Tuesday, May 31, 2011

Belajar Dari Kegagalan Sebuah Gol

Anda tentu kecewa saat tiba-tiba Anda gagal dalam sesuatu hal, entah dalam hubungan asmara atau pekerjaan. Dan tentu saja hal tersebut menimbulkan sebuah trauma dalam diri. Anda kemudian menyesali kegagalan yang Anda alami. Terus menerus bertanya di dalam hati mengapa hal itu sampai terjadi.

Menyesal. Boleh dan harus, tetapi bukan berarti membuat Anda harus larut dalam kesedihan. Kegagalan itu ada untuk membuat Anda lebih kuat. Bangkit, dan mencoba lagi sampai Anda bisa.

Jika Anda amati, saat para pemain bola berlatih. Tentu mereka tak serta merta mahir dalam mencetak gol-gol indah. Pada awalnya mereka akan melakukan pemanasan terlebih dahulu. Kemudian mereka belajar mengendalikan dan menggiring bola. Mereka juga belajar menembak bola ke dalam gawang. Dan di sinilah bagian yang sulit, karena tak setiap tendangan bisa tepat masuk ke gawang.

Selalu ada saja rintangan yang menghalangi Anda mencetak sebuah gol. Entah itu arah angin, pemain lain atau memang kurang cermat saja. Aneka gangguan tersebut juga muncul di dalam kehidupan Anda. Saat Anda berlatih, jatuh bangun dalam kegagalan, maka rintangan tersebut akan membuat Anda belajar lebih baik lagi di usaha ke depannya.

Memang sih melihat hal tersebut rasanya sederhana sekali menjalani hidup, tetapi bukankah hidup memang sederhana. Hanya kita saja yang kerap memilih jalan yang rumit.

Ingat, pemain profesional sekalipun selalu membutuhkan latihan berulang-ulang, mengalami kegagalan berkali-kali, namun di situlah mereka tumbuh menjadi pemain bola profesional yang tangguh. Yang mampu mencetak gol-gol indah dan membobol gawang lawan.

Sikap Anda sangat menentukan keberhasilan tendangan bola Anda. Jika ingin mencetak gol indah, maka Anda harus mau belajar dari sekian banyak kegagalan Anda.

SUMBER:kapanlagi.com

Mencari Kebahagiaan

Alkisah pada suatu senja temaram, tampak seorang perempuan cantik berusia empat puluhan, berpakaian indah dan santun, turun dari mobil mewah yang ditumpangi. Dengan wajah yang tidak bahagia, dia mendatangi rumah bibinya yang berada di pinggir kota, jauh dari keramaian.

Setelah melepas kangen, sambil menarik napas panjang, perempuan itu berkata, "Bibi. Setelah anak-anak besar, saya merasa kesepian dan tidak bahagia. Saya merasakan kehidupan yang hampa dan tidak bermakna lagi."

Sambil tersenyum bijak, tanpa berkomentar sedikit pun si bibi memanggil seorang perempuan, yang bekerja sebagai pembantu harian di rumah itu.

"Mbak Anik. Ini keponakan ibu. Datang dari kota ingin mendengar kisah bahagia. Nah, tolong diceritakan, bagaimana caranya menemukan kebahagiaan?"

Anik duduk di kursi yang ada di dekat perempuan itu, lalu mulai bercerita dengan gaya bahasanya yang lugu dan sederhana. Suaranya jernih dan jelas.

"Begini, Non. Saya pernah punya suami dan anak. Tetapi, suami saya meninggal karena kanker. Celakanya, tiga bulan kemudian putra tunggal saya menyusul bapaknya, meninggal ditabrak truk. Saat itu, saya tidak punya siapa pun. Saya enggak bisa tidur, enggak enak makan, enggak bisa tersenyum apalagi tertawa. Tiap hari selalu ada waktu untuk menangisi nasib saya yang jelek ini. Saya bahkan berpikir mau bunuh diri saja.

Lalu suatu malam, waktu pulang kerja, seekor kucing mengikuti saya. Karena di luar dingin, saya membiarkan anak kucing itu masuk ke dalam rumah. Saya memberinya susu, yang langsung habis diminum. Anak kucing itu mengeong dan menggosok-gosokkan badannya ke kaki saya. Untuk pertama kalinya dalam bulan itu, saya bisa tersenyum.

Saya sendiri merasa keheranan, lalu berpikir, jika membantu seekor anak kucing saja bisa membuat saya tersenyum, mungkin melakukan sesuatu untuk orang lain bisa membuat saya bahagia. Jadi, hari berikutnya, saya membuat kue pisang dan memberikannya ke tetangga yang lagi sakit dan tak bisa bangun dari tempat tidurnya. Dia sangat senang menerima pemberian saya dan kami pun sempat ngobrol dengan bahagia.

Setiap hari, saya mencoba berbuat baik, paling sedikit satu kali sehari berbuat baik. Karena yang saya rasakan, saat melihat orang lain bahagia, saya juga merasa bahagia. Hari ini, rasanya tidak ada orang yang bisa makan lahap dantidur pulas seperti saya. Saya menemukan kebahagiaan ketika bisa membahagiakan orang lain."

Mendengar cerita Anik, sontak perempuan kaya itu menangis. Ia sadar, ia punya segala sesuatu yang bisa dibeli dengan uang, tapi dia kehilangan hal-hal yang tak bisa dibeli uang. Kekayaan yang dipunyai ternyata tidak mampu membuatnya bahagia.

Kerabat Imelda....Syukur adalah magnet keberkahan! Dengan mensyukuri atas segala sesuatu yang telah kita miliki, maka kebahagiaan akan selalu mengalir di kehidupan kita. Sebaliknya jika kita tidak mampu menerima keadaan kita hari ini, sebagaimana adanya dan mensyukurinya, maka akan muncul "ketimpangan" batin. Akan terjadi gejolak ketidaknyamanan, ketidakbahagiaan, yang akan membawa kita pada penderitaan yang berkepanjangan.

Bisa bersyukur adalah "ilmu hidup" yang harus kita praktikkan. Kebahagiaan itu, bukan sekadar apa yang kita dapatkan, malah seringkali, mampu memberikan bantuan / pertolongan bagi orang yang memerlukan, dan hal itu pasti akan melahirkan kebahagiaan sejati yang alami.

SUMBER: Andrie Wongso - andriewongso.com

Masih Ada Pelangi Setelah Hujan

Orang bijak berkata, bahwa di setiap kehidupan yang kita jalani, selalu ada asam garam, pahit manis, suka dan duka. Masing-masing kejadian yang pernah kita alami selalu memiliki hikmahnya. Demikianlah yang selalu dirancang oleh Tuhan, di dalam kejadian burukpun kita masih mendapatkan sesuatu yang manis darinya.

Seringkali kita menyalahkan Tuhan, bilamana ada kejadian yang membuat kita merasa sedih dan kecewa. Apalagi jika kejadian tersebut berulangkali menimpa kita. Misalnya saja, Anda kehilangan pekerjaan karena suatu hal yang bukan kesalahan kita, kemudian kekasih Anda tiba-tiba menghilang dan kata putus yang diucapkannya, sialnya lagi handphone kesayangan raib dicopet orang. Mungkin saja kejadian itu menimpa Anda saat ini. Dan Anda merasa sebagai orang tersial di dunia.

Namun, lihat lebih dalam lagi, itu di sana ada sesuatu yang manis yang tersimpan rapi. Apakah Anda melihatnya? Suatu hal bahagia yang tertutup oleh rasa kecewa sehingga Anda sulit melihatnya. Pejamkan mata Anda, kini hal itu semakin terlihat jelas bukan. Mari kami bantu untuk melihatnya. Di setiap kejadian sulit yang Anda alami, Anda belajar banyak hal dari situ.

Anda boleh kehilangan pekerjaan, tetapi Anda pasti menemukan yang baru. Bayangkan saja jika Anda terus tinggal di tempat yang membuat Anda tidak nyaman dalam bekerja, bagaimana mungkin Anda mampu meraih semua impian Anda? Jika memang si dia ingin meninggalkan Anda, kini Anda tak perlu bertanya-tanya lagi mengapa si dia kurang perhatian kepada Anda, tak perlu juga Anda marah-marah kepadanya saat ia seringkali tak menepati janjinya, terbukti sekarang jika memang dia bukan yang terbaik untuk Anda.

Kalaupun handphone kesayangan Anda hilang di saat yang bertepatan, tak perlu menunggu lama. Seiring pekerjaan baru yang Anda songsong ada handphone tipe baru yang bisa Anda beli. Ya, mengapa tidak? Anda bisa meraih apa yang Anda ingin selama memang Anda memiliki niat yang kuat.

Lagipula percaya saja, bahwa Tuhan tak pernah meninggalkan kita dengan tangan kosong saat harus maju berperang. Pastinya tameng terkuat dan senjata tercanggih telah dipersiapkan-Nya. Jadi mengapa masih takut untuk maju? Yuk bangkit dari keterpurukan Anda, berdiri dan mulailah berjalan lagi. Masih banyak kerikil tajam di depan yang harus disapu dan disingkirkan.

SUMBER:Agatha Yunita - kapanlagi.com

3 X 8 = 23

Yan Hui adalah murid kesayangan Confusius yang suka belajar, sifatnya baik. Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumunin banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.
Pembeli berteriak: “3×8 = 23, kenapa kamu bilang 24?
“Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: “Sobat, 3×8 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi”.
Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: “Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius. Benar atau salah Confusius yang berhak mengatakan”.
Yan Hui: “Baik, jika Confusius bilang kamu salah, bagaimana?”
Pembeli kain: “Kalau Confusius bilang saya salah, kepalaku aku potong untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?”
Yan Hui: “Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu”. Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confusius.
Setelah Confusius tahu duduk persoalannya, Confusius berkata kepada Yan Hui sambil tertawa: “3×8 = 23. Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia.” Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar Confusius bilang dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada pembeli kain. Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas. Walaupun Yan
Hui menerima penilaian Confusius tapi hatinya tidak sependapat. Dia merasa Confusius sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya. Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga. Confusius tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya..
Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan Confusius memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai, dan memberi Yan Hui dua nasehat : “Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon. Dan jangan
membunuh.” Yan Hui bilang baiklah lalu berangkat pulang. Di dalam perjalanan tiba2 angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba2 ingat nasehat Confusius dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu.
Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Yan Hui terkejut, nasehat gurunya yang pertama sudah terbukti. Apakah saya akan membunuh orang? Yan Hui tiba dirumahnya sudah larut
malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai didepan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan
seorang lagi di sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasehat Confusius, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping istrinya adalah adik istrinya.
Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confusius, berlutut dan berkata: “Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?” Confusius berkata: “Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon.. Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh”.
Yan Hui berkata: “Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum.”
Confusius bilang: “Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3×8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang 3×8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?”
Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : “Guru mementingkan yang lebih utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar2 malu.” Sejak itu, kemanapun Confusius pergi Yan Hui selalu mengikutinya.

Kerabat Imelda...Cerita ini mengingatkan kita kalaupun aku bertaruh dan memenangkan seluruh dunia, tapi aku kehilangan kamu, apalah artinya. Dengan kata lain, kamu bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah
kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih penting. Banyak hal ada kadar kepentingannya.

Janganlah gara2 bertaruh mati2an untuk prinsip kebenaran itu, tapi akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat. Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang.

SUMBER:kisahinspiratif.com

10 Perbedaan Boss dan Pemimpin

Seorang BOS menciptakan rasa takut dalam diri anak buahnya
Seorang PEMIMPIN membangun kepercayaan

Seorang BOS mengatakan “saya”.
Seorang PEMIMPIN mengatakan “kita”

Seorang BOS tahu bagaimana pekerjaan harus dilakukan.
Seorang PEMIMPIN tahu bagaimana suatu karier harus ditempa

Seorang BOS mengandalkan kekuasaan.
Seorang PEMIMPIN mengandalkan kerjasama.

Seorang BOS menyetir
Seorang PEMIMPIN memimpin

Seorang BOS menyalahkan
Seorang PEMIMPIN menyelesaikan masalah dan memperbaiki kesalahan

Seorang BOS menguasai 10% tenaga kerja bermasalah.
Seorang PEMIMPIN menguasai 90% tenaga kerja yang kooperatif.

Seorang BOS menyebabkan dendam bertumbuh.
Seorang PEMIMPIN memupuk antusiasme yang bertumbuh.

Seorang BOS menyebabkan pekerjaan menjemukan
Seorang PEMIMPIN menyebabkan pekerjaan menyenangkan/menarik

Seorang BOS melihat masalah sebagai musibah yang akan menghancurkan perusahaan
Seorang PEMIMPIN melihat masalah sebagai kesempatan yang dapat diatasi staff yang bersatu padu, dan berubah menjadi pertumbuhan.

INGAT. SEORANG BOS BERKATA, “PERGI!”
SEORANG PEMIMPIN BERKATA, “AYO PERGI”

SUMBER: Jimmi Wiwanto - kisahinspiratif.com

MELEPASKAN 8 HAL DALAM HIDUP

1. Melepas tekanan
Lelah tidaknya Anda tergantung pada persepsi Anda. Apabila Anda tidak membersihkan pikiran, maka pikiran akan penuh debu. Setiap hari Anda akan menemui banyak kegiatan, sebagian bahagia, sebagian lagi tidak.
Semua peristiwa ini akan menetap di pikiran, melebur dan mengacaukan pikiran. Bila Anda menyimpan kenangan yang menyakitkan, Anda akan merasa sangat tertekan. Oleh karenanya, bersihkan pikiran Anda, biarkan hal-hal itu berlalu, singkirkan kenangan pahit, maka Anda akan memiliki banyak ruang untuk kebahagiaan.Ketidakbahagiaan merupakan akar penderitaan Anda.

2. Melepas kekhawatiran
Kebahagiaan sebenarnya cukup sederhana. Melatih tersenyum, bukan secara mekanis memasang ekspresi pada wajah Anda, tetapi berusaha keras untuk mengubah apa yang Anda rasakan di dalam. Belajar untuk menerima kenyataan dengan tenang; belajar bagaimana mengatakan kepada diri sendiri, “Saya akan mengikuti sifat alam.” Belajar bagaimana menghadapi krisis dengan jujur, memandang hidup dengan positif, melihat sisi terang dari segala sesuatu. Dengan demikian, secercah cahaya akan masuk ke dalam hati Anda dan menghalau kegelapan.Kebahagiaan itu sebenarnya sederhana. Hanya membiarkan diri Anda merasa bahagia.

3. Melepas pikiran ruwet
Hilangkan hal itu dari kamus Anda. Tidak semua orang bisa menjadi contoh teladan yang dikagumi semua orang, namun semua orang dapat memiliki pikiran yang besar. Pikiran yang besar dapat meredam rasa sakit dan kesedihan seseorang; dapat mengompensasi kekurangan Anda; memungkinkan Anda untuk melanjutkan perjalanan hidup tanpa rasa takut dan membantu menyadari bahwa pikiran Anda sendiri dapat melampaui gedung pencakar langit dan gunung tertinggi! Percaya pada diri sendiri, temukan relung sendiri dan Anda juga dapat memiliki kehidupan yang berharga.

4. Melepas rasa malas
Kerja keras dapat mengubah hidup seseorang. Jangan gelap mata, iri pada orang lain. Jika Anda dapat mencoba keras dan gigih, Anda juga bisa memilikinya. Karena ketika Anda berlatih hingga sempurna, itu adalah sebuah ketrampilan. Hanya untuk mengingatkan: memperbaiki diri sendiri, bahagia, sehat, dan bersikap baik, akan memungkinkan Anda untuk memiliki kehidupan yang indah.

5. Melepas sikap buruk
Jika ingin berhasil, berusahalah untuk menjadi yang terbaik. Ganti sikap negatif Anda dengan positif. Ganti keacuhan dengan martabat, kemunafikan dengan ketulusan; pikiran sempit dengan toleransi, depresi dengan kebahagiaan, kemalasan dengan ketekunan, kerentanan dengan ketangguhan... selama Anda mau, Anda akan menjadi yang terbaik sepanjang hidup Anda.
Tidak ada yang bisa mempengaruhi hasil perjuangan Anda. Anda adalah satu-satunya yang bertanggung jawab. Meskipun tidak semua mimpi dapat menjadi kenyataan, mimpi indah dapat membawa keindahan pada hidup seseorang.

6. Melepas keluhan
Lebih baik bekerja keras daripada mengeluh. Semua kegagalan adalah dasar untuk sukses. Mengeluh dan menyerah adalah halangan yang mencegah datangnya keberhasilan. Menerima kegagalan dengan tenang adalah cara cerdas. Mengeluh tidak dapat mengubah kenyataan, hanya kerja keras yang bisa membawa kembali harapan. Emas murni selalu ada saatnya bersinar.
Banyak mukjizat dalam kehidupan dibuat oleh orang yang lahir dalam lingkungan yang tidak menyenangkan. Jangan khawatir pada hidup, dan jangan berpikir bahwa kehidupan memperlakukan Anda secara tidak adil. Pada kenyataannya, Anda diberikan porsi hidup yang sama dengan orang lain.

7. Melepas keraguan
Mengambil tindakan cepat. Setelah Anda memutuskan sesuatu, jangan ragu. Majulah ke tujuan Anda dan jangan menoleh ke belakang. Kesempatan muncul sekejab dan hanya kecepatan dan ketegasan yang dapat menangkapnya.
Mengambil tindakan cepat merupakan salah satu karakteristik orang sukses. Bila Anda tahu bahwa ide Anda baik, bertindaklah secepat Anda bisa, jika Anda melihat peluang yang baik, tangkaplah. Dengan demikian, Anda dijamin akan sukses.Beberapa orang harus Anda lupakan. Beberapa kejadian baik untuk mengintrospeksi diri Anda. Beberapa hal harus diurus. Beberapa hal tidak bisa menunggu, dan sekali keraguan timbul akan mengakibatkan penyesalan dalam hidup Anda. Hanya jika Anda dapat membiarkan hal-hal tersebut pergi ketika Anda harus melepasnya, Anda dapat memperoleh kebahagiaan yang benar-benar milik Anda dalam hidup ini.

8. Melepas prasangka
Ketika pikiran Anda luas, langit dan bumi akan menunjukkan ruang.
Toleransi adalah kebaikan. Bila Anda menolerir orang lain, Anda benar-benar membuat ruang bagi jiwa Anda. Hanya dalam dunia yang penuh toleransi, manusia dapat memainkan lagu kehidupan yang harmonis.
Jika tidak menginginkan prasangka, kita harus menciptakan masyarakat yang toleransi. Jika kita ingin menghilangkan prasangka, pertama-tama kita harus menyingkirkan pikiran sempit. Hanya dengan menyingkirkan prasangka jauh-jauh, seseorang dapat memiliki keharmonisan dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat. Bukan hanya kita yang menginginkan kebahagiaan, tetapi juga teman dan saudara kita, dan bahkan orang asing. Kita ingin mereka semua merasakan kebahagiaan kita. Sukacita berbagi kegembiraan melampaui sukacita dalam memiliki.

SUMBER:epochtimes.co.id

IKAN KECIL DAN AIR

Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang bincang di tepi sungai. Kata ayah kepada anaknya, “Lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati.”

Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengarkan percakapan itu dari bawah permukaan air, ia mendadak menjadi gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini. Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, “Hai, tahukah kamu dimana air? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.”

Ternyata semua ikan tidak mengetahui dimana air itu, si ikan kecil semakin gelisah, lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal serupa, “Dimanakah air?”

Jawab ikan sepuh, “Tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar, tanpa air kita akan mati.”

Kerabat Imelda...Mungkin saya,anda dan orang-orang disekitar kita kadang-kadang mengalami situasi seperti si ikan kecil, kita mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal kita sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan itu sedang melingkupi kita semua sampai-sampai kita tidak tidak menyadarinya.

SUMBER: kisahinspiratif.com

Gajah

Apakah Anda pernah menonton sirkus??? Setiap pertunjukan pasti selalu ada Gajah. Tapi apakah Anda tahu yang dilakukan Gajah tersebut selama masa latihan???

Standar pelatihan gajah sirkus: Ketika masih kecil, gajah sirkus dirantai kakinya, setiap akan jalan melangkah, dia terjatuh tertahan rantai, tersungkur.
Setelah berkali kali tersungkur, dia tidak lagi berani berjalan bila ada rantai di kakinya.

Waktu sudah dewasa, bila ada rantai di kakinya, maka gajah itupun tidak akan berani berjalan lagi. Padahal badannya sudah berubah besar dan tenaganya hebat, dan pasti rantai itu tidak akan mampu menahannya.

Sang gajah tidak berani mencoba berjalan lagi, karena dalam ingatannya dia akan tersungkur bila mencoba. Di otaknya ada rantai. Kakinya bisa dengan mudah merdeka, tetapi jiwanya terantai.

Kerabat Imelda...Kita dibentuk oleh rantai2 kaki dalam hidup kita. Keyakinan orang2 sekeliling kita, adat istiadat kita, ajaran dan pendidikan kita, menjadi rantai pengatur hidup kita, dan kita tidak perduli lagi walau itu telah usang, dan tidak benar lagi pada saat ini.

Setiap manusia berada pada penjara pengalamannya sendiri. Ketakutan dan kekhawatiran dan pembatasan terjadi karena kita terbentuk oleh masa lalu kita. Kita telah ditakdirkan berada didalam penjara jiwa kita.

Yang tidak kita sadari adalah pintu penjara sebenarnya telah lama bisa dibuka, gemboknya sudah terbuang, tetapi kita tidak lagi pernah mencoba membuka pintu itu, dengan asumsi bahwa kita pasti tidak mampu membukanya karena dulu kita tidak pernah mampu membukanya. Kita salah, seperti juga sang gajah. Sudah waktunya kita keluar dari penjara kita. Sekarang.

SUMBER: Tanadi Santoso - kisahinspiratif.com

Burung Pipit Saja Dipelihara-Nya, Apalagi Kita

Manusia, tak pernah ada rasa lelah untuk mengeluh, merasa kurang, dan tidak beruntung. Bagaimana dengan Anda?

Banyak yang bilang, 'rumput tetangga selalu lebih hijau'. Lantas kemudian, manusia mencoba agar rumput sendiri tak kalah hijaunya. Pupuk tetanggapun dicuri, dilemparkan ulat dan serangga pemakan rumput, bahkan kalau bisa matahari tak boleh muncul di atas rumput tetangga. Segala dihalalkan, deh!

Yang jadi pertanyaan adalah, kenapa? Kenapa kita tak pernah puas? Kenapa kita tak cukup bersyukur dengan keadaan yang ada saat ini?

TAKUT. Takut adalah alasan mengapa seseorang menjadi tidak mudah puas, tidak cukup bersyukur, dan menginginkan barang kepunyaan orang lain.

Apa yang ditakutkan?

TAKUT. Takut bahwa Tuhan melupakannya dan tidak memberikannya rejeki lagi.

Mengapa bisa takut?

TAKUT. Takut karena imannya sedang goyah. Imannya tak lagi kuat.

Padahal, bila kita melihat ke jalan yang panas, penuh debu dan tak ada intan permata, di sana burung pipit tertawa riang, menyanyi penuh syukur dan pujian. Mereka tak mati karena kelaparan. Mereka tak mati karena tak punya mobil atau rumah mewah. Mereka juga tak mati karena tak mampu membeli Chanel atau Luis Vuitton. Jadi mengapa kita harus merasa takut?

Jika burung pipit saja masih dikasihi Tuhan, apalagi kita manusia, makhluk yang paling dicintai oleh-NYA. Cukupkah nasehat si burung pipit ini membuat kita kembali dekat dan percaya kepada-NYA?

Mari bersyukur untuk segenap berkah yang diberikan kepada kita :)


SUMBER: Agatha Yunita - kapanlagi.com

Jangan Takut Ambil Jalan Yang Beda

Pada suatu hari, seorang pemuda pergi berburu ke hutan. Dalam perjalanan menuju hutan si pemuda dihadapkan pada suatu pilihan. Saat ini di hadapannya terbentang sebuah persimpangan.

Sejenak si pemuda berhenti dan berpikir, jalan mana yang akan dia ambil. Tampak rerumputan jalan sebelah kanannya terdapat banyak jejak kaki manusia maupun kaki kuda, ranting-ranting pohon di sekitarnya pun banyak yang patah. Si pemuda yakin bahwa jalan ini telah sering dilalui orang. Dia menatap jauh ke jalan tersebut. Dia berpikir tentang di mana jalan ini akan berakhir dan dengan mudah si pemuda pun mampu menebaknya.

"Jalan ini pasti menuju sebuah tempat yang telah di kunjungi banyak orang," bisik si pemuda kepada dirinya sendiri.

Kemudian si pemuda menatap ke arah jalan yang lainnya. Keadaan jalan ini jauh berbeda dengan jalan yang satunya. Terlihat embun pagi masih menempel pada rerumputan dan ranting-ranting pohon yang berada di sekitar jalan tersebut.

"Pasti belum banyak orang yang melalui jalan ini," pikir si pemuda.

Dia tidak terlalu yakin ke mana jalan ini akan menuju. Dia pun bingung memilih jalan mana yang akan diambil. Setelah berpikir dan berpikir, akhirnya si pemuda memutuskan untuk mengambil jalan yang ada di sebelah kirinya, yakni jalan yang belum banyak dilalui orang.

Dalam perjalanan si pemuda berpikir, seandainya dia memilih jalan yang ada di sebelah kanan, dia pasti akan bertanya-tanya tentang apa yang ada di jalan sebelah kiri. Kini dia tahu apa yang bisa dia temui di jalan yang telah dipilihnya.

Sementara itu masih ada satu hal yang memenuhi pikiran si pemuda, ke mana jalan ini akan membawanya. Namun apapun yang akan terjadi dalam perjalanannya, si pemuda harus menghadapinya, karena tidak akan ada waktu untuk kembali ke tempat awal.

Sama dengan kehidupan ini, dalam meraih sebuah kesuksesan kita cenderung untuk mengikuti jalan sukses orang lain. Saat ingin mengambil jalan yang berbeda, kita takut bila jalan itu akan membawa kepada kegagalan. Tapi sadarkah Anda bahwa jalan sukses setiap orang itu berbeda?

Jalan menuju Roma itu tidak satu, begitu pula jalan menuju sukses. Seperti si pemuda dalam cerita, jangan pernah takut untuk menjadi berbeda dalam meraih sukses. Dengan berbeda kita bisa menemukan hal-hal baru yang mungkin tidak pernah dipikirkan oleh orang lain. Bila hanya terpaku pada satu jalan saja, kita tidak akan pernah berkembang, alhasil kesuksesan yang kita peroleh pun tidak lebih dari kesuksesan orang sebelum kita.

Ingat Kerabat Imelda...Ada banyak hal yang tidak diketahui orang di jalan yang asing. Pilih, dan jadi orang pertama yang mengetahuinya.

SUMBER: Choirun Anisa - kapanlagi.com

Mulai Dari Yang Kecil

Sesaat setelah Booker T. Washington menjadi kepala Tuskee Institute di Alabama, ia berjalan melewati rumah sebuah keluarga kaya. Nyonya rumah itu, mengira Washington adalah salah satu pekerja kebun yang dipekerjakan suaminya, dia bertanya apakah Washington mau membelah kayu untuknya. Profesor Washington tersenyum, mengangguk, melepaskan jasnya dan membelah kayu.

Ternyata gadis pelayan mengenalinya dan berlari menemui majikannya untuk memberitahukan identitas Washington. Pagi berikutnya wanita itu muncul di kantor Washington untuk meminta maaf. Washington menjawab dengan murah hati, “Sama sekali tidak apa-apa, nyonya. Saya suka bekerja dan saya senang memberi pertolongan kepada teman-teman saya.”

Terkesan dengan kerendahan hati Washington, wanita ini memberi sumbangan yang besar kepada institut itu. Dia pun kemudian menggerakkan teman-temannya yang kaya untuk melakukan hal yang sama.

Orang besar selalu bersedia menjadi kecil. Kesediaan untuk melayani orang lain merupakan inti dari kepemimpinan sejati. Kerendahan hati itu nampak bukan melalui kalimat-kalimat indah yang diucapkan tetapi melalui kesediaan melakukan tindakan yang melayani dengan tulus.

SUMBER: dari milis motivasi

Tuhan Berbicara

Seorang Manusia berbisik, “Tuhan, bicaralah padaku.”
Dan burung kutilang pun bernyanyi.
Tapi, manusia itu tidak mendengarkannya.
Maka, Manusia itu berteriak, “Tuhan, bicaralah padaku !”
Dan guntur dan petir pun mengguruh.
Tapi, Manusia itu tidak mendengarkannya.
MAnusia itu melihat sekelilingnya dan berkata,
“Tuhan, biarkan aku melihat Engkau.”
Dan bintang pun bersinar terang.
Tapi, Manusia itu tidak melihatnya.
Dan, Manusia berteriak lagi, “Tuhan, tunjukkan aku keajaiban!” Mu”
Dan seorang bayi pun lahirlah.
Tapi, manusia itu tidak menyadarinya.
Maka, ia berseru lagi dalam keputus-asaannya, “Jamahlah aku, Tuhan!”
Dan segera, Tuhan pun turun dan menjamahnya.
Tapi, manusia itu malah mengusir kupu-kupu tersebut dan terus berjalan.
Betapa hal ini semua sebenarnya mengingatkan pada kita
bahwa Tuhan selalu hadir di sekitar kita dalam bentuk
sederhana dan kecil yang sering kita anggap lalu, bahkan dalam era elektronik ini …
karenanya saya ingin menambahkan satu lagi:
Manusia itu berseru, “Tuhan, aku membutuhkan pertolonganmu!”
Dan datanglah e-mail dengan berita-berita baik dan menguatkan.
Namun, ia justru menghapusnya dan terus berkeluh-kesah….
Berita baik itu adalah bahwa anda masih dicintai orang lain !
Janganlah kita mencampakkan suatu anugerah, hanya karena anugerah itu tidak dikemas dalam bentuk yang diinginkan dan dimengerti oleh kita

SUMBER:kisahinspiratif.com

Ke Manakah Arah Tujuan Hidupmu?

Tak banyak orang tahu akan tujuan hidupnya, contohnya saja Anda. Saat ditanya ke manakah arah tujuan. Alkisah...di sebuah daerah yang nyaris tandus dan kering, hiduplah seorang bernama Das. Tak ada yang tahu dari mana asalnya, dan ia tumbuh besar seorang diri saja.

Suatu hari, Das bermain-main sampai ke pinggir sabana. Di sampingnya terhampar luas lautan pasir yang entah di mana ujungnya. Ia pun menjejakkan kaki ke arah pasir yang halus. Ia terkejut. Di sana ada sebuah bayangan hitam yang besar hampir menyerupai dirinya. Karena tak mau lagi kesepian, Das mengejarnya. Semakin kencang ia mengejar, semakin kencang pula bayangan hitam itu berlari.

Semangat Das tak terpatahkan hingga matahari tepat di atas ubun-ubun kepalanya. Bayangan hitam itu lenyap entah ke mana, menyisakan sebuah bola kecil di ujung kakinya. Das yang sudah berada di tengah lautan pasir pun bingung, entah di mana dirinya saat ini. Berlari ke arah mana saja, tak ditemukannya jalan pulang. Ia pun menangis ketakutan. Hingga akhirnya bayangan hitam misterius itu sempat muncul sebentar dan hilang ditelan malam.

Das berjalan lagi tanpa tujuan, ke arah yang tak ia kenal. Hari demi hari dilalui, dan bayangan hitam itu datang dan pergi tanpa diundang. Das yang perut dan tenggorokannya tak pernah tersentuh makanan dan air pun mulai terkulai lemas. Jatuh terkubur pasir di tengah gurun pasir yang membuatnya tersesat.

Apa yang dialami Das, seringkali kita alami di kehidupan nyata. Seringkali kita melangkah tanpa tujuan pasti, hanya mengikuti bayangan-bayangan tidak jelas yang membuat kita kehilangan fokus. Coba tanyakan pada diri Anda, ke manakah tujuan hidup Anda saat ini? Apa yang ingin Anda kejar di hidup Anda?

Bila Anda tak jua menemukan jawabannya, pikirkan satu saja hal yang ingin Anda wujudkan di hidup ini. Dan dari hal kecil tersebut lakukan satu hal lain untuk mencapainya, perlahan Anda akan menemukan arah dan tujuan hidup yang pasti. Daftar keinginan Anda sangat banyak bukan? Mari wujudkan satu per satu mulai dari sekarang.

SUMBER: Agatha Yunita - kapanlagi.com

Sebuah Mangkuk Kayu Untuk Kakek

Di suatu kota kecil, hiduplah seorang pria bersama istri, ayah, dan anak laki-lakinya yang berusia 5 tahun. Anaknya adalah sosok yang dibanggakan dan dicintainya, sehingga ia tak henti mengajarkan hal-hal baik agar kelak anaknya dapat tumbuh menjadi orang yang baik dan berguna.

Suatu hari, mereka makan malam bersama. Duduk di sebuah meja dengan aneka hidangan lezat yang dimasak khusus oleh sang istri. Ayahnya yang sudah tua, tak begitu baik penglihatannya. Tangannya bergetar keras saat memegang suatu benda. Bahkan berjalan sejauh 1 meter, ia harus meraba-raba dan terseok-seok. Malam itu adalah malam istimewa bagi sang suami, sehingga ia mengharapkan makan malam yang istimewa. Celakanya karena usianya yang lanjut, kakek sering melakukan hal-hal yang dianggap menyusahkan keluarga. Saat makan ia selalu bersuara, ia menumpahkan makanannya di meja, sendok dan garpu seringkali dijatuhkan, dan akhirnya semua yang sedang asyik menikmati lauk harus melayaninya terlebih dahulu.

Sang anak yang sudah geram kemudian menyediakan sebuah meja kecil di sudut ruangan. "Besok, kakek akan makan di meja itu," katanya kepada anak laki-lakinya.

Dan benar, esok hari sang kakek tak boleh makan malam semeja lagi. Ia duduk sendiri di sudut ruangan dengan kepala tertunduk sedih. Saking sedihnya, tak sengaja ia menumpahkan makanannya, mangkuknya jatuh ke lantai dengan suara yang amat keras. Sang anak semakin berang, diambilnya sebuah mangkuk kayu dan disodorkan kepada kakek.

Dalam kegelapan di sudut ruangan, kakek menangis tiada henti. Menikmati makan malam yang hambar dan dingin, tanpa kehangatan kasih kebersamaan dan keluarga. Cucunya yang berusia 5 tahun memandang dari kejauhan sambil terdiam.

Suatu hari, ia mengambil sebongkah kayu. Dimainkannya kayu itu di lantai ambil digosok-gosok. "Apa yang sedang kamu buat anakku?" tanya ayah, "aku sedang membuat mangkuk dan sendok kayu untuk ayah dan ibu. Agar kelak saat aku dewasa, ayah dan ibu bisa menggunakannya untuk makan malam," jawabnya polos. Sang ayah terdiam, air mata meleleh dari pipinya. Dibimbingnya kakek menuju meja makan tempat mereka bercengkerama dulu. Apabila kakek kesulitan dengan makanannya, maka sang istri yang akan menyuapi sang kakek, menyiapkan segala keperluan agar sang kakek tidak kewalahan.

Ingatlah, bahwa keluarga adalah guru yang paling dekat dengan anak. Segala hal kecil apapun adalah pelajaran penting baginya, termasuk sikap dan tingkah laku kita. Semua kebiasaan dan sikap kita adalah hal yang akan ditirunya kelak, jadi apakah Anda akan tetap berteriak keras, suka memukul dan mengajarkan anak berbohong demi masa depannya kelak?

SUMBER: Agatha Yunita - kapanlagi.com

Kisah Keledai Pembawa Garam

Pada musim panas yang menyengat, seekor keledai berjalan dengan beberapa karung di atas punggungnya. Karung-karung itu berisi garam milik saudagar yang sedang berjalan di sampingnya. Garam-garam itu akan di jual ke kota di seberang sungai, dan si keledai bertanggung jawab mengangkut garam tersebut hingga sampai di kota yang dituju.

Karena rasa panas yang melanda, sang saudagar beristirahat sebentar di pinggir sebuah sungai kecil dan minum. Melihat hal itu, keledai pembawa garam juga berniat untuk minum dan beristirahat. Tetapi karena ceroboh, sang keledai terpeleset dan jatuh di ke dalam sungai. Susah payah dia bangkit, tetapi tidak bisa karena garam yang dia bawa cukup banyak.

Setelah agak lama, muatan garam di punggung keledai menyusut karena larut di dalam air sungai. Sang keledai kemudian berdiri dan mendapati karung-karung di punggungnya hampir kosong. "Wah garamnya larut, punggungku jadi ringan, apakah aku akan dimaafkan saudagar itu?" Karena sang keledai tidak sengaja, saudagar tidak marah.

Beberapa hari kemudian, sang keledai kembali membawa garam di punggungnya. Karena hari masih panas menyengat, sang keledai berniat untuk sengaja menjatuhkan dirinya ke dalam sungai. "Hore, karung-karung di punggungku jadi ringan." Sang saudagar menjadi jengkel, tetapi dia hanya diam saja dan tidak jadi menjual garam-garam itu. Ternyata sang keledai melakukan hal yang sama berkurang kali hingga sang saudagar marah besar, "Kau memang keledai malas," ujarnya. Sementara itu sang keledai tidak peduli, yang penting punggungnya tidak berat lagi.

Keesokan harinya, sang saudagar masih memakai sang keledai untuk pergi ke kota di seberang sungai. Beban di punggung keledai tidak seberat biasanya. Tetapi karena keledai itu memang malas, maka sekali lagi dia sengaja menjatuhkan dirinya ke dalam sungai. Lalu apa yang terjadi...

Beban di punggung sang keledai menjadi berkali-kali lipat. Ternyata sang saudagar tidak memasukkan garam ke dalam karung-karung itu, tetapi kapas. Kapas yang terkena air akan menyerap air sehingga berkali-kali lebih berat. Dengan demikian, sang keledai tetap membawa kapas-kapas yang telah menyerap air tersebut ke kota di seberang sungai.

Kerabat Imelda, bila Anda telah menerima sebuah tanggung jawab, maka selesaikan tanggung jawab itu dengan baik. Jangan sampai Anda berbuat curang karena tidak sanggup menanggung beban tanggung jawab tersebut, terlebih lagi sampai merugikan orang lain yang telah percaya bahwa Anda bisa menyelesaikan tanggung jawab tersebut dengan baik.

SUMBER: kapanlagi.com

Doa Dan Usaha

Dikisahkan, ada seorang pemuda sedang naik sepeda motor di jalan raya. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya seperti ditumpahkan dari langit. Dengan segera ditepikan sepeda motornya untuk berteduh di emper sebuah toko. Dia pun membuka helm yang dikenakan dan segera perhatiannya tercurah pada langit di atas yang berlapis awan kelabu.

Sambil menggigil kedinginan, bibirnya tampak berkomat-kamit melantunkan doa, "Tuhan, tolong hentikan hujan yang kau kirim ini. Engkau tahu, saya sedang didesak keadaan harus segera tiba di tempat tujuan. Please Tuhan....., please..... Tolong dengarkan doa hambamu ini". Dan tak lama kemudian tiba-tiba hujan berhenti dan segera si pemuda melanjutkan perjalanannya sambil mengucap syukur dan berterima kasih kepada Tuhan yang telah mendengar dan mengabulkan doanya.

Di waktu yang berbeda, di cuaca yang masih tidak menentu, lagi-lagi hujan turun cukup deras dan kembali si pemuda mengulang kegiatan yang sama seperti pengalamannya yang lalu, yakni berdoa memohon Tuhan menghentikan hujan, tetapi kali ini hujan tidak berhenti bahkan semakin deras mengguyur bumi. Di tengah menunggu berhentinya hujan, si pemuda sadar, dia harus berupaya menemukan dan membeli jas hujan untuk mengantisipasi saat berkendaraan di tengah hujan. Kali ini, walaupun terlambat, dia belajar sesuatu hal yakni ada saatnya mengucap doa tetapi juga harus disertai dengan usaha yaitu menyiapkan jas hujan.

Suatu hari, di waktu yang berbeda,si pemuda ke kantor tanpa sepeda motornya karena mogok akibat kebanjiran. Hujan yang kembali turun, tetapi jas hujan yang telah dibeli, saat dibutuhkan, tiba-tiba raib entah kemana. Dia pun mulai bertanya kesana kemari, barangkali ada yang bersedia meminjamkan payung atau apapun untuk melindunginya dari terpaan guyuran hujan. Kembali diulang doa yang sama, usaha yang sama, dan harapan yang sama pula. Eh,tiba-tiba seorang teman yang bersiap hendak meninggalkan tempat itu dengan berkendaraan mobil berkata, "Hai teman, kalau kita searah jalan. Ayo ikut aku sekalian. Aku antar sampai tempat tujuanmu dan dijamin tidak kehujanan, oke?". maka si pemuda itu pun mendapat tumpangan dan pulang ke rumah dengan selamat.

Peristiwa alam yang sama, yakni turunnya hujan, telah mengajarkan si pemuda bahwa selain doa, harus usaha dan akhirnya berserah. Karena jika kita mau membuka hati, ternyata Tuhan tidak pernah meninggalkan kita tetapi kitalah yang harus berupaya dengan segala cara dan pikiran yang telah dikaruniakan Tuhan kepada kita.


Kerabat Imelda...hanya sekedar mengandalkan doa saja namun tanpa usaha dan kerja nyata tidak mungkin ada perkembangan, hasil akhirnyapun pasti nihil alias kosong, sedangkan sekedar kerja keras tanpa diiringi doa memungkinkan kita salah bertindak karena hanya memikirkan hasilnya. Dengan dilengkapi doa tentu usaha kita itu terarah di jalan yang benar, baik dan halal, maka yang paling ideal adalah usaha dan kerja keras kita yang diiringi dengan doa, niscaya segala usaha kita akan dikabulkan dan tentu hasil yang kita inginkan akan sukses dan memuaskan.

SUMBER: Andrie Wongso - andriewongso.com

Penjual Roti Yang Kelaparan

Kisah ini bermula dari sebuah kota yang tidak memiliki toko kue yang menjual roti yang enak. Seorang pria yang telah berkeluarga dan memiliki seorang putri melihat hal ini sebagai sebuah kesempatan untuk membangun usaha toko roti. Pasti dia akan berhasil jika berhasil menjual roti yang rasanya enak dan disukai banyak orang.

Akhirnya, setelah berlatih membuat kue, pria tersebut membangun sebuah toko kecil di samping rumahnya. Seperti yang sudah dibayangkan oleh si pria, toko rotinya laris manis dan selalu diserbu pembeli. Melihat hal ini, sang penjual roti merasa senang karena usahanya telah berhasil dan dapat semakin berkembang dalam waktu yang singkat.

Berita kelezatan roti ini menyebar ke seluruh negeri, mereka bahkan rela antri untuk mendapatkan sepotong roti yang dibuat oleh pria tersebut. Dengan fakta tersebut, sang pria semakin menaikkan kualitas roti buatannya. Dia memilih tepung terbaik, telur dari peternakan terbaik, dan selalu turun tangan sendiri membuat seluruh roti tersebut. Dari pagi hingga malam, sang pria mendedikasikan hidupnya untuk melayani kepuasan para pelanggan roti.

Tentunya pundi-pundi keuangan keluarga si pria penjual roti mengalami kenaikan. Si pria merasa hal itu akan cukup untuk membahagiakan keluarga dan anak istrinya. Bahkan dia mulai melupakan nasihat sang istri untuk banyak beristirahat atau ajakan anaknya untuk makan siang bersama. Seluruh waktu si pria sudah habis untuk membuat roti dan melayani pelanggan setianya.

Waktu terus berjalan, toko roti semakin berkembang, tetapi kesehatan si pria semakin menurun. Dia telah lelah bekerja untuk kebahagiaan pelanggannya, sehingga dia bahkan tidak sadar bahwa putri kecilnya saat ini telah menjadi remaja yang cantik, dia juga tidak ingat kapan terakhir kali mencium pipi istrinya. Pada akhirnya, si pria tersebut hanya menjadi pria tua yang sakit-sakitan dan kelaparan sekalipun hidupnya selalu dikelilingi oleh roti yang lezat.

Kerabat Imelda... tentunya baik apabila kita bisa memberikan yang terbaik untuk orang lain. Tetapi apakah Anda sudah memberikan yang terbaik kepada diri sendiri dan orang yang selama ini menyayangi Anda? Membagi waktu dengan bijak harus dilakukan, jangan sampai Anda mementingkan orang lain dan lupa akan kebahagiaan diri sendiri dan orang yang Anda sayang.

SUMBER:kapanlagi.com

Menjadi Manusia Serba Bisa

Melihat keadaan dunia yang seperti sekarang ini, kita dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensi di bidang apa pun yang kita tekuni. Persaingan semakin tajam dan kita tentu tidak mau tersingkir dari arena karena kalah amunisi dalam bersaing.

Sekarang kita dihadapkan dengan keadaan yang berubah dengan kecepatan tinggi. Kita dituntut untuk menjadi manusia yang serba bisa. Kalau tidak, maka hidup akan keras kepada kita. Kita harus memiliki segudang kebisaan:

- Bisa hidup senang, bisa hidup susah.
- Bisa hidup di desa, bisa hidup di kota.
- Bisa makan enak, bisa puasa.
- Bisa menerima, bisa memberi.
- Bisa mengasihi, bisa menyayangi.
- Bisa membaca, bisa menulis.
- Bisa melihat peluang, bisa memanfaatkan peluang, bisa menciptakan peluang.
- Bisa mempertahankan budaya tradisional, bisa menguasai dan memanfaatkan teknologi canggih.
- Bisa membeli, bisa menjual.
- Bisa diajar, bisa mengajar.
- Bisa menikmati hasil karya orang lain, bisa menciptakan karya untuk orang lain.
- Bisa mendengar, bisa mengemukakan pendapat.
- Bisa berbuat, bisa bertanggung jawab.
- Bisa gagal, bisa bangkit, bisa sukses.
- Bisa berempati, bisa membantu orang lain.
- Bisa menghadapi masalah, bisa menemukan solusi.
- Bisa istirahat, bisa bekerja keras.
- Bisa bahagia di dunia, bisa bahagia di akhirat.

Semakin banyak yang kita bisa, maka semakin terbuka lebar peluang keberhasilan kita raih. Kita tidak bingung lagi karena kita telah cukup bekal dan 'persenjataan' untuk terjun ke 'medan tempur'. Kita tidak akan pernah menyerah karena kita memilih mati terbunuh atau menang.

Masa depan kita semakin menantang. Kadang kita menghadapi ketidakpastian. Kita harus berani mengambil risiko dari keputusan yang kita pilih.Dunia kerja, dunia usaha, dunia pemasaran, dunia politik, dunia pendidikan, dan dunia-dunia yang lain semakin membutuhkan manusia-manusia yang kompeten. Kalau kita tidak bisa apa-apa, maka kita akan tersingkir oleh yang lebih bisa. Keahlian teknis kini semakin penting. Demikian juga dengan kemampuan memimpin dan bekerja dalam tim. Yang tak kalah penting lagi kemampuan kita untuk me-manage waktu, pikiran, dan juga uang. Semua itu menuntut kita untuk "bisa".

Ada saja manfaat yang dapat kita peroleh dengan "kebisaan" kita. Semakin banyak hal yang kita bisa, semakin luas dunia yang bisa kita masuki. Peluang pun semakin banyak terlihat. Dan pada akhirnya semakin besar kemungkinan kita untuk meraih kesuksesan.

Bukankah kita dilahirkan untuk menang? Jika kita sudah menjadi pribadi yang tangguh, kesulitan apa pun tidak akan membuat kita menyerah!

SUMBER: Agus Riyanto - andriewongso.com

Kicauan Burung Dan Pikiran Positif

Saat mendengarkan seekor burung yang sedang berkicau, menurut Anda apa yang sedang ia lakukan? Suatu hari, saya berjalan di sebuah penangkaran terlihat papan bertuliskan 'Mari lestarikan nyanyian burung yang merdu ini'. Dan benar saja, kicauan-kicauan burung yang berlarian dari ranting pohon satu ke pohon yang lain terdengar riuh saling bersahutan seperti nyanyian yang kompak. Sungguh indah ciptaan Tuhan yang satu ini.

Benarkah mereka sedang bernyanyi?

Sebenarnya siapa yang bisa menjamin para burung itu bernyanyi lewat kicauannya? Tidak ada! Sekalipun Anda adalah peneliti burung yang lama bergulat dengan mereka di alam bebas, yang bisa dilakukan oleh manusia adalah mengamati tingkah laku mereka dan mengambil kesimpulan dari sana.

Hingga saat ini, ilmu pengetahuan masih mengembangkan penelitian terhadap paus dan lumba-lumba, di mana mereka berkomunikasi lewat gelombang ultrasonik yang juga sedang diteliti maksud dan artinya. Sedangkan untuk kicauan burung sendiri, belum ada penelitian yang dapat menjelaskan arti kicauannya secara detail.

Jadi, bagaimana kita bisa yakin bahwa kicauan burung artinya mereka sedang bernyanyi, dan bukan memaki?

Semua hal itu muncul karena persepsi manusia. Saat mendengarkan kicauan yang terdengar indah dengan susunan nada-nada cantik, maka otak membuat sebuah persepsi bahwa para burung sedang bernyanyi. Persepsi tersebut bisa muncul karena ada mind setting. Yang artinya di dalam benak sudah tersetting bahwa saat mendengarkan nada-nada yang indah dan teratur, itulah sebuah nyanyian.

Inilah yang harus kita pelajari, jika kita bisa mensetting pikiran dan mengisinya dengan yang indah-indah, akan lebih mudah bagi Anda berpikir positif. Kicauan burung yang kita tak tahu apa artinya bisa terdengar seperti sebuah nyanyian, bagaimana jika diaplikasikan pada hal lainnya? Misalnya saat mendengar nasehat dari seseorang?

Ah ya, benar. Ngomong-ngomong soal nasehat, memang membosankan saat mendengar nasehat dari orang tua. Rasanya jadi ingin kabur saat itu juga. Tetapi jika dipikir lagi, nasehat mereka memang benar, hanya saja telinga kita tidak suka mendengarkannya, benar tidak? Inilah yang harus kita ubah. Restart kembali benak kita dan sisipkan bahwa nasehat adalah hal bijak yang perlu direnungkan dan membuat kita introspeksi. Seperti halnya nyanyian burung. Kita tak tahu apa artinya, tetapi kita percaya bahwa itu indah.

SUMBER: Agatha Yunita - kapanlagi.com

Mainan Kebahagiaan

Boneka anjing kecil itu memang sungguh lucu dan menggemaskan. Dengan dibekali dua baterai di dalamnya, ia bisa bergerak ke depan dan ke belakang sambil mengeluarkan suara yang rada unik. Lehernya yang fleksibel, bisa bergerak manggut manggut dan matanya yang dapat bersinar sinar seiring dengan suara dan gerakannya membuat ia menjadi mainan yang sangat disukai Shanza yang masih berumur hampir empat bulan itu. Harganya pun terbilang sangat murah. Hanya dengan uang satu lembar lima puluh ribuan Rupiah, kita sudah dapat membawa pulang mainan tersebut sampai ke rumah.


Sebenarnya boneka anjing kecil itu bukanlah satu satunya barang jualan yang dijajakan di lantai dasar sebuah mall di Jakarta Selatan tersebut. Ada banyak mainan mainan lain, di antaranya adalah boneka kelinci yang berdiri dan dapat menggerak gerakan kepalanya ke kiri dan ke kanan dengan lucunya sambil diiringi suara suara yang unik juga. Dua jenis mainan ini nampaknya menjadi primadona bagi Shanza sampai sampai ia tidak mau berhenti memandangi boneka yang bergerak gerak tersebut. Dan kami pun menjadi tertarik untuk membeli dan membawa boneka anjing tersebut ke rumah.


Sesampai di rumah, walaupun dalam suasana capek dan sudah lumayan malam, boneka anjing kembali dimainkan. Kontan, suasana rumah seakan menjadi heboh dan larut dalam kegembiraan melihat mimik muka Shanza yang tersenyum-senyum dan memandangi boneka tersebut dengan rasa aneh dan seperti penasaran. Kami sekeluarga tidak henti hentinya menertawakan setiap kejadian yang lucu dan langka tersebut. Tawa semakin pecah ketika Shanza menendang boneka yang berjalan menghampiri kakinya sampai sampai boneka tersebut terguling tidak berdaya. Saking senangnya sampai sampai kami tidak sadar bahwa waktu sudah menunjukan pukul 21.30.


Kerabat Imelda...Kisah tadi adalah sekelumit contoh bahwa untuk menjadi bahagia, kita sebenarnya tidak perlu menunggu suatu momentum yang khusus dan besar seperti mendapat hadiah undian, kenaikan gaji, pangkat, jabatan, atau ketika berhasil memiliki rumah baru, mobil baru, atau pencapaian pencapaian lainnya. Sejatinya setiap orang dapat menjadi bahagia kapan saja dan dalam kondisi apa saja. Namun demikian, seringkali kita sendirilah yang menjadikan kondisi-kondisi yang sedang kita alami sebagai penghalang menggapai kebahagiaan tersebut. Status rumah yangmasih ngontrak lah, rumah masih sempit lah, masih pegawai rendahan lah, penghasilan kecil pas pasan lah, belum punya mobil lah, belum memiliki anak lah, anak-anak masih pada bandel lah, gaji tidak naik naik lah, jabatan tidak dipromosi lah, dan banyak kondisi kondisi lain yang seolah olah menjadi penghalang untuk menjadi bahagia. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa hal-hal di atas adalah sangat penting bagi setiap orang, namun menjadikannya sebagai penghalang kebahagiaan adalah sikap yang kurang tepat.


Keputusan untuk menjadi bahagia sebenarnya ada di tangan kita sendiri. Seperti apa yang disampaikan oleh Benjamin Franklin di atas, bahwa kebahagiaan sangat tergantung dari pengaturan-pengaturan di dalam batin/pikiran kita dan bukan tergantung dari hal hal di luar kita. Jadi sekali lagi, putuskanlah untuk menjadi bahagia sekarang juga. Perbanyaklah "mainan mainan kebahagiaan" di dalam diri dan keluarga kita yang membuat kita senantiasa bersyukur atas karunia Tuhan. Dan untuk menjadi orang yang bersyukur dan bahagia, fokuslah pada apa saja yang sudah kita miliki, bukan pada apa apa yang belum kita miliki.

SUMBER:Nasrul Chair - andriewongso.com