Saturday, March 26, 2011

Analogi Minyak Wangi

Aku ingin jadi penjual minyak wangi. Alhamdulillah sekarang sudah tercapai.
Minyak wangi yang diimpor dari Swedia. Sebuah bisnis yang dilakoni ibu-ibu sepertiku, multilevel marketing,
dengan customer yang beraneka ragam. Ada yang datang memang orangnya sudah memakai. Jadi kalau datang baunya wangi. Terkadang aku bertanya-tanya, parfum apa yang dipakai oleh customerku. Ada pula yang datang baunya mengenaskan!! Motivasi beli parfum pun supaya bau mengenaskan tadi bisa menghilang dari tubuh. Apapun motivasi para costumer-ku, senangnya membuat mereka puas dengan hasil jualanku. Silahkan dipilih minyak wanginya, bu…

Lha kok sudah jadi penjual minyak wangi masih ingin lebih dijelaskan eksistensinya?
Beberapa hari yang lalu ada salah seorang teman di Facebook menulis,
“Kalau mau wangi dekat-dekat dengan penjual minyak wangi . Kalau mau sukses dekat-dekat dengan orang sukses.” Betul lho. Ada yang mengatakan ; 100 % jati diri seseorang ditentukan oleh 10% bakat (bawaan dari lahir) 90% lingkungan. Yang tadinya aku tak peduli dengan aroma tubuh, sekarang sangat sensitif untuk masalah yang satu ini. Pastinya dalam berjualan, aku mengetahui dengan baik produk yang kujual. Tetapi beginilah bisnis, pasang surut. Aku pun pernah diceritakan pengalaman seorang kawan yang mengalami kegagalan.

Kemarin pagi, salah satu leaderku setelah menghilang setengah tahun tiba-tiba telepon.
Rasanya seperti orang menemukan berliannya yang lama telah hilang. Ceritanya leaderku ini ketika sedang jaya jayanya membangun bisnis mundur secara perlahan karena ’salah pergaulan’. Teman yang seharusnya memberi dukungan hanya memberi energi negatif agar leader saya tersebut tidak lagi berlelah-lelah membangun bisnis. Akhirnya leader saya sadar bahwa temannya hanyalah iri akan usaha yang sedang dirintisnya. Jelas perubahan sikap leader saya ini saya sambut dengan tangan terbuka.

Jadi jelas ya tidak semua teman adalah teman. Teman yang baik itu yang bagaimana sih?
Teman yang baik adalah teman yang ketika sahabatnya sedang kesulitan ia membantu dan ketika ia sedang berbahagia ia tidak iri dan ikut merasa senang dengan sahabatnya. So, bergaulah dengan teman yang memang bisa memberi kita spirit dan contoh baik. Bagaimana kalau kita punya teman yang tidak baik? Tetap bersikap baik tetapi jaga jarak karena memutuskan silaturahmi juga sama saja memutuskan rejeki.

Semoga sebagai penjual minyak wangi, saya bertekad tidak hanya menyebarkan wanginya minyak.
Tapi juga kebaikan, persahabatan, nasehat dan rejeki.
Apapun yang kita kerjakan, insya Allah bisa memberikan manfaat untuk orang-orang disekitar kita. Ini analogi yang sangat indah.

I love my job, meski kata orang, MLM adalah bisnis yang sulit walaupun menjanjikan.
Tapi buatku, tak ada bisnis yang tidak sulit. Semua harus dimulai dari nol. Bukankah begitu?

SUMBER: Siska - perempuan.com

No comments: