Saturday, March 26, 2011

Arti Dari Sekedar Duduk Diam

Jika Anda harus menghadapi seseorang yang sedang hancur, ketika mengetahui sahabat Anda sedang sangat bersedih, apa yang harus Anda lakukan? Atau sebaliknya, ketika Anda sedang hancur dan bersedih, apakah yang Anda harapkan dari orang lain? Cerita berikut akan menjawabnya.

Seorang anak kecil bernama Martin, yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak, memiliki tetangga seorang kakek tua yang tidak pernah ramah padanya. Kabarnya kakek ini tidak begitu suka dengan anak kecil karena bagi dia anak kecil itu merepotkan. Alhasil, dia juga tidak memiliki anak dan tinggal berdua saja dengan istrinya.

Suatu hari, istri kakek ini meninggal. Dari awal tidak menginginkan anak, kakek ini telah memprediksi bagaimana jika salah satu dari mereka telah berpulang, pasti akan merasa kesepian. Namun dengan kekerasan hatinya, dia merasa pasti bisa mengatasi ini semua.

Satu minggu telah berlalu, kakek tersebut masih terlihat sedih namun dia bisa mengatasi semuanya dengan baik. Masih terlihat di toko sekitar untuk berbelanja, masih berolahraga pagi dan masih terlihat membaca koran di beranda. Hingga suatu hari ketika Martin hendak bermain di kebun belakang rumahnya, Martin melihat kakek tetangganya duduk di serambi belakang rumah tertunduk menutupi mukanya.

Terdorong rasa penasaran, Martin mulai berjinjit melongok melewati pagar rumahnya untuk melihat tetangganya dengan lebih jelas. Martin semakin penasaran karena kakek yang biasanya jahat itu nampak aneh sekali. Dia pun mulai memanjat pagar kemudian berjalan mendekati kakek itu.

"Oh, apa yang kau lakukan di sini?", ujar kakek itu seakan berusaha jahat seperti biasanya, namun rona kesedihan pada wajahnya mengalahkan kejahatannya. Dengan takut-takut, Martin berdiri diam di depan kakek. Tak disangka kakek itu mulai tersedu-sedu, dan Martin kemudian duduk di dekatnya. Tangisnya tak terbendung lagi.

Beberapa saat lamanya hingga ibu Martin menyadari tidak ada suara anaknya bermain di halaman belakang. Dengan tergopoh-gopoh dia membuka pintu belakang dan memutar pandangannya. Ibu Martin terkejut melihat tetangganya menangis, namun juga tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Kemudian dia memutuskan untuk ikut duduk diam di dekat pintu itu untuk mengamati putranya dari jauh.

Menit demi menit berlalu hingga kakek itu bisa menguasai dirinya lagi. Dia menepuk lembut pundak Martin dan berkata, "Terima kasih". Kemudian dia bangkit dan mengantar Martin pulang lewat pintu depan rumahnya.

Ibu Martin membuka pintu dan berpura-pura tidak tahu apa-apa, namun setelah Martin masuk ke dalam rumah, dia memberanikan diri untuk bertanya, "Apa kamu tidak apa-apa?". Kakek itu menjawab, "tidak apa-apa" kemudian tersenyum. "Jika yang kau khawatirkan apakah Martin menggangguku, jawabannya tidak. Dia justru membantuku untuk melepaskan ini semua."

Sementara kakek itu pulang, Martin sudah terlihat bersemangat untuk makan malam. Ibunya pun tertarik untuk bertanya pada Martin, "apa yang kau lakukan bersama kakek sebelah rumah?". Martin menjawab, "tidak melakukan apa-apa", kemudian dia kembali asyik membantu menyiapkan makan malam.

Kerabat Imelda...Peduli, hadir, membuat orang lain nyaman untuk menangis di depanmu, tidak menjadikannya bahan cerita untuk orang lain dan tetap bahagia. Bisakah Anda seperti Martin?
Tidak ada yang dilakukannya di sana. Dia hanya duduk diam.

SUMBER:KapanLagi.com

No comments: