"Dibalik figur yang sukses selalu berdiri ISTRI atau SUAMI yang luar biasa", sebuah ungkapan yang tepat adanya. Namun bila dikaji lebih dalam lagi, ungkapan tersebut akan berubah menjadi, "...dibalik figur yang sukses selalu terdapat PERNIKAHAN yang luar biasa". Pernikahan, hidup berpasangan, memang menyimpan hakikat yang sangat dalam, hingga bahkan Tuhan Semesta Alam pun sangat memuliakan institusi ini.
Pernikahan bukanlah sebuah akhir pencarian, tapi justru merupakan awal dari serangkaian proses pembelajaran. Disebut pembelajaran, karena pernikahan akan melatih suami-istri untuk saling menekan EGO pribadi. Pernikahan akan membimbing kita untuk semakin peka dalam menyelami hikmah kehidupan.
Dalam menjalani pembelajaran tersebut, pasangan hidup selain berperan sebagai sparring partner, ia juga berperan sebagai pembimbing. Suami membimbing istri, demikian pula sebaliknya. TIDAK ADA yang lebih tinggi, equal basis. Bila pria lebih tinggi dari wanita, ataupun sebaliknya, tentunya Tuhan tidak akan menganjurkan hamba-Nya untuk saling berpasangan. Kenapa harus berpasangan kalau toh masing-masing sudah "hebat"?
Berpasangan itu berarti saling membuka diri untuk belajar satu sama lain. Dengan memposisikan diri sebagai mitra sejajar, pria sama sekali tidak berhak untuk meremehkan istri dan memandangnya hanya sebagai "media" kontinuitas keturunan. Karena itu, yang sesungguhnya dibutuhkan bukanlah kampanye emansipasi wanita, namun kampanye mengenai hakikat sejati dari pernikahan, yaitu pembelajaran.
Sukses bukanlah sebuah tujuan, karena kesuksesan adalah KUALITAS dari pembelajaran. Jiwa manusia memang akan terus bertumbuh melalui pembelajaran sepanjang hayat, karena Sang Maha Pemilik Ilmu memang menginginkan kita untuk terus belajar dan "mencapai" kualitas diri yang prima. Beliau menginginkan kita agar selalu melahirkan tindakan-tindakan yang kaya akan manfaat. Dan salah satu anugerah Beliau untuk mempermudah proses pembelajaran ini adalah PERNIKAHAN.
Setidaknya terdapat 4 pembelajaran yang akan dijumpai dalam pernikahan yaitu:
1. Belajar menerima keterbatasan
2. Belajar mengakui kelebihan
3. Belajar mencanangkan target atau harapan
4. Belajar bersyukur
Begitu dalamnya pembelajaran dan hakikat yang terdapat di dalamnya, menjadikan institusi pernikahan sebagai media pembelajaran yang sangat penting dalam kehidupan. Bahkan dikatakan bahwa pernikahan akan "menyempurnakan" keimanan. Ya, karena Tuhan menginginkan kita untuk terus belajar sepanjang hidup kita dan terus memperbaiki diri. Tuhan menginginkan kita semua untuk menebar manfaat, yang artinya, Tuhan menginginkan kita semua untuk SUKSES.
SUMBER: Tommy Setiawan - www.andriewongso.com
No comments:
Post a Comment