersihkan lantai yang terlihat kotor. Masing- masing kemudian mengeluarkan isi tas kresek masing-masing.
Setelah saya perhatikan, rupanya isinya adalah “harta karun” yang mereka temukan di atas kereta. Saya lihat ada roti yang tinggal separoh, jeruk medan, juga separuh; sisa nasi catering kereta, dan air minum dalam kemasan gelas !
Selanjutnya dengan rukun mereka saling berbagi “harta karun” temuan mereka dari kereta. Saya lihat bocah paling besar menciumi nasi bekas catering kereta untuk memastikan apakah sudah basi atau belum. Tanpa menyentuh sisa makanan, kotak nasi itu kemudian disodorkan pada temannya. Oleh temannya, nasi sisa tersebut juga dibaui. Kemudian, dia tertawa dengan penuh gembira sambil mengangkat tinggi-tinggi sepotong paha ayam goreng. Saya lihat, paha ayam goreng itu sudah tidak utuh. Nampak jelas bekas gigitan seseorang.
Tapi si bocah tidak peduli, dengan lahap paha ayam itu dimakannya. Demikian juga makanan sisa lainnya. Mereka makan dengan penuh lahap. Sungguh, sebuah “pesta” yang luar biasa. Pesta kemudian diakhiri dengan berbagi air minum dalam kemasan gelas !
Menyaksikan itu semua, saya jadi tertegun. Saya lihat sendiri persis di depan mata, potret anak-anak kurang beruntung yang mencoba bertahan dari kerasnya kehidupan. Nampaknya hidup mereka adalah apa yang mereka peroleh hari itu. Hidup adalah hari ini. Esok adalah mimpi dan misteri.
Cita-cita ?
Masa Depan ? Lebih absurd lagi.
Bagi saya pribadi, pelajaran berharga yang saya petik adalah, bahwa saya harus makin pandai bersyukur atas segala rejeki dan nikmat yang diberikan oleh Tuhan. Dan tidak lagi memandang sepele hal yang nampak sepele, seperti misalnya: air minum kemasan gelas. Karena bisa jadi sesuatu yang bagi kita sepele, bagi orang lain sangat berarti.
SUMBER: www.kisahinspiratif.com
Menari Dengan Alunan Cinta
"Love is like playing the piano. First you must learn to play by the rules, then you must forget the rules and play from your heart."
Ketika dua hati merasakan nyaman dan aman, di situlah saatnya dua hati menjalin suatu hubungan. Melangkah di awal mungkin adalah suatu hal yang agak sulit. Ada kalanya Anda harus menyesuaikan langkah dengan kekasih Anda. Yah itulah aturan dalam bercinta.
Mencintai bukanlah hal yang sulit dan rumit. Anda hanya harus mengerti dan menjalankan semua aturan yang ada. Jika memang Anda ingin hubungan yang bahagia, ikuti saja aturan demi aturan tersebut. Pertama-tama, Anda harus memupuk kepercayaan di dalam hati masing-masing. Percaya bahwa perasaan yang Anda miliki mampu membuat dia nyaman.
Berikutnya Anda harus saling mengerti, mengalah dan jujur. Layaknya bermain piano, Anda harus mengenal dan mengerti nada demi nada yang Anda mainkan. Berpikirlah seolah Anda adalah dirinya. Tempatkan diri Anda di posisinya setiap kali Anda hendak melakukan sesuatu. Dengan demikian, segala sesuatu dapat dilakukan bersama.
Kemudian segala sesuatu akan mengalir dengan dirinya. Perasaan itu kian dalam dan menyatu. Sampai Anda tak perlu lagi menjalani semuanya dengan aturan-aturan yang pernah Anda pelajari pada awalnya. Karena ketika hati berbicara, tak satupun nada yang terdengar sumbang. Sebuah lagu cinta akan dimainkan dengan sangat baik. Membawa kedamaian dan kebahagiaan bagi pemain dan pendengarnya.
SUMBER: Agatha Yunita - kapanlagi.com
Ketika dua hati merasakan nyaman dan aman, di situlah saatnya dua hati menjalin suatu hubungan. Melangkah di awal mungkin adalah suatu hal yang agak sulit. Ada kalanya Anda harus menyesuaikan langkah dengan kekasih Anda. Yah itulah aturan dalam bercinta.
Mencintai bukanlah hal yang sulit dan rumit. Anda hanya harus mengerti dan menjalankan semua aturan yang ada. Jika memang Anda ingin hubungan yang bahagia, ikuti saja aturan demi aturan tersebut. Pertama-tama, Anda harus memupuk kepercayaan di dalam hati masing-masing. Percaya bahwa perasaan yang Anda miliki mampu membuat dia nyaman.
Berikutnya Anda harus saling mengerti, mengalah dan jujur. Layaknya bermain piano, Anda harus mengenal dan mengerti nada demi nada yang Anda mainkan. Berpikirlah seolah Anda adalah dirinya. Tempatkan diri Anda di posisinya setiap kali Anda hendak melakukan sesuatu. Dengan demikian, segala sesuatu dapat dilakukan bersama.
Kemudian segala sesuatu akan mengalir dengan dirinya. Perasaan itu kian dalam dan menyatu. Sampai Anda tak perlu lagi menjalani semuanya dengan aturan-aturan yang pernah Anda pelajari pada awalnya. Karena ketika hati berbicara, tak satupun nada yang terdengar sumbang. Sebuah lagu cinta akan dimainkan dengan sangat baik. Membawa kedamaian dan kebahagiaan bagi pemain dan pendengarnya.
SUMBER: Agatha Yunita - kapanlagi.com
Kisah Kasih Tulus Si Bocah Polos
Zhang Da harus menanggung beban hidup yang berat ketika usianya masih sangat belia. Tahun 2001, ketika usianya menjelang 10 tahun, Zhang Da harus menerima kenyataan ibunya lari dari rumah. Sang ibu kabur karena tak tahan dengan kemiskinan yang mendera keluarganya. Yang lebih tragis, si ibu pergi karena merasa tak sanggup lagi mengurus suaminya yang lumpuh, tak berdaya, dan tanpa harta. Dan ia tak mau menafkahi keluarganya.
Maka Zhang Da yang tinggal berdua dengan ayahnya yang lumpuh, harus mengambil-alih semua pekerjaan keluarga. Ia harus mengurus ayahnya, mencari nafkah, mencari makanan, memasaknya, memandikan sang ayah, mencuci pakaian, mengobatinya, dan sebagainya.
Yang patut dihargai, ia tak mau putus sekolah. Setelah mengurus ayahnya, ia pergi ke sekolah berjalan kaki melewati hutan kecil dengan mengikuti jalan menuju tempatnya mencari ilmu. Selama dalam perjalanan, ia memakan apa saja yang bisa mengenyangkan perutnya, mulai dari memakan rumput, dedaunan, dan jamur-jamur untuk berhemat. Tak semua bisa jadi bahan makanannya, ia menyeleksinya berdasarkan pengalaman. Ketika satu tumbuhan merasa tak cocok dengan lidahnya, ia tinggalkan dan beralih ke tanaman berikut. Sangat beruntung karena ia tak memakan dedaunan atau jamur yang beracun.
Usai sekolah, agar dirinya bisa membeli makanan dan obat untuk sang ayah, Zhang Da bekerja sebagai tukang batu. Ia membawa keranjang di punggung dan pergi menjadi pemecah batu. Upahnya ia gunakan untuk membeli aneka kebutuhan seperti obat-obatan untuk ayahnya, bahan makanan untuk berdua, dan sejumlah buku untuk ia pejalari.
Zhang Da ternyata cerdas. Ia tahu ayahnya tak hanya membutuhkan obat yang harus diminum, tetapi diperlukan obat yang harus disuntikkan.Karena tak mampu membawa sang ayah ke dokter atau ke klinik terdekat, Zhang Da justru mempelajari bagaimana cara menyuntik. Ia beli bukunya untuk ia pelajari caranya. Setelah bisa ia membeli jarum suntik dan obatnya lalu menyuntikkannya secara rutin pada sang ayah.
Kegiatan merawat ayahnya terus dijalaninya hingga sampai lima tahun. Rupanya kegigihan Zhang Da yang tinggal di Nanjing, Provinsi Zhejiang, menarik pemerintahan setempat. Pada Januari 2006 pemerintah China menyelenggarakan penghargaan nasional pada tokoh-tokoh inspiratif nasional. Dari 10 nama pemenang, satu di antaranya terselip nama Zhang Da. Ternyata ia menjadi pemenang termuda.
Acara pengukuhan dilakukan melalui siaran langsung televisi secara nasional. Zhang Da si pemenang diminta tampil ke depan panggung. Seorang pemandu acara menanyakan kenapa ia mau berkorban seperti itu padahal dirinya masih anak-anak. "Hidup harus terus berjalan. Tidak boleh menyerah, tidak boleh melakukan kejahatan. Harus menjalani hidup dengan penuh tanggung jawab," katanya.
Setelah itu suara gemuruh penonton memberinya applaus. Pembawa acara menanyainya lagi. "Zhang Da, sebut saja apa yang kamu mau, sekolah di mana, dan apa yang kamu inginkan. Berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah dan mau kuliah di mana. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebutkan saja. Di sini ada banyak pejabat, pengusaha, dan orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!" papar pembawa acara.
Zhang Da terdiam. Keheningan pun menunggu ucapannya. Pembaca acara harus mengingatkannya lagi. "Sebut saja!" katanya menegaskan.
Zhang Da yang saat itu sudah berusaha 15 tahun pun mulai membuka mulutnya dengan bergetar. Semua hadirin di ruangan itu, dan juga jutaan orang yang menyaksikannya langsung melalui televisi, terdiam menunggu apa keinginan Zhang Da. "Saya mau mama kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu papa, aku bisa cari makan sendiri. Mama kembalilah!" kata Zhang Da yang disambut tetesan air mata haru para penonton.
Zhang Da tak meminta hadiah uang atau materi atas ketulusannya berbakti kepada orangtuanya. Padahal saat itu semua yang hadir bisa membantu mewujudkannya. Di mata Zhang Da, mungkin materi bisa dicari sesuai dengan kebutuhannya, tetapi seorang ibu dan kasih sayangnya, itu tak ternilai. Pelajaran moral yang tampak sederhana, tetapi amat bermakna. Setuju kan?
SUMBER:Tim AndrieWongso.com
Maka Zhang Da yang tinggal berdua dengan ayahnya yang lumpuh, harus mengambil-alih semua pekerjaan keluarga. Ia harus mengurus ayahnya, mencari nafkah, mencari makanan, memasaknya, memandikan sang ayah, mencuci pakaian, mengobatinya, dan sebagainya.
Yang patut dihargai, ia tak mau putus sekolah. Setelah mengurus ayahnya, ia pergi ke sekolah berjalan kaki melewati hutan kecil dengan mengikuti jalan menuju tempatnya mencari ilmu. Selama dalam perjalanan, ia memakan apa saja yang bisa mengenyangkan perutnya, mulai dari memakan rumput, dedaunan, dan jamur-jamur untuk berhemat. Tak semua bisa jadi bahan makanannya, ia menyeleksinya berdasarkan pengalaman. Ketika satu tumbuhan merasa tak cocok dengan lidahnya, ia tinggalkan dan beralih ke tanaman berikut. Sangat beruntung karena ia tak memakan dedaunan atau jamur yang beracun.
Usai sekolah, agar dirinya bisa membeli makanan dan obat untuk sang ayah, Zhang Da bekerja sebagai tukang batu. Ia membawa keranjang di punggung dan pergi menjadi pemecah batu. Upahnya ia gunakan untuk membeli aneka kebutuhan seperti obat-obatan untuk ayahnya, bahan makanan untuk berdua, dan sejumlah buku untuk ia pejalari.
Zhang Da ternyata cerdas. Ia tahu ayahnya tak hanya membutuhkan obat yang harus diminum, tetapi diperlukan obat yang harus disuntikkan.Karena tak mampu membawa sang ayah ke dokter atau ke klinik terdekat, Zhang Da justru mempelajari bagaimana cara menyuntik. Ia beli bukunya untuk ia pelajari caranya. Setelah bisa ia membeli jarum suntik dan obatnya lalu menyuntikkannya secara rutin pada sang ayah.
Kegiatan merawat ayahnya terus dijalaninya hingga sampai lima tahun. Rupanya kegigihan Zhang Da yang tinggal di Nanjing, Provinsi Zhejiang, menarik pemerintahan setempat. Pada Januari 2006 pemerintah China menyelenggarakan penghargaan nasional pada tokoh-tokoh inspiratif nasional. Dari 10 nama pemenang, satu di antaranya terselip nama Zhang Da. Ternyata ia menjadi pemenang termuda.
Acara pengukuhan dilakukan melalui siaran langsung televisi secara nasional. Zhang Da si pemenang diminta tampil ke depan panggung. Seorang pemandu acara menanyakan kenapa ia mau berkorban seperti itu padahal dirinya masih anak-anak. "Hidup harus terus berjalan. Tidak boleh menyerah, tidak boleh melakukan kejahatan. Harus menjalani hidup dengan penuh tanggung jawab," katanya.
Setelah itu suara gemuruh penonton memberinya applaus. Pembawa acara menanyainya lagi. "Zhang Da, sebut saja apa yang kamu mau, sekolah di mana, dan apa yang kamu inginkan. Berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah dan mau kuliah di mana. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebutkan saja. Di sini ada banyak pejabat, pengusaha, dan orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!" papar pembawa acara.
Zhang Da terdiam. Keheningan pun menunggu ucapannya. Pembaca acara harus mengingatkannya lagi. "Sebut saja!" katanya menegaskan.
Zhang Da yang saat itu sudah berusaha 15 tahun pun mulai membuka mulutnya dengan bergetar. Semua hadirin di ruangan itu, dan juga jutaan orang yang menyaksikannya langsung melalui televisi, terdiam menunggu apa keinginan Zhang Da. "Saya mau mama kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu papa, aku bisa cari makan sendiri. Mama kembalilah!" kata Zhang Da yang disambut tetesan air mata haru para penonton.
Zhang Da tak meminta hadiah uang atau materi atas ketulusannya berbakti kepada orangtuanya. Padahal saat itu semua yang hadir bisa membantu mewujudkannya. Di mata Zhang Da, mungkin materi bisa dicari sesuai dengan kebutuhannya, tetapi seorang ibu dan kasih sayangnya, itu tak ternilai. Pelajaran moral yang tampak sederhana, tetapi amat bermakna. Setuju kan?
SUMBER:Tim AndrieWongso.com
5 Hal Bijaksana Dari Harry Potter
Sebagian besar orang menganggap film HARRY POtter hanyalah sebuah fiksi biasa yang penuh dengan khayalan tak masuk akal. Namun, mengapa banyak orang jatuh cinta pada novel maupun filmnya?
1. Tentang cinta dan kesetiaan
Cerita Harry Potter ini tak hanya berisi tentang dunia dongeng yang dipenuhi penyihir saja, namun di dalamnya tersirat makna cinta dan kesetiaan seorang ibu kepada anaknya, sahabat kepada sahabatnya, guru kepada muridnya. Dan cinta serta kesetiaan tersebutlah yang mengikat masing-masing tokoh untuk tetap tegar menghadapi semua hal yang mengganggunya, termasuk ketika tokoh Voldemort melakukan tindak kejahatan.
2. Untuk menghargai orang lain
Bahkan di film tersebut disisipkan pesan moral yang baik agar di kehidupan nyata, kita menghargai dan tak memandang rendah orang lain. Sosok seperti profesor Snape yang tampak jahat dan penuh intrik sekalipun, masih punya sisi baik dan kesetiaan. So, don't judge a book from it's cover, dear.
3. Tentang kepandaian
Sihir itu nyata atau tidak, masih banyak orang yang meragukannya. Namun melihat tata sekolah di Hogwarts menunjukkan betapa kepandaian itu penting artinya. Bahkan untuk menjadi sosok penyihir hebat saja, dibutuhkan ketekunan dan semangat belajar. Bukan hanya ditentukan oleh nasib semata.
4. Menerima dan menghargai perbedaan
Ada penyihir dari keluarga kaya, ada penyihir yang berasal dari keluarga miskin, bahkan ada pula penyihir berdarah muggle, di mana setengah darahnya penyihir dan setengahnya manusia biasa. Di sekolah Hogwarts, mereka diajarkan untuk saling menerima perbedaan yang ada. Mereka juga diajarkan untuk saling menghormati perbedaan itu. Hal ini juga kentara jelas lewat session HARRY POTTER AND THE GOBLET OF FIRE di mana para penyihir dunia dari berbagai ras dan suku berkumpul untuk sebuah turnamen perdamaian.
5. Penyihir juga manusia
Sehebat apapun kekuatan yang dimiliki penyihir, mereka adalah makhluk yang tidak abadi dan bisa mati. Hal ini mengajarkan kita untuk tetap rendah hati, sekalipun kita adalah sosok hebat yang dielu-elukan dan selalu diistimewakan.
Aparecium! Artikel ini akan terbaca dan melekat di ingatan Anda. Mari, belajar dari semua hal kecil yang kita temui di dalam hidup kita :)
SUMBER: Agatha Yunita - kapanlagi.com
1. Tentang cinta dan kesetiaan
Cerita Harry Potter ini tak hanya berisi tentang dunia dongeng yang dipenuhi penyihir saja, namun di dalamnya tersirat makna cinta dan kesetiaan seorang ibu kepada anaknya, sahabat kepada sahabatnya, guru kepada muridnya. Dan cinta serta kesetiaan tersebutlah yang mengikat masing-masing tokoh untuk tetap tegar menghadapi semua hal yang mengganggunya, termasuk ketika tokoh Voldemort melakukan tindak kejahatan.
2. Untuk menghargai orang lain
Bahkan di film tersebut disisipkan pesan moral yang baik agar di kehidupan nyata, kita menghargai dan tak memandang rendah orang lain. Sosok seperti profesor Snape yang tampak jahat dan penuh intrik sekalipun, masih punya sisi baik dan kesetiaan. So, don't judge a book from it's cover, dear.
3. Tentang kepandaian
Sihir itu nyata atau tidak, masih banyak orang yang meragukannya. Namun melihat tata sekolah di Hogwarts menunjukkan betapa kepandaian itu penting artinya. Bahkan untuk menjadi sosok penyihir hebat saja, dibutuhkan ketekunan dan semangat belajar. Bukan hanya ditentukan oleh nasib semata.
4. Menerima dan menghargai perbedaan
Ada penyihir dari keluarga kaya, ada penyihir yang berasal dari keluarga miskin, bahkan ada pula penyihir berdarah muggle, di mana setengah darahnya penyihir dan setengahnya manusia biasa. Di sekolah Hogwarts, mereka diajarkan untuk saling menerima perbedaan yang ada. Mereka juga diajarkan untuk saling menghormati perbedaan itu. Hal ini juga kentara jelas lewat session HARRY POTTER AND THE GOBLET OF FIRE di mana para penyihir dunia dari berbagai ras dan suku berkumpul untuk sebuah turnamen perdamaian.
5. Penyihir juga manusia
Sehebat apapun kekuatan yang dimiliki penyihir, mereka adalah makhluk yang tidak abadi dan bisa mati. Hal ini mengajarkan kita untuk tetap rendah hati, sekalipun kita adalah sosok hebat yang dielu-elukan dan selalu diistimewakan.
Aparecium! Artikel ini akan terbaca dan melekat di ingatan Anda. Mari, belajar dari semua hal kecil yang kita temui di dalam hidup kita :)
SUMBER: Agatha Yunita - kapanlagi.com
NILAI DIRI ANDA
Seberapa BESAR (kecil) kah NILAI DIRI Anda…?
Beberapa waktu yang lalu, sewaktu memberikan pelatihan di sebuah bank swasta terkemuka di Indonesia, saya bertemu dengan Office Boy (OB) mantan bawahan saya. Saya masih mengingatnya karena ‘performance’-nya termasuk yang di bawah rata-rata. Datang seringkali terlambat, jam 3 sore dicari seringkali sudah tidak di tempat, ketika ada tamu seringkali orangnya menghilang.
Jadi mudah bukan untuk membuat atasan mengingat anda: jadilah yang terbaik (di atas rata-rata) atau jadilah yang terburuk (di bawah rata-rata)! Karena sudah banyak orang rata-rata, makanya atasan sulit untuk mengingat.
Saya menyapanya dan bertanya tentang dirinya, pekerjaannya, keluarganya, dan kehidupannya sekarang. Mungkin sudah banyak perubahan karena sudah hampir 10 tahun kami berpisah (ketika itu saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah Pasca Sarjana di Inggris).
Ternyata, I was very suprised, saat inipun dia masih bekerja sebagai seorang OB dengan penghasilan tidak beda jauh dari penghasilannya 10 tahun yang lalu.
Dia mulai berkeluh kesah: hidup ini susah, cari pekerjaan sulit, kebutuhan pokok selalu melambung padahal gaji naik hanya sedikit, atasan tidak fair (tidak pernah memberikan kesempatan), rekan kerja tidak pernah mendukung, dlsbnya.
Sebelum dia curhat lebih lama, saya menyelanya: Semua itu adalah PILIHAN anda, anda yang membuat hal-hal yang disebutkan di atas terjadi! Dia KAGET?!
Saya (S): Coba pikirkan ketika anda masih bekerja bersama saya dulu, sudahkah anda memberikan yang terbaik yang bisa anda berikan? Apakah anda berusaha untuk selalu memberikan lebih atau ketika OB lain memberikan lebih, anda mencibir dan menyebut mereka sebagai ‘penjilat’ atau orang yang tidak ‘realistis’?
Dia (OB): Tapi kan kami dibayar hanya UMR, kami berada di posisi paling bawah dalam hierarki organisasi, ngapain kami memberikan lebih dari job desc yang ada?
S: Nah itulah, ketika anda bilang ngapain memberikan lebih berarti saat itulah anda telah dinilai atau dicap tidak akan mampu untuk mengerjakan lebih dari job desc yang diberikan. Anda tidak akan pernah diberi kepercayaan lebih karena anda tidak pernah menunjukkan bahwa anda sebenarnya mampu.
OB: Tapi kami kan hanya OB, mana mungkin untuk naik jabatan. Sekali OB pensiunnya juga OB bukan?
S: Kata sapa? Apakah anda pernah bertemu dengan Tuhan dan Dia mengatakan bahwa nasib anda adalah sebagai seorang OB hingga anda pensiun? Kalau anda mau tahu, ada seorang OB seperti anda, yang pendidikannya hanya SMA, tapi dalam waktu 19 tahun bisa menjadi seorang Vice President bank asing terkemuka di Indonesia. Anda kaget?
OB: Tapi kalau saya melakukan dan memberikan lebih nanti saya disebut ‘penjilat’ atau ‘carmuk’ (cari muka) oleh rekan-rekan saya? Gimana dong?
S: Itulah yang membedakan orang rata-rata dengan orang di atas rata-rata. Orang rata-rata akan mencari alasan dan pembenaran diri untuk menyesuaikan GOAL yang ingin dicapai dengan kemampuan dirinya, sama seperti anda saat ini. Anda mencari 1001 alasan untuk membenarkan dan men-justifikasi perilaku, tindakan, dan kebiasaan anda, bahwa sebagai seorang OB ngapain bekerja dan memberikan lebih. Kan nasib anda hanya OB dan pensiun juga sebagai OB, betul bukan?
Beda dengan orang di atas rata-rata, mereka akan menyesuaikan KEMAMPUAN dengan goal yang sudah mereka tetapkan sebelumnya. Mereka akan terus meng-upgrade kemampuan untuk mencapai target dengan lebih cepat dan lebih baik. Mengapa anda tidak menggunakan 1001 alasan tadi untuk membantu anda untuk mencapai target atau tujuan hidup anda?
Buat 1001 alasan mengapa dan bagaimana anda harus mencapai target anda dibanding membenarkan dan men-justifikasi kenapa saya tidak berhasil!
OB: Termasuk memberikan dan mengerjakan lebih dari job desc yang diberikan?
S: Yesss! Ketika anda memberikan dan mengerjakan lebih dari nominal gaji anda yang dibayarkan berarti anda meningkatkan NILAI DIRI anda. Terus tingkatkan NILAI DIRI anda sehingga rekan kerja, atasan, bawahan, bahkan orang di luar organisasi tahu nilai diri anda! Ketika nilai diri anda luar biasa, orang lain yang akan ‘hunting’ dan memburu anda, bahkan berlomba-lomba untuk merekrut anda.
Sebaliknya ketika anda mau resign karena tidak ada kecocokan dan atasan sama sekali tidak berusaha menahan anda berarti nilai diri anda lebih rendah dibanding nomimal gaji yang dibayarkan. Ngapain atasan harus menahan anda yang di bawah rata-rata? Di luar sana ada jutaan pengangguran yang siap dan mau memberikan lebih dibanding anda.
Seorang rekan yang sewaktu bekerja di bawah pimpinan saya, terus menerus mengeluh, komplain, dan tidak puas dengan gaji yang dibayarkan serta fasilitas yang diberikan. Ketika dia resign, saya tidak menahannya. Sekarang dia sudah menganggur hampir 1 tahun. Dia mencoba untuk berusaha tetapi ternyata hasil yang diperoleh tidak mencukupi biaya hidup keluarganya. Menunjukkan apa? Bahwa ternyata gaji yang saya bayarkan saat itu melebihi nilai dirinya (over paid), bukan?!
Jadi di sini, saya hanya memprovokasi anda: kerjakanlah dan lakukanlah melebihi nominal gaji yang dibayarkan sehingga otomatis anda meningkatkan nilai diri anda! atau sebaliknya, mengambil sikap sebagai penonton, menjadi ‘komentator’ yang setia, mencibir orang lain sebagai ‘penjilat’ atau ‘tidak realistis’, dan membenarkan serta men-justifikasi perilaku, tindakan, kebiasaan, dan belief anda yang kurang bermanfaat sehingga otomatis anda menurunkan nilai diri anda!
The choice is yours!
SUMBER:Putera Lengkong - motivatorindonesia.com
Beberapa waktu yang lalu, sewaktu memberikan pelatihan di sebuah bank swasta terkemuka di Indonesia, saya bertemu dengan Office Boy (OB) mantan bawahan saya. Saya masih mengingatnya karena ‘performance’-nya termasuk yang di bawah rata-rata. Datang seringkali terlambat, jam 3 sore dicari seringkali sudah tidak di tempat, ketika ada tamu seringkali orangnya menghilang.
Jadi mudah bukan untuk membuat atasan mengingat anda: jadilah yang terbaik (di atas rata-rata) atau jadilah yang terburuk (di bawah rata-rata)! Karena sudah banyak orang rata-rata, makanya atasan sulit untuk mengingat.
Saya menyapanya dan bertanya tentang dirinya, pekerjaannya, keluarganya, dan kehidupannya sekarang. Mungkin sudah banyak perubahan karena sudah hampir 10 tahun kami berpisah (ketika itu saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah Pasca Sarjana di Inggris).
Ternyata, I was very suprised, saat inipun dia masih bekerja sebagai seorang OB dengan penghasilan tidak beda jauh dari penghasilannya 10 tahun yang lalu.
Dia mulai berkeluh kesah: hidup ini susah, cari pekerjaan sulit, kebutuhan pokok selalu melambung padahal gaji naik hanya sedikit, atasan tidak fair (tidak pernah memberikan kesempatan), rekan kerja tidak pernah mendukung, dlsbnya.
Sebelum dia curhat lebih lama, saya menyelanya: Semua itu adalah PILIHAN anda, anda yang membuat hal-hal yang disebutkan di atas terjadi! Dia KAGET?!
Saya (S): Coba pikirkan ketika anda masih bekerja bersama saya dulu, sudahkah anda memberikan yang terbaik yang bisa anda berikan? Apakah anda berusaha untuk selalu memberikan lebih atau ketika OB lain memberikan lebih, anda mencibir dan menyebut mereka sebagai ‘penjilat’ atau orang yang tidak ‘realistis’?
Dia (OB): Tapi kan kami dibayar hanya UMR, kami berada di posisi paling bawah dalam hierarki organisasi, ngapain kami memberikan lebih dari job desc yang ada?
S: Nah itulah, ketika anda bilang ngapain memberikan lebih berarti saat itulah anda telah dinilai atau dicap tidak akan mampu untuk mengerjakan lebih dari job desc yang diberikan. Anda tidak akan pernah diberi kepercayaan lebih karena anda tidak pernah menunjukkan bahwa anda sebenarnya mampu.
OB: Tapi kami kan hanya OB, mana mungkin untuk naik jabatan. Sekali OB pensiunnya juga OB bukan?
S: Kata sapa? Apakah anda pernah bertemu dengan Tuhan dan Dia mengatakan bahwa nasib anda adalah sebagai seorang OB hingga anda pensiun? Kalau anda mau tahu, ada seorang OB seperti anda, yang pendidikannya hanya SMA, tapi dalam waktu 19 tahun bisa menjadi seorang Vice President bank asing terkemuka di Indonesia. Anda kaget?
OB: Tapi kalau saya melakukan dan memberikan lebih nanti saya disebut ‘penjilat’ atau ‘carmuk’ (cari muka) oleh rekan-rekan saya? Gimana dong?
S: Itulah yang membedakan orang rata-rata dengan orang di atas rata-rata. Orang rata-rata akan mencari alasan dan pembenaran diri untuk menyesuaikan GOAL yang ingin dicapai dengan kemampuan dirinya, sama seperti anda saat ini. Anda mencari 1001 alasan untuk membenarkan dan men-justifikasi perilaku, tindakan, dan kebiasaan anda, bahwa sebagai seorang OB ngapain bekerja dan memberikan lebih. Kan nasib anda hanya OB dan pensiun juga sebagai OB, betul bukan?
Beda dengan orang di atas rata-rata, mereka akan menyesuaikan KEMAMPUAN dengan goal yang sudah mereka tetapkan sebelumnya. Mereka akan terus meng-upgrade kemampuan untuk mencapai target dengan lebih cepat dan lebih baik. Mengapa anda tidak menggunakan 1001 alasan tadi untuk membantu anda untuk mencapai target atau tujuan hidup anda?
Buat 1001 alasan mengapa dan bagaimana anda harus mencapai target anda dibanding membenarkan dan men-justifikasi kenapa saya tidak berhasil!
OB: Termasuk memberikan dan mengerjakan lebih dari job desc yang diberikan?
S: Yesss! Ketika anda memberikan dan mengerjakan lebih dari nominal gaji anda yang dibayarkan berarti anda meningkatkan NILAI DIRI anda. Terus tingkatkan NILAI DIRI anda sehingga rekan kerja, atasan, bawahan, bahkan orang di luar organisasi tahu nilai diri anda! Ketika nilai diri anda luar biasa, orang lain yang akan ‘hunting’ dan memburu anda, bahkan berlomba-lomba untuk merekrut anda.
Sebaliknya ketika anda mau resign karena tidak ada kecocokan dan atasan sama sekali tidak berusaha menahan anda berarti nilai diri anda lebih rendah dibanding nomimal gaji yang dibayarkan. Ngapain atasan harus menahan anda yang di bawah rata-rata? Di luar sana ada jutaan pengangguran yang siap dan mau memberikan lebih dibanding anda.
Seorang rekan yang sewaktu bekerja di bawah pimpinan saya, terus menerus mengeluh, komplain, dan tidak puas dengan gaji yang dibayarkan serta fasilitas yang diberikan. Ketika dia resign, saya tidak menahannya. Sekarang dia sudah menganggur hampir 1 tahun. Dia mencoba untuk berusaha tetapi ternyata hasil yang diperoleh tidak mencukupi biaya hidup keluarganya. Menunjukkan apa? Bahwa ternyata gaji yang saya bayarkan saat itu melebihi nilai dirinya (over paid), bukan?!
Jadi di sini, saya hanya memprovokasi anda: kerjakanlah dan lakukanlah melebihi nominal gaji yang dibayarkan sehingga otomatis anda meningkatkan nilai diri anda! atau sebaliknya, mengambil sikap sebagai penonton, menjadi ‘komentator’ yang setia, mencibir orang lain sebagai ‘penjilat’ atau ‘tidak realistis’, dan membenarkan serta men-justifikasi perilaku, tindakan, kebiasaan, dan belief anda yang kurang bermanfaat sehingga otomatis anda menurunkan nilai diri anda!
The choice is yours!
SUMBER:Putera Lengkong - motivatorindonesia.com
THE POWER OF FOCUS
Di suatu kesempatan, ada seseorang bertanya kepada saya : "Pak, mengapa hidup saya ini semakin berat?". "Wow", itu adalah suara dalam hati saya. Jujur saya terkejut karena 2 hal. Pertama, saya tidak mengenal orang itu dan mungkin saja orang itu tidak mengenal saya. Kedua, mengapa orang itu tiba-tiba bertanya kepada saya padahal disana terdapat banyak orang.
Dalam kesempatan itu, segera saya mengilustrasikannya demikian. "Pernahkah Anda mengangkat sebuah barbel 2kg? Bagaimana rasanya?". Orang itu menjawab, "Ringan". Sambil tersenyum saya berkata : "Great. Cobalah Anda angkat barbel ringan itu setiap hari mulai hari ini hingga satu minggu ke depan setelah itu temuilah saya".
Seminggu kemudian orang itu benar-benar menemui saya dan mengatakan, "Pak, barbel itu terasa semakin berat". "Oya?", tanya saya. "Ya Pak, sangat terasa berat". Mengapa barbel 2 kg itu semakin hari semakin berat? Tentu bukan barbelnya yang memiliki berat bertambah, namun sebaliknya kemampuan Anda yang semakin hari justru sama atau bahkan semakin berkurang tanpa Anda sadari sehingga seolah-olah barbel yang sama memiliki berat yang berbeda.
Hal yang ingin saya simpulkan dari ilustrasi diatas adalah bahwa banyak orang tidak menyadari bahwa didalam perjalanan mereka semakin hari mereka semakin terpendam dengan rutinitas mereka sehingga hidup menjadi semakin berat, berat dan bertambah berat. Mengapa hal itu terjadi? Mungkin Anda sendiri pernah mengalaminya? Hal itu terjadi karena kebanyakan orang berfokus kepada sesuatu yang salah sekalipun mereka sadar hal itu salah. Perhatikanlah, jika orang itu berfokus kepada seberapa besar kekuatan yang ia akan dapatkan setelah mengangkat barbel itu dengan rutin selama satu minggu maka ia tidak akan mengatakan barbel itu semakin berat. Barbel itu semakin berat karena orang itu berfokus justru kepada beban yang ia harus angkat setiap hari yang tanpa disadari fokusnya menyebabkan kekuatannya tidak bertumbuh.
Demikian halnya dengan diri kita. Rutinitas kita disadari atau tidak sangat mungkin sekali membenamkan kemampuan kita untuk tumbuh. Namun, sadarilah bahwa cara yang sama hanya akan menghasilkan suatu hasil yang sama. Jika Anda menginginkan hasil yang berbeda maka Anda harus menggunakan cara yang berbeda. Anda harus "Change" dan setelah itu Anda "Growth". Anda tidak akan tumbuh selama Anda tidak merubah fokus Anda.
SUMBER: Davit Setiawan - motivatorindonesia.com
Dalam kesempatan itu, segera saya mengilustrasikannya demikian. "Pernahkah Anda mengangkat sebuah barbel 2kg? Bagaimana rasanya?". Orang itu menjawab, "Ringan". Sambil tersenyum saya berkata : "Great. Cobalah Anda angkat barbel ringan itu setiap hari mulai hari ini hingga satu minggu ke depan setelah itu temuilah saya".
Seminggu kemudian orang itu benar-benar menemui saya dan mengatakan, "Pak, barbel itu terasa semakin berat". "Oya?", tanya saya. "Ya Pak, sangat terasa berat". Mengapa barbel 2 kg itu semakin hari semakin berat? Tentu bukan barbelnya yang memiliki berat bertambah, namun sebaliknya kemampuan Anda yang semakin hari justru sama atau bahkan semakin berkurang tanpa Anda sadari sehingga seolah-olah barbel yang sama memiliki berat yang berbeda.
Hal yang ingin saya simpulkan dari ilustrasi diatas adalah bahwa banyak orang tidak menyadari bahwa didalam perjalanan mereka semakin hari mereka semakin terpendam dengan rutinitas mereka sehingga hidup menjadi semakin berat, berat dan bertambah berat. Mengapa hal itu terjadi? Mungkin Anda sendiri pernah mengalaminya? Hal itu terjadi karena kebanyakan orang berfokus kepada sesuatu yang salah sekalipun mereka sadar hal itu salah. Perhatikanlah, jika orang itu berfokus kepada seberapa besar kekuatan yang ia akan dapatkan setelah mengangkat barbel itu dengan rutin selama satu minggu maka ia tidak akan mengatakan barbel itu semakin berat. Barbel itu semakin berat karena orang itu berfokus justru kepada beban yang ia harus angkat setiap hari yang tanpa disadari fokusnya menyebabkan kekuatannya tidak bertumbuh.
Demikian halnya dengan diri kita. Rutinitas kita disadari atau tidak sangat mungkin sekali membenamkan kemampuan kita untuk tumbuh. Namun, sadarilah bahwa cara yang sama hanya akan menghasilkan suatu hasil yang sama. Jika Anda menginginkan hasil yang berbeda maka Anda harus menggunakan cara yang berbeda. Anda harus "Change" dan setelah itu Anda "Growth". Anda tidak akan tumbuh selama Anda tidak merubah fokus Anda.
SUMBER: Davit Setiawan - motivatorindonesia.com
WHO YOU ARE?
Kurang lebih dua tahun yang lalu, ada pengalaman yang sangat menarik. Entah mengapa pengalaman ini begitu menarik bagi saya dan dorongan untuk mensharingkan kepada Anda begitu kuat dalam diri saya. Harapan saya semoga, tulisan ini mampu memberikan refleksi bagi Anda.
Saat saya bekerja di sebuah perusahaan, mayoritas karyawan disana selalu mengeluh. Dan setelah saya amati, ternyata "budaya" mengeluh telah mendarah daging. Hampir setiap saat terdengar keluhan dan sejenisnya disana. Pada suatu kesempatan tertentu, ada seorang teman saya yang berkata kepada saya, "Hey... kamu masuk ke perusahaan yang salah. Jangan bekerja disini, gajinya kecil". Tahukah Anda saat itu apa yang terbesit dalam pikiran saya? Saya justru tidak menganggap serius perkataan teman saya itu, melainkan saya menangkap isyarat yang sebenarnya bahwa teman saya sedang menunjukkan bentuk aslinya yakni seperti apa dia saat ini. Tepat sekali, saya langsung mendapatkan jawabannya, "Gaji dia pasti kecil". Setujukah Anda dengan saya?
Menurut Anda, apa tanggapan saya terhadap pernyataan teman saya itu? Saya berkata : "Itu kan nasibmu. Aku punya nasib yang berbeda". Tahukah Anda bahwa setelah percakapan itu, keyakinan saya semakin berkobar bahwa apa yang dikatakan oleh teman saya itu bukanlah meredupkan semangat saya tetapi perkataan itu justru meledakkan saya untuk bekerja lebih baik lagi. Tidak lama berselang kurang lebih enam bulan, saya di promosikan. Bersamaan dengan promosi itu tentu kesejahteraan meningkat. Saya tidak ingin menunjukkan berapa gaji saya, tetapi saya telah membuktikan kepada teman saya bahwa apa yang menjadi keyakinannya selama ini adalah salah.
Dalam hidup ini, boleh saja orang lain menganggap remeh Anda. tetapi hal yang jauh lebih penting adalah jangan sekali-kali Anda meremehkan diri Anda sendiri. Anda harus mempunyai keyakinan yang kuat terhadap kesuksesan Anda karena jika Anda tidak yakin, bagaimana mungkin Anda bisa mencapainya? Nelson Mandela pemimpin Afrika Selatan yang di penjara puluhan tahun karena apartheid kala itu menggoreskan sebuah kalimat yang sangat dahsyat, "Saya telah menemukan sebuah rahasia besar, bahwa setelah mendaki sebuah bukit besar, seseorang hanya akan menemukan bahwa masih banyak bukit yang harus didaki". Pernyataan itu sangatlah tepat bahwa rahasia besar dalam diri Anda merupakan bukit-bukit yang harus Anda daki dan kemudian Anda akan melihat bahwa ada banyak bukit-bukit lagi membentang setelah Anda berada di atas bukit itu. Teman saya yang mengatakan hal pesimis itu belumlah berada diatas bukit yang ia daki. Ia masih berada jauh di bawah bukit itu sehingga ia tidak melihat dengan jelas keindahan bukit-bukit yang lain diluar sana. Selalu Ada jalan untuk melakukan yang lebih baik. Jangan pernah meremehkan diri Anda sendiri.Thomas Alva Edison berkata "Selalu ada jalan untuk melakukan yang lebih baik. Temukanlah!!!"
SUMBER: Davit Setiawan - motivatorindonesia.com
Saat saya bekerja di sebuah perusahaan, mayoritas karyawan disana selalu mengeluh. Dan setelah saya amati, ternyata "budaya" mengeluh telah mendarah daging. Hampir setiap saat terdengar keluhan dan sejenisnya disana. Pada suatu kesempatan tertentu, ada seorang teman saya yang berkata kepada saya, "Hey... kamu masuk ke perusahaan yang salah. Jangan bekerja disini, gajinya kecil". Tahukah Anda saat itu apa yang terbesit dalam pikiran saya? Saya justru tidak menganggap serius perkataan teman saya itu, melainkan saya menangkap isyarat yang sebenarnya bahwa teman saya sedang menunjukkan bentuk aslinya yakni seperti apa dia saat ini. Tepat sekali, saya langsung mendapatkan jawabannya, "Gaji dia pasti kecil". Setujukah Anda dengan saya?
Menurut Anda, apa tanggapan saya terhadap pernyataan teman saya itu? Saya berkata : "Itu kan nasibmu. Aku punya nasib yang berbeda". Tahukah Anda bahwa setelah percakapan itu, keyakinan saya semakin berkobar bahwa apa yang dikatakan oleh teman saya itu bukanlah meredupkan semangat saya tetapi perkataan itu justru meledakkan saya untuk bekerja lebih baik lagi. Tidak lama berselang kurang lebih enam bulan, saya di promosikan. Bersamaan dengan promosi itu tentu kesejahteraan meningkat. Saya tidak ingin menunjukkan berapa gaji saya, tetapi saya telah membuktikan kepada teman saya bahwa apa yang menjadi keyakinannya selama ini adalah salah.
Dalam hidup ini, boleh saja orang lain menganggap remeh Anda. tetapi hal yang jauh lebih penting adalah jangan sekali-kali Anda meremehkan diri Anda sendiri. Anda harus mempunyai keyakinan yang kuat terhadap kesuksesan Anda karena jika Anda tidak yakin, bagaimana mungkin Anda bisa mencapainya? Nelson Mandela pemimpin Afrika Selatan yang di penjara puluhan tahun karena apartheid kala itu menggoreskan sebuah kalimat yang sangat dahsyat, "Saya telah menemukan sebuah rahasia besar, bahwa setelah mendaki sebuah bukit besar, seseorang hanya akan menemukan bahwa masih banyak bukit yang harus didaki". Pernyataan itu sangatlah tepat bahwa rahasia besar dalam diri Anda merupakan bukit-bukit yang harus Anda daki dan kemudian Anda akan melihat bahwa ada banyak bukit-bukit lagi membentang setelah Anda berada di atas bukit itu. Teman saya yang mengatakan hal pesimis itu belumlah berada diatas bukit yang ia daki. Ia masih berada jauh di bawah bukit itu sehingga ia tidak melihat dengan jelas keindahan bukit-bukit yang lain diluar sana. Selalu Ada jalan untuk melakukan yang lebih baik. Jangan pernah meremehkan diri Anda sendiri.Thomas Alva Edison berkata "Selalu ada jalan untuk melakukan yang lebih baik. Temukanlah!!!"
SUMBER: Davit Setiawan - motivatorindonesia.com
Menentukan Pilihan
Suatu hari, terjadilah bencana banjir di sebuah kota. Hujan besar disertai angin kencang yang datangnya tiba-tiba itu telah memporakporandakan banyak harta benda penduduk dan membawa korban nyawa yang tidak sedikit jumlahnya.
Di antara korban bencana di sana, terdapat seorang pemuda yang berhasil menyelamatkan istrinya tetapi sayangnya setelah usahanya menyelamatkan istrinya berhasil, anaknya yang masih balita tidak sempat tertolong, terseret arus, dan akhirnya ditemukan telah meninggal dunia.
Atas kejadian itu, terjadi silang pendapat di antara penduduk yang selamat. Satu pihak menyatakan perbuatan suami yang menyelamatkan istrinya terlebih dahulu adalah hebat dan benar. Menurut mereka, lebih penting menyelamatkan istri. Mengenai anak, menurut mereka, toh nanti pasangan itu bisa dikaruniai putra atau putri lagi. Pokoknya, mereka mendukung pilihan ayah muda itu.
Di pihak yang berseberangan, mereka menyalahkan keputusan si pemuda yang membiarkan anaknya terseret arus dan akhirnya meninggal dunia. Bagi mereka, anak adalah karunia Tuhan yang dititipkan kepada kita, yang tidak boleh disia-siakan dan harus kita pelihara dengan sebaik-baiknya. Jika istri yang meninggal, kan bisa cari istri lagi?
Akhirnya mereka beramai-ramai ingin mendengar langsung dari si pemuda, apa alasan dia memutuskan menolong istrinya dan bukan anaknya terlebih dahulu?
Dengan raut muka menyimpan duka dan mata yang berkaca-kaca, si pemuda dengan suara bergetar menjawab, "Saat air datang dengan tiba-tiba, saya terlempar dan terbawa arus yang deras. Situasi yang seperti itu, tolong dijawab, apakah ada kesempatan bagi saya untuk menentukan pilihan antara menolong istri atau anakku terlebih dahulu? Yang ada di dekat saya waktu itu adalah istriku, maka serta merta saya pun menangkap tangannya dan membawanya pergi dari situ. Saat saya menoleh kembali ke tempat anakku, dia sudah terseret arus dan saya tidak mampu menjangkaunya.
Kalau saya diberi waktu untuk menimbang dalam menentukan pilihan, mungkin saat ini saya telah kehilangan kedua orang yang sama-sama saya cintai. Tolong jangan hakimi saya. Biarlah saya sendiri yang menanggung kesedihan dan perasaan yang bersalah. Karena saya tidak mampu melindungi keluarga dari bencana yang membuat kami kehilangan putra kesayangan kami."
Pada saat situasi darurat, kadang manusia tidak mempunyai kesempatan untuk berpikir dan memilih yang terbaik bagi dirinya. Tetapi, banyak pula manusia yang terlalu banyak berpikir, menimbang, dan selalu ragu dalam menentukan pilihan sehingga mereka kehilangan kesempatan yang datang di hadapannya.
Maka pada saat kesempatan datang menghampiri, tangkap dan jangan lewatkan karena mungkin dia tidak akan datang kembali. Entah kapankesempatan datang. Yang utama adalah sikap mental kita dalam menyiapkannya.
Jangan terlalu memilih-milih pekerjaan apa yang ingin Anda kerjakan, tetapi pastikan Anda mengerjakan setiap pekerjaan dengan sebaik-baiknya, penuh semangat, dan keyakinan.
SUMBER: Andrie Wongso - andriewongso.com
Di antara korban bencana di sana, terdapat seorang pemuda yang berhasil menyelamatkan istrinya tetapi sayangnya setelah usahanya menyelamatkan istrinya berhasil, anaknya yang masih balita tidak sempat tertolong, terseret arus, dan akhirnya ditemukan telah meninggal dunia.
Atas kejadian itu, terjadi silang pendapat di antara penduduk yang selamat. Satu pihak menyatakan perbuatan suami yang menyelamatkan istrinya terlebih dahulu adalah hebat dan benar. Menurut mereka, lebih penting menyelamatkan istri. Mengenai anak, menurut mereka, toh nanti pasangan itu bisa dikaruniai putra atau putri lagi. Pokoknya, mereka mendukung pilihan ayah muda itu.
Di pihak yang berseberangan, mereka menyalahkan keputusan si pemuda yang membiarkan anaknya terseret arus dan akhirnya meninggal dunia. Bagi mereka, anak adalah karunia Tuhan yang dititipkan kepada kita, yang tidak boleh disia-siakan dan harus kita pelihara dengan sebaik-baiknya. Jika istri yang meninggal, kan bisa cari istri lagi?
Akhirnya mereka beramai-ramai ingin mendengar langsung dari si pemuda, apa alasan dia memutuskan menolong istrinya dan bukan anaknya terlebih dahulu?
Dengan raut muka menyimpan duka dan mata yang berkaca-kaca, si pemuda dengan suara bergetar menjawab, "Saat air datang dengan tiba-tiba, saya terlempar dan terbawa arus yang deras. Situasi yang seperti itu, tolong dijawab, apakah ada kesempatan bagi saya untuk menentukan pilihan antara menolong istri atau anakku terlebih dahulu? Yang ada di dekat saya waktu itu adalah istriku, maka serta merta saya pun menangkap tangannya dan membawanya pergi dari situ. Saat saya menoleh kembali ke tempat anakku, dia sudah terseret arus dan saya tidak mampu menjangkaunya.
Kalau saya diberi waktu untuk menimbang dalam menentukan pilihan, mungkin saat ini saya telah kehilangan kedua orang yang sama-sama saya cintai. Tolong jangan hakimi saya. Biarlah saya sendiri yang menanggung kesedihan dan perasaan yang bersalah. Karena saya tidak mampu melindungi keluarga dari bencana yang membuat kami kehilangan putra kesayangan kami."
Pada saat situasi darurat, kadang manusia tidak mempunyai kesempatan untuk berpikir dan memilih yang terbaik bagi dirinya. Tetapi, banyak pula manusia yang terlalu banyak berpikir, menimbang, dan selalu ragu dalam menentukan pilihan sehingga mereka kehilangan kesempatan yang datang di hadapannya.
Maka pada saat kesempatan datang menghampiri, tangkap dan jangan lewatkan karena mungkin dia tidak akan datang kembali. Entah kapankesempatan datang. Yang utama adalah sikap mental kita dalam menyiapkannya.
Jangan terlalu memilih-milih pekerjaan apa yang ingin Anda kerjakan, tetapi pastikan Anda mengerjakan setiap pekerjaan dengan sebaik-baiknya, penuh semangat, dan keyakinan.
SUMBER: Andrie Wongso - andriewongso.com
Meniru Kesabaran Bunga Sepatu
Pada suatu masa, di sebuah desa, seorang ibu sedang menunggu kedatangannya puterinya yang bekerja. Ibu itu adalah seorang wanita yang telah kehilangan suaminya sakit bertahun-tahun yang lalu. Pendapatan keluarga hanya didapat dari anak perempuannya yang bekerja di kota dan pulang setiap akhir pekan. Sekalipun puterinya bekerja, kehidupan ekonomi mereka tak kunjung membaik.
Saat malam akan menjelang, puterinya tiba di rumah dengan wajah yang sangat lelah dan tampak gusar. Melihat wajah yang tidak biasa itu, sang ibu menanyakan kepada puterinya.
"Anakku, ada apa? Mengapa wajahmu tampak sedih dan gusar?" tanya si ibu.
Anak perempuan itu menghela napas panjang lalu mengatakan, "Ibu, aku lelah sekali. Aku tidak habis pikir mengapa hidupku sangat malang. Aku selalu bekerja keras, selalu menunjukkan apa yang aku bisa, aku bahkan selalu mengorbankan banyak hal untuk pekerjaanku. Tetapi tidak ada yang memuji pekerjaanku, mereka bahkan sering mengejek dan mengatakan aku tidak akan bisa mencapai hasil terbaik dalam pekerjaanku," dua tetes air mata mengalir di pipi anak perempuan itu.
Sang ibu mengusap rambut anak perempuannya dengan sayang. "Anakku, jangan pernah mengharap orang lain untuk selalu memuji apa yang sedang engkau kerjakan,"
"Maksud ibu?" tanya sang anak tak mengerti.
"Coba kau lihat bunga sepatu yang tumbuh di halaman belakang rumah kita. Dulu, saat kau masih kecil, tidak ada yang menanam pohon bunga sepatu di sana, dia tiba-tiba tumbuh dan semua orang membiarkannya tumbuh tanpa memberi pupuk atau menyiram." ujar si ibu.
Anak perempuannya hanya mendengarkan.
"Tidak ada yang peduli pada bunga sepatu itu, hingga pada masa dia berbunga, semua orang akan mengagumi betapa indah kelopak-kelopaknya. Bahkan tidak sedikit yang berebut untuk memetiknya," lanjut si ibu sambil tersenyum. "Anakku, orang lain mungkin tidak peduli dengan apa yang kamu kerjakan sekarang, tetapi jangan menyerah dan selalu berikan yang terbaik, seperti yang dilakukan bunga sepatu. Dia selalu bersabar dan memberikan yang terbaik sekalipun orang-orang tidak peduli padanya."
Anak perempuan itu langsung memeluk ibunya sambil menangis karena telah merasa keliru dan menyesal telah menangisi kesabaran dan kerja keras yang sudah dia lakukan. "Aku berjanji akan memberikan yang terbaik," ujarnya.
Kerabat Imelda, sekalipun banyak hal yang menjadi penghalang dalam pencapaian usaha kita, kita tidak boleh menyerah begitu saja. Selalu berikan yang terbaik, maka suatu saat, akan banyak orang yang melihat betapa indah hasil kerja keras kita, seperti kelopak bunga sepatu yang cantik. Kelopak yang mekar sekalipun tidak ada yang peduli dengannya.
SUMBER:kapanlagi.com
Saat malam akan menjelang, puterinya tiba di rumah dengan wajah yang sangat lelah dan tampak gusar. Melihat wajah yang tidak biasa itu, sang ibu menanyakan kepada puterinya.
"Anakku, ada apa? Mengapa wajahmu tampak sedih dan gusar?" tanya si ibu.
Anak perempuan itu menghela napas panjang lalu mengatakan, "Ibu, aku lelah sekali. Aku tidak habis pikir mengapa hidupku sangat malang. Aku selalu bekerja keras, selalu menunjukkan apa yang aku bisa, aku bahkan selalu mengorbankan banyak hal untuk pekerjaanku. Tetapi tidak ada yang memuji pekerjaanku, mereka bahkan sering mengejek dan mengatakan aku tidak akan bisa mencapai hasil terbaik dalam pekerjaanku," dua tetes air mata mengalir di pipi anak perempuan itu.
Sang ibu mengusap rambut anak perempuannya dengan sayang. "Anakku, jangan pernah mengharap orang lain untuk selalu memuji apa yang sedang engkau kerjakan,"
"Maksud ibu?" tanya sang anak tak mengerti.
"Coba kau lihat bunga sepatu yang tumbuh di halaman belakang rumah kita. Dulu, saat kau masih kecil, tidak ada yang menanam pohon bunga sepatu di sana, dia tiba-tiba tumbuh dan semua orang membiarkannya tumbuh tanpa memberi pupuk atau menyiram." ujar si ibu.
Anak perempuannya hanya mendengarkan.
"Tidak ada yang peduli pada bunga sepatu itu, hingga pada masa dia berbunga, semua orang akan mengagumi betapa indah kelopak-kelopaknya. Bahkan tidak sedikit yang berebut untuk memetiknya," lanjut si ibu sambil tersenyum. "Anakku, orang lain mungkin tidak peduli dengan apa yang kamu kerjakan sekarang, tetapi jangan menyerah dan selalu berikan yang terbaik, seperti yang dilakukan bunga sepatu. Dia selalu bersabar dan memberikan yang terbaik sekalipun orang-orang tidak peduli padanya."
Anak perempuan itu langsung memeluk ibunya sambil menangis karena telah merasa keliru dan menyesal telah menangisi kesabaran dan kerja keras yang sudah dia lakukan. "Aku berjanji akan memberikan yang terbaik," ujarnya.
Kerabat Imelda, sekalipun banyak hal yang menjadi penghalang dalam pencapaian usaha kita, kita tidak boleh menyerah begitu saja. Selalu berikan yang terbaik, maka suatu saat, akan banyak orang yang melihat betapa indah hasil kerja keras kita, seperti kelopak bunga sepatu yang cantik. Kelopak yang mekar sekalipun tidak ada yang peduli dengannya.
SUMBER:kapanlagi.com
KEHILANGAN KOIN TUA
Dalam kehidupan ini ada beragam cara seseorang menyikapi kehilangan. Dari mulai marah-marah, menangis, protes pada takdir, hingga bunuh diri. Masih ingatkah Anda pada tokoh-tokoh ternama, yang tega membunuh diri sendiri hanya karena sukses mereka terancam pudar? Barangkali kisah yang di adaptasi dari The Healing Stories karya GW Burns ini,bisa memberikan inspirasi.
Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan.
Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.
Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya. "Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok dan tua," gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank.
"Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno," kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya kekolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar.
Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.
Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu.
Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.
Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.
Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.
Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, "Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?
Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, "Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok dan tua yang kutemukan tadi pagi".
Memang, ada beragam cara menyikapi kehilangan. Semoga kita termasuk orang yang bijak menghadapi kehilangan dan sadar bahwa sukses hanyalah TITIPAN TUHAN. Benar kata orang bijak, manusia tak memiliki apa-apa kecuali pengalaman hidup. Bila Kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan?
SUMBER:Haryanto Kandani - motivatorindonesia.com
Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan.
Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.
Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya. "Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok dan tua," gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank.
"Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno," kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya kekolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar.
Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.
Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu.
Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.
Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.
Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.
Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, "Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?
Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, "Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok dan tua yang kutemukan tadi pagi".
Memang, ada beragam cara menyikapi kehilangan. Semoga kita termasuk orang yang bijak menghadapi kehilangan dan sadar bahwa sukses hanyalah TITIPAN TUHAN. Benar kata orang bijak, manusia tak memiliki apa-apa kecuali pengalaman hidup. Bila Kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan?
SUMBER:Haryanto Kandani - motivatorindonesia.com
Nilai Kehidupan
Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia bisa melewati kesehariannya dengan baik.
Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti.
"Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini," katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.
Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. "Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini."
Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, "Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya."
Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, "Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini."
Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir, "Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain".
Segera timbul kesadaran baru. "Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain".
Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.
Teman-teman yang luar biasa,
Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan menggerutu, mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini (dengan) terasa terbeban dan saat tidak mampu lagi menahan akan memungkinkan kita mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri.
Sebaliknya, kalau kita mampu menyadari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan, tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimisme, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia-manusia lainnya.
Maka, jangan melayani perasaan negatif. Usir segera. Biasakan memelihara pikiran positif, sikap positif, dan tindakan positif. Dengan demikian kita akan menjalani kehidupan ini penuh dengan syukur, semangat, dan sukses luar biasa!
SUMBER: Andrie Wongso - andriewongso.com
Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti.
"Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini," katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.
Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. "Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini."
Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, "Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya."
Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, "Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini."
Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir, "Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain".
Segera timbul kesadaran baru. "Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain".
Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.
Teman-teman yang luar biasa,
Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan menggerutu, mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini (dengan) terasa terbeban dan saat tidak mampu lagi menahan akan memungkinkan kita mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri.
Sebaliknya, kalau kita mampu menyadari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan, tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimisme, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia-manusia lainnya.
Maka, jangan melayani perasaan negatif. Usir segera. Biasakan memelihara pikiran positif, sikap positif, dan tindakan positif. Dengan demikian kita akan menjalani kehidupan ini penuh dengan syukur, semangat, dan sukses luar biasa!
SUMBER: Andrie Wongso - andriewongso.com
Jam Tangan Yang Hilang
Di sebuah desa, terdapat sebuah tempat pemotongan kayu. Di sana, para pria bekerja untuk memotong kayu-kayu yang sangat besar menjadi kayu yang lebih kecil dan bisa dijadikan berbagai benda dan aksesoris rumah tangga. Pada hari yang cerah, seorang tukang potong kayu kehilangan jam tangannya. Dia yakin jam tangan itu terjatuh di atas tumpukan serbuk kayu yang menggunung di bagian lantai tempat pemotongan kayu.
Suasana menjadi ramai. Para pekerja yang lain membantu mencari jam tangan itu. Mereka tahu bahwa sang tukang kayu yang kehilangan jam tangan mendapatkan benda tersebut dari putera semata wayangnya yang bekerja di kota. Menghilangkan benda tersebut tentu akan membuat sang putera kecewa karena ayahnya tidak bisa menjaga benda mahal itu dengan baik. Semua orang mencari, tetapi hingga siang, jam tangan itu tidak ditemukan.
Pada saat jam makan siang, para pekerja ke luar untuk mencari makan. Beberapa di antara mereka menghibur pemotong kayu yang kehilangan jam tangannya, tetapi dia tetap murung dan menyesal karena memakai jam tangan itu saat bekerja. Dia tidak berselera menghabiskan makan siangnya, sehingga dia kembali ke dalam tempat pemotongan kayu untuk mencari jam tangan itu sekali lagi.
Tanpa disadari, di dalam tempat pemotongan kayu ada seorang anak laki-laki yang memberikan sebuah jam tangan pada tukang kayu tersebut. Itu adalah jam tangan yang hilang. Sang pemotong kayu tentu senang dan menanyakan pada anak kecil tersebut, bagaimana dia bisa menemukannya sementara para pekerja telah mencari jam tangan tersebut sepanjang pagi dan tidak menemukannya.
Anak kecil itu menjawab, "Saya hanya diam saja saat Anda kehilangan jam tangan itu dan saat orang-orang mencarinya. Saya menunggu hingga kalian semua meninggalkan tempat ini. Dengan begitu saya dapat menemukan jam tangan Anda hanya dengan mendengar suara tik tok tik tok,"Pria itu tersenyum dan berterima kasih pada anak laki-laki yang memang sering membantu para pekerja untuk menumpuk kayu yang telah di potong.
Kerabat Imelda...saat masalah datang, rasa panik seringkali melanda. Tidak jarang kita meminta bantuan dari banyak pihak dan mereka tidak keberatan untuk membantu kita. Hanya saja, seringkali menyelesaikan masalah bersama-sama dan tanpa pemikiran justru tidak menyelesaikan apapun. Kadang, duduk diam terlebih dahulu dan memikirkan pemecahan masalah akan lebih baik daripada 'mengeroyok' masalah tersebut tanpa pemikiran yang matang. Masalah hanya akan terselesaikan dengan baik melalui pemikiran yang tenang.
SUMBER:kapanlagi.com
Suasana menjadi ramai. Para pekerja yang lain membantu mencari jam tangan itu. Mereka tahu bahwa sang tukang kayu yang kehilangan jam tangan mendapatkan benda tersebut dari putera semata wayangnya yang bekerja di kota. Menghilangkan benda tersebut tentu akan membuat sang putera kecewa karena ayahnya tidak bisa menjaga benda mahal itu dengan baik. Semua orang mencari, tetapi hingga siang, jam tangan itu tidak ditemukan.
Pada saat jam makan siang, para pekerja ke luar untuk mencari makan. Beberapa di antara mereka menghibur pemotong kayu yang kehilangan jam tangannya, tetapi dia tetap murung dan menyesal karena memakai jam tangan itu saat bekerja. Dia tidak berselera menghabiskan makan siangnya, sehingga dia kembali ke dalam tempat pemotongan kayu untuk mencari jam tangan itu sekali lagi.
Tanpa disadari, di dalam tempat pemotongan kayu ada seorang anak laki-laki yang memberikan sebuah jam tangan pada tukang kayu tersebut. Itu adalah jam tangan yang hilang. Sang pemotong kayu tentu senang dan menanyakan pada anak kecil tersebut, bagaimana dia bisa menemukannya sementara para pekerja telah mencari jam tangan tersebut sepanjang pagi dan tidak menemukannya.
Anak kecil itu menjawab, "Saya hanya diam saja saat Anda kehilangan jam tangan itu dan saat orang-orang mencarinya. Saya menunggu hingga kalian semua meninggalkan tempat ini. Dengan begitu saya dapat menemukan jam tangan Anda hanya dengan mendengar suara tik tok tik tok,"Pria itu tersenyum dan berterima kasih pada anak laki-laki yang memang sering membantu para pekerja untuk menumpuk kayu yang telah di potong.
Kerabat Imelda...saat masalah datang, rasa panik seringkali melanda. Tidak jarang kita meminta bantuan dari banyak pihak dan mereka tidak keberatan untuk membantu kita. Hanya saja, seringkali menyelesaikan masalah bersama-sama dan tanpa pemikiran justru tidak menyelesaikan apapun. Kadang, duduk diam terlebih dahulu dan memikirkan pemecahan masalah akan lebih baik daripada 'mengeroyok' masalah tersebut tanpa pemikiran yang matang. Masalah hanya akan terselesaikan dengan baik melalui pemikiran yang tenang.
SUMBER:kapanlagi.com
Kenangan Akan Menghapus Rasa Kehilangan
Ketika seseorang yang Anda cintai, pasangan, keluarga, atau sahabat pergi untuk selamanya, maka Anda juga akan merasa kehilangan segalanya. Sebuah perasaan yang wajar dan akan hadir pada setiap manusia. Berbagai kenangan yang dia tinggalkan seolah bisa menjadi sebuah magnet agar Anda kembali teringat akan sosoknya yang telah tidak bisa Anda jangkau. Menangis, menangis dan menangis...
Tidak salah jika saat kehilangan itu terjadi, Anda menangis, kehilangan dan merasa hancur. Tetapi Anda tidak benar-benar kehilangan dia, dan segala sesuatu tetap berjalan seperti biasanya. Menurut Thomas Attig, Ph.D, kejadian kehilangan seseorang yang dicintai akan membuat Anda semakin terikat dengan dia yang telah pergi, karena kenangan yang dia tinggalkan masih ada bersama Anda.
Sekalipun rasa sedih itu wajar, tetapi membiarkan diri Anda dirundung duka yang sangat lama tidak baik. Bahkan dia yang telah meninggalkan Anda bisa ikut mencemaskan kesedihan Anda. Inilah beberapa cara yang diberikan Thomas Attig untuk membantu Anda agar rela melepas kepergian orang yang sangat Anda cintai. Cara terbaik untuk melepasnya, adalah dengan memanfaatkan kenangan saat Anda bersamanya.
PERTAMA: Belajar Mencintainya Dalam Ketidakadaan.
Pada saat dia masih hidup, Anda tidak setiap hari selama 24 jam berada dekat dengannya, tetapi saat dia pergi, Anda masih tetap akan terhubung dengannya sekalipun dalam kenyataan dia sudah tidak bersama Anda.
KEDUA: Belajar Untuk Tidak Takut Menceritakan Kenangan
Terus.
terus mengingat kenangan bersamanya memang bisa membuat Anda makin sedih. tapi sebenarnya tidak demikian. Saat kondisi Anda sudah lebih baik dan dapat menahan air mata, Anda bisa menceritakan pada orang lain mengenai kenangan bahagia yang pernah Anda lakukan bersamanya. Dengan begitu, Anda akan merasakan lagi kehadirannya, kehangatannya dan juga senyumnya.
KETIGA: Belajar Untuk Mengingat Apa Yang Telah Dia Berikan
Bukan dalam bentuk barang, tetapi pengaruh.
Semua orang akan mempengaruhi kehidupan Anda, terlebih lagi pada orang yang Anda cintai. Ingat kembali kenangan itu dan jadikan sebagai rasa terima kasih. Apa yang telah dia berikan tetap hadir pada kehidupan Anda yang masih harus dilalui hingga batas yang tidak dapat ditentukan.
KEEMPAT: Belajar Untuk Melihat Kembali Barang-Barang Miliknya.
Ini mungkin akan menjadi bagian yang lebih sulit, saat Anda melihat kembali barang-barang yang dia miliki. Membuang barang orang yang telah pergi sebenarnya tidak membantu banyak untuk melupakannya, toh Anda tidak akan pernah melupakan dia yang telah pergi karena ingatan itu masih berada di dalam kepala Anda. Thomas Attig justru menyarankan Anda untuk menulis ulang kenangan bersamanya saat Anda melihat barang yang dia miliki.
SUMBER:kapanlagi.com
Tidak salah jika saat kehilangan itu terjadi, Anda menangis, kehilangan dan merasa hancur. Tetapi Anda tidak benar-benar kehilangan dia, dan segala sesuatu tetap berjalan seperti biasanya. Menurut Thomas Attig, Ph.D, kejadian kehilangan seseorang yang dicintai akan membuat Anda semakin terikat dengan dia yang telah pergi, karena kenangan yang dia tinggalkan masih ada bersama Anda.
Sekalipun rasa sedih itu wajar, tetapi membiarkan diri Anda dirundung duka yang sangat lama tidak baik. Bahkan dia yang telah meninggalkan Anda bisa ikut mencemaskan kesedihan Anda. Inilah beberapa cara yang diberikan Thomas Attig untuk membantu Anda agar rela melepas kepergian orang yang sangat Anda cintai. Cara terbaik untuk melepasnya, adalah dengan memanfaatkan kenangan saat Anda bersamanya.
PERTAMA: Belajar Mencintainya Dalam Ketidakadaan.
Pada saat dia masih hidup, Anda tidak setiap hari selama 24 jam berada dekat dengannya, tetapi saat dia pergi, Anda masih tetap akan terhubung dengannya sekalipun dalam kenyataan dia sudah tidak bersama Anda.
KEDUA: Belajar Untuk Tidak Takut Menceritakan Kenangan
Terus.
terus mengingat kenangan bersamanya memang bisa membuat Anda makin sedih. tapi sebenarnya tidak demikian. Saat kondisi Anda sudah lebih baik dan dapat menahan air mata, Anda bisa menceritakan pada orang lain mengenai kenangan bahagia yang pernah Anda lakukan bersamanya. Dengan begitu, Anda akan merasakan lagi kehadirannya, kehangatannya dan juga senyumnya.
KETIGA: Belajar Untuk Mengingat Apa Yang Telah Dia Berikan
Bukan dalam bentuk barang, tetapi pengaruh.
Semua orang akan mempengaruhi kehidupan Anda, terlebih lagi pada orang yang Anda cintai. Ingat kembali kenangan itu dan jadikan sebagai rasa terima kasih. Apa yang telah dia berikan tetap hadir pada kehidupan Anda yang masih harus dilalui hingga batas yang tidak dapat ditentukan.
KEEMPAT: Belajar Untuk Melihat Kembali Barang-Barang Miliknya.
Ini mungkin akan menjadi bagian yang lebih sulit, saat Anda melihat kembali barang-barang yang dia miliki. Membuang barang orang yang telah pergi sebenarnya tidak membantu banyak untuk melupakannya, toh Anda tidak akan pernah melupakan dia yang telah pergi karena ingatan itu masih berada di dalam kepala Anda. Thomas Attig justru menyarankan Anda untuk menulis ulang kenangan bersamanya saat Anda melihat barang yang dia miliki.
SUMBER:kapanlagi.com
Sekarang dan Esok, Bukan Dulu
Seringkali Anda terbangun di tengah malam karena mimpi yang begitu menakutkan. Atau malah Anda sulit tidur tanpa alasan yang jelas. Resah dan gelisah akrab dalam setiap detik yang Anda lewati.
Apa sih yang menyebabkan Anda selalu resah? Ah! Jawabannya adalah masa lalu. iya kan?! Kenapa masa lalu? Karena Anda sulit untuk lepas dari belenggu di masa lalu, yang membuat Anda tak tenang. Mungkin ada suatu masalah yang selalu menari-nari di dalam pikiran Anda, sehingga sampai saat inipun Anda merasa resah.
Hei, wake up! Lihat ke arah jam, jarum jam selalu berputar ke kanan. Itu berarti waktu semakin maju, bukan mundur. Lalu kenapa harus ada penyesalan dan kegelisahan di setiap waktu Anda yang berharga itu?
Sekarang lihatlah ke cermin. Apa yang Anda lihat? Wajah cantik tanpa senyum. Lalu apa jadinya wajah cantik itu sekarang? Ah tidak! Kecantikannya mulai luntur. Semua wanita pasti bingung sendiri jika kecantikannya luntur, berbagai usaha dilakukan agar ia tetap cantik. Anda juga terlihat bingung sekarang. Jadi mengapa senyum itu harus hilang dari wajah Anda?
Rahasia kecantikan setiap wanita adalah tebaran senyum di setiap pesonanya. Binar mata memandang jauh ke depan. Langkah bebas dan ringan meninggalkan bayang-bayang masa lalu menjadi wanita terindah sepanjang waktu.
Kerabat Imelda, Anda tidak bisa terus hidup di masa lalu. Tidak ada yang dapat Anda lakukan untuk mengubah masa lalu. Ada hal yang lebih penting dari itu. Ya! Ada masa depan yang menanti Anda, dan masa sekarang yang sedang Anda jalani. Do better and get the best!
SUMBER:Agatha Yunita - kapanlagi.com
Apa sih yang menyebabkan Anda selalu resah? Ah! Jawabannya adalah masa lalu. iya kan?! Kenapa masa lalu? Karena Anda sulit untuk lepas dari belenggu di masa lalu, yang membuat Anda tak tenang. Mungkin ada suatu masalah yang selalu menari-nari di dalam pikiran Anda, sehingga sampai saat inipun Anda merasa resah.
Hei, wake up! Lihat ke arah jam, jarum jam selalu berputar ke kanan. Itu berarti waktu semakin maju, bukan mundur. Lalu kenapa harus ada penyesalan dan kegelisahan di setiap waktu Anda yang berharga itu?
Sekarang lihatlah ke cermin. Apa yang Anda lihat? Wajah cantik tanpa senyum. Lalu apa jadinya wajah cantik itu sekarang? Ah tidak! Kecantikannya mulai luntur. Semua wanita pasti bingung sendiri jika kecantikannya luntur, berbagai usaha dilakukan agar ia tetap cantik. Anda juga terlihat bingung sekarang. Jadi mengapa senyum itu harus hilang dari wajah Anda?
Rahasia kecantikan setiap wanita adalah tebaran senyum di setiap pesonanya. Binar mata memandang jauh ke depan. Langkah bebas dan ringan meninggalkan bayang-bayang masa lalu menjadi wanita terindah sepanjang waktu.
Kerabat Imelda, Anda tidak bisa terus hidup di masa lalu. Tidak ada yang dapat Anda lakukan untuk mengubah masa lalu. Ada hal yang lebih penting dari itu. Ya! Ada masa depan yang menanti Anda, dan masa sekarang yang sedang Anda jalani. Do better and get the best!
SUMBER:Agatha Yunita - kapanlagi.com
Apa Arti Sebuah Keberhasilan Tanpa Kegagalan!
Kata "Berhasil dan Gagal" diibaratkan sebagai makanan pokok manusia. Kata tersebut yang mencetuskan peribahasa "makan garam" yaitu sebutan bagi orang yang telah berpengalaman menjalani hidupnya. Kegagalan adalah proses berkali-kali menuju keberhasilan, sedangkan parameter keberhasilan adalah tercapainya apa-apa yang diinginkan. Thomas Edison tak luput dari kegagalan dibalik keberhasilannya dalam menemukan lampu. Orang yang sukses adalah orang yang mau berubah karena orang yang sukses bersedia berkorban jiwa dan raga untuk menemukan seribu cara untuk gagal. Kegagalan yang tidak boleh terulang untuk yang kesekian kalinya. Mereka memiliki tekad yang gigih untuk meraih apa yang diinginkan mereka. Seperti pepatah mengatakan bahwa berakit rakitlah ke hulu, berenang kemudian yang berarti bersakit sakit dahulu, bersenang senang kemudian. Peribahasa itulah yang cocok untuk istilah Gagal dan Sukses.
Kata yang bisa memotivasi saya kembali adalah “Do it repeatly” yang sering diucap berkali kali. Saya tak pernah melihat buah, buah ibarat bonus bagi saya. Hal terpenting adalah proses menuju kesuksesan. Jangan pernah berhenti pada kegagalan yang ke-1000 kalinya, karena yang ke-1001 kalinya adalah kesuksesan anda. Jika anda berhenti, maka anda akan menyesal selama lamanya. Itulah yang disebut dengan fokus pada mimpi indah, tujuan hidup atau impian anda sendiri. Jangan pernah menyesali apa yang tidak ada pada diri terlebihapa apa yang tidak tercatat pada rincian mimpi anda. Dan jangan meremehkan satu atau dua langkah anda, karena tanpa satu atau dua langkah, takkan pernah ada seribu langkah anda.
Syukurilah apa yang ada, karena hidup adalah anugrah terindah dari Tuhan. Anda harus yakin bahwa apapun yang diberikan Tuhan. pada kita adalah yang terbaik bagi kita semua. Anda tidak akan pernah menyadari bahwa yang tadinya ulat berbulu, kini menjadi kupu kupu indah yang terbang leluasa. Anda juga tidak pernah menyadari bahwa kaktus dan pohon mawar yang awalnya berduri kini mengembang bunganya. Bunga yang indah yang dihinggapi kupu kupu cantik. Itulah makna dari sebuah kegagalan dan kesuksesan.
SUMBER:Muhammad Heru Baskoro- kulinet.com
Kata yang bisa memotivasi saya kembali adalah “Do it repeatly” yang sering diucap berkali kali. Saya tak pernah melihat buah, buah ibarat bonus bagi saya. Hal terpenting adalah proses menuju kesuksesan. Jangan pernah berhenti pada kegagalan yang ke-1000 kalinya, karena yang ke-1001 kalinya adalah kesuksesan anda. Jika anda berhenti, maka anda akan menyesal selama lamanya. Itulah yang disebut dengan fokus pada mimpi indah, tujuan hidup atau impian anda sendiri. Jangan pernah menyesali apa yang tidak ada pada diri terlebihapa apa yang tidak tercatat pada rincian mimpi anda. Dan jangan meremehkan satu atau dua langkah anda, karena tanpa satu atau dua langkah, takkan pernah ada seribu langkah anda.
Syukurilah apa yang ada, karena hidup adalah anugrah terindah dari Tuhan. Anda harus yakin bahwa apapun yang diberikan Tuhan. pada kita adalah yang terbaik bagi kita semua. Anda tidak akan pernah menyadari bahwa yang tadinya ulat berbulu, kini menjadi kupu kupu indah yang terbang leluasa. Anda juga tidak pernah menyadari bahwa kaktus dan pohon mawar yang awalnya berduri kini mengembang bunganya. Bunga yang indah yang dihinggapi kupu kupu cantik. Itulah makna dari sebuah kegagalan dan kesuksesan.
SUMBER:Muhammad Heru Baskoro- kulinet.com
Pelangkah
“Kak Nadia mau pelangkah apa?”
Pertanyaan sederhana itu meluncur dari bibir Kania, adik Nadia. Biar sederhana, tapi cukup membuat hati Nadia bagai disambar geledek. Nadia melemparkan pandangan tidak bertanya-tanya kepada Kania. Kania langsung merasa tidak enak. Hal seperti ini pastinya sangat sensitif bagi Nadia. Didahului menikah, atau dilangkahi, oleh adik perempuan, seolah menjadi semacam aib tersendiri bagi perempuan seperti Nadia. Umur 28 tahun, pekerjaan cukup bagus, kekasih pun sebenarnya ada – hanya saja masih belum pasti.
Kedekatan Kania dengan Edo selama 6 bulan terakhir ini sebenarnya cukup membuat hati Nadia was-was. Edo mirip Raka, kekasih Nadia. Tipe pria yang serius dalam menjalin hubungan. Tipe pria yang begita pacaran tujuannya langsung melompat ke arah pernikahan. Tapi, Edo ada di sini. Sedangkan Raka, menunda pernikahan itu karena harus pergi ke London mengejar gelar doktor.
“Handphone boleh?” jawab Nadia asal-asalan.“Gak mobil aja sekalian?” balas Kania, sewot.“Boleh juga, kalo bisa.” Nadia makin asal.
“Mama gak suka deh, kalo ada yang minta-minta begitu.” Mama mereka berdua nimbrung, mendengar percakapan dua anak gadisnya itu.“Ya kan, becanda aja, Ma.” Nadia meralat jawabannya tadi. Lalu, terdiam sebentar sebelum melanjutkan, “Ya terserah aja, lah. Aku gak ngerti, Ma.”
Beberapa hari yang lalu mama mengajaknya berbicara soal hal ini. Nadia hanya bisa bilang, “Aku gak pa-pa, Ma. Gak masalah koq.”
Entahlah… di luar ia berusaha tegar, tapi di dalam hatinya, ia agak sedih. Bukan sedih karena Kania akan melangkahinya, tapi sedih – atau tepatnya takut – dengan omongan orang di luar. “Aku tidak mau dikasihani,” selalu Nadia bertekad dalam hati. “Aku harus kuat. Gak masalah kan? Banyak teman-temanku yang juga belum menikah, meski umurnya sudah 30 tahunan.”
Di hari pertunangan Kania dan Edo, Nadia pura-pura tidak tahu apa yang akan diberikan Kania sebagai pelangkah. Beberapa hari yang lalu, tidak sengaja Nadia menemukan sebuah kotak cantik, dan membukanya untuk melihat apa isinya. Ia sempat tercekat. “Akhirnya… semua ini benar…”
Om Indra menyerahkan selembar kertas kecil. Dengan bingung Nadia menatap kertas itu. Om Indra hanya bilang, “Dihafal ya.” Nadia membuka lipatan kertas itu. Ia hanya bisa mendesah dalam hati, dan pelan-pelan mulai menghafal tulisan yang ada di kertas itu.
Tibalah saatnya. Rombongan keluarga Edo pun datang, membawa belasan keranjang seserahan. Diawali dengan perkenalan, akhirnya Kania keluar dari kamarnya. Terbalut kebaya warna merah muda, Kania tampak cantik. Sekuntum bunga mawar yang masih agak kuncup menghias sanggulnya.
Kania duduk di depan Nadia. Ia punya berucap dengan pelan, “Kak Nadia, Kania mohon doa restu. Semoga Kak Nadia bisa menyusul langkah kami berdua. Insya Allah.”
Nadia membalas ucapan adiknya, kata-kata yang sudah dihafalnya dari tadi. Dengan hati berdebar, dan dalam hati ia berkata, “Aku gak boleh nangis. Jangan sampai orang mensalahtafsirkan aku sedih karena dilangkahi.” Dengan suara pelan tapi tegas, Nadia berkata, “Kakak merestui langkah kalian berdua. Do’akan Kakak semoga, Insya Allah, Kakak bisa menyusul langkah kalian berdua.”
Kania menyerahkan sebuah kotak putih yang cantik, yang berisi bahan kebaya brokat warna merah dan kain sutera juga berwarna merah sebagai pelangkah.
Sisa acara itu dilewati Nadia dengan rasa tersiksa. “Ternyata gak semudah itu. Kenapa semua orang berpikir aku sedih. Kalo mereka tau aku sedih, ya sudah lah… gak perlu dibahas. Gak perlu tanya-tanya, kapan nyusul? Gak usah sok perhatian…!!” Nadia serasa mau menjerit menjawab pertanyaan para nenek dan saudara-saudara yang lain, yang terkesan usil baginya.
“Aku gak sedih…!!” Nadia menjerit marah dalam hatinya. “Kalau aku diam, itu karena aku malas menanggapi ucapan-ucapan kalian!”
Seseorang menepuk bahunya. Nadia tersentak, tersadar dari lamunannya yang penuh kemarahan. Ternyata Nenek Raya, nenek yang paling usil, yang suka mengajukan pertanyaan yang tidak penting. Dan benar saja, beliau bertanya, “Jadi kapan nih, nyusul? Nanti ketinggalan kereta lho!” Nadia hanya bisa tersenyum pasrah menanggapi pertanyaan sang Nenek, tapi dalam hati…
Deg… jantung Nadia rasanya mau jatuh ke tanah… “Ketinggalan kereta? Ke-ting-ga-lan-ke-re-ta-?” Nadia mengeja, mencerna pertanyaan Nenek Raya. Tak urung hatinya langsung sedih, teringat teman-teman kuliah, smu, smp yang sebagian sudah berkeluarga, bahkan ada yang sudah punya tiga orang anak. Email-email di milis jurusannya di universitas tidak lagi memberi kabar si A akan menikah, si B akan menikah – ah.. sudah semakin jarang email berita pernikahan – tapi yang sering, si A baru punya anak pertama, si B baru punya anak ke dua, atau si C baru punya anak ketiga. Sementara dirinya… masih begini-begini saja. Inilah yang kadang membuatnya malas berkumpul dengan teman-teman sekampusnya dulu.
Tiba-tiba, lagi-lagi pundak Nadia ditepuk, kali ini oleh Om Indra. Pandangan mata Om Indra yang menunjukkan rasa prihatin, pengertian. Nadia tersenyum. Sementara Om Indra berkata, “Udah. Cuekin aja. Masuk kuping kanan, keluar kuping kiri aja.” Om Indra memang om yang paling doyan becanda dan dekat dengan keponakan-keponakannya.
Nadia tersenyum miris, “Gak ada yang tahu kan apa yang sebenarnya aku rasakan? Gak ada yang tahu. Tapi, semua sok tahu.”
Dan hari ini… hari bahagia untuk Kania dan Edo. Di acara akad nikah, Nadia memakai baju kebaya brokat merah, bahan pemberian Kania sebagai pelangkah. Nadia ikut tersenyum lega dan haru, melihat adiknya sekarang sudah menjadi seorang istri. Tak pernah ada bayangan di benak Nadia kalau Kania akan menikah lebih dulu. Teringat periswtiwa lima tahun yang lalu, ketika acara lamaran Kak Tiara, kakak perempuan Nadia dan Kania. Salah seorang tante mereka bertanya, “Abis ini siapa nih?” Spontan Nadia menunjuk ke arah Kania yang berdiri di sebelahnya. Dan ternyata…
Tuhan melihat ‘candaan’ Nadia dan ‘mengabulkan’ candaan itu.
Sebait do’a dibisikkan dalam hati, “Ya Tuhan, ijinkan aku merasakan kebahagiaan yang sama dengan Kania.”
SUMBER: Ferina - perempuan.com
Pertanyaan sederhana itu meluncur dari bibir Kania, adik Nadia. Biar sederhana, tapi cukup membuat hati Nadia bagai disambar geledek. Nadia melemparkan pandangan tidak bertanya-tanya kepada Kania. Kania langsung merasa tidak enak. Hal seperti ini pastinya sangat sensitif bagi Nadia. Didahului menikah, atau dilangkahi, oleh adik perempuan, seolah menjadi semacam aib tersendiri bagi perempuan seperti Nadia. Umur 28 tahun, pekerjaan cukup bagus, kekasih pun sebenarnya ada – hanya saja masih belum pasti.
Kedekatan Kania dengan Edo selama 6 bulan terakhir ini sebenarnya cukup membuat hati Nadia was-was. Edo mirip Raka, kekasih Nadia. Tipe pria yang serius dalam menjalin hubungan. Tipe pria yang begita pacaran tujuannya langsung melompat ke arah pernikahan. Tapi, Edo ada di sini. Sedangkan Raka, menunda pernikahan itu karena harus pergi ke London mengejar gelar doktor.
“Handphone boleh?” jawab Nadia asal-asalan.“Gak mobil aja sekalian?” balas Kania, sewot.“Boleh juga, kalo bisa.” Nadia makin asal.
“Mama gak suka deh, kalo ada yang minta-minta begitu.” Mama mereka berdua nimbrung, mendengar percakapan dua anak gadisnya itu.“Ya kan, becanda aja, Ma.” Nadia meralat jawabannya tadi. Lalu, terdiam sebentar sebelum melanjutkan, “Ya terserah aja, lah. Aku gak ngerti, Ma.”
Beberapa hari yang lalu mama mengajaknya berbicara soal hal ini. Nadia hanya bisa bilang, “Aku gak pa-pa, Ma. Gak masalah koq.”
Entahlah… di luar ia berusaha tegar, tapi di dalam hatinya, ia agak sedih. Bukan sedih karena Kania akan melangkahinya, tapi sedih – atau tepatnya takut – dengan omongan orang di luar. “Aku tidak mau dikasihani,” selalu Nadia bertekad dalam hati. “Aku harus kuat. Gak masalah kan? Banyak teman-temanku yang juga belum menikah, meski umurnya sudah 30 tahunan.”
Di hari pertunangan Kania dan Edo, Nadia pura-pura tidak tahu apa yang akan diberikan Kania sebagai pelangkah. Beberapa hari yang lalu, tidak sengaja Nadia menemukan sebuah kotak cantik, dan membukanya untuk melihat apa isinya. Ia sempat tercekat. “Akhirnya… semua ini benar…”
Om Indra menyerahkan selembar kertas kecil. Dengan bingung Nadia menatap kertas itu. Om Indra hanya bilang, “Dihafal ya.” Nadia membuka lipatan kertas itu. Ia hanya bisa mendesah dalam hati, dan pelan-pelan mulai menghafal tulisan yang ada di kertas itu.
Tibalah saatnya. Rombongan keluarga Edo pun datang, membawa belasan keranjang seserahan. Diawali dengan perkenalan, akhirnya Kania keluar dari kamarnya. Terbalut kebaya warna merah muda, Kania tampak cantik. Sekuntum bunga mawar yang masih agak kuncup menghias sanggulnya.
Kania duduk di depan Nadia. Ia punya berucap dengan pelan, “Kak Nadia, Kania mohon doa restu. Semoga Kak Nadia bisa menyusul langkah kami berdua. Insya Allah.”
Nadia membalas ucapan adiknya, kata-kata yang sudah dihafalnya dari tadi. Dengan hati berdebar, dan dalam hati ia berkata, “Aku gak boleh nangis. Jangan sampai orang mensalahtafsirkan aku sedih karena dilangkahi.” Dengan suara pelan tapi tegas, Nadia berkata, “Kakak merestui langkah kalian berdua. Do’akan Kakak semoga, Insya Allah, Kakak bisa menyusul langkah kalian berdua.”
Kania menyerahkan sebuah kotak putih yang cantik, yang berisi bahan kebaya brokat warna merah dan kain sutera juga berwarna merah sebagai pelangkah.
Sisa acara itu dilewati Nadia dengan rasa tersiksa. “Ternyata gak semudah itu. Kenapa semua orang berpikir aku sedih. Kalo mereka tau aku sedih, ya sudah lah… gak perlu dibahas. Gak perlu tanya-tanya, kapan nyusul? Gak usah sok perhatian…!!” Nadia serasa mau menjerit menjawab pertanyaan para nenek dan saudara-saudara yang lain, yang terkesan usil baginya.
“Aku gak sedih…!!” Nadia menjerit marah dalam hatinya. “Kalau aku diam, itu karena aku malas menanggapi ucapan-ucapan kalian!”
Seseorang menepuk bahunya. Nadia tersentak, tersadar dari lamunannya yang penuh kemarahan. Ternyata Nenek Raya, nenek yang paling usil, yang suka mengajukan pertanyaan yang tidak penting. Dan benar saja, beliau bertanya, “Jadi kapan nih, nyusul? Nanti ketinggalan kereta lho!” Nadia hanya bisa tersenyum pasrah menanggapi pertanyaan sang Nenek, tapi dalam hati…
Deg… jantung Nadia rasanya mau jatuh ke tanah… “Ketinggalan kereta? Ke-ting-ga-lan-ke-re-ta-?” Nadia mengeja, mencerna pertanyaan Nenek Raya. Tak urung hatinya langsung sedih, teringat teman-teman kuliah, smu, smp yang sebagian sudah berkeluarga, bahkan ada yang sudah punya tiga orang anak. Email-email di milis jurusannya di universitas tidak lagi memberi kabar si A akan menikah, si B akan menikah – ah.. sudah semakin jarang email berita pernikahan – tapi yang sering, si A baru punya anak pertama, si B baru punya anak ke dua, atau si C baru punya anak ketiga. Sementara dirinya… masih begini-begini saja. Inilah yang kadang membuatnya malas berkumpul dengan teman-teman sekampusnya dulu.
Tiba-tiba, lagi-lagi pundak Nadia ditepuk, kali ini oleh Om Indra. Pandangan mata Om Indra yang menunjukkan rasa prihatin, pengertian. Nadia tersenyum. Sementara Om Indra berkata, “Udah. Cuekin aja. Masuk kuping kanan, keluar kuping kiri aja.” Om Indra memang om yang paling doyan becanda dan dekat dengan keponakan-keponakannya.
Nadia tersenyum miris, “Gak ada yang tahu kan apa yang sebenarnya aku rasakan? Gak ada yang tahu. Tapi, semua sok tahu.”
Dan hari ini… hari bahagia untuk Kania dan Edo. Di acara akad nikah, Nadia memakai baju kebaya brokat merah, bahan pemberian Kania sebagai pelangkah. Nadia ikut tersenyum lega dan haru, melihat adiknya sekarang sudah menjadi seorang istri. Tak pernah ada bayangan di benak Nadia kalau Kania akan menikah lebih dulu. Teringat periswtiwa lima tahun yang lalu, ketika acara lamaran Kak Tiara, kakak perempuan Nadia dan Kania. Salah seorang tante mereka bertanya, “Abis ini siapa nih?” Spontan Nadia menunjuk ke arah Kania yang berdiri di sebelahnya. Dan ternyata…
Tuhan melihat ‘candaan’ Nadia dan ‘mengabulkan’ candaan itu.
Sebait do’a dibisikkan dalam hati, “Ya Tuhan, ijinkan aku merasakan kebahagiaan yang sama dengan Kania.”
SUMBER: Ferina - perempuan.com
Kebiasaan Konsisten
Konsisten bukan sekadar berbuat sesuatu secara terus-menerus dan berkelanjutan. Dengan semangat yang membaja, konsistensi akan jadi kekuatan yang mampu mendobrak segala ujian kehidupan.
Konsisten mengandung ketetapan hati terhadap apa pun yang diyakini, dilakukan, dan diperjuangkan. Kebiasaan konsisten akan menjadi landasan untuk bergerak maju dan terus maju, meski segala macam halangan dan tantangan menghadang.http://www.blogger.com/img/blank.gif
Dengan kekuatan konsistensi, orang akan selalu fokus untuk mengejar impian, bahkan bagi yang dianggap mustahil sekali pun. Konsistensi akan menjaga langkah agar terus maju mencapai tujuan yang diharapkan.
Tentu, bukan sekadar dengan konsisten kita akan langsung sukses! Namun, konsisten pada kebenaran, konsisten dengan penuh ketekunan, konsisten dengan segala daya dan upaya perjuangan, konsisten dengan apa yang telah jadi tujuan, akan membuka setiap pintu sukses di depan. Terus berjuang, terus berkarya, terus bergerak maju. Maka, konsistensi kita akan mengantarkan pada pintu kemenangan yang kita dambakan.
SUMBER: Andrie Wongso - andriewongso.com
Konsisten mengandung ketetapan hati terhadap apa pun yang diyakini, dilakukan, dan diperjuangkan. Kebiasaan konsisten akan menjadi landasan untuk bergerak maju dan terus maju, meski segala macam halangan dan tantangan menghadang.http://www.blogger.com/img/blank.gif
Dengan kekuatan konsistensi, orang akan selalu fokus untuk mengejar impian, bahkan bagi yang dianggap mustahil sekali pun. Konsistensi akan menjaga langkah agar terus maju mencapai tujuan yang diharapkan.
Tentu, bukan sekadar dengan konsisten kita akan langsung sukses! Namun, konsisten pada kebenaran, konsisten dengan penuh ketekunan, konsisten dengan segala daya dan upaya perjuangan, konsisten dengan apa yang telah jadi tujuan, akan membuka setiap pintu sukses di depan. Terus berjuang, terus berkarya, terus bergerak maju. Maka, konsistensi kita akan mengantarkan pada pintu kemenangan yang kita dambakan.
SUMBER: Andrie Wongso - andriewongso.com
Mengampuni Memaafkan dan Melupakan
Setiap orang yang pernah terluka hatinya pasti akan mempunyai perasaan marah, sakit hati, dendam, benci, kecewa, dan lain-lain. Bagaimana kita mampu mengatasi semua perasaan itu kalau kita selalu mengingat bagaimana seseorang telah mengecewakan dan menyakiti hati kita? Apa yang harus dilakukan untuk memaafkannya dan melupakannya? Di saat menangis karena hati terluka, bisakah kita menahan emosi untuk tidak meluapkannya pada orang yang menyakiti hati kita?
Hati bisa kita umpamakan seperti gelas kaca yang harus selalu dijaga, dipegang hati-hati agar tidak jatuh dan pecah. Tetapi bila gelas kaca itu jatuh dan pecah mungkin perlu usaha ekstra untuk mengumpulkan pecahannya dan memperbaikinya kembali dengan segala cara agar terlihat sempurna. Teman, sesempurna apapun usaha yang kita lakukan untuk mengembalikan gelas itu utuh kembali, pasti akan tetap terlihat bekas-bekas keretakan yang ada, dan tidak akan pernah kembali utuh dan indah.
Saya mempunyai seorang teman yang dikecewakan oleh orang lain dan dia sudah memaafkan orang itu tetapi belum bisa melupakan kesalahan yang dibuat temannya itu. Apakah ini bisa dinamakan benar-benar memaafkan? Menurut saya ini tidak bisa di sebut dengan memaafkan. Ketika kita memaafkan seseorang maka kita akan melupakan 100 persen kesalahan yang dibuat orang itu terhadap kita. Kata memaafkan tidak mengenal kata "meskipun". Contohnya seperti ini: "Saya mau berteman denganmu kembali MESKIPUN kamu pernah menyakiti saya." Ketika seseorang mengucapkan kalimat seperti itu itu berarti dia belum bisa melupakan kesalahan yang pernah dibuat orang lain terhadap dirinya. Memaafkan berarti kita sudah melupakan dan tidak akan pernah menyinggung kembali kesalahan yang dibuat oleh orang lain terhadap kita dalam kondisi apapun itu.
Mengampuni dan melupakan merupakan bagian yang tak terpisahan. Pertimbangkanlah sungguh-sungguh keputusan yang anda ambil hari ini, karena yang bertanggung jawab atas hari esok kita adalah keputusan kita hari ini. Melupakan adalah proses dari mengampuni, jadi tidak mungkin kita mengampuni tapi tidak melupakan. Melupakan memang butuh proses, proses melupakan bisa kita umpamakan dengan bekas luka. Kalau tangan kita teriris pisau, pasti sakit dan menimbulkan luka. Ketika dalam proses penyembuhan kita tekan luka tersebut pasti akan mengeluarkan darah lagi. Tapi kalau sudah kering dan sembuh benar, kemudian kita tekan bekas luka tersebut apakah masih berdarah ? Tentu tidak
Demikian pula dalam proses melupakan. Mungkin anda masih ingat dan tahu perbuatan "dia" terhadap "anda" tetapi ketika "anda" mengingat lagi perbuatan "dia" atas "anda" apakah anda masih marah / sinis / sakit hati / bahkan dendam? Kalau iya berarti "anda" belum melupakan kesalahan "dia" (ibarat luka kalo ditekan masih berdarah). Tetapi jika 'anda" mengingat perbuatan "dia" namun tidak ada rasa marah, sinis, sakit hati atau dendam, maka berarti "anda" sudah melupakan. Bekas tetap ada, tapi tidak berdarah lagi.
Sudahkan anda meminta maaf kepada orang yang anda kecewakan/sakiti? Atau sudahkan anda memberikan maaf dan melupakan kesalahan orang yang pernah mengecewakan anda? Kalau belum segera lakukan sekarang sebelum anda kehilangan orang itu selamanya. Semoga bermanfaat!
SUMBER: dari milis motivasi
Hati bisa kita umpamakan seperti gelas kaca yang harus selalu dijaga, dipegang hati-hati agar tidak jatuh dan pecah. Tetapi bila gelas kaca itu jatuh dan pecah mungkin perlu usaha ekstra untuk mengumpulkan pecahannya dan memperbaikinya kembali dengan segala cara agar terlihat sempurna. Teman, sesempurna apapun usaha yang kita lakukan untuk mengembalikan gelas itu utuh kembali, pasti akan tetap terlihat bekas-bekas keretakan yang ada, dan tidak akan pernah kembali utuh dan indah.
Saya mempunyai seorang teman yang dikecewakan oleh orang lain dan dia sudah memaafkan orang itu tetapi belum bisa melupakan kesalahan yang dibuat temannya itu. Apakah ini bisa dinamakan benar-benar memaafkan? Menurut saya ini tidak bisa di sebut dengan memaafkan. Ketika kita memaafkan seseorang maka kita akan melupakan 100 persen kesalahan yang dibuat orang itu terhadap kita. Kata memaafkan tidak mengenal kata "meskipun". Contohnya seperti ini: "Saya mau berteman denganmu kembali MESKIPUN kamu pernah menyakiti saya." Ketika seseorang mengucapkan kalimat seperti itu itu berarti dia belum bisa melupakan kesalahan yang pernah dibuat orang lain terhadap dirinya. Memaafkan berarti kita sudah melupakan dan tidak akan pernah menyinggung kembali kesalahan yang dibuat oleh orang lain terhadap kita dalam kondisi apapun itu.
Mengampuni dan melupakan merupakan bagian yang tak terpisahan. Pertimbangkanlah sungguh-sungguh keputusan yang anda ambil hari ini, karena yang bertanggung jawab atas hari esok kita adalah keputusan kita hari ini. Melupakan adalah proses dari mengampuni, jadi tidak mungkin kita mengampuni tapi tidak melupakan. Melupakan memang butuh proses, proses melupakan bisa kita umpamakan dengan bekas luka. Kalau tangan kita teriris pisau, pasti sakit dan menimbulkan luka. Ketika dalam proses penyembuhan kita tekan luka tersebut pasti akan mengeluarkan darah lagi. Tapi kalau sudah kering dan sembuh benar, kemudian kita tekan bekas luka tersebut apakah masih berdarah ? Tentu tidak
Demikian pula dalam proses melupakan. Mungkin anda masih ingat dan tahu perbuatan "dia" terhadap "anda" tetapi ketika "anda" mengingat lagi perbuatan "dia" atas "anda" apakah anda masih marah / sinis / sakit hati / bahkan dendam? Kalau iya berarti "anda" belum melupakan kesalahan "dia" (ibarat luka kalo ditekan masih berdarah). Tetapi jika 'anda" mengingat perbuatan "dia" namun tidak ada rasa marah, sinis, sakit hati atau dendam, maka berarti "anda" sudah melupakan. Bekas tetap ada, tapi tidak berdarah lagi.
Sudahkan anda meminta maaf kepada orang yang anda kecewakan/sakiti? Atau sudahkan anda memberikan maaf dan melupakan kesalahan orang yang pernah mengecewakan anda? Kalau belum segera lakukan sekarang sebelum anda kehilangan orang itu selamanya. Semoga bermanfaat!
SUMBER: dari milis motivasi
Siput Kecil dan Pohon Ceri
Pada suatu hari yang cerah, seekor siput kecil berniat memanjat pohon ceri yang sangat tinggi. Dengan gerakan yang sangat lambat, sang siput mulai berjalan pada batang pohon. Lambat... lambat... sang siput yang memang ditakdirkan untuk berjalan sangat lambat menikmati perjalanannya. Tidak ada rasa putus asa sekalipun dia telah berhari-hari memanjat pohon, puncak pohon masih sangat jauh.
Beberapa ekor burung yang selalu bermain di dahan pohon ceri melihat siput itu dan bersiul-siul mencemooh. "Hahaha... dasar siput bodoh. Untuk apa kau memanjat pohon ini? Belum ada buah ceri yang tumbuh... lagipula mau sampai kapan kau memanjat? Sudah turun saja!" ujar sang burung sambil terbahak-bahak.
Mendengar hal itu, siput kecil tidak putus asa atau marah, "Tuan burung, saat ini memang belum ada buah ceri, tetapi saat aku sampai di atas, pasti buah ceri sudah banyak yang ranum," ujar si siput yang terus melanjutkan perjalanan menuju puncak pohon. Kata-kata tajam dari burung membuat semangatnya makin membara untuk dapat mencapai puncak pohon, sekalipun perlu waktu yang sangat lama.
Hari demi hari berlalu, burung-burung yang terbang di dekat pohon ceri masih menertawakan siput kecil dan mengatakan kalau siput itu bodoh. Siput kecil berusaha tidak mendengar dan tetap pada tujuannya. Panas dan hujan yang silih berganti dia nikmati dalam perjalanan. Berbagai hinaan yang dilontarkan masih menjadi penyemangat.
Hingga pada akhirnya, musim semi datang, bunga-bunga pada pohon ceri telah berubah menjadi buah yang merah dan manis dengan lebatnya. Siput kecil telah sampai di puncak pohon dan menikmati buah merah tersebut dengan lahap. Burung-burung yang menghina siput tersebut akhirnya terdiam dan merasa malu karena perhitungan siput akan matangnya buah ceri benar, kegigihan dan usaha pantang dari siput kecil ternyata membuahkan hasil yang manis.
Kerabat Imelda...sikap gigih dan pantang menyerah yang dilakukan siput kecil bisa menjadi dorongan kita untuk melakukan hal yang sama. Hinaan atau cercaan dari orang lain memang bisa datang, tetapi jadikan hal itu sebagai suntikan semangat agar Anda semakin fokus pada tujuan Anda. Perhitungan yang matang juga akan membawa Anda pada hasil yang sempurna, seperti ceri manis yang dinikmati si siput kecil.
SUMBER:kapanlagi.com
Beberapa ekor burung yang selalu bermain di dahan pohon ceri melihat siput itu dan bersiul-siul mencemooh. "Hahaha... dasar siput bodoh. Untuk apa kau memanjat pohon ini? Belum ada buah ceri yang tumbuh... lagipula mau sampai kapan kau memanjat? Sudah turun saja!" ujar sang burung sambil terbahak-bahak.
Mendengar hal itu, siput kecil tidak putus asa atau marah, "Tuan burung, saat ini memang belum ada buah ceri, tetapi saat aku sampai di atas, pasti buah ceri sudah banyak yang ranum," ujar si siput yang terus melanjutkan perjalanan menuju puncak pohon. Kata-kata tajam dari burung membuat semangatnya makin membara untuk dapat mencapai puncak pohon, sekalipun perlu waktu yang sangat lama.
Hari demi hari berlalu, burung-burung yang terbang di dekat pohon ceri masih menertawakan siput kecil dan mengatakan kalau siput itu bodoh. Siput kecil berusaha tidak mendengar dan tetap pada tujuannya. Panas dan hujan yang silih berganti dia nikmati dalam perjalanan. Berbagai hinaan yang dilontarkan masih menjadi penyemangat.
Hingga pada akhirnya, musim semi datang, bunga-bunga pada pohon ceri telah berubah menjadi buah yang merah dan manis dengan lebatnya. Siput kecil telah sampai di puncak pohon dan menikmati buah merah tersebut dengan lahap. Burung-burung yang menghina siput tersebut akhirnya terdiam dan merasa malu karena perhitungan siput akan matangnya buah ceri benar, kegigihan dan usaha pantang dari siput kecil ternyata membuahkan hasil yang manis.
Kerabat Imelda...sikap gigih dan pantang menyerah yang dilakukan siput kecil bisa menjadi dorongan kita untuk melakukan hal yang sama. Hinaan atau cercaan dari orang lain memang bisa datang, tetapi jadikan hal itu sebagai suntikan semangat agar Anda semakin fokus pada tujuan Anda. Perhitungan yang matang juga akan membawa Anda pada hasil yang sempurna, seperti ceri manis yang dinikmati si siput kecil.
SUMBER:kapanlagi.com
Tidak Ada yang Mustahil
Setelah penantian yang panjang dan mendebarkan, akhirnya kelulusan itu pun diumumkan. Aku diterima di Haas School of Business, University of California Berkeley. Hal ini sebuah pencapaian dan kebanggaan yang luar biasa bagiku dan juga kedua orang tuaku, pencapaian ini adalah hasil kerja keras yang telah aku lakukan selama 2 tahun terakhir ini.
5 tahun yang lalu, tidak seorang pun, bahkan tidak juga orang tuaku,guru-guru dan teman-temanku yang berpikir bahwa aku dapat masuk ke dalam salah satu dari 10 sekolah bisnis terbaik di Amerika, apalagi Berkeley
Haas School of Business. Saat ini, sekolah ini menduduki peringkat ke-2 di Amerika berdasarkan Best Colleges Specialty Rankings: Best Undergraduate Business Programs.
5 Tahun lalu, “Nilai A” hanyalah sebuah mimpi bagi *anak sekolah* biasa seperti aku. Sebagian besar nilai-nilaiku di sekolah adalah C, diikuti dengan B kecil, dan D. /Cara belajar/ ku sangat kacau. Di sekolah menengah, aku hanya menempati peringkat 186 dari 198 siswa. Yang berarti aku masuk 10% peringkat terbawah dari seluruh sekolah.
Beruntungnya, aku punya orang tua yang mampu menginspirasi dan mengubahku. Aku masih dapat mengingat dengan jelas kejadian di malam itu. Waktu itu, aku pulang ke Indonesia dan berada di kamar orang tuaku. Kedua orang tuaku duduk di tepi tempat tidur dan aku duduk di lantai.Mereka benar-benar terlihat kecewa. Malam itu, mereka mulai membuatku
berpikir mengenai apa yang aku inginkan bagi masa depanku. Mereka tidak memarahiku, tidak berteriak kepadaku, dan juga tidak memukulku. Mereka hanya memperlihatkan kekecewaan atas buruknya prestasiku di sekolah.
Bagi orang tuaku, pendidikan sangatlah penting demi masa depan. Sebagai orang tua, mereka telah terus-menerus memperingatkan aku untuk belajar. Tetapi, jarak telah memisahkan kami - aku tinggal di Singapura bersama
kakak-kakakku, sedangkan orang tuaku tinggal di Indonesia untuk menjalankan bisnisnya. Hal ini tentu saja membuat kedua orang tuaku kesulitan untuk mengawasi kami.
Dengan komunikasi yang hanya melalui telepon dan sms, tentu sulit bagi kedua orang tuaku untuk mengetahui apakah aku “benar-benar belajar” jika aku berkata sedang “belajar”. Sulit bagi mereka untuk mengetahui bahwa “benar-benar tidak ada ujian” jika aku bilang “tidak ada ujian”, dan apakah aku benar-benar “tidak sedang main game” jika aku bersikeras
berkata tidak sedang bermain game komputer. Mereka benar-benar tidak tahu cara belajar yang aku terapkan.
Aku kembali ke kamarku dan mulai membayangkan hidup seperti apa yang telah aku jalani. Lalu aku teringat Jerry, kakak tertuaku yang sekitar 20 tahun lalu menderita kanker. Ia masih sangat kecil waktu itu, usianya baru 2 tahun. Sayangnya, saat itu kedua orang tuaku tidak berkecukupan. Maka demi kelangsungan hidup kakakku, kedua orangtuaku
menjual rumah, mobil dan segala yang mereka miliki untuk biaya berobat Jerry. Bahkan, setelah mengusahakan segala upaya dan telah kehilangan banyak harta benda, orang tuaku pun masih harus menghadapi kenyataan hilangnya anak pertama mereka.
Tetapi hal itu tidak pernah membuat kedua orang tuaku menyerah. Mereka memang pernah mengalami masa-masa hancur dan sedih. Dan, yang menakjubkan adalah mereka mampu kembali percaya diri, tekun, dan optimis memulai hidup baru.
Ayahku adalah seorang lulusan MBA dan ibuku bergelar sarjana. Tetapi mereka pernah menjadi pengangguran dan miskin. Mereka harus mau berjalan jauh untuk menjual teh botol dan makanan kecil di pasar demi memenuhi kebutuhan hidup. Tidak lama kemudian, mereka mulai membuka warung makan dan tetap yakin bahwa mereka akan mendapatkan masa depan yang lebih cerah.
Kini, setelah bertahun-tahun, akhirnya mereka memiliki bisnis yang sukses dan mampu mengirim ketiga anak mereka ke Amerika untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Jika saja saat itu orang tuaku mengakui kekalahan mereka dan menyerah, tentunya saat ini aku tidak akan mempunyai kesempatan untuk kuliah, atau tinggal dibawah atap rumah yang
terbuat dari batu bata, atau memiliki sebuah mobil untuk dikendarai.
Jika saja orang tuaku menyerah, aku pasti akan tinggal di jalan dan mencari-cari cara untuk tetap bertahan hidup seperti pemandangan khas yang sering ditemui di jalanan kota-kota besar di Indonesia. Pada saat kakakku Jerry meninggal, mereka hampir tidak memiliki apapun, tidak ada uang, mobil, ataupun rumah. Tidak satu pun! Kecuali semangat dan
dorongan untuk berubah.
Ayah… ibu… jika bukan karena kalian berdua yang mengubah hidup anakmu, mungkin aku tidak akan pernah mempunyai kesempatan hidup berkecukupan. Sekarang, aku tidak perlu lagi berpikir tentang makanan, bahkan orang
tuaku memberikan sebuah mobil dan menyediakan pendidikan terbaik untukku.
Inilah yang menjadi alasan mengapa sekitar 3 tahun setelah aku berada di peringkat 10% terbawah di sekolah menengah, aku datang ke perguruan tinggi di Amerika dengan prinsip bahwa tidak ada hal yang mustahil. Memang,“tidak ada hal yang mustahil” adalah kata-kata yang usang, namun jika mengingat cerita orang tuaku yang berhasil bangkit setelah keterpurukan, maka kata-kata itu bisa dipercaya. Aku mulai mengubah diri dan mempunyai satu tujuan agar dapat
diterima di salah satu perguruan tinggi terbaik di dunia untuk menunjukkan rasa terima kasihku kepada orang tua.
Aku sama sekali tidak gentar walau hanya 6,8% dari pendaftar yang akan diterima menjadi anak sekolah di Haas School of Business, dan keinginan yang luar biasa untuk sukses menjadi salah satu faktor yang membuatku menjadi satu dari tujuh orang yang diterima untuk setiap 100 orang pendaftar.
Dan sekarang aku ingin mendedikasikan pengakuanku ini kepada orang tuaku. Orang tua yang paling hebat yang telah mengubah hidupku. Aku tidak tahu akan menjadi apa jika tanpa mereka berdua. Terima kasih Ayah. Terima kasih Ibu. Aku berhutang sangat banyak kepada kalian dan aku tidak dapat membayangkan apakah aku mampu untuk membalasnya.
Kerabat Imelda, ingatlah bahwa keadaan yang kita miliki sekarang tidaklah mencerminkan apa yang akan terjadi di masa depan. Seperti yang terjadi pada diriku. Aku mampu menjadi salah satu yang terbaik walaupun aku pernah berada di peringkat terbawah. Aku yakin, semua itu membutuhkan dorongan dan ketekunan, sama seperti seorang yatim piatu yang kukenal – yang berhasil menduduki peringkat 5% teratas dari kelasnya, padahal ia tidak memiliki meja atau kursi, atau
bahkan kebutuhan sekolah yang memadai. Ia hanya memiliki semangat yang membara untuk mengubah masa depannya.
Berjanjilah kepada diri sendiri untuk mendapatkan masa depan yang lebih cerah!
SUMBER: Leonhartono - ceritainspirasi.net
5 tahun yang lalu, tidak seorang pun, bahkan tidak juga orang tuaku,guru-guru dan teman-temanku yang berpikir bahwa aku dapat masuk ke dalam salah satu dari 10 sekolah bisnis terbaik di Amerika, apalagi Berkeley
Haas School of Business. Saat ini, sekolah ini menduduki peringkat ke-2 di Amerika berdasarkan Best Colleges Specialty Rankings: Best Undergraduate Business Programs.
5 Tahun lalu, “Nilai A” hanyalah sebuah mimpi bagi *anak sekolah* biasa seperti aku. Sebagian besar nilai-nilaiku di sekolah adalah C, diikuti dengan B kecil, dan D. /Cara belajar/ ku sangat kacau. Di sekolah menengah, aku hanya menempati peringkat 186 dari 198 siswa. Yang berarti aku masuk 10% peringkat terbawah dari seluruh sekolah.
Beruntungnya, aku punya orang tua yang mampu menginspirasi dan mengubahku. Aku masih dapat mengingat dengan jelas kejadian di malam itu. Waktu itu, aku pulang ke Indonesia dan berada di kamar orang tuaku. Kedua orang tuaku duduk di tepi tempat tidur dan aku duduk di lantai.Mereka benar-benar terlihat kecewa. Malam itu, mereka mulai membuatku
berpikir mengenai apa yang aku inginkan bagi masa depanku. Mereka tidak memarahiku, tidak berteriak kepadaku, dan juga tidak memukulku. Mereka hanya memperlihatkan kekecewaan atas buruknya prestasiku di sekolah.
Bagi orang tuaku, pendidikan sangatlah penting demi masa depan. Sebagai orang tua, mereka telah terus-menerus memperingatkan aku untuk belajar. Tetapi, jarak telah memisahkan kami - aku tinggal di Singapura bersama
kakak-kakakku, sedangkan orang tuaku tinggal di Indonesia untuk menjalankan bisnisnya. Hal ini tentu saja membuat kedua orang tuaku kesulitan untuk mengawasi kami.
Dengan komunikasi yang hanya melalui telepon dan sms, tentu sulit bagi kedua orang tuaku untuk mengetahui apakah aku “benar-benar belajar” jika aku berkata sedang “belajar”. Sulit bagi mereka untuk mengetahui bahwa “benar-benar tidak ada ujian” jika aku bilang “tidak ada ujian”, dan apakah aku benar-benar “tidak sedang main game” jika aku bersikeras
berkata tidak sedang bermain game komputer. Mereka benar-benar tidak tahu cara belajar yang aku terapkan.
Aku kembali ke kamarku dan mulai membayangkan hidup seperti apa yang telah aku jalani. Lalu aku teringat Jerry, kakak tertuaku yang sekitar 20 tahun lalu menderita kanker. Ia masih sangat kecil waktu itu, usianya baru 2 tahun. Sayangnya, saat itu kedua orang tuaku tidak berkecukupan. Maka demi kelangsungan hidup kakakku, kedua orangtuaku
menjual rumah, mobil dan segala yang mereka miliki untuk biaya berobat Jerry. Bahkan, setelah mengusahakan segala upaya dan telah kehilangan banyak harta benda, orang tuaku pun masih harus menghadapi kenyataan hilangnya anak pertama mereka.
Tetapi hal itu tidak pernah membuat kedua orang tuaku menyerah. Mereka memang pernah mengalami masa-masa hancur dan sedih. Dan, yang menakjubkan adalah mereka mampu kembali percaya diri, tekun, dan optimis memulai hidup baru.
Ayahku adalah seorang lulusan MBA dan ibuku bergelar sarjana. Tetapi mereka pernah menjadi pengangguran dan miskin. Mereka harus mau berjalan jauh untuk menjual teh botol dan makanan kecil di pasar demi memenuhi kebutuhan hidup. Tidak lama kemudian, mereka mulai membuka warung makan dan tetap yakin bahwa mereka akan mendapatkan masa depan yang lebih cerah.
Kini, setelah bertahun-tahun, akhirnya mereka memiliki bisnis yang sukses dan mampu mengirim ketiga anak mereka ke Amerika untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Jika saja saat itu orang tuaku mengakui kekalahan mereka dan menyerah, tentunya saat ini aku tidak akan mempunyai kesempatan untuk kuliah, atau tinggal dibawah atap rumah yang
terbuat dari batu bata, atau memiliki sebuah mobil untuk dikendarai.
Jika saja orang tuaku menyerah, aku pasti akan tinggal di jalan dan mencari-cari cara untuk tetap bertahan hidup seperti pemandangan khas yang sering ditemui di jalanan kota-kota besar di Indonesia. Pada saat kakakku Jerry meninggal, mereka hampir tidak memiliki apapun, tidak ada uang, mobil, ataupun rumah. Tidak satu pun! Kecuali semangat dan
dorongan untuk berubah.
Ayah… ibu… jika bukan karena kalian berdua yang mengubah hidup anakmu, mungkin aku tidak akan pernah mempunyai kesempatan hidup berkecukupan. Sekarang, aku tidak perlu lagi berpikir tentang makanan, bahkan orang
tuaku memberikan sebuah mobil dan menyediakan pendidikan terbaik untukku.
Inilah yang menjadi alasan mengapa sekitar 3 tahun setelah aku berada di peringkat 10% terbawah di sekolah menengah, aku datang ke perguruan tinggi di Amerika dengan prinsip bahwa tidak ada hal yang mustahil. Memang,“tidak ada hal yang mustahil” adalah kata-kata yang usang, namun jika mengingat cerita orang tuaku yang berhasil bangkit setelah keterpurukan, maka kata-kata itu bisa dipercaya. Aku mulai mengubah diri dan mempunyai satu tujuan agar dapat
diterima di salah satu perguruan tinggi terbaik di dunia untuk menunjukkan rasa terima kasihku kepada orang tua.
Aku sama sekali tidak gentar walau hanya 6,8% dari pendaftar yang akan diterima menjadi anak sekolah di Haas School of Business, dan keinginan yang luar biasa untuk sukses menjadi salah satu faktor yang membuatku menjadi satu dari tujuh orang yang diterima untuk setiap 100 orang pendaftar.
Dan sekarang aku ingin mendedikasikan pengakuanku ini kepada orang tuaku. Orang tua yang paling hebat yang telah mengubah hidupku. Aku tidak tahu akan menjadi apa jika tanpa mereka berdua. Terima kasih Ayah. Terima kasih Ibu. Aku berhutang sangat banyak kepada kalian dan aku tidak dapat membayangkan apakah aku mampu untuk membalasnya.
Kerabat Imelda, ingatlah bahwa keadaan yang kita miliki sekarang tidaklah mencerminkan apa yang akan terjadi di masa depan. Seperti yang terjadi pada diriku. Aku mampu menjadi salah satu yang terbaik walaupun aku pernah berada di peringkat terbawah. Aku yakin, semua itu membutuhkan dorongan dan ketekunan, sama seperti seorang yatim piatu yang kukenal – yang berhasil menduduki peringkat 5% teratas dari kelasnya, padahal ia tidak memiliki meja atau kursi, atau
bahkan kebutuhan sekolah yang memadai. Ia hanya memiliki semangat yang membara untuk mengubah masa depannya.
Berjanjilah kepada diri sendiri untuk mendapatkan masa depan yang lebih cerah!
SUMBER: Leonhartono - ceritainspirasi.net
Subscribe to:
Posts (Atom)